Anda di halaman 1dari 57

Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

BAB I
KRISTALOGRAFI

I.1. Pendahuluan
Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang komposisi dan susunan dalam kerak
bumi, cara terbentuknya dan perjalanan bumi selama kurun waktu geologi. Bumi tersusun atas
batuan-batuan, sedangkan batuan tersusun oleh mineral. Mineral sendiri mempunyai system
Kristal yang membedakan antara mineral satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu harus
mengetahui dasarnya sebelum mempelqajari apa itu geologi.
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat – sifat geometri dari Kristal
terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal( dan
sifat – sifat fisis lainnya.
Kristal adalah bahan padat homogeny, biasanya anisotropy dan tembus air serta
menuruti hokum – hokum ilmu pasti, sehingga susunan bidang- bidangnya mengikuti hokum
geometri, jumlah dan kedudukan dari bidang – bidangnya tertentu dan teratur.
Mineralogi adalah suatu benda padat homogeny yang terapat di alam terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas tertentu dan mempunyai susunan atom
yang teratur.
Berdasarkan pengertian singkat tersebut mengenai kristalografi dan mineralografi, tak
hanya dipelajari secara materi saja. Praktek pun diperlukan untuk mengetahui atau
membuktikan dasar teori yang ada. Maka, setelah melakukan pengamatan atau praktek
bahkan penelitian, praktikan menyusun laporan hasil pengamatan tersebut. Dari beberapa
praktek disusunlah hasil laporan tersebut sebagai suatu bentuk laporan resmi yang utuh.

I.1.a Tujuan Penulisan


Sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah praktikum kristalografi dan
mineralogy pada semester 1 tahun ajaran 2017 – 2018, jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 1
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

I.1.b Ruang Lingkup


Secara umum praktikum kristalografi dan mineralogy membahas tentang suatu system
Kristal yang terdapat dalam suatu mineral. Dengan ciri geometri tertentu maka suatu system
Kristal dapat menjadi suatu penciri yang spesifik terhadap mineral tertentu. Contoh mineral
adalah mineral emas (Au) yang mempunyai system Kristal regular yang mana Kristal mineral
emas ini berbentuk kubus apabila dilihat dengan mikroskop.
Dalam geologi mineral sangat penting untuk membedakan batuan yang satu dengan
yang lainnya dan juga mineral merupakan elemen utama pembawa bijih suatu bahan galian.
Missal mineral garnierite dalam batuan beku ultrabasa jenis peridotite dan harzburgite yang
dikenal merupakan mineral penting pembawa bijih bahan galian nikel tipe laterite, mineral
magnetitem, hematite dan limonite yang dikenal sebagai mineral pembawa bijih galian besi
(Fe), dll.
Mengingat pentingnya Kristal dan mineral ini maka perlu dipelajari lebih lanjut
mengenai Kristal dan mineraql ini sebagai dasar untuk mempelajari ilmu geologi lebih jauh.

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 2
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

I.2 Dasar Teori


Kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air serta
menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti
hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur.
Bahan padat homogen , biasanya Anisotrop dan tembus air, mengandung
pengertian :
 Tidak termasuk di dalamnya cair dan gas.
 Tidak dapat di uraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh
proses – proses fisika.
 Menuruti hukum- hukum ilmu pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti
hukum geometri, mengandung pengertian :
 Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap
 Macam dan bentuk dari bidang kristal tetap
 Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.

Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari


kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam
(internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.

 Sifat geometri,
Memberikan pengertian letak, panjang, dan jumlah sumbu kristal; yang menyusun
suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk bidang luar yang
membatasinya.

 Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk luar,


Bahwa disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada
situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan
bentuk kristal yang lain yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun
dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.

 Stuktur dalam,

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 3
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung


Parameter dan Parameter Rasio.

 Sifat fisis kristal,


Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal
tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang-bidang
kristal, sehingga akan dikenal 2 (dua) zat yaitu Kristalin dan Non Kristalin.

1. Zat / Mineral Kristalin


Apabila zat / mineral tersebut susunan atom-atomnya teratur, biasanya
anisotrop
- Pada kristal-kristal tertentu susunan atom-atomnya dan ruang-
ruang antaranya berlainan pada beberapa arah sehingga dijumpai
kristal-kristal alam yang pada arah-arah tertentu dapat mudah
dibelah. Contoh : Kalsit, Pirit, dan Barit.

2. Zat / Mineral Amorf


Apabila zat / mineral tersebut susunan atom-atomnya tidak teratur, tidak
punya bentuk tertentu, biasanya isotrop dan sifat ke berbagai arah sama.
Contoh : Opal dan Obsidian.

I.2. Gambar Kristal

I.2.a. Sumbu dan Sudut Kristalografi


Sumbu Kristalografi ialah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal.
Kristal mempunyai bentuk 3 dimensi, yaitu panjang, lebar dan tebal atau tinggi. Tetapi
dalam penggambarannya dibuat 2 dimensi sehingga digunakan Proyeksi Orthogonal.

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 4
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

c

a

b b

a

c
Gambar 1.1 Sumbu dan Sudut Kristalografi

- Sumbu a : sumbu tegak lurus pada bidang kertas.


- Sumbu b : sumbu yang horizontal pada bidang kertas.
- Sumbu c : sumbu yang vertical pada bidang kertas.

Sudut kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbu-


sumbu kristalografi pada titik perpotongan (pusat kristal).

 Sudut (<) α ialah sudut yang dibentuk antara Sb b dan Sb c


 Sudut (<) β ialah sudut yang dibentuk antara Sb a dan Sb c.
 Sudut (<) γ ialah sudut yang dibentuk antara Sb a dan Sb b

Tujuan Praktikum Kristalografi dan Mineralogi


Tujuan dilaksanakannya kegiatan praktikum kristalografi mineralogi ini adalah
untuk:
 Menetukan system Kristal dari bermacam bentuk kristal atas dasar panjang,
posisi, dan jumlah sumbu kristal yang ada pada setiap bentuk kristal.
 Menentukan Klas Simetri atas dasar jumlah unsur simetri setiap kistal.

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 5
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

 Meggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan parameter rasio,
jumlah dan posisi sumbu kristal dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal yang
dimiliki oleh semua bentuk kristal dalam bentuk proyeksi Orthogonal.

I.2.b. Simbol Kristalografi


1. Parameter Bidang dan Parameter Rasio

c+ Parameter bidang hkl :


a-
oh  1 bagian
ok  3 bagian
ol  6 bagian

Parameter Ratio Bidang hkl


b- b+
oh : ok : ol  1:3:6
a+ c-

Gambar 1.2 . Simbol Weiss dan Miller.

Simbol Weiss dan Simbol Miller


Bagian yang terpotong
Simbol Weiss 
Satuan ukuran

Simbol Weiss dipakai dalam penggambaran kristal ke bentuk proyeksi orthogonal


dan proyeksi stereografis.

Satuan ukur
Simbol Miller 
Bagian yang terpotong

Simbol Miller dipakai sebagai symbol bidang dan symbol bentuk suatu kristal.
Contoh : bidang hal yang tersebut kita gambarkan dalam susunan salip sumbu
sistem Reguler, maka hal tersebut memotong :

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 6
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017


Sumbu a pada 1 bagian a+

Sumbu d pada 1 bagian b+

Sumbu c pada 2 bagian c+

maka : Simbol Weiss Simbol Miller


a:b:c
1/1 : 1/1 : 2/1
( 1 1 2 )........................1/1 1/1 ½.....................( 2 2 1 )

I.2.c. Klas Simetri


Pengelompokkan dalam klas simetri didasarkan pada:
1. Sumbu simetri
2. Bidang simetri
3. Titik simetri atau pusat simetri

1. Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal, dimana
apabila kristal tersebut diputar sebesar 3600 dengan garis tersebut sebagai poros
putarnya, maka pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan menunjukkan
kenampakan-kenampakan seperti semula.

Ada 4 jenis sumbu simeti yaitu :


1. Sumbu simetri Gyre
Berlaku bila kenampakan satu sama lain pada, kedua belah pihak/ kedua
ujung sumbu sama dinotasikan dengan huruf L (linier) atau g (gyre). Penulisan
nilai pada kanan atas atau kanan bawah notasi.
Contoh : L4 = L4 = g4 = g4

* Bigyre
Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya,
akan muncul 2 kali kenampakan yang sama.
Misal : (L2 = L2 = g2 = g2 )

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 7
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

* Trigyre
Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya
maka akan muncul 3 kali kenampakan yang sama.
Misalnya : (L3 = L3 = g3 = g3 )

* Tetragyre
Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya
maka akan muncul 4 kali kenampakan yang sama.
Misalnya : (L4 = L4 = g4 = g4 )

* Hexagyre
Apabila kristal diputar 3600, dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya,
akan muncul 6 kali kenampakan yang sama.
Misalnya : (L6= L6= g6= g6)

2. Sumbu simetri Gryre polair


Berlaku bila kenampakan (konfigurasi) satu sama lain pada ke dua belah pihak
berbeda/ tidak sama. Jika salah satu sisinya berupa sudut atau corner maka pada
sisi lainnya berupa bidang atau plane. Dinotasikan dengan huruf L atau g.
Contoh : L2 = g2

Sering pula ditulis dengan huruf "L". kemudian di sebelah kanan atas ditulis nilai
sumbu dan kanan bawah ditulis i.

3. Sumbu cermin putar

Dinotasikan dengan huruf S (Spiegel Axepy) = sumbu spiegel.


Sumbu cermin putar didapatkan dari kombinasi suatu perputaran dimana, sumbu
tersebut sebagai porosnya, dengan pencerminan ke arah suatu bidang cermin putar
yang tegak lurus dengan sumbu tersebut. Bidang cermin ini disebut dengan cermin
putaran atau bidang normal.

Macam-macam Gyroide :
- Digyroide (S2)

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 8
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

- Trigyroide (S3)
- Tetragyroide (S4)
- Hexagyroide (S6)

- Digyroide (S2)
Sumbu cermin putar bernilai 2, besar perputaran 1800. satu putaran sebesar 1800
menuju 18 dilanjutkan dengan pencerminan tegak lurus bidang cermin putaran
menempati 1 kembali.

- Trigyroide (S3)
Sumbu cermin putar bernilai 3, besar perputaran 1200. Dalam penentuan dan cara
mendapatkan sumbu bernilai 3 caranya sama dengan Digyroide.

- Tetragyroide (S4)
Sumbu cermin putar bernilai 4. Besar perputaran 900. maka akan terjadi
kenampakan baru elemen simetri dari 1 lewat 1’ menempati 2. Pada kenampakan
pertama, Tetragyroide merupakan dygyre, asal susunan keseluruhannya diputar
sebesar 1800.

- Hexagyroide (S6)
Sumbu cermin putar bernilai 6, besar perputaran 600. Kenampakan pertama
Hexagyroide juga trigyre, dengan perputaran sebesar 1200.

4. Sumbu inverse putar


Sumbu ini merupakan hasil perputaran dengan sumbu tersebut sebagai poros
putarnya, dilanjutkan dengan menginversikan (membalik) melalui titik/ pusat
simetri pada sumbu tersebut (Sentrum Inversi). Cara penulisannya; 4 6 dan
sebagainya. Sering pula ditulis dengan huruf "L". kemudian di sebelah kanan atas
ditulis nilai sumbu dan kanan bawah ditulis i.
Misal : L4i , L6i dan sebagainya.

2. Bidang simetri
Bidang simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan
membelah kristal menjadi dua bagian sama besar, dimana bagian yang satu merupakan

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 9
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

pencerminan dari bagian belahan yang lain. Bidang simetri dinotasikan dengan P
(plane) atau M (mirror).

Bidang simeti dikelompokkan menjadi dua, yaitu :


2.1. Bidang Simetri Utama
Bidang simetri utama dalah merupakan bidang yang dibuat melalui 2 buah
sumbu simetri utama kristal dan membagi bagian yang sama besar.
Bidang simetri utama ini ada 2, yaitu :
 Bidang simetri utama horizontal dinotasikan dengan h
 Bidang simetri utama vertikal dinotasikan v

2.2. Bidang Simetri Tambahan (Intermediet/Diagonal)


Bidang simetri diagonal merupakan bidang simetri yang dibuat hanya
melalui satu sumbu simetri utama kristal. Bidang ini sering disebut dengan
diagonal sama dengan notasi (d).

Catatan :
Dalam menghitung jumlah bidang simetri, dihitung dahulu bidang simetri
utama, baru hitung bidang simetri tambahan.

3. Titik atau Pusat Simetri (Centrum  C)


Pusat simetri adalah titik dalam kristal, dimana melaluinya dapat dibuat garis
lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan sisi yang lain dengan jarak
yang sama, dijumpai kenampakkan yang sama (tepi, sudut, bidang).
Pusat simetri selalu berhimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat kristal belum
tentu merupakan pusat simetri.

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 10
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

c+ c+ c+
-
a
b- b+ a- a-
+ - + -
a b b b b+

{Hk0} a+ a+
c- c- {001}

c- {h01}
+ +
c c
-
a a-

b- b+ b- b+
a+ {hkl} a+
-
c c- {010}

c+ c+
a- a-

b- b+
b- b+

a+ a+

c- {100} c- {0kl}

Gambar 1.3 Tujuh Prinsip Letak Bidang Kristal Terhadap Susunan Sumbu Kristalografi

I. 2.d. Bentuk-bentuk Kristal.


a. Bentuk Tunggal
Kristal yang dibatasi oleh bidang-bidang datar/ bidang-bidang kristal dengan
bentuk dan ukuran yang sama, Sering dijumpai sebagai bentuk dasar.

Contoh :
- 4 bidang kristal ------------- Tetrahedron 111
- 6 bidang kristal ------------- Hexahedron 100

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 11
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

- 8 bidang kristal ------------- Oktahedron 111


- 12 bidang kristal ------------- Rhomben dodecahedron 110

b. Bentuk Kombinasi
Bentuk-bentuk kristal yang terjadi dari penggabungan dua atau lebih bentuk
tunggal yang tidak sama, sehingga pada.bentuk tersebut didapatkan dua atau lebih
simbol, bidang yang dipakai sebagai simbol bentuk, Bentuk ini hanya terjadi pada
sistem kristal yang sama.
Contoh :
- Kombinasi Hexahedron (100) + Octahedron (111)
- Kombinasi Rhomben Dodecahedron (110) + Tetrakishexahedron (210)

c. Bentuk Pertumbuhan
Pertumbuhan secara teratur antara dua atau lebih bentuk kristal tunggal atau
kombinasi dari bentuk yang sama, sehingga akan didapatkan unsur-unsur simetri
persekutuan yang sama. Tetapi, apabila kumpulan dari bentuk-bentuk tersebut
disebut kelompok atau kumpulan kristal (Cystal Agregate).
Contoh :
- Tetrakishexahedron 210
- Triakisoktahedron 211

Sistem Kristal
Sistem kristalografi dibagi 7 sistem, ini didasarkan kepada :
 Perbandingan panjang sumbu-sumbu kristalografi.
Dilihat perbandingan sumbunya dibagi menjadi 4 yaitu
a=b=c  sistem Reguler
a=b≠c  sistem Tetragonal
a=b=d≠c  sistem Hexagonal
a≠b≠c  sistem Orthorombic, Monoklin, Triklin

 Letak atau posisi sumbu kristalografi.


Dalam peletakannya dibagi menjadi 4 yaitu

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 12
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

α = β = γ = 90 º  Reguler, Tetragonal, Orthorombic


α = γ = β ≠ 90 º  Monoklin
α≠ β≠γ≠ 90 º  Triklin
β1 = β2 = β3 = 90 º dan γ 1 = γ 2 = γ3 = 120º  Hexagonal

 Jumlah sumbu kristalografi.


Berdasarkan jumlah sumbunya dibagi menjadi 2
3 sumbu  Reguler, Tetragonal, Orthorombic, Monoklin, Triklin
4 sumbu  Hexagonal

 Nilai sumbu c atau vertical.


Yang menjadi dasar pembagian sistem kristal ada 7 adalah nilai sumbu c pada
sistem hexagonal. Pada hexagonal bernilai 6 pada trigonal bernilai 3.

1. Sistem Reguler (Cubic  Isometric  Tesseral  Tessuler)

a-

b–

c-

Gambar 1.4. Sistem Reguler

Dalam sistem reguler terdapat ketentuan sebagai berikut :


1. Keadaan Sebenarnya :
 Jumlah sumbu ada tiga, yaitu sumbu a  b  c
 Sudut       900
Karena Sb a  Sb b  Sb c, maka sering disebut sebagai Sb a.
Nama : Abel Amadeus Tios
Nim : 111170057
Plug : 1 13
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

2. Penggambarannya :
 Sudut a  dengan b   30 0
 Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3

3. Klas Simetri menurut :


 Herman Mauguin ( Hm )
I. Menerangkan sumbu nilai sumbu a ( sumbu a, b, c ), mungkin bernilai 2 atau 4
dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu tersebut.
2 4
Notasi : 2, 4, , ,4
m m
II. Menerangkan sumbu simetri bernilai 3. Apakah sumbu yang bernilai 3 itu, juga
mempunyai nilai 6, atau hanya bernilai 3.
Notasi : 3, 3

III.Menerangkan sumbu intermediet bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri


diagonal yang tegak lurus dengan sumbu tersebut.

2
Notasi : 2, m, , atau tidak ada
m
Contoh :
4 2 4 2
- Klas Hexoctahedral 3 3
m m m m
- Klas Pentagonal Icositetrahedral 432 432
- Klas Hextetrahedral 4 3m 4 3m
2 2
- Klas Dyakisdodecahedral 3 3 -
m m
- Klas Tetratohedris 23 23 -

 Schoenflish ( Sc )
I. Menerangkan nilai sumbu c.
Notasi : O (Octaeder) bila sumbu bernilai 4.
T (Tetraeder) bila sumbu bernilai 2.

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 14
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

II. Menerangkan kandungan bidang simetrinya.


Notasi : h bila mengandung bidang horizontal, vertical, dan atau diagonal.
v bila mengandung bidang vertikal dan diagonal.
d bila mengandung bidang diagonal.
Contoh :
- Klas Hexoctahedral……………………………….Oh
- Klas Pentagonal Icositetrahedral…………………O
- Klas Hextetrahedral………………………………Td
- Klas Dyakisdodecahedral………………………… Th
- Klas Tetrahedral Pentagonal Dodecahedral…….…T

2. Sistem Tetragonal (Quadratic)

a+

b-

c-

Gambar 1.5. Sistem Tetragonal

Dalam sistem reguler terdapat ketentuan sebagai berikut :


1. Keadaan Sebenarnya :
 Jumlah sumbu ada tiga, yaitu sumbu a  b  c
 Sudut       900
Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau Sb b.
Bila Sb c lebih panjang dari Sb a atau Sb b disebut bentuk Columnar.
Bila Sb c lebih pendek dari Sb a atau Sb b disebut bentuk Stout.

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 15
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

2. Penggambarannya :
 Sudut a  dengan b   30 0
 Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6

3. Klas Simetri menurut :


 Herman Mauguin ( Hm )
I. Menerangkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak mempunyai nilai dan
ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu c.
4
Notasi : 4, ,4
m
II. Menerangkan nilai sumbu lateral ( sumbu selain sumbu c ), dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu lateral tersebut.
2
Notasi : 2, m, , atau tidak ada
m
III. Menerangkan nilai sumbu intermediet dan ada tidaknya bidang simetri yang
tegak lurus dengan sumbu intermediet tersebut.
2
Notasi : 2, m, , atau tidak ada
m
Contoh :
4 2 2 4 2 2
- Klas Ditetragonal Bypiramidal
m m m m m m
- Klas Tetragonal Trapezohedral 422 422
- Klas Ditetragonal Pyramidal 4mm 4mm
- Klas Tetragonal Scalenohedral 4 2m 4 2m
4 4
- Klas Tetragonal bipyramidal --
m m
- Klas Tetragonal Pyramidal 4 4--
- Klas Tetragonal Bisphenoidal 4 4 --

 Schoenflish ( Sc )
I. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus dengan sumbu c.
Notasi : D (Diedrish) bila sumbu bernilai 2.
C (Cyklich) bila tidak bernilai.

II. Menerangkan nilai sumbu c.


Nama : Abel Amadeus Tios
Nim : 111170057
Plug : 1 16
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Notasi : dituliskan di sebelah kanan agak ke bawah dari notasi D atau C.

III. Menerangkan kandungan bidang simetrinya.


Notasi : h bila mengandung bidang horizontal, vertical, dan atau diagonal.
v bila mengandung bidang vertikal dan diagonal.
d bila mengandung bidang diagonal.
Contoh :
- Klas Ditetragonal Pyramidal …………………………….C4v
- Klas ditetragonal Bipyramidal …………………………..D4h
- Klas Tetragonal Scalenohedral ………………………….D2d
- Klas Tetragonal Trapezohedral ………………………….D
- Klas Tetragonal Bipyramidal …………………………....C4h
- Klas Tetragonal Pyramidal ………………………………C4
- Klas Tetragonal Bispenoidal ……………………………. S4

3. Sistem Hexagonal

a-
b–

c-

Gambar 1.6.Sistem Hexagonal

Dalam sistem reguler terdapat ketentuan sebagai berikut :


1. Keadaan Sebenarnya :
 Jumlah sumbu ada empat, yaitu sumbu a  b  d  c
 Sudut 1   2   3 = 900 , sudut  1   2  1200

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 17
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

 Nilai Sb c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a dan bernilai 6.

2. Penggambarannya :
 Sudut a  dengan b   17 0 , sudut b  dengan d   390
 Perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6

3. Klas Simetri menurut :


 Herman Mauguin ( Hm )
I. Menerangkan nilai sumbu c, dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
dengan sumbu c.
6
Notasi : 3, 6, 3, 6,
m
II. Menerangkan nilai sumbu lateral ( sumbu selain sumbu c ), dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu lateral tersebut.
2
Notasi : 2, m, , atau tidak ada
m
III. Menerangkan nilai sumbu intermediet dan ada tidaknya bidang simetri yang
tegak lurus dengan sumbu intermediet tersebut.
2
Notasi : 2, m, , atau tidak ada
m
Contoh :
6 2 2 6 2 2
- Klas Dihexagonal Bipyramidal
m m m m m m
- Klas Dihexagonal Trapezohedral 622 622
- Klas Dihexagonal Pyramidal 6mm 6mm
6 6
- Klas Hexagonal Bipyramidal --
m m
- Klas Hexagonal Pyramidal 6 6--

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 18
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Schoenflish ( Sc )
I. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus dengan sumbu c.
Notasi : D (Diedrish) bila sumbu bernilai 4.
C (Cyklich) bila tidak bernilai.

II. Menerangkan nilai sumbu c.


Notasi : dituliskan di sebelah kanan agak ke bawah dari notasi D atau C.

III. Menerangkan kandungan bidang simetrinya.


Notasi : h bila mengandung bidang horizontal, vertical, dan atau diagonal.
v bila mengandung bidang vertikal dan diagonal.
d bila mengandung bidang diagonal.
Contoh :
- Klas Dihexagonal Pyramidal ……………………………D6h
- Klas Dihexagonal Bipyramidal ………………………….C6h
- Klas Hexagonal Trapezohedral ………………………….D6
- Klas Hexagonal Bipyramidal ……………………………C6h
- Klas Hexagonal Pyramidal ………………………………C6

4. Sistem Trigonal (Rhombohedral)

a-
b-

c-

Gambar 1.7. Sistem Trigonal

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 19
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Dalam sistem reguler terdapat ketentuan sebagai berikut :


1. Keadaan Sebenarnya :
 Jumlah sumbu ada empat, yaitu sumbu a  b  d  c
 Sudut 1   2   3  900 , sudut  1   2  1200
 Nilai sumbu c adalah 3.

2. Penggambarannya :
 Sudut a  dengan b   17 0 , sudut b  dengan d   390
 Perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6

3. Klas Simetri menurut :


 Herman Mauguin ( Hm )
I. Menerangkan nilai sumbu c, dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
dengan sumbu c.
6
Notasi : 3, 6, 3, 6,
m
II. Menerangkan nilai sumbu lateral ( sumbu selain sumbu c ), dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu lateral tersebut.
2
Notasi : 2, m, , atau tidak ada
m
III. Menerangkan nilai sumbu intermediet dan ada tidaknya bidang simetri yang
tegak lurus dengan sumbu intermediet tersebut.
2
Notasi : 2, m, , atau tidak ada
m
Contoh :
- Klas Ditrigonal Bipyramidal 6 m 2 6 m 2
- Klas Trigonal Bipyramidal 6 6 --
2 2
- Klas Ditetragonal Scalenohedral 3 3 -
m m
- Klas Trapezohedral 3 2 32-
- Klas Ditrigonal Pyramidal 3 m 3m-
- Klas Trigonal Rhombohedral 3 3 --
- Klas Trigonal Pyramidal 3 3--

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 20
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

 Schoenflish ( Sc )
I. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus dengan sumbu c.
Notasi : D bila sumbu bernilai 2.
C bila tidak bernilai.

II. Menerangkan nilai sumbu c.


Notasi : dituliskan di sebelah kanan agak ke bawah dari notasi D atau C.

III. Menerangkan kandungan bidang simetrinya.


Notasi : h bila mengandung bidang horizontal.
v bila mengandung bidang vertikal / diagonal.
d bila mengandung bidang diagonal.
Contoh :
- Klas Trigonal Bipyramidal ………………………………C3h
- Klas Trigonal Trapezohedral …………………………….D3
- Klas Trigonal Rhombohedral …………………………… C3d
- Klas Trigonal Pyramidal …………………………………C3
- Klas Ditrigonal Scalenohedral …………………………..D3d
- Klas Ditrigonal Bipyramidal ……………………………..D3h
- Klas Ditrigonal Piramidal ………………………………. C3

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 21
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Orde I Or Orde II

Orde III

Orde III
Gambar 1.8: Cara Penarikan Sumbu a pada Sistem Hexagonal dan Trigonal

5. Sistem Orthorombik (Rhombic  Prismatic  Trimetric)

a-
b-

c-
.
Gambar 1.9. Sistem Orthorombik

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 22
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Dalam sistem reguler terdapat ketentuan sebagai berikut :


1. Keadaan Sebenarnya :
 Jumlah sumbu ada tiga, yaitu sumbu a  b  c
 Sudut       900
 Sumbu c adalah sumbu terpanjang dan sumbu a adalah sumbu terpendek.
 Nama sumbu
 Sumbu a = Brachy
 Sumbu b = Macro
 Sumbu c = Basal.

2. Penggambarannya :
 Sudut a  dengan b   30 0
 Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6

3. Klas Simetri menurut :


 Herman Mauguin ( Hm )
I. Menerangkan nilai sumbu a, dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
dengan sumbu a.
2
Notasi : 2, m,
m
II. Menerangkan nilai sumbu b, dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
dengan sumbu b.
2
Notasi : 2, m,
m
III. Menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
dengan sumbu c.
2
Notasi : 2,
m
Contoh :
2 2 2 2 2 2
- Klas Orthorombic Bipyramidal
m m m m m m
- Klas Orthorombik Bisphenoidai 2 2 2 2 2 2
- Klas Orthorombic Pyramidal m m 2 m m 2

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 23
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

 Schoenflish ( Sc )
I. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus ( sumbu lateral ) dengan sumbu c
Notasi : D bila sumbu bernilai 2 dan C bila tidak bernilai.

II. Menerangkan nilai sumbu c.


Notasi : dituliskan di sebelah kanan agak ke bawah dari notasi D atau C.

III. Menerangkan kandungan bidang simetrinya.


Notasi : h bila mengandung bidang horizontal, vertical, dan atau diagonal.
v bila mengandung bidang vertikal dan diagonal.
d bila mengandung bidang diagonal.
Contoh :
- Klas Orthorombic Pyramidal ……………………………C2v
- Klas Orthorombic Bisphenoidal …………………………D2
- Klas Orthorombik Bipyramidal ………………………….D2h

6. Sistem Monoklin (Oblique  Monosymetric  Clinorhombik 


Hemiprismatic)

a-

b–

c-

Gambar 1.10. Sistem Monoklin

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 24
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Dalam sistem reguler terdapat ketentuan sebagai berikut :


1. Keadaan Sebenarnya :
 Jumlah sumbu ada tiga, yaitu sumbu a  b  c
 Sudut     900 ,   900
 Sumbu c adalah sumbu terpanjang dan sumbu a adalah sumbu terpendek.
 Sumbu b dianggap sebagai Sumbu c
 Nama sumbu
 Sumbu a = Clino
 Sumbu b = Ortho
 Sumbu c = Basal.

2. Penggambarannya :
 Sudut a  dengan b   450
 Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6
Sumbu c adalah sumbu terpanjang
Sumbu a adalah sumbu terpendek.

3. Klas Simetri menurut :


 Herman Mauguin ( Hm )
I. Menerangkan nilai sumbu b, dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
dengan sumbu b.
2
Notasi : 2, m,
m
Contoh :
2
- Klas Prismatic
m
- Klas Sphenoidal 2
- Klas Domestik m

 Schoenflish ( Sc )
I. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus ( sumbu lateral ) dengan sumbu c
Notasi : D bila sumbu bernilai 2.
C bila tidak bernilai.

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 25
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

II. Menerangkan nilai sumbu c.


Notasi : dituliskan di sebelah kanan agak ke bawah dari notasi D atau C

III. Menerangkan kandungan bidang simetrinya.


Notasi : h bila mengandung bidang horizontal.
v bila mengandung bidang vertikal / diagonal.
d bila mengandung bidang diagonal.

Contoh :
- Klas Prismatik ……………………………………………C2h
- Klas Spenoidal …………………………………………...C2
- Klas Domatic …………………………………………….C1h

7. Sistem Triklin (Anorthic  Asymetric  Clinorhombohedral)

a+

b–

c-

Gambar.1.11. Sistem Triklin

Dalam sistem reguler terdapat ketentuan sebagai berikut :

1. Keadaan Sebenarnya :
 Jumlah sumbu ada tiga, yaitu sumbu a  b  c
 Sudut       900
 Nama sumbu
Nama : Abel Amadeus Tios
Nim : 111170057
Plug : 1 26
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

 Sumbu a = Brachy
 Sumbu b = Macro
 Sumbu c = Basalt.

2. Penggambarannya :
 Sudut a  dengan c   450
 Sudut b  dengan c   800
 Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6

3. Klas Simetri menurut :


 Herman Mauguin ( Hm )
Sistem ini hanya mempunyai 2 klas simetri :
 Mempunyai pusat simetri  Klas Pinacoidal, notasi : 1
 Tidak mempunyai unsur simetri  Klas Assymetric, notasi : 1
 Schoenflish ( Sc )
Sistem ini hanya mempunyai 2 klas simetri ;
 Mempunyai pusat simetri  Klas Pinacoidal, notasi : C1
 Tidak mempunyai unsur simetri  Klas Assymetric, notasi : C1

BAB II

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 27
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

MINERALOGI FISIK

II.1 Dasar Teori


Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mineral,
baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari
tentang sifat – sifat fisik, sifat – sifat kimia, tempat terdapatnya, cara terjadinya, dan
kegunaannya.
Definisi mineral menurut beberapa ahli :
1. L.G. Berry dan B. Masson, 1959
“Mineral adalah suatu benda padat homogen yang tredapat di alam terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur”.
2. D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
“Mineral adalah suatu bahan padat yang secara structural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik”.
3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
“Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi kimia
tertentu atau dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk
dialam dan bukan hasil suatu kehidupan.”

Tetapi dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan suatu anomaly
atau suatu pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut sebagai mineral,
walaupun tidak termasuk didalam suatu definisi. Ehingga sebernanya dapat dibuat suatu
definisi baru atau definisi kompilasi. Dimana definisi kompilasi tidak menghilangkan
suatu ketentuan umum bahwa mineral mempunyai sifat sebagai : bahan alam,
mempunyai sifat fisis dan kimia tetap, berupa unsure tunggal atau senyawa.
Batasan-batasan definisi mineral :
1. Suatu bahan alam,
2. Mempunyai sifat fisis dan kimia yang tetap,
3. Pada umumnya anorganik,
4. Homogen

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 28
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Cara Terjadinya Mineral – Mineral


Mineral – mineral pada umumnya terbentuk mengikuti 4 cara:
1. Terbentuk dari Larutan – larutan
2. Terbentuk dari Magma
3. Terbentuk karena Sublimasi
4. Terbentuk karena Metamorfisme

Mineralogi dibagi menjadi 2 bagian :


1. Mineralogi fisik
2. Mineralogi kimiawi

II.2 Deskripsi Mineral


Mineral memiliki beberapa sifat fisik antara lain :
1. Warna (Colour)
Bila suatu permukaan mineral dikenal suatu cahaya, maka cahaya yang
mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan terserap (absorpsi) dan sebagian
dipantulkan (refleksi).
Warna penting untuk membedakan antara mineral akibat pengotoran dan warna
asli (tetap) yang berasal dari elemen utama pada mineral tersebut.
Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama pada
mineral disebut dengan nama Idiochromatic.
Misal : Sulfur berwarna kuning, Pyrite berwarna kuning loyang, Magnetite
berwarna hitam.
Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur lain, sehingga
memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan
nama Allochromatic.
Misalnya : Halite, warana dapat berubah-ubah :
- Abu-abu
- Biru bervariasi
- Kuning
- Cokelat gelap
- Merah muda

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 29
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Kuarsa tidak berwarna, tetapi karena adanya campuran/pengotor, warna


berubah-ubah menjadi :
- Violet (Amethyst)
- Merah muda
- Cokelat-hitam
Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada
mineral disebut dengan nama Chromophores.
Misal : Ion-ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan Chromophores dalam
mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru.

Factor yang dapat mempengaruhi warna :


a.Komposisi kimia
b. Struktur kristal dan ikatan atom
c.Pengotoran dari mineral.

2. Perawakan Kristal (Crystal Habit)


Perawakan kristal (Crystal Habit), bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang
yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relative bidang-bidang tersebut.
Kita perlu mengenal beberapa perawakan kristal yang terdapat pada jenis mineral
tertentu, sehingga perawakan kristal dapat dipakai untuk penentuan jenis mineral,
walaupun perawakan kristal bukan merupakan cirri tetap mineral.
Contoh :
- Mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun (foliated)
- Amphibol, selalu menunjukkan perawakan kristal meniang (columnar)
Perawakan kristal dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Pearl, 1975) yaitu :
A.Elongated Habits
1. Meniang (Columnar)

Bentuk kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang.


Contoh : Tourmaline, Pyrolusite, Wollastonite.

2. Menyerat (Fibrous)

Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil.


Nama : Abel Amadeus Tios
Nim : 111170057
Plug : 1 30
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Contoh : Asbestos, Gypsum, Tremolit, Silimanite.

3. Menjarum (Acicular)

Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.


Contoh : Natrolite, Glaucophane.

4. Menjaring (Reticulate)

Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jarring.


Contoh : Rulite, Cerussite.

5. Membenang (Filliform)

Bentuk kristal kecil-kecil menyerupai benang.


Contoh : Silver.

6. Merabut (Capilery)

Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut.


Contoh : Cuprite, Bysolite (variasi dari Actinolite)

7. Mondok (Stout, Stubby, Equant)

Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal-kristal dengan sumbu
lebih pendek dari sumbu yang lainnya.
Contoh : Zircon.

8. Membintang (Stellated)

Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang.


Contoh : Pirofilit.

9. Menjari (Radiated)

Bentuk kristal menyerupai bentuk jari-jari.


Contoh : Markasit, Natrolite.

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 31
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

B.Flattened Habits
1. Membilah (Bladed)

Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan
perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh.
Contoh : Kyanite, Kalaverite, Glaucopane.

2. Memapan (Tabular)

Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal tidak
terlalu jauh.
Contoh : Barite , Hypersthene, Hematite.

3. Membata (Blocky)

Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan antara tebal
dan lebar hampir sama.
Contoh : Microcline, Calcite.

4. Mendaun (Foliated)

Bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan yang mudah


dikupas/dipisahkan.
Contoh : Mika, Chlorite, Talc.

5. Memencar (Divergent)

Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka.


Contoh : Aragonite, Millerite, Gypsum.

6. Membulu (Plumose)

Bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu.


Contoh : Mika.

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 32
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

C. Rounded Habits
1. Mendada (Mamillary)

Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buah dada (breast like).


Contoh : Malachite, Opal, Hemimorphite.

2. Membulat (Colloform)

Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat-bulat.


Contoh : Glaucinite, Cobaltite, Bismuth, Geothite, Franklinite, Smallite.

3. Membulat jari (Colloform radial)

Bentuk kristal yang membulat dengan struktur dalam memancar menyerupai


bentuk jari.
Contoh : Pyrolorphyte.

4. Membutir (Granular)

Kelompok kristal kecil yang berbentuk butiran.


Contoh : Olivine, Anhydrite, Chromite, Sodalite, Alunite, Niceolite, Cryollite,
Cordierite, Cinabar, Rhodochrosite.

5. Memisolit (Pisolitic)

Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah.


Contoh : Gibbsite, Pisolitic, Opal.

6. Stalaktit (Stalactic)

Bentuk kristal yang membulat dengan litologi gamping.


Contoh : Geothite

7. Mengginjal (Renitoform)

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 33
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Bentuk kristal yang menyerupai bentuk ginjal.


Contoh : Hematite.

3. Kilap (Luster)
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral,
yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan (refraksi).
Intentitas kilap tergantung dari indeks bias dari mineral, yang apabila makin besar
indeks bias mineral, makin besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan.
Nilai ekonomi mineral kadang-kadang ditentukan oleh kilapnya.

a. Kilap logam (Metallic Luster)

Mineral-mineral opag yang mempunyai indeks bias sama dengan 3 atau lebih.
Contoh : Galena, Native metal, Sulphide, Pyrite.

b. Kilap Sub-Metalik (Sub Metallic Luster)

Terdapat pada mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6 sampai 3.
Contoh : - Cuprite (n = 2.85)
- Cinnabar (n = 2.90)
- Hematite (n = 3.00)
- Alabandite (n = 2.70)

c. Kilap Bukan Logam (Non Metallic Luster)


Mineral-mineral yang mempunyai warna terang dan dapat membiaskan, dengan
indeks bias kurang dari 2,5.
Gores dari mineral-mineral ini biasanya tak berwarna atau berwarna muda.

Macam-macam kilap bukan logam :

1. Kilap kaca (Vitreous luster)

Kilap yang ditimbulkan oleh permukaan kaca atau gelas.


Contoh : - Quartz - Carbonates - Sulphates
- Spinel - Silicates - Flouriote

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 34
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

- Garnet - Leucite - Corondum.


- Halite yang segar
2. Kilap intan (Adamanite luster)

Kilap yang cemerlang yangt ditimbulkan oleh intan atau permata.


Contoh : Diamond, Cassiterite, Sulfur, Sphalerite, Zircon, Rutile.

3. Kilap lemak (Greasy luster)

Contoh : Nepheline yang sudah teralterasi, Halite yang sudah terkena udara.

4. Kilap lilin (Waxi luster)

Merupakan kilap seperti lilin yang khas.


Contoh : Serphentine, Cerargyrite.

5. Kilap sutera (Silky luster)

Kilap yang seperti terdapat pada mineral-mineral yang pararel atau berserabut
(pararel fibrous structure)
Contoh : Asbestos, Selenite (variasi Gypsum), Serphentinite, Hematite.

6. Kilap mutiara (Pearly luster)

Kilap yang ditimbulkan oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran dan
menyerupai mutiara.
Contoh : Talc, Gypsum, Mika.

7. Kilap tanah (Earthy Luster)

Kilap yang ditunjukkan oleh mineral yang porous dan sinar yang masuk tidak
dipantulkan kembali.
Contoh : Kaolin, Chalk, Diatomea, Pyrolusite, Variasi Ochres.

4. Kekerasan (Hardness)

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 35
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Kekerasan mineral pada umunya diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap
goresan (scratching).
Penemtuan kekerasan relative mineral ialah dengan jalan menggoreskan
permukaan mineral yang rata pada mineral standar darai skala Moh’s yang sudah
diketahui kekerasannya.
Skala kekerasan relative mineral dari Moh’s :
1. Talc Mg3Si4O10(OH)2
2. Gypsum CaSO42H2O
3. Calcite CaCO3
4. Fluorite CaF2
5. Apatite Ca5(PO4)3F
6. Orthoclase K(AlSi3O8)
7. Quartz SiO2
8. Topaz Al2SiO4(FOH)2
9. Corondum Al2O3
10. Diamond C

Misal suatu mineral digores dengan Kalsit (H  3) ternyata mineral itu tidak
tergores, tetapi dapat tergores oleh Flourite (H  4), maka mineral tersebut memiliki
kekerasan antara 3 dan 4.
Dapat pula penentuan kekerasan relative mineral dengan mempergunakan alat-
alat sederhana yang sering terdapat di sekitar kita.
Misal :
- Kuku jari manusia H  2,5
- Kawat tembaga H 3
- Pecahan kaca H  5,5
- Pisau baja H  5,5
- Kikir baja H  6,5
- Lempeng baja H 7
Bilamana suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi oleh kawat
tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 36
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

5. Gores (Streak)
Gores merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk
sapai halus. Gores ini dapat lebih dipertanggung jawabkan karena stabil dan penting
untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi goresnya berbeda.
Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan keping
porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka dapat dicari
dengan cara menumbuk sampai halus menjadi berupa tepung.
Mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.
Contoh : - Quartz = putih/tak berwarna
- Gypsum = putih/tak berwarna
- Calcite = tak berwarna
Mineral bukan logam (non metallic mineral) dan berwarna gelap akan
memberikan gores yang lebih terang dari pada warna mineralnya sendiri.
Contoh : - Leucite = warna abu-abu/gores putih
- Dolomite = warna kuning sampai merah jambu/gores putih
Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang mempunyai warna gores
yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri.
Contoh : - Pyrite = warna kuning loyang /gores hitam.
- Copper = warna merah bata/gores hitam
- Hematite = warna abu-abu kehitaman/gores hitam

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 37
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan warna yang sama.
Contoh : - Cinnabar = warna dan gores merah
- Magnetite = warna dan gores hitam
- Azurite = warna dan gores biru.

6. Belahan (Cleavage)
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastisitas dan
plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah.
Belahan mineral akan selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal yang rata,
karena belahan merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal. Belahan tersebut
akan menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian yang kecil, yang setiap bagian
kristal dibatasi oleh bidang yang rata.
Berdasarkan dari bagus atau tidaknya permukaan bidang belahannya, belahan
dapat dibagi menjadi :
a. Sempurna (Perfect)
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan
bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya.
Contoh : Calcite, Muscovite, Galena, Halite.

b. Baik (Good)

Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata,
tetapi dapat juga terbelah melalui bidang belahannya.
Contoh : Feldspar, Hyperstene, Diopsite, Augite, Rhodonite.

c. Jelas (Distict)

Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut
sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.
Contoh : Staurolit, Scapolite, Hornblende, Anglesite, Feldspar, Scheelite.

d. Tidak Jelas (Indistict)

Yaitu apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk
membentuk belahan dan pecahan sama besar.
Nama : Abel Amadeus Tios
Nim : 111170057
Plug : 1 38
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Contoh : Beryl, Corondum, Platina, Gold, Magnetite.

e. Tidak Sempurna (Imperfect)

Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan
pecah dengan permukaan yang tidak rata.
Contoh : Apatite, Cassiterite, Native Sulphur.

7. Pecahan (Fracture)
Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas
dan elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah.
Pecahan dapat dibagi menjadi :
a. Choncoidal : Pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau mengulit
bawang.
Contoh : Quartz, Rutile, Cerrusite, Anglesite, Obsidian.
b. Hackly : Pecahan besi runcing yang tajam serta kasar tak beraturan.
Contoh : Silver, Gold, Platinum, Copper.
c. Even : Permukaan bidang kecil-kecil dengan ujung pecahan masih
mendekati bidang datar.
Contoh : Biotite, Talc, Muscovite, Mineral Lempung
d. Uneven : Pecahan mineral yang menunjukkan permukaan bidang
pecahannya kasar dan tidak teratur.
Contoh : Calcite, Rhodunite, Marcasite, Rutile, Rhodonite.
e. Splintery : Pecahan mineral yang hancur menjadi kecil-kecil menyerupai
benang.
Contoh : Flourite, Serpertine, Antigoite.
f. Earthy : Pecahan mineral yang hancur seperti tanah.
Contoh : Kaoline, Biotite, Talc, Muscovite.

8. Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)


Tenacity adalah daya tahan suatu mineral terhadap pemecahan, pembengkokan,
penghancuran dan pemotongan.
Macam-macam Tenacity :

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 39
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

a. Brittle : Mineral mudah hancur menjadi tepung halus.


Contoh : Calcite, Quartz, Marcasite, Hematite.
b. Sectile : Mineral mudah terpotong dengan pisau dengan tidak berkurang
menjadi tepung.
Contoh : Gypsum, Carargyrite.
c. Malleable : Mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.
Contoh : Gold, Copper.
d. Ductile : Dapat ditarik atau diulur seperti kawat.
Contoh : Silver, Olivin, Copper, Carrargyrite.
e. Fleksible : Mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah.
Contoh : Talc, Mika, Gypsum.
f. Elastic : Dapat merenggang bila ditarik, dan dikembalikan seperti semula
bila dilemaskan.
Contoh : Muscovite, Hematite tipis.

9. Berat Jenis (Specific Grafity)


Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral dibandingkan
berat air pada volume yang sama. Density adalah massa mineral atau air persatuan
volume, sehingga mempunyai satuan yaitu : gram/cm3. istilah specific grafity sering
dikacaukan dengan artinya density, yang sebenarnya keduanya mempunyai arti yang
berbeda.

BJ = Berat Mineral
BJ =
Volume Mineral

Dalam penentuan berat jenis diperlukan alat-alat :


a. Piknometer
b. Timbangan Analitik
c. Gelas Ukur

10. Rasa dan Bau (Taste and Odour)

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 40
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Disamping dari sifat-sifat yang sudah dibahas diatas, beberapa mineral


mempunyai rasa dan bau, kedua sifat ini merupakan sifat khas dari mineral. Salah satu
contohnya adalah mineral Native Sulphur.
Rasa (taste) hanya dipunyai oleh mineral-mineral yang bersifat cair:
1. Astringet : rasa yang umum dimiliki oleh sejenis logam.
2. Sweetisist Astinget : rasa seperti pada tawas
3. Saline : rasa yang dimiliki seperti pada garam
4. Alkaline : rasa yang dimiliki seperti pad rasa soda
5. Bitter : rasa separti garam pahit
6. Cooling : rasa seperti rasa sendawa
7. Sour : rasa seperti asam belerang
Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang bersifat volatile
melalui pemanasan atau melalaui penambahan suatu asam, maka kadan-kadang bau
(odour) akan menjadi ciri-ciri yang has dari suatu mineral.
1. Alliaceous : Bau seperti bawang, proses pereaksi dan arsenopyrite
akan menimbulkan bau yang khas.
2. Horse Radish Odour : Bau dan lobak kuda yang menjadi busuk (biji selenit yang
dipanasi)
3. Suulphurous : Bau yang ditimbulkan oleh proses pereaksian pint atau
pemanasan mineral yang mengandung unsure sulfida.
4. Bituminous : Bau seperti bau aspal
5. Fetid : Bau yang ditimbulkan oleh asam sulfia atau bau busuk
seperti bau busuk seperti telor busuk.
6. Argiilaceous : Bau seperi lempung basah, seperti seperti serpentin yang
mengalami pemanasan, bau kalau pyrargilite dipanasi.

11. Sifat Kemagnetan


Yang perlu dicatat pada praktikum mineral fisik ini adalah sifat mineral yang
diselidiki yaitu apakah paramagnetit (magnetit) ataukah diamagnetit (non magnetit).
a. Paramagnetit (magnetit) : Mineral tersebut mempunyai gaya tarik tehadap
magnet.
b. Diamagnetit (non magnetit) : Mineral tersebut mempunyai gaya tolak terhadap
magnet.

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 41
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

12. Derajat Ketransparanan


Sifat transparan dari suatu mineral tergantung kepada kemampuan mineral
tersebut mentransmit sinar (berkas cahaya). Sesuai dengan itu, variasi jenis mineral
dapat dibedakan atas :
a. Opaque mineral : Mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam
bentuk helaian yang amat tipis.
Mineral-mineral ini permukaannya memiliki kilauan metalik dan meninggalkan
berkas hitam atau gelap (logam-logam mulia, belerang, ferric oksida).
b. Transparant mineral : Mineral-mineral yang tembus pandang seperti kaca biasa
(batu-batu kristal dan Iceland Spar).
c. Translucent mineral : Mineral yang tembus cahaya tetapi tidak tembus pandang
seperti kaca frosted (Calsedon, Gypsum, dan kadang-kadang Opal).
d. Mineral-mineral yang tidak tembus pandang (non transparent) dalam bentuk
pecahan-pecahan (fragmen) tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis
(Feldspar, Karbonat-karbonat, dan silicon).

13. Nama Mineral dan Rumus Kimia.


Dalam menentukan nama mineral dan rumus kimia dilakukan setelah diskripsi
diatas selesai. Caranya dengan mencocokkan diskripsi diatas dengan table determinan
yang telah disediakan di laboratorium.

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 42
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

BAB III
MINERALOGI KIMIAWI

III.1 Dasar Teori


Mineralogi kimiawi adalah ilmu pasti yang mempelajari sifat – siafat kmiawi
dari mineral. Meliputi perubahan yang terjadi bula dipanasui oleh api Oksidasui maupun
api reduksi mengenai perubahan warna ,subliamasi, pengembunan dan lain – lain. Juga
atas dasar senyawa kimia maupun sifat – sifat kimianya.

Maksud dan Tujuan


1. Mengetahui sifat – sifat kimia yang penting dari setiap mineral dengan metode yang
sesuai.
2. Melengkapi data yang di peroleh dari penyelidikan secara fisis.

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang di pergunakan dalam percobaan Mneralogi kimiawi ini
adalah sebgai berikut:
1. Pipa Tiup.
Ialah Suatu pipa yang terbuat dari tembaga atau nikel yang ujungnya bengkok.
Bagian pangkal melebar dari karet yang keras atau kayu. Panjang 18 cm , diameter
ujung 0,4 – 0,6 mm.
2. Lampu Spritus.
Ialah sebuah lampu kaca dengan bahan bakar Spritus dan sumbu kain.
3. Kawat Platina.
Panjang 10 – 15 cm dengan bagian ujung di buat melingkar dengan diameter 15
mm.
4. Jarum Preparat.
Ialah jarum dengan tangkai besi, panjang jarum 10 cm dan panjang tangkai 5 cm.
Nama : Abel Amadeus Tios
Nim : 111170057
Plug : 1 43
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

5. Gelas Arloji.
Ialah gelas dengan diameter 5 – 10 cm
6. Keping Gips.
Sering juga di sebut keping arang, berupa balok dengan ukuran 10 x 2 x 4 cm

7. Bor Tangan.
Ialah alat yang di gunakan untuk membuat lubang pada keping gips atau arang
8. Magnet ( Tipe sepatu Kuda ).

9. Buluh tertutup dan terbuka.


Ialah tabung gelas dengan 12 – 14 cm dan diameter bagian dalam kurang lebih 5
cm.

A. Stuktur Nyala Api

1. Kerucut gelap terdiri dari gas belum


terbakar, berwarna biru sampai gelap.
2. Daerah yang tidak bersinar (Bercahaya).
3. Daerah yang bersinar mempunyai nyala
berwarna kuning cerah, daerah ini
mempunyai nyala bercahaya terbesar.
4. Kerucut luar nyalanya tidak bercahaya,
tidak kaya akan O2.

Gambar 3.1. Nyala api

Keterangan :

 1 dan 2 daerah Reduksi.

 3 dan 4 daerah Oksidasi.

 3 Oksidasi terkuat.

 2 Reduksi terkuat.
Nama : Abel Amadeus Tios
Nim : 111170057
Plug : 1 44
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

1. Nyala Api Oksidasi

Dengan memasukkan pipa tiup kedalam


nyala api.
A : Daerah untuk meletakkan mineral
A
yang akan dipanasi api Oksidasi.

Gambar 3.2. Nyala Api Oksidasi

2. Nyala Api Reduksi

Dengan memasukkan pipa tiup kedalam


nyala api.
B : Daerah untuk meletakkan mineral
B
yang di panasi api Reduksi).

Gambar 3.3. Nyala Api Reduksi

Cara Penyelidikan.
1. Bersihkan kawat paltina dengan jalan memasukkan ke dalam lampu spritus agar cepat
bersih, masukkan ke dalam HCL encer, kemudian di panaskan. Lakukan hal
demuikian berulang – ulang sampai bersih (berwarna Putih).
2. Masukkan kawat Platina ke dalam tepung Borax .

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 45
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

3. Panaskan ke dalam api Oksidasi sampai terbentuk manik – manik (mutiara Borax)
yang berwarna jernih tanpa noda sedikitpun.
4. Masukkan mutiara Borax (dalam keadaan panas) ke dalam bubuk mineral yang akan
di selidiki.
5. Panaskan dengan api Oksidasi.
6. Amati dan catat warna pada waktu panas dan pada Waktu dingin.
7. Buatlah Mutiara Borax lagi dan masukkan dalam Tepung Mineral yang akan
diselidiki.
8. Panasi dengan api Reduksi.
9. Amati dan catat warna pada Waktu panas dan pada waktu dingin.
10. Cocokkan dengan tabel Kranss, maka dapat di ketahui unsur yang diselidiki. Tabel
Kranss seperti di bawah ini.

TABEL BED COLORATION KRANSS

No Oksidasi dari Nyala Api Oksidasi Nyala Api Reduksi

1 Mn Violet Kemerahan Tak Berwarna

2 Co Biru Biru

3 Cu Biru Hijau Merah Opag

4 Ni Coklat Kemerahan Abu – abu Opag

5 Fe Kuning Hijau Pucat

6 Cr Hijau Kekuningan Hijau Pucat

7 U Kuning Hijau Pucat tak berwarna

8 V Hijau Kekuningan Hijau Cerah

9 Ti Tak Berwarna Violet Kecoklatan

10 Mo Tak Brwarna Coklat

11 W Tak berwarna Kuning – Coklat

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 46
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Kemerahan

12 Si Tak Berwarna Tak berwarna

Tabel 1. Bed Coloration Kranss

BAB IV
ROCK FORMING MINERAL

IV.1 Dasar Teori

Batuan merupakan satuan pembentuk kulit bumi atau “outer shell” dari bumi,
sementara mineral merupakan satuan pembentuk massa batuan.
Pada dasarnya kulit bumi diperkirakan tersusun oleh lebih dari 99% terdiri atas
hanya 20 mineral dari ribuan mineral yang terdapat di alam. Mineral feldspar tidak
hanya dominan di dalam mineral silikat tetapi juga di dalam mineral-mineral pembentuk
batuan.
Walaupun ada ratusan mineral tetapi beberapa daripadanya yang sering dijumpai
sebagai mineral-mineral pembentuk batuan (“Rock Forming Mineral”). Seperti terlihat
pada table di bawah ini sebagian besar adalah pembentuk batuan beku dan endapan.
Untuk batuan malihan secara kimia sam dengan batuan beku dan endapan.

KOMPOSISI MINERAL PADA BATUAN BEKU DAN ENDAPAN


(CLARK & WASHINGTON)

BATUAN BEKU BATUAN ENDAPAN


Serpih Batu Pasir
Mineral Persen Mineral
(Persen) (Persen)
Kuarsa 12,0 Kuarsa 22,3 66,8
Feldpar 59,5 Feldspar 30,0 11,5
Piroksen & 16,8 Lempung 25,0 6,6

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 47
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Amphibole
Mika 3,8 Limonit 5,6 1,8
Mineral lain 7,9 Karbonat 5,7 11,1
Mineral lain 11,4 2,2
Total 100,0
Total 100,0 100,0
Tabel 2. Komposisi Mineral pada Batuan Beku dan Endapan
(Clark & Washington)

Sedangkan mineral-mineral yang penting dalam pembentukan kulit bumi adalah


mineral pada seri reaksi Bowen.

Bowen Reaction Series

Discontinuos Series Continuos Series


1200o C Olivin Anortit
Ca

Bitownit
Piroksin
Labradorit

900o C Hornblende Andesin

Oligoklas

Biotit Albit
Na

K. F e l d s p a r

600oC Muscovit

Qua rtz

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 48
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Presentase unsur – unsur kimia penyusun kerak bumi :


 Oksigen ( O ) 46,6 %
 Silikon ( Si ) 27,7 %
 Aluminium ( Al ) 8,1 %
 Besi ( Fe ) 5,0 %
 Kalsium ( Ca ) 3,6 %
 Natrium ( Na ) 2,8 %
 Kalium ( K ) 2,6 %
 Magnesium ( Mg ) 2,1 %
 Unsur lain 1,5 %

Discontinous Series :
 Mineral yang terbentuk secara tidak terus- menerus. Pada suhu tinggi terbentuk olivin,
kemudian suhu terus-menerus turun sehingga mineral piroksen dimana mineral olivin
sudah tak dapat terbentuk kembali. Begitu seterusnya sampai terbentuknya mineral
Biotit.
 Didominasi oleh mineral-mineral mafic (mineral gelap).

Continous series :
 Mineral terbentuk secara terus- menerus. Pada suhu tinggi terbentuk mineral anortit
(Plagioklas Ca). Kemudian suhu menurun dan terbentuk mineral bitownit, tetapi mineral
anortit masih terbentuk. Begitu seterusnya sampai terbentuk mineral albit.
 Disebut juga dengan kelompok Plagioklas.
 Didominasi oleh mineral felsik (mineral terang).
Sampai pada suhu yang rendah +500 0 C mineral biotit dan mineral albit saling bertemu
dan terbentuklah mineral k.feldspar, muskovit, dan quartz.

Mineral-mineral pembentuk batuan dapat dibedakan atas :

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 49
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

1. Felsik mineral, tersusun dari mineral-mineral yang bewarna


terang dan cerah serta mempunyai berat jenis kecil atau ringan.
Contoh : Quartz, Feldspar, Feldspartoid.
2. Mafik mineral, tersusun dari mineral-mineral yang bewarna
gelap dan mempunyai berat jenis yang besar dan berat.
Contoh : Olivin, Ampibol, Piroksen.

a. Felsik Mineral
 Quartz (SiO2)
System : Hexagonal (Prisma, Bipyramid dan kombinasinya)
Berat Jenis : 2,65
Kekerasan : 7
Warna : Putih selama belum ada pengotor .
Belahan : Tidak punya
Pecahan : Concoidal atau kerang
Penggunaan : Sebagai bahan utama atau pelengkap industri glas, pengecoranlogam,
ferro silicon, glass wool, ampelas, bahan bangunan dan semen.
 Feldspar
Merupakan mineral yang paling banyak dijumpai dari semua mineral silikat.
Merupakan pembentuk kira-kira setengah batuan-batuan kulit bumi. Mereka
membentuk kristal-kristal monoklin dan triklin juga silikat alumina K, Na, Ca.
Tiga molekul biasanya : - Ortoklas KAlSi3O8
- Albit NaAlSi3O8
- Anorthit CaAlSi3O8

Dari anorthit hingga albit membentuk feldspar plagioklas, yaitu Anorthit –


Bitownit – Labradorit – Andesin – Oligoklas – Albit.
- Anorthit banyak mengandung Ca ...... disebut Calcic plagioclase
- Albit banyak mengandung Na ....... disebut Sodic plagioclase

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 50
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Feldspar biasanya berwarna terang dan dicirikan oleh adanya dua belahan yang
baik. Misal:
- Ortoklas berwarna merah jambu atau seperti warna daging.
- Albit  berwarna putih
- Anorthit berwarna hijau abu-abu (untuk keperluan keramik), kedua
membentuk sudut 86°

Feldspar dibedakan dalam dua golongan besar yaitu :


a. Alkali Feldspar terdiri dari : Orthoklas, Mikroklin, Sanidin, Anorthoklas, Pertit,
dan Antipertit.
b. Plagioklas terdiri dari : Anorthit, Bitownit, Labrodorit, Andesin, Oligoklas,
Albit.

 Orthoklas (KAlSi3O8)
Merupakan feldspar sumber utama dari unsure K yang ada dalam tanah.
Orthoklas sebagian besar terdapat dalam batuan beku asam.
Berat jenis : 2,6
Kekerasan : 6
Warna : Abu-abu kemerahan atau tak berwarna
Sistem kristal : Monoklin, Prismatik, sejajar atau membutir dan massif.
Kilap : Vitrous luster yang berupa translucent atau transparent.
Penggunaan : Bahan dasar industri keramik, namun setelah mengalami
alterasi menjadi serisit (muskovit) dan Kaolin

 Plagioklas (NaCaAl2Si3O8)
Dari Anorthit hingga Albit membentuk Feldspar plagioklas. Albit lebih
dikenal dengan Sodic Plagioklase (sebab banyak mengandung Na), sedangkan
Anorthit dikenal dengan Calcic plagioclase (sebab banyak mengandung Ca).

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 51
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Sistem kristal : Triklin


Berat jenis : Albit  2,26 ; Anorthit  2,76
Warna : Kuning, putih dan merah
Belahan : Twining (kembaran)

 Feldspathoid
Mineral ini disebut juga mineral pengganti feldspar, terbentuk karena dalam
sebuah batuan tidak cukup terdapat SiO2.
Dalam batuan yang mengandung SiO2 bebas, mineral Feldspartoid tidak terbentuk
karena yang akan terbentuk adalah Feldspar.

Mineral yang termasuk dalam kelompok Feldspartoid (Foida) adalah :


Nefelin : KNaAl2Si2O4
Leusite : KAlSi2O6
Sodalite : Na4Al3Si3O12Cl
Scapolite : Ca4(Al2Si2O8)3(CO3)
Cancrinite : Na3Ca(Al3Si3O12)CO3(OH)2
Analcite : Na(AlSi2O6)H2O

b. Mafik Mineral
 Olivin (MgFe)2SiO4
Merupakan kristal-kristal campuran antara Mg2SiO4 (Fersteri) dengan Fe2SiO4
(Fayalit) dalam hal ini Mg selalu lebih banyak dari Fe. Olivin kadang disebut Chrysolite
yang merupakan mineral penyusun batuan terutama batuan beku berwarna gelap.
Umumnya terdapat pada batuan beku basa sampai ultra basa.
Berat jenis : 3,27-4,27
Kekerasan : 5,5-7
Kilap : Vitreous Luster.

 Kelompok Piroksen
Merupakan kelompok mineral silikat yang kompleks dan memiliki hubungan yang
sangat erat dala struktur kristal, sifat-sifat fisik dan komposisi kimia. Struktur Piroksen

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 52
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

terdiri atas mata rantai tetrahedral SiO4 diikat bersama secara lateral oleh ion logam Mg
dan Ca.

 Kelompok Amphibole
Amphibole mungkin dapat dibagi menjadi ser yaitu Antopyllite, Cumingtonite-
Qrunerite, Tremolite-Actinolite, Aluminian Amphibolite-Sodic Amphibole. Anggota
utama dari amphibole adalah Hornblende yang merupakan mineral dengan komposisi
sama dengan Augit, tetapi biasanya lebih kaya kalsium. Selain itu juga, sifat umumnya
meniang atau memeanjang dengan belahan dua arah dengan sudut 56 0 dan 124 0 , yang
kadang tampak jelas dan sering menunjukkan serat – serat dan asikular ( benang kusut ).

 Kelompok Mika
Mika merupakan mineral transisi. Struktur mika adalah tipe Tetrahedron dalam
lembaran-lembaran. Tiap SiO4 memiliki tiga oksigen dan satu oksigen bebas. Struktur
lembar direfleksikan oleh belahan bawah pada semua mika adalah elastic dan dapat
dibedakan dengan Chlorite yang Brittle.
Anggotanya terdiri dari :
1. Muscovite (warna terang silikat potassium dan aluminium dengan
hidroksil)
2. Biotit (warna gelap silikat potassium, aluminium, magnesium, dan besi
dengan hidroksil)
3. Klorit berwarna hijau berupa silikat magnesium dan besi dengan hidroksil
sebagai hasil alterasi dari biotit dan mineral ferro-magnesian lainnya.

Muscovite : putih, mika potas


Biotit : hitam, mika Fe dan Mg
Phlogopit : coklat, mika Mg
Lepidolit : ungu / abu-abu, mika Li

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 53
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

BAB V
KESIMPULAN UMUM

V.1 Kristalografi
Cabang – cabang ilmu geologi antara lain: Kristalografi dan Mineralogi,
semuanya saling berhubungan dan saling melengkapi satu sama lain. Ilmu – ilmu yang
lain juga menjadi dasar / pedoman. Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik, yaitu :

1. Dalam kristalografi, unsur yang paling penting adalah penentuan sistem.


Penentuan sistem kristalografi didasarkan pada :
a. Jumlah sumbu kristalografi.
b. Perbandingan panjang sumbu – sumbu kristalografi.
c. Letak atau posisi sumbu kristalografi
d. Nilai sumbu C.
2. Tujuh sistem kristalografi , yaitu :
1 Sistem Reguler
2 Sistem Tetragonal
3 Sistem Hexagonal
4 Sistem Trigonal
5 Sistem Orthorombik
6 Sistem Monoklin
7 Sistem Triklin

V.2 Mineralogi Fisik


1. Definisi mineral untuk para ahli:
Nama : Abel Amadeus Tios
Nim : 111170057
Plug : 1 54
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

 LG.Berry dan B.Mason,1959,”Mineral adalah suatu benda padat homogen


yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik, mempunyai atom-atom yang
tersusun teratur”
 D.G.A Whitten dan J.R.V.Brooks, 1972,”Mineral adalah sutu bahan padat
yang secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu,dibentuk
oleh proses alam yang anorganik.
 A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977,”Mineral adalah suatu zat atau bahan
yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas – batas
tertentu dan mempunyai sifat – sifat tetap,dibentuk di alam dan bukan hasil
suatu kehidupan”.
2. Perbedaan sifat – sifat fisis mineral sangatlah penting untuk dikuasai, karena dapat
digunakan untuk menentukan jenis / nama suatu mineral. Jumlah mineral yang
sangat banyak itu dapat dikelompokkan menurut unsur – unsur yang
dikandungnya, yaitu :
a. Mineral Silika
b. Mineral Karbonat
c. Mineral Oksida
d. Mineral Native ( element )
e. Mineral Sulfida
f. Mineral Sulfat
g. Mineral Metamorf

V.3 Mineralogi Kimiawi

Mineralogi kimiawi adalah ilmu pasti yang mempelajari sifat – siafat kmiawi dari
mineral. Meliputi perubahan yang terjadi bula dipanasi oleh api Oksidasi maupun api
reduksi mengenai perubahan warna, subliamasi, pengembunan, dan lain – lain. Juga
atas dasar senyawa kimia maupun sifat – sifat kimianya.

V.4 Rock Forming Mineral

Rock Forming Mineral adalah mineral-mineral penyusun batuan, dapat dibedakan


menjadi felsic mineral dan mafic mineral. Contoh felsic mineral yaitu : Quartz,

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 55
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

feldspar, feldspatoid, sedangkan contoh mafic mineral adalah olivine, piroksin, dan
amphibol.

BAB VI
KRITIK DAN SARAN

VI.1 Kritik dan Saran


Dengan berakhirnya Praktikum Kristalografi dan Mineralogi ini, praktikan
ingin mengajukan beberapa kritik dan saran, dengan harapan dapat meningkatkan
kualitas dan kemampuan praktikan di masa yang akan datang. Kritik dan saran
tersebut tercantum di bawah ini :
1. Penjelasan materi saat praktikum masih kurang jelas, sehingga terkadang agak
membingungkan praktikan. Mohon dalam menjelaskan materi dapat lebih detail
lagi agar praktikan dapat mengetahui dengan jelas mengenai suatu materi yang
sedang disampaikan.
2. Selama praktikum berlangsung, asisten diharapkan selalu mendampingi
praktikan sehingga praktikan dapat dengan mudah dan lancar dalam
mendeskripsi baik itu kristal, mineral, maupun batuan.
3. Adanya perbedaan persepsi antar asisten yang satu dengan asisten yang lain dan
praktikan berharap supaya ada pengkoordiniran yang lebih baik kepada seluruh
asisten
4. Supaya ada penambahan waktu praktikum atau adanya pengurangan materi dan
tugas, sehingga bukan jumlah yang terkesan diutamakan, tetapi koefisienan
materi.
5. Praktikan berharap laboratorium Kristalografi dan Mineralogi ini dapat
dilengkapi dengan alat – alat yang dapat digunakan untuk membantu praktikan
dalam mendeskripsikan mineral maupun batuan.

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 56
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2017

Nama : Abel Amadeus Tios


Nim : 111170057
Plug : 1 57

Anda mungkin juga menyukai