Anda di halaman 1dari 20

Struktur Beton

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan. Terkadang, satu atau
lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik
tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu
pengerasan. Seperti substansi-substansi mirip batuan lainnya, beton memiliki kuat
tekan yang tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah. Beton bertulang adalah suatu
kombinasi antara beton dan baja dimana tulangan baja berfungsi menyediakan kuat
tarik yang tidak dimiliki beton.
Dalam suatu struktur bangunan beton bertulang khususnya pada kolom akan
terjadi momen lentur dan gaya aksial yang bekerja secara bersama – sama. Momen -
momen ini yang diakibatkan oleh adanya beban eksentris atau adanya gravitasi
dapat menimbulkan beban lateral seperti angin dan gempa atau bisa juga
diakibatkan oleh beban lantai yang tidak seimbang. Maka dari itu, setiap penampang
komponen pada struktur seperti balok dan kolom harus direncanakan kuat terhadap
setiap gaya internal yang terjadi, baik itu momen lentur, gaya aksial, gaya geser
maupun torsi yang timbul sebagai respon struktur tersebut terhadap pengaruh luar.
A. Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu Bahan Struktur
1. Kelebihan :
Beton bertulang boleh jadi adalah bahan konstruksi yang paling penting. Beton
bertulang digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir semua struktur, besar
maupun kecil – bangunan, jembatan, perkerasan jalan, bendungan, dindingpenahan
tanah, terowongan, jembatan yang melintasi lembah (viaduct), drainaseserta
fasilitas irigasi, tangki, dan sebagainya. Sukses besar beton sebagai bahan
konstruksi yang universal cukup mudah dipahami jika dilihat dari banyaknya
kelebihan yang dimilikinya. Kelebihan tersebut antara lain :
a) beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
kebanyakan bahan lain.
b) Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, bahkan
merupakan bahan struktur terbaik untuk bangunan yang banyak bersentuhan dengan
air. Pada peristiwa kebakaran dengan intensitas rata-rata, batang-batang struktur
dengan ketebalan penutup beton yangmemadai sebagai pelindung tulangan hanya
mengalami kerusakan padapermukaannya saja tanpa mengalami keruntuhan.
c) Struktur beton bertulang sangat kokoh.
d) Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
e) Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang sangat panjang.
Dalam kondisi-kondisi normal, struktur beton bertulang dapat digunakan sampai
kapan pun tanpa kehilangan kemampuannya untuk menahan beban. Ini dapat
dijelaskan dari kenyataannya bahwa kekuatan beton tidak berkurang dengan
berjalannya waktu bahkan semakin lama semakin bertambah dalam hitungan tahun,
karena lamanya proses pemadatan pasta semen.
f) Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis untuk pondasi
tapak, dinding basement, tiang tumpuan jembatan, dan bangunan-bangunan semacam
itu.
g) Salah satu ciri khas beton adalah kemampuannya untuk dicetak menjadi bentuk
yang sangat beragam, mulai dari pelat, balok, dan kolom yang sederhana sampai atap
kubah dan cangkang besar.
h) Di sebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan-bahan lokal yang murah
(pasir, kerikil, dan air) dan relatif hanya membutuhkan sedikit semen dan tulangan
baja, yang mungkin saja harus didatangkan daridaerah lain.
i) Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi betonbertulang
lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti struktur baja.
2. Kelemahan
Untuk dapat mengoptimalkan penggunaan beton, perencana harus mengenal
dengan baik kelebihannya. Kelemahan-kelemahan beton bertulang tersebut antara
lain :
a) Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, sehingga memerlukan
penggunaan tulangan tarik.
b) Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap di tempatnya
sampai beton tersebut mengeras. Selain itu, penopang atau penyangga sementara
mungkin diperlukan untuk menjaga agar bekisting tetap berada pada tempatnya,
misalnya pada atap, dinding, dan struktur-struktur sejenis, sampai bagian-bagian
beton ini cukup kuat untuk menahan beratnya sendiri. Bekisting sangat mahal. Di
Amerika Serikat, biaya bekisting berkisar antara sepertiga hingga dua pertiga dari
total biaya suatu struktur beton bertulang, dengan nilai sekitar 50%. Sudah jelas
bahwa untuk mengurangi biaya dalam pembuatan suatu struktur beton bertulang, hal
utama yang harus dilakukan adalah mengurangi biaya bekisting.
c) Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan beton bertulang
menjadi berat. Ini akan sangat berpengaruh pada struktur-struktur bentang-
panjang dimana berat beban mati beton yang besar akan sangat mempengaruhi
momen lentur.
d) Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi-campuran dan
pengadukannya. Selain itu, penuangan dan perawatan beton tidak bisa ditangani
seteliti seperti yang dilakukan pada proses produksi material lain seperti struktur
baja dan kayu.

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Keretakan Pada Beton Bertulang

Beton bertulang (reinforced concrete) adalah struktur komposit yang sangat baik
untuk digunakan pada konstruksi bangunan. Pada struktur beton bertulang terdapat
berbagai keunggulan akibat dari penggabungan dua buah bahan, yaitu beton (PC +
aggregat halus + aggregat kasar + zat aditif) dan baja sebagai tulangan. Kita tahu
bahwa keunggulan dari beton adalah kuat tekannya yang tinggi, sementara baja
tulangan sangat baik untuk menahan gaya tarik dan geser. Penggabungan antara
material beton dan baja tulangan memungkinkan pelaku konstruksi untuk
mendapatkan bahan baru dengan kemampuan untuk menahan gaya tekan, tarik, dan
geser sehingga struktur bangunan secara keseluruhan menjadi lebih kuat dan aman.

Karena kelebihan yang dimilikinya, maka penggunaan beton bertulang sebagai bahan
struktur utama bangunan sangat populer. Beton bertulang lebih menjadi pilihan
dibandingkan material lain seperti bambu, kayu, beton konvensional atau baja.
Penerapan beton bertulang pada struktur bangunan biasanya dapat dijumpai pada:
pondasi (jenis pondasi dalam seperti tiang pancang, bored pile), balok ikat (sloof),
kolom, balok, plat beton, dan dinding geser (shear wall).

Namun dibalik kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh beton bertulang jika


dibandingkan dengan bahan material lainnya, beton bertulang juga memiliki masalah
yang dapat mengurangi keunggulannya. Diantara masalah yang sering dijumpai adalah
masalah keretakan yang terjadi pada bahan tersebut. Keretakan pada beton
bertulang dapat timbul pada saat pra-konstruksi dan pasca konstruksi.
Sebenarnya setiap beton bertulang yang diaplikasikan pada struktur bangunan pasti
akan terjadi retakan, yang harus dipertimbangkan adalah apakah retakan tersebut
dapat ditolerir karena tidak berbahaya atau retakan tersebut membahayan
struktur bangunan secara keseluruhan. Keretakan pada beton bertulang ini
disebabkan oleh beberapa hal, karena pengaruh dari sifat beton itu sendiri maupun
faktor lingkungan luar yang mempengaruhi beton secara langsung.

Kalau kita lihat dari jenis retakannya, ada dua jenis keretakan pada beton bertulang
yaitu retakan yang terjadi saat pembuatan beton dan retakan yang terjadi setelah
beton selesai dibuat. Dari dua jenis retakan tersebut banyak sekali berbagai faktor
yang melatarbelakangi terjadinya retakan tersebut. Apa saja faktor yang
menyebabkan terjadinya keretakan pada beton bertulang tersebut? Berikut ini kami
uraikan untuk Anda..

Faktor -Faktor Penyebab Keretakan Beton Yang Terjadi Saat Pembuatan Beton
Bertulang

1. Sifat Beton
Untuk melihat bagaimana sifat dari beton bertulang yang dapat menimbulkan
keretakan kita harus melihat proses dari awal pembuatan beton bertulang tersebut.
Pada saat awal pembuatan beton bertulang dengan pencampuran bahan penyusunnya
seperti kerikil, pasir, air, semen, dan baja tulangan. Dalam proses pengerasannya
beton akan mengalami pengurangan volume dari volume awal. Umumnya hal ini
disebabkan air yang terkandung pada campuran beton akan mengalami penguapan
sebagian yang mengurangi volume beton bertulang tersebut.

Sehingga apabila dikondisikan pada saat beton mengalami pengerasan dan akibat
dari volume beton berkurang yang akan menyebabkan penyusutan pada beton tetapi
beton tersebut dibiarkan untuk menyusut tanpa adanya pembebanan maka beton pun
tidak akan mengalami keretakan. Tetapi pada kondisi sebenarnya dilapangan tidak
ada beton yang tidak mengalami pembebanan. Karena tidak ada balok atau kolom
pada bangunan yang berdiri sendiri melainkan akan bersambung satu sama lain dan
hal ini akan membuat beton bertulang bekerja menahan beban-beban pada
bangunan.

Sehingga apabila pada kondisi saat beton mengalami penyusutan volume kemudian
terjadi pembebanan, maka retakan pun tidak dapat dihindari.
2. Suhu
Tidak dapat diabaikan suhu juga dapat menyebabkan keretakan pada beton
bertulang. Maksud suhu disini adalah suhu campuran beton saat mengalami
perkerasan. Karena pada saat campuran beton bertulang mengalami perkerasaan
suhu yang timbul akibat reaksi dari air dengan semen akan terus meningkat.
Sehingga pada saat suhu campuran beton ini terlalu tinggi, pada saat beton sudah
keras sering timbul retak-retak pada permukaan beton.

3. Korosi pada tulangan


Sebenarnya untuk mengantisipasi retakan yang terjadi akibat dari sifat beton itu
sendiri, beton diberi tulangan pada bagian dalamnya yang terbuat dari baja.
Sehingga diharapkan dengan adanya baja tulangan tersebut retakan akibat dari
sifat beton disebar pada keseluruhan beton menjadi bagian-bagian yang sangat kecil
sehingga retakan tersebut dapat diabaikan. Tetapi apabila tulangan yang dipakai
pada saat pembuatan beton sudah meengalami korosi, tulangan tersebut itu pun
akan menyebabkan retakan pada saat beton mengeras.

4. Proses pembuatan yang kurang baik


Banyak sekali penyebab retak yang terjadi pada beton bertulang disebabkan oleh
proses pembuatan yang kurang baik. Seperti contoh pada saat beton mengalami
perkerasan dimana banyak mengeluarkan air, maka perlu adanya perawatan pada
beton agar pengeluaran air dari campuran beton tidak berlebihan. Tetapi akibat
tidak adanya perawatan, sehingga pada saat beton terbentuk maka terjadi banyak
retakan.

5. Material yang kurang baik.


Banyak sekali terjadi keretakan pada struktur beton bertulang diakibatkan karena
material penyusunnya yang kurang baik. Beberapa hal diantaranya yang sering
ditemukan adalah aggregat halus atau pasir yang kurang bersih, masih bercampur
dengan lumpur sehingga ikatan antara PC dan aggregat menjadi terlepas. Sehingga
ketika beton mengering maka retakan-retakan akan mudah sekali terjadi.

6. Cara penulangan
Sering sekali saya menemukan struktur beton bertulang dibuat dengan cara yang
kurang tepat. Hal yang paling umum terjadi adalah ketebalan dari tulangan sampai
permukaan beton terlampau besar. Hal ini sebenanrnya kurang tepat karena fungsi
dari baja tulangan tersebut adalah untuk menahan gaya lintang (pada balok dan
plat), deformasi akibat lendutan, serta gaya geser.

Jika tebal selimut beton terlampau besar makan retakan biasa terjadi mulai dari
permukaan struktur beton sampai pada bagian tulangan yang ada didalamnya.
Seharusnya tulangan dibuat agak keluar, dan selimut atau kulit yang membungkus
tulangan dibuat setipis mungkin (1,5 s/d 2 cm). Karena gaya tarik dan gaya tekan
paling besar terjadi pada ujung permukaan beton tersebut.

Contoh Penulangan Pada Struktur Beton Bertulang (Reinforced Concrete)

Faktor- Faktor Penyebab Keretakan Beton Yang Terjadi Setelah Pembuatan Beton
Bertulang

1. Pengaruh lingkungan
Karena beton bertulang pada bangunan mengalami kontak langsung dengan cuca luar,
pengaruh cuaca ini sedikit banyakanya memberi andil dalam keretakan pada beton
sehingga konstruksi bangunan yang berumur cukup lama banyak mengalami retakan.
Salah satu pengaruh lingkungan yang menyebabkan beton retak adalah akibat dari
air hujan. Akibat sekian lama beton pada bangunan tua menerima air hujan secara
langsung, lama – kelamaan air hujan masuk meresap kedalam pori-pori beton yang
kemudian mencapai tulangan pada beton.
Apabila saat air hujan telah mengenai baja tulangan, maka akan terjadi reaksi
antara baja tulangan dengan tulangan yang menyebakan baja tulangan menjadi
berkarat atau korosif. Akibat korosifnya baja tulangan dan ditambah faktor luas
seperti pembebanan mengakibatkan beton akan mengalami retak-retak.

2. Pembebanan
Setelah struktur beton bertulang sudah jadi dan bangunan secara keseluruhan telah
siap untuk digunakan, maka struktur beton bertulang tersebut akan menerima
beban-beban. Beban-beban yang bekerja pada struktur beton bertulang secara
umum terdiri atas bebean sendiri dan beban luar (beban akibat angin, manusia,
bebangempa,dsb).

Apabila struktur beton bertulang tersebut menerima beban sesuai dengan kapasitas
atau kuat dukung beban yang direncanakan, seharusnya struktur beton tersebut
akan baik-baik saja. Tetapi kadangkala beton akan menerima beban diluar
kemampuannya, dan biasanya pembebanan yang melebihi kapasitas yang telah
direncanakan itulah yang menyebabkan keretakan pada struktur beton.

Pada saat terjadi keretakan, besi tulangan (pada daerah tarik) tersebut mulai
mengambil alih secara penuh beban tarik yang terjadi. Artinya beton (daerah tarik)
sudah tidak memikul beban tarik. Beban tarik dialihkan ke besi tulangan. Secara
struktural kondisi ini memang dirancang seperti itu dan kekuatan struktur masih
dapat dipertanggung jawabkan. Beton yang retak saat beban mulai bertambah sama
sekali tidak berarti ada kegagalan struktur.

Lokasi retakan yang terjadi saat beban mulai membesar adalah pada daerah
tumpuan / ujung balok sisi atas dan tengah bentang di sisi bawah. Pengalaman saya,
retak yang terjadi hanya 1-2 retakan di satu tempat observasi. Dimana tebalnya
juga tidak besar. Bahkan seringkali hanya retak rambut. Keretakan seperti ini
mestinya tidak perlu diperbaiki sama sekali. Ini kondisi yang alamiah terjadi dan
memang perhitungannya sudah memperhitungkan retak itu akan terjadi.

Jika retak beton yang terjadi masih wajar seperti retak halus atau retak rambut ,
maka tidak perlu diperbaiki. Tidak perlu juga untuk khawatir, karena perhitungan
struktur beton memang sudah tidak memperhitungkan beton yang mengalami retak.
Namun jika retak yang terjadi cukup parah, perlu dilakukan penelitian yang lebih
rinci yang melingkupi perhitungan struktur sesuai kondisi lapangan. Apakah cukup
ditutup dengan epoxy, memperbesar dimensi struktur beton bertulangnya atau
diberi perkuatan tambahan.
B. Sifat-sifat Beton Bertulang
Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting
sebelum dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat beton
bertulang antara lain :
1. Kuat Tekan
Kuat tekan beton (f’c) dilakukan dengan melakukan uji silinder beton dengan
ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pada umur 28 hari dengan tingkat
pembebanan tertentu. Selama periode 28 hari silinder beton ini biasanya
ditempatkan Mdalam sebuah ruangan dengan temperatur tetap dan kelembapan
100%. Meskipun ada beton yang memiliki kuat maksimum 28 hari dari 17 Mpa hingga
70 -140 Mpa, kebanyakan beton memiliki kekuatan pada kisaran 20 Mpa hingga 48
Mpa. Untuk aplikasi yang umum, digunakan beton dengan kekuatan 20 Mpa dan 25
Mpa, sementara untuk konstruksi beton prategang 35 Mpa dan 40 Mpa. Untuk
beberapa aplikasi tertentu, seperti untuk kolom pada lantai-lantai bawah suatu
bangunan tingkat tinggi, beton dengan kekuatan sampai 60 Mpa telah digunakan dan
dapat disediakan oleh perusahaan-perusahaan pembuat beton siap-campur (ready-
mix concrete).
Nilai-nilai kuat tekan beton seperti yang diperoleh dari hasil pengujian sangat
dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk dari elemen uji dan cara pembebanannya. Di
banyak Negara, spesimen uji yang digunakan adalah kubus berisi 200 mm. untuk
beton-beton uji yang sama, pengujian terhadap silinder-silinder 150 mm x 300 mm
menghasilkan kuat tekan yang besarnya hanya sekitar 80% dari nilai yang diperoleh
dari pengujian beton uji kubus.
Kekuatan beton bisa beralih dari beton 20 Mpa ke beton 35 Mpa tanpa perlu
melakukan penambahan buruh dan semen dalam jumlah yang berlebihan. Perkiraan
kenaikan biaya bahan untuk mendapatkan penambahan kekuatan seperti itu adalah
15% sampai 20%. Namun untuk mendapatkan kekuatan beton diatas 35 atau 40 Mpa
diperlukan desain campuran beton yang sangat teliti dan perhatian penuh kepada
detail-detail seperti pencampuran, penempatan, dan perawatan. Persyaratan ini
menyebabkan kenaikan biaya yang relatife lebih besar. Kurva tegangan-regangan
pada gambar dibelakang menampilkan hasil yang dicapai dari uji kompresi terhadap
sejumlah silinder uji standar berumur 28 hari yang kekuatannya beragam.
 Kurva hampir lurus ketika beban ditingkatkan dari niol sampai kira-kira 1/3
- 2/3 kekuatan maksimum beton.
 Diatas kurva ini perilaku betonnya nonlinear. Ketidak linearan kurva
tegangan-regangan beton pada tegangan yang lebih tinggi ini mengakibatkan
beberapa masalah ketika kita melakukan analisis struktural terhadap
konstruksi beton karena perilaku konstruksi tersebut juga akan nonlinear
pada tegangan-tegangan yang lebih tinggi.
 Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah kenyataan bahwa
berapapun besarnya kekuatan beton, semua beton akan mencapai
kekuatatan puncaknya pada regangan sekitar 0,002.
 Beton tidak memiliki titik leleh yang pasti, sebaliknya kurva beton akan
tetap bergerak mulus hingga tiba di titik kegagalan (point of rupture) pada
regangan sekitar 0,003 sampai 0,004.
 Banyak pengujian yang telah menunjukkan bahwa kurva-kurva tegangan-
regangan untuk silinder-silinder beton hampir identik dengan kurva-kurva
serupa untuk sisi balok yang mengalami tekan.
 Harus diperhatikan juga bahwa beton berkekuatan lebih rendah lebih
daktail daripada beton berkekuatan lebih tinggi – artinya, beton-beton yang
lebih lemah akan mengalami regangan yang lebih besar sebelum mengalami
kegagalan.
2. Modulus Elastisitas Statis
Beton tidak memiliki modulus elastisitas yang pasti. Nilainya bervariasi
tergantung dari kekuatan beton, umur beton, jenis pembebanan, dan karakteristik
dan perbandingan semen dan agregat. Sebagai tambahan, ada beberapa defenisi
mengenai modulus elastisitas :
a) Modulus awal adalah kemiringan diagram tegangan-regangan pada titik asal dari
kurva.
b) Modulus tangen adalah kemiringan dari salah satu tangent (garis singgung) pada
kurva tersebut di titik tertentu di sepanjang kurva, misalnya pada 50% dari
kekuatan maksimum beton.
c) Kemiringan dari suatu garis yang ditarik dari titik asal kurva ke suatu titik pada
kurva tersebut di suatu tempat di antara 25% sampai 50% dari kekuatan tekan
maksimumnya disebut Modulus sekan.
d) Modulus yang lain, disebut modulus semu (apparent modulus) atau modulus jangka
panjang, ditentukan dengan menggunakan tegangan dan regangan yang diperoleh
setelah beban diberikan selama beberapa waktu.

Peraturan ACI menyebutkan bahwa rumus untuk menghitung modulus elastisitas


beton yang memiliki berat beton (wc) berkisar dari 1500-2500 kg/m3.
Dimana :
wc : berat beton (kg/m3)
fc’ : mutu beton (Mpa)
Ec : modulus elastisitas (Mpa)
Modulus Elastisitas Dinamis

3. Modulus elastisitas dinamis


Modulus elastisitas dinamis, yang berkorespondensi dengan regangan-
regangan sesaat yang sangat kecil, biasanya diperoleh dari uji sonik. Nilainya
biasanya lebih besar 20%-40% daripada nilai modulus elastisitas statis dan kira-
kira sama dengan modulus nilai awal. Modulus elastisitas dinamis ini biasanya dipakai
pada analisa struktur dengan beban gempa atau tumbukan.

4. Perbandingan Poisson
Ketika sebuah beton menerima beban tekan, silinder tersebut tidak hanya
berkurang tingginya tetapi juga mengalami ekspansi (pemuaian) dalam arah lateral.
Perbandingan ekspansi lateral dengan pendekatan longitudinal ini disebut sebagai
Perbandingan Poisson(Poisson’s ratio). Nilainya bervariasi mulai dari 0,11 untuk
beton mutu tinggi dan 0,21 untuk beton mutu rendah, dengan nilai rata-rata
0,16. Sepertinya tidak ada hubungan langsung antara nilai perbandingan ini dengan
nilai-nilai, seperti perbandingan air-semen, lamanya perawatan, ukuran agregat, dan
sebagainya. Pada sebagian besar desain beton bertulang, pengaruh dari
perbandingan poisson ini tidak terlalu diperhatikan. Namun pengaruh dari
perbandingan harus diperhatikan ketika kita menganalisis dan mendesain bendungan
busur, terowongan, dan struktur-struktur statis tak tentu lainnya.

5. Kuat Tarik
Kuat tarik beton bervariasi antara 8% sampai 15% dari kuat tekannya. Alasan
utama dari kuat tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa beton dipenuhi oleh
retak-retak halus. Retak-retak ini tidak berpengaruh besar bila beton menerima
beban tekan karena beban tekan menyebabkan retak menutup sehingga
memungkinkan terjadinya penyaluran tekanan. Jelas ini tidak terjadi bila balok
menerima beban
Meskipun biasanya diabaikan dalam perhitungan desain, kuat tarik tetap
merupakan sifat penting yang mempengaruhi ukuran beton dan seberapa besar
retak yang terjadi. Selain itu, kuat tarik dari batang beton diketahui selalu akan
mengurangi jumlah lendutan. (Karena kuat tarik beton tidak besar, hanya sedikit
usaha yang dilakukan untuk menghitung modulus elastisitas tarik dari beton. Namun,
berdasarkan informasi yang terbatas ini, diperkirakan bahwa nilai modulus
elastisitas tarik beton sama dengan modulus elatisitas tekannya.)
Selanjutnya, anda mungkin ingin tahu mengapa beton tidak diasumsikan menahan
tegangan tarik yang terjadi pada suatu batang lentur dan baja yang menahannya.
Alasannya adalah bahwa beton akan mengalami retak pada regangan tarik yang
begitu kecil sehingga tegangan-tegangan rendah yang terdapat pada baja hingga
saat itu akan membuat penggunaannya menjadi tidak ekonomis. Kuat tarik beton
tidak berbanding lurus dengan kuat tekan ultimitnya fc’. Meskipun demikian, kuat
tarik ini diperkirakan berbanding lurus terhadap akar kuadrat dari fc’. Kuat tarik ini
cukup sulit untuk diukur dengan beban-beban tarik aksial langsung akibat sulitnya
memegang spesimen uji untuk menghindari konsentrasi tegangan dan akibat
kesulitan dalam meluruskan beban-beban tersebut. Sebagai akibat dari kendala ini,
diciptakanlah dua pengujian yang agak tidak langsung untuk menghitung kuat tarik
beton. Keduanya adalah uji modulus keruntuhan dan uji pembelahan silinder. Kuat
tarik beton pada waktu mengalami lentur sangat penting ketika kita sedang
meninjau retak dan lendutan pada balok. Untuk tujuan ini, kita selama ini
menggunakan kuat tarik yang diperoleh dari uji modulus-keruntuhan. Modulus
keruntuhan biasanya dihitung dengan cara membebani sebuah balok beton persegi
(dengan tumpuan sederhana berjarak 6 m dari as ke as) tanpa-tulangan berukuran
15cm x 15cm x 75cm. hingga runtuh dengan beban terpusat yang besarnya sama
pada 1/3 dari titik-titik pada balok tersebut sesuai dengan yang disebutkan dalam
ASTM C-78. Beban ini terus ditingkatkan sampai keruntuhan terjadi akibat retak
pada bagian balok yang mengalami tarik. Modulus keruntuhannya fr ditentukan
kemudian dari rumus lentur. Pada rumus-rumus berikut ini :

Tegangan yang ditentukan dengan cara ini tidak terlalu akurat karena dalam
menggunakan rumus lentur kita mengasumsikan beton berada dalam keadaan elastic
sempurna dengan tegangan yang berbanding lurus terhadap jarak dari sumbu netral.

6. Kuat Geser
Melakukan pengujian untuk memperoleh keruntuhan geser yang betul-betul
murni tanpa dipengaruhi oleh tegangan-tegangan lain sangatlah sulit. Akibatnya,
pengujian kuat geser beton selama bertahun-tahun selalu menghasilkan nilai-nilai
leleh yang terletak di antara 1/3 sampai 4/5 dari kuat tekan maksimumnya.

7. Kurva Tegangan-Regangan
Hubungan tegangan-regangan beton perlu diketahui untuk menurunkan
persamaan-persamaan analisis dan desain juga prosedur-prosedur pada struktur
beton.

D. Kolom
Definisi kolom menurut SNI-T15-1991-03 adalah komponen struktur bangunan
yang tugas utamanya menyangga beban aksial desak vertikal dengan bagian tinggi
yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom adalah
batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktur yang memikul beban dari balok
induk maupun balok anak. Kolom meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi yang
lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui`pondasi.
Keruntuhan pada suatu kolom merupakan kondisi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur. Kolom adalah struktur yang mendukung beban dari atap,
balok dan berat sendiri yang diteruskan ke pondasi. Secara struktur kolom
menerima beban vertical yang besar, selain itu harus mampu menahan beban-beban
horizontal bahkan momen atau puntir/torsi akibat pengaruh terjadinya
eksentrisitas pembebanan. hal yang perlu diperhatikan adalah tinggi kolom
perencanaan, mutu beton dan baja yang digunakan dan eksentrisitas pembebanan
yang terjadi.

E. Balok
Balok adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai pendukung beban vertikal
dan horizontal. Beban vertikal berupa beban mati dan beban hidup yang diterima
plat lantai, berat sendiri balok dan berat dinding penyekat yang di atasnya.
Sedangkan beban horizontal berupa beban angin dan gempa. Balok merupakan
bagian struktur bangunan yang penting dan bertujuan untuk memikul beban
tranversal yang dapat berupa beban lentur, geser maupun torsi. Oleh karena itu
perencanaan balok yang efisien, ekonomis dan aman sangat penting untuk suatu
struktur bangunan terutama struktur bertingkat tinggi atau struktur berskala
besar.

F. Pengantar Gempa
Kerak bumi terdiri dari beberapa lapisan tektonik keras yang disebut litosfer
yang mengapung di atas medium fluida yang lebih lunak yang disebut mantle,
sehingga kerak bumi ini dapat bergerak. Teori yang dipakai untuk menerangkan
pergerakan-pergerakan kerak bumi tersebut adalah teori perekahan dasar laut (Sea
Floor Spreading Theory) yang dikembangkan oleh F. V. Vine dan D. H. Mathews pada
tahun 1963 (Irsyam, 2005). Bersatunya masa batu atau pelat satu sama lain
dicegah oleh gaya-gaya friksional, apabila tahanan ultimate friksional tercapai
karena ada gerakan kontinyu dari fluida dibawahnya dua pelat yang akan
bertumbukan satu sama lain akan menimbulkan gerakan tiba-tiba yang bersifat
transient yang menyebar dari satu titik kesuatu arah yang disebut gempa bumi.
Gempa bumi yang menimbulkan kerusakan yang paling luas adalah gempa tektonik.
Gempa bumi tektonik disebabkan oleh terjadinya pergeseran kerak bumi (lithosfer)
yang umumnya terjadi didaerah patahan kulit bumi.
Dalam beberapa dekade belakangan, para insinyur struktur mulai mengalami
kemajuan yang berarti dalam memahami perilaku struktur terhadap beban
gempa. Kemajuan ini dikombinasikan dengan hasil penelitian modern yang membuat
para insinyur struktur dapat mendesain suatu struktur yang aman ketika mengalami
bebangempa yang besar, selain itu dapat pula mendesain bangunan yang tetap dapat
terus beroperasi selama dan setelah gempa terjadi. Struktur suatu bangunan
bertingkat tinggi harus dapat memikul beban-beban yang bekerja pada struktur
tersebut, diantaranya beban gravitasi dan beban lateral. Beban gravitasi adalah
beban mati struktur dan beban hidup, sedangkan yang termasuk beban lateral
adalah beban angin dan beban gempa.
Gempa yang bekerja pada suatu struktur menyebabkan struktur tersebut akan
mengalami pergerakan secara vertikal maupun secara lateral. Pergerakan tanah
tersebut menimbulkan percepatan sehingga struktur yang memiliki massa akan
mengalami gaya berdasarkan rumus F = m x a. Namun struktur pada umumnya
memiliki faktor keamanan yang cukup dalam menahan gaya vertikal dibandingkan
dengan gaya gempa lateral. Gaya gempa vertikal harus diperhitungkan untuk unsur-
unsur struktur gedung yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap beban gravitasi
seperti balkon, kanopi dan balok kantilever berbentang panjang, balok transfer pada

struktur gedung tinggi yang memikul beban gravitasi dari dua atau lebih tingkat
diatasnya serta balok beton pratekan berbentang panjang. Sedangkan gaya gempa
lateral bekerja pada setiap pusat massa lantai.

Berdasarkan UBC 1997, tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk
mencegah terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa, dengan tiga
kriteria standar sebagai berikut:
a) Tidak terjadi kerusakan sama sekali pada gempa kecil

b) Ketika terjadi gempa sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan arsitektural tapi


bukan merupakan kerusakan structural

c) Diperbolehkan terjadinya kerusakan struktural dan non struktural pada gempa


kuat, namun kerusakan yang terjadi tidak menyebabkan bangunan runtuh.

Beban gempa nilainya ditentukan oleh 3 hal, yaitu oleh besarnya probabilitas
beban itu dilampaui dalam kurun waktu tertentu, oleh tingkat daktilitas struktur
yang mengalaminya, dan oleh kekuatan lebih yang terkandung didalam struktur
tersebut. Peluang dilampauinya beban nominal tersebut dalam kurun waktu umur
gedung 50 tahun adalah 10% dan gempa yang menyebabkannya adalah gempa
rencana dengan periode ulang 500 tahun. Tingkat daktilitas struktur gedung dapat
ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, sedangkan faktor kuat lebih (f1) untuk
struktur gedung secara umum nilainya adalah 1,6. Dengan demikian, beban gempa
nominal adalah beban akibat pengaruh gempa rencana yang menyebabkan terjadinya
pelelehan pertama didalam struktur gedung, kemudian direduksi dengan faktor kuat
lebih (f1).

Daktilitas adalah kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan


pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa
diatas beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil
mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung
tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi diambang keruntuhan.
Faktor daktilitas struktur gedung (μ) adalah rasio

antara simpangan maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana pada
saat mencapai kondisi diambang keruntuhan (δmax) dan simpangan struktur pada
saat terjadinya sendi plastis ya ng pertama (δy), seperti terlihat pada persamaan
di bawah ini:

Untuk μ =1 adalah nilai faktor daktilitas untuk struktur gedung yang berprilaku
elastik penuh, seangkan μm adalah nilai faktor daktilitas maksimum yang dapat
dikerahkan oleh sistem struktur gedung yang bersangkutan.
1. Analisis Beban Gempa

Struktur beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan


gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam arah masing-masing sumbu
utama denah nominal statik ekivalen (V) yang terjadi di tingkat dasar dapat dihitung
menurut persamaan di bawah ini:

Dimana C1 adalah nilai faktor respon gempa yang didapat dari respon spectra
gempa rencana untuk waktu getar alami fundamental T1, Wt adalah berat total
gedung termasuk beban hidup yang sesuai, R adalah faktor reduksi gempa, dan I
adalah faktor keutamaan. Beban geser dasar nominal V harus dibagikan sepanjang
tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekivalen Fi yang
menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan di bawah ini:

Dimana Wi adalah berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai, zi

adalah ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral, sedangkan

n adalah nomor lantai tingkat paling atas. Ilustrasi dari hal tersebut dapat dilihat

pada gambar berikut :

Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah
pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0.1 V harus dianggap sebagai
beban horizontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat paling
atas, sedangkan 0.9 V sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung
menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen.

2. Respon Spektra

Untuk menentukan pengaruh gempa rencana pada struktur gedung, yaitu berupa
beban geser dasar nominal statik ekivalen pada struktur gedung beraturan atau
gaya geser dasar nominal sebagai respon dinamik ragam pertama pada struktur
gedung tidak beraturan, untuk masing-masing wilayah gempa ditetapkan respon
spektra gempa rencana. Respon spektra adalah suatu diagram yang memberi
hubungan antara percepatan respon maksimum suatu sistem Satu Derajat
Kebebasan (SDK) akibat suatu gempa masukan tertentu, sebagai fungsi dari faktor
redaman (dumping) dan waktu getar alami sistem SDK tersebut (T). Bentuk respon
spektra yang sesungguhnya menunjukkan suatu fungsi acak yang untuk waktu getar
alami (T) meningkat menunjukkan nilai yang mula-mula meningkat dulu sampai suatu
nilai maksimum, kemudian turun lagi secara asimtotik mendekati sumbu-T.

A. Kesimpulan

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan.

Beton bertulang adalah suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja
tulangan.

Kelebihan beton bertulang antara lain, beton memiliki kuat tekan yang relatif
lebih tinggi, Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air,
Struktur beton bertulang sangat kokoh, Beton bertulang tidak memerlukan biaya
pemeliharaan yang tinggi, memiliki usia layan yang sangat panjang, Beton biasanya
merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis, kemampuannya untuk dicetak
menjadi bentuk yang sangat beragam, membutuhkan sedikit semen dan tulangan
baja, serta Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton
bertulang lebih rendah.

Kelemahan-kelemahan beton bertulang tersebut antara lain, Beton mempunyai


kuat tarik yang sangat rendah, Beton bertulang memerlukan bekisting untuk
menahan beton tetap di tempatnya sampai beton tersebut mengeras, Sifat-sifat
beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi-campuran dan
pengadukannya, Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton.

Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting


sebelum dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat beton
bertulang antara lain, Kuat Tekan, Modulus Elastisitas Statis, Modulus elastisitas
dinamis, Perbandingan Poisson, Kuat Tarik, Kuat Geser dan Kurva Tegangan-
Regangan.
Dari namanya beton ini pasti memiliki bobot yang kecil dari beton pada umumnya,
bahkan berat jenisnya bisa dibuat lebih rendah dari pada berat jenis air. Sehingga
jika dimasukkan ke air beton ini akan mengapung.

Beton dapat dibuat ringan dengan membuat micro buble dalam adukan beton dengan
memasukkan busa (foam) pada adonan pasir, semen dan air. Teknologi ini juga
dikenal dengan Foam Concrete.

Semakin banyak busa yang digunakan maka akan semakin ringan beton yang
dihasilkan, namun kekuatan akan semakin menurun. Sehingga berat dan kekuatan
sesuatu yang harus dikendalikan untuk mendapatkan performa beton yang dinginkan.

Salah satu produk beton ringan CLC adalah bata ringan CLC yang saat ini sudah
banyak dikenal dan bukan lagi hal baru di Indonesia terlebih di Jakarta, Teknologi
AAC merupakan teknologi pembuat bata ringan yang lain.

Seperti judul website ini, kami akan memfokuskan pembahasan pada beton ringan
CLC dengan keunggulan sbb :

 Dapat diproduksi dilapangan / project langsung


 Tidak memerlukan autoclave seperti AAC dalam proses pengerasan. Atau
hanya didiamkan minimal 14 hari.
 Bentuk dan ukuran tidak terbatas, tergantung bekisting yang dibuat.
 Flowable sehingga tidak perlu pemadatan dengan vibrator
Sifat Material ini adalah :

 Bisa dibuat lebih ringan dari berat jenis air


 Dapat menjadi insulator yang baik
 Dapat dibentuk sesuai keinginan

Kelebihan dan Kekurangan Beton Ringan atau Hebel

Semakin pesatnya pertumbuhan pengetahuan dan teknologi di bidang konstruksi


yang mendorong kita lebih memperhatikan standar mutu serta produktivitas kerja
untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah pembangunan konstruksi
dengan lebih berkualitas. Salah satu bahan jenis bahan bangunan yang sudah populer
adalah beton. Penggunaan beton pada gedung dilakukan dalam rangka menghemat
pengeluaran dalam suatu proses konstruksi. Selain harganya yang terjangkau beton
juga memiliki kuat tekan yang tinggi. Dan saat ini sudah banyak pula jenis-jenis
beton, salah satunya yang akan kita bahas saat ini Beton Ringan (lightweight
concrete) atau lebih dikenal dengan sebutan Hebel.
Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan daripada
beton pada umumnya. Beton ringan bisa disebut sebagai beton ringan aerasi
(Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated
Concrete/ AAC) yang mempunyai bahan baku utama terdiri dari pasir silika, kapur,
semen, air, ditambah dengan suatu bahan pengembang yang kemudian dirawat
dengan tekanan uap air. Tidak seperti beton biasa, berat beton ringan dapat diatur
sesuai kebutuhan. Pada umumnya berat beton ringan berkisar antara 600 – 1600
kg/m3. Karena itu keunggulan beton ringan utamanya ada pada berat, sehingga
apabila digunakan pada proyek bangunan tinggi (high rise building) akan dapat
secara signifikan mengurangi berat sendiri bangunan, yang selanjutnya berdampak
kepada perhitungan pondasi.
Ada beberapa Kelebihan dari Beton ringan
 Balok mudah dibentuk. Sehingga dapat dengan cepat dan akurat dipotong
atau dibentuk untuk memenuhi tuntutan dekorasi gedung. Alat yang digunakan pun
sederhana, cukup menggunakan alat pertukangan kayu.
 Karena ukurannya yang akurat tetapi mudah dibentuk, sehingga dapat
meminimalkan sisa-sisa bahan bangunan yang tak terpakai.
 Hebel dapat mempermudah proses konstruksi. Untuk membangun sebuah
gedung dapat diminimalisir produk yang akan digunakan. Misalnya tidak perlu batu
atau kerikil untuk mengisi lantai beton.
 Bobotnya yang ringan mengurangi biaya transportasi. Apalagi pabrik Hebel
dibangun sedekat mungkin dengan konsumennya.
 Karena ringan, tukang bangunan tidak cepat lelah. Sehingga cepat dalam
pengerjaannya.
 Semennya khusus cukup 3 mm saja.
 Mengurangi biaya struktur besi sloff atau penguat.
 Mengurangi biaya penguat atau pondasi
 Waktu pembangunan lebih pendek.
 Tukang yang mengerjakan lebih sedikit. Sehingga secara keseluruhan bisa
lebih murah dan efisien
 Tahan panas dan api, karena berat jenisnya rendah.
 Kedap suara
 Tahan lama, kurang lebih sama tahan lamanya dengan beton konvensional
 Kuat tetapi ringan, karena tidak sekuat beton. Perlu perlakuan khusus.
dibebani AC menggunakan fisher FTP, Wastafel fisher plug FX6/8, panel dinding
fisher sistem injeksi.
 Anti jamur
 Tahan gempa
 Anti serangga
 Biaya perawatan yang sedikit, bangunan tak terlalu banyak mengalami
perubahan atau renovasi hingga 20 tahun.
 Nyaman
Aman, karena tidak mengalami rapuh, bengkok, berkarat, korosi.

Selain kelebihan, Beton Ringan juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:


 Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran yang tanggung, akan memakan
waste yang cukup besar. Diperlukan keahlian tambahan untuk tukang yang akan
memasangnya, karena dampaknya berakibat pada waste dan mutu pemasangan.
 Perekat yang digunakan harus disesuaikan dengan ketentuan produsennya,
umumnya adalah semen instan.
 Nilai kuat tekannya (compressive strength) terbatas, sehingga sangat tidak
dianjurkan penggunaan untuk perkuatan (struktural).
 Harganya cenderung lebih mahal dari bata konvesional. Di pasaran, beton
ringan dalam bentuk bata dijual dalam volume m3, sehingga dengan ukuran
60cmx20cmx10cm / m3 bata ringan terdiri dari 83 buah. Jika dikonversikan dalam
m2 maka 1 m2 terdiri dari 8.5 buah. Harga per bata kurang lebih Rp. 5.500,-,
sehingga harga per m2 nya Rp.46.750,-. Belum termasuk semen instan dan ongkos
pasangnya.

Anda mungkin juga menyukai