Bab Ii HT
Bab Ii HT
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Hipertensi
kondisi medis dalam tekanan darah yang terus-menerus di atas kisaran normal.
memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90
pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah satu dasar
suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus
menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi.
Kontriksi artiole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan darah
lewat dinding, arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila
dapat dijelaskan bahwa hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan sistolik ≥ 140
2. Klasifikasi Hipertensi
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler (2015), menjelaskan bahwa
a. Optimal
Jika sistolik menunjukan angka <120 dan diastolik menunjukkan angka <80.
b. Normal
c. Normal tinggi
d. Hipertensi derajat 1
e. Hipertensi derajat 2
f. Hipertensi derajat 3
Jika sistolik pada angka ≥140 dan diastolik pada angka >90
Udjianti (2013), menjelaskan bahwa klasifikasi hipertensi berdasarkan level
a. Normotensi
Jika sistolik pada angka <140 dan diastolik pada angka <90
b. Hipertensi ringan
Jika sistolik pada angka 140-180 atau disatolik pada angka 90-105
Jika sistolik pada angka 140-160 dan diastolik pada angka <90
Jika sistolik pada angka >180 atau diastolik pada angka >105
Jika sistolik pada angka >140 dan diastolik pada angka <90
dibagi menjadi dua yaitu hipertensi primer atau esensial dan hipertensi sekunder:
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial yang
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan waniita pasca menopouse beresiko tinggi
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung, berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi.
4) Berat badan
5) Gaya hidup
hidup menetap.
b. Hipertensi sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder, yang
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang
ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus
3. Etiologi Hipertensi
Udjianti (2013), menjelaskan bahwa etiologi yang pasti dari hipertensi belum
Defek awal diperkirakan pada mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh
ginjal. Faktor hereditas berperan penting bilamana ketidakmampuan genetik dalam
mengelola kadar natrium normal. Kelebihan intake natrium dalam diet dapat
meningkatkan volume cairan dan curah jantung. Pembuluh darah memberikan reaksi
atas peningkatan aliran darah melalui kontraksi atau peningkatan tahanan perifer.
Tekanan darah tinggi adalah hasil awal dari peningkatan curah jantung yang
kemudian dipertahankkan pada tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik
Berikut ini beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi sekunder
yaitu:
berhubungan dengan penyempitan satu aatu lebih arteri besar yang secara
langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien
c. Gangguan endokrin
d. Coarctation aorta
pada aorta atau aorta abdominal. Penyempitan menghambat aliran darah melalui
f. Kehamilan
g. Luka bakar
darah.
4. Patofisiologi Hipertensi
peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi maka dapat
perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan
tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat seperti
susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos.
sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan
panjang yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang
hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE
aksi utama.
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Selanjutnya,
aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang
Manifestasi klinis yang dapat muncul akibat hipertensi ialah sebagian besar
yang timbul dapat berupa nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang disertai mual
dan muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan kabur akibat
kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan saraf,
nokturia(peningkatan urinasi pada malam hari) karena peningkatan aliran darah ginjal
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik
transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi atau
hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan. Gejala lain yang sering ditemukan
adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar
hipertensi tidak merasakan gejala penyakit. Ada kesalahan pemikiran yang sering
terjadi pada masyarakat bahwa penderita hipertensi selalu merasakan gejala penyakit.
gejala penyakit. Hipertensi terkadang menimbulkan gejala seperti sakit kepala, nafas
pendek, pusing, nyeri dada, palpitasi, dan epistaksis. Gejala-gejala tersebut berbahaya
jika diabaikan, tetapi bukan merupakan tolak ukur keparahan dari penyakit hipertensi
atau tanda-tanda peringatan untuk hipertensi dan sering disebut “silent killer”. Pada
kasus hipertensi beray, gejala yang dialami klien antara lain: sakit kepala (rasa berat
tremor otot, nyeri dada, epitaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga
a. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
c. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
d. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk pasien dengan hipertensi antara lain:
hemoglobin, hematokrit untuk menilai vikositas dan indikator faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
1) BUN, kreatinin
2) Serum glukosa
peningkatan ketokolamin.
atheromatus.
hipertensi.
6) Asam urat
d. Urine
e. Radiologi
2) Rontgen toraks
f. EKG
Menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi atau disritmia.
7. Faktor Resiko Hipertensi
menjelaskan bahwa faktor risiko terjadi tekanan darah tinggi (hipertensi) antara lain:
a. Obesitas/kegemukan
Semakin besar massa tubuh seseorang maka semakin lebih aliran darah yang
Sebagian volume darah beredar melalui pembuluh darah meningkat, begitu juga
Kalium menyebabkan sel-sel otot halus di arteri untuk beristirahat, sehingga akan
Latihan fisik yang meningkatkan aliran darah melalui semua arteri tubuh, yang
yang pada akhirnya akan menurunkan tekanan darah. Kurangnya aktivitas fisik
Mengkonsumsi lebih dari dua minuman per hari bisa menyebabkan hipertensi,
f. Stress
darah seseorang.
hipertensi yang ada atau menimbulkan tekanan darah tinggi baru. Selain itu, juga
bahkan serangan jantung atau stroke. Ibuprofen adalah anggota kelas obat-obatan
yang disebut OAINS, yang mencakup naproxen (Aleve, Naprosyn, dan Anaprox),
Kondisi kronik tertentu juga dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi,
Jika memiliki terlalu sedikit vitamin D dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.
dihasilkan oleh ginjal yang mempengaruhi tekanan darah. Kajian lebih diperlukan
8. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan
tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan
tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila
setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang
diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :
1) Penurunan berat badan
tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari
kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan
dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk
3) Olah raga
Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/ hari, minimal
yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus
tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga
Walaupun konsumsi alkohol belum menjadi pola hidup yang umum di negara
kita, namun konsumsi alkohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan
alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita,
darah.
5) Berhenti merokok
Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat
menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko
berhenti merokok.
b. Terapi farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6
bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2.
Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga
2) Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya;
3) Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada usia
farmakologi;
9. Komplikasi Hipertensi
a. Stroke
Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajang tekanan tinggi. Stroke
dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang
b. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga,
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresifakibat tekanan tinggi pada
fungsional ginjal yaitu nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksik dan
meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan sangat tinggi pada kelainan ini
serta kematian.
e. Kejang
Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin memiliki
berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat,
kemudian dapat mengalami hipoksia dan sisdosis jika ibu mengalami kejang
resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke,
gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya
akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup
sebesar 10-20 tahun. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang
mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina,
yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard.
Pada otak sering terjadi stroke dimana terjadi perdarahan yang disebabkan oleh
dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara
hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.
Selain itu, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan
darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi
terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif. Penelitian lain juga membuktikan
bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam
1. Pengkajian
a. Pengukuran Tekanan Darah
untuk mendeteksi tekanan darah dengan interval yang sering dan kemudian
dilanjutkan dengan interval dengan jadwal yang rutin. Apabila pasien sedang
untuk menentukan apakah obat tersebut efektif dan untuk mengetahui adanya
b. Riwayat
diperoleh untuk mengkaji gejala yang menunjukkan apakah system tubuh lainnya
1) Perdarahan hidung
2) Nyeri angina
3) Napas pendek
5) Vertigo
memperhatikan kecepatan, irama, dan karakter denyut apikal dan perifer untuk
mana hipertensi telah mempengaruhi tubuh begitu juga setiap faktor psikologis
yaitu:
2) Sirkulasi
serta perspirasi.
a) Nadi
brakhialis, denyut popliteal, tibialis posterior, dan pedalis tidak teraba atau
lemah.
b) Denyut apical
c) Frekuensi/irama
d) Bunyi jantung
f) Ekstremitas
3) Integritas ego
pekerjaan).
4) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi
diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum
episode epitaksis
Tanda :
a) Status mental
memori (ingatan);
b) Respon motorik
7) Nyeri/ketidaknyamanan
8) Pernapasan
9) Keamanan
2. Diagnosa Keperawatan
sebagai berikut:
a. Nyeri akut (sakit kepala) yang berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral;
retensi natrium/air;
informasi;
a. Nyeri akut (sakit kepala) yang berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
diresepkan.
Intervensi :
beristirahat.
Intervensi :
latihan beraktivitas;
kebutuhan aktivitas.
retensi natrium/air.
tiap waktu;
dapat terkontrol;
Dengan rencana tindakan tersebut diharapkan berat badan akibat cairan yang
perfusi jaringan.
Intervensi :
2) Kaji CRT
terpantau;
3) Kaji nadi perifer
Dengan rencana tindakan tersebut diharapkan nadi klien dapat terpantau stabil.
informasi.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
penyakit hipertensi;
meningkatkan pengetahuannya.
Kriteria hasil :
dalam bernafas;
3) Ajarkan pasien teknik nafas dalam
Dengan rencana tindakan tersebut diharapkan klien lebih rileks;
4) Pertahankan jalan nafas yang paten
Dengan rencana tindakan tersebut diharapkan tidak ada sumbatan yang
menganggu pernafasan;
5) Monitor aliran oksigen
Dengan rencana tindakan tersebut diharapkan kebutuhan oksigen dapat
terkontrol.
Kriteria hasil :
aman;
2) Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan
dibutuhkan klien;
3) Memasang side rail tempat tidur
Dengan rencana tindakan tersebut diharapkan kllien selalu aman saat di tempat
tidur;
4) Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
Dengan rencana tindakan tersebut diharapkan klien merasa nyaman dan
4. Implementasi Keperawatan
rencana yang telah dibuat pada pasien. Adapun kegiatan yang ada dalam tahap
5. Evaluasi keperawatan
keperawatan sesuai dengan hasil evaluasi, dan mengkaji ulang asuhan keperawatan