A7.krisnamurti Unej
A7.krisnamurti Unej
net/publication/316547958
CITATIONS READS
0 819
1 author:
Krisnamurti Krisnamurti
Universitas Jember
19 PUBLICATIONS 3 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Krisnamurti Krisnamurti on 28 April 2017.
ABSTRAK
Sejumlah besar penelitian eksperimental keruntuhan geser balok beton bertulang menunjukkan fakta bahwa kegagalan
geser balok merupakan proses yang kompleks dan efek ukuran memberikan pengaruh signifikan. Oleh karena itu,
upaya memperoleh model analisis secara fisik yang mampu memberikan hasil memuaskan untuk kasus kegagalan
geser balok beton bertulang menjadi daya tarik kuat bagi peneliti dan para praktisi rancang-bangun. Penelitian ini
bertujuan mengevaluasi perilaku terjadinya keruntuhan geser suatu balok beton bertulang akibat variasi model
sengkang pengikat.
Metode penelitian yang dilaksanakan meliputi uji material dan perencanaan campuran beton, uji kuat tarik baja
tulangan, pembuatan dan pengujian benda uji balok. Benda uji balok berupa model balok beton bertulang dengan
sengkang segiempat (model I) yang dikombinasikan dengan sengkang berbentuk lingkaran (model II), dan jajaran
genjang (model III). Benda uji balok dibuat sebanyak 3 buah benda uji untuk masing-masing bentuk sengkang.
Pengamatan dilakukan terhadap Pola retakan masing-masing benda uji, Defleksi terbesar, dan Besaran beban terpusat
maksimum yang bekerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola retakan pada masing-masing benda uji menunjukkan keruntuhan yang
terjadi adalah keruntuhan geser. Defleksi terbesar yang terjadi: pada model I sebesar 0,322 mm pada pembebanan 16
ton, pada model II sebesar 0,395 mm pada pembebanan 16,8 ton, pada model III sebesar 0,405 mm pada pembebanan
15 ton. Besaran beban terpusat maksimum sebesar 16,8 ton dengan lendutan rata-rata 0,395 mm terjadi pada balok
dengan kombinasi tulangan sengkang segiempat dengan sengkang lingkaran. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sengkang pengikat yang terdiri dari gabungan pola segiempat dan lingkaran merupakan pola pendetailan yang
mampu memberikan kinerja yang lebih baik dalam menahan beban geser.
Kata kunci: keruntuhan geser balok, pola retakan, sengkang pengikat.
A-53
ISBN 978-979-18342-1-6
c d' fy
Dengan adanya beberapa macam penulangan geser s
' 0 , 003
tersebut, perlu dilakukan penelitian terhadap model c Es
….....................(4)
pendetailan sengkang yang dapat memberikan Jika baja tulangan belum leleh , nilai fs’ harus
kontribusi besar menahan geser yang terjadi pada ditentukan melalui diagram regangannya :
balok maupun kolom. Dalam penelitian ini dicoba
c d'
untuk melakukan pengujian terhadap 3 buah model s
'E s 0 , 003 Es
sengkang pengikat yang mampu memberikan fs c ............................(5)
kontribusi lebih baik terhadap perilaku terjadinya
keruntuhan geser suatu balok beton bertulang. Kapasitas Geser
Diharapkan penelitian ini akan bermanfaat bagi Menurut SK SNI T-15-1991-03 kuat geser Balok
perencana struktur dalam mendesain bangunan tahan dapat dihitung dengan persamaan:
gempa. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi perilaku
terjadinya keruntuhan geser suatu balok beton Vn = Vc + Vs ............................................(6)
bertulang akibat variasi model sengkang pengikat.
Kuat geser nominal beton dan kuat geser tulangan
Kapasitas Elemen Balok/Kolom Terhadap Lentur geser dapat dihitung sebagai berikut :
P 1
Kapasitas lentur suatu elemen dapat dianalisis dari Vc 1 f 'c b w d
penampang melintangnya seperti gambar di bawah ini: 14 A g 6
............... (7)
As (tekan)
A v f ys d
0,003 0,85 fc’
Vs
½H d C S1 a C1 s .................................................(8)
H g. netral Untuk kolom berspiral sebagai berikut:
pusat plastis
S2
d’ T1 2 A ss f ys D
Vs
As (tarik) 4 s ...................................(9)
Gambar 1. gaya-gaya pada penampang Satuan gaya yang digunakan adalah Newton,
sedangkan satuan panjangnya adalah meter.
Kondisi seimbang (balance failure): Mekanisme keruntuhan geser dari balok bertumpuan
sederhana, yang dibebani dengan beban terpusat dapat
dibedakan dalam 3 tipe berdasarkan rasio a/d dimana
0 , 003 E s
ab cb d a adalah bentang balok yang mengalami geser, dan d
1 1
0 , 003 E s fy adalah jarak tulangan longitudinal terhadap sisi atas
……...........(1) balok. Ketiga tipe tersebut adalah: [13]
dengan fs = fy dan 1 = 0,85
Tipe I. Keruntuhan dari mekanisme balok dalam
Ragam keruntuhan yang terjadi pada kolom waktu singkat sesudah aplikasi beban retak
mungkin saja bukan keruntuhan seimbang, mungkin diagonal, ketika 3 < a/d < 7. Mekanisme lengkung
saja kolom tersebut mengalami keruntuhan tarik atau berikutnya tidak mampu menahan beban retak.
keruntuhan tekan . Keruntuhan tarik terjadi jika Pu < Tipe II. Keruntuhan tekan akibat geser atau
keruntuhan tarik lentur dari zone tekan diatas
Pb yang berarti s
> y atau e < eb. Tegangan beban retak diagonal. Ini biasanya merupakan
pada tulangan tarik sama dengan tegangan lelehnya. keruntuhan aksi lengkung ketika 2 < a/d < 3.
Keruntuhan tekan terjadi jika Pu > Pb yang berarti Tipe III. Keruntuhan akibat hancur atau lepasnya
beton (yaitu keruntuhan aksi aksi lengkung),
s
< y atau c > cb. Tegangan pada tulangan tarik ketika a/d kurang dari 2,5.
mesti ditentukan
d c Dengan mempertimbangkan aksi balok pada
s
0 , 003 ketahanan geser, sebagai gambaran pendahuluan, jelas
c …………….....................(2) bahwa besaran gaya ikat T, dipancarkan dianatara
d c dua retakan yang berdekatan, dibatasi oleh kekuatan
E s 0 , 003 Es blok kantilever yang terbentuk diantara retakan.
fs s
c …..........................(3) Dengan mengasumsikan bahwa kekuatan setiap
kantilever dalam bentang geser balok prismatik adalah
Karena persamaan diatas diasumsikan baja tulangan
sama, Tmax = qmax x, momen maksimum yang
tekan sudah leleh, maka harus dikontrol dengan dapat dikembangkan oleh aksi balok
melihat regangan pada baja tulangan
A-54
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
menjadi: Dimensi balok yang digunakan adalah: 15 x 15
x cm dengan panjang 60 cm, dengan jarak antar
M max
jdT max jd q max x q max jdx tumpuan sederhana = 45 cm.
0 ..(10) Benda uji dibebani beban terpusat di tengah
bentang.
dimana qmax adalah ikatan gaya maksimum persatuan Benda uji balok akan dibuat sebanyak 3 buah
panjang balok, x adalah jarak antara retakan, dan x benda uji untuk masing-masing bentuk sengkang,
adalah jarak penampang momen maksimum dari sehingga total benda uji adalah sebanyak 9 buah
tumpuan. Jika momen ini kurang dari kekuatan lentur benda uji.
penampang Mu, kekuatan geser, terkait dengan aksi Rancangan Penelitian
balok, membentuk kapasitas dari balok. Dengan
demikian momen yang dapat ditahan oleh aksi balok Penelitian evaluasi perilaku kuat geser balok beton
berupa kantilever beton dalam bentang geser bertulang akibat variasi model sengkang pengikat ini
meningkat sesuai dengan jarak x dari tumpuan. Aksi dilaksanakan di laboratorium Struktur Jurusan Teknik
balok juga menyebabkan konstanta kekuatan geser, Sipil Fakultas Teknik Universitas Jember. Penelitian
dibatasi dengan qmax, yaitu bentang geser independen dilaksanakan selama +/- 8 bulan mulai bulan April s/d
terhadap rasio tinggi balok a/d. Nopember 2008.
Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti bagan alir
METODE sebagai berikut:
Variabel independent dalam penelitian ini adalah: Penyiapan bahan dan set up peralatan penelitian
Variasi model sengkang benda uji dan Mutu beton dari
benda uji. Sedangkan variabel dependent yang
diharapkan diperoleh melalui pengujian adalah: Pola Pengujian sifat-sifat (properties)
retakan akibat geser yang terjadi pada masing-masing material penyusun beton dan baja
benda uji, Defleksi terbesar yang terjadi pada balok, tulangan
dan Besaran beban terpusat maksimum yang dapat
bekerja pada benda uji yang berasosiasi dengan Pembuatan desain penulangan penampang
kapasitas maksimum balok terhadap beban geser. balok dan mix design campuran beton
Model yang digunakan
Pembuatan bekisting dan penulangan
Dalam penelitian ini digunakan model balok beton benda uji balok beton
bertulang dengan sengkang segiempat (model I) yang
dikombinasikan dengan sengkang berbentuk lingkaran
(model II), dan jajaran genjang (model III) Pengecoran dan perawatan benda uji
sebagaimana terlihat pada gambar berikut: balok beton bertulang
15 cm 15 cm 15 cm
Penyusunan laporan penelitian
Model I Model II Model III
Apabila hasil pengujian kuat geser model 1 tersebut Tabel 6. Hasil Uji Kuat Geser MODEL II
disusun dalam bentuk grafik hubungan antara beban Beban P Pembacaan lendutan (x 0,001 mm)
dan lendutan yang terjadi, maka dapat diperoleh (Ton) Uji I Uji II Uji III Rata-rata
gambaran hubungan sebagaimana terlihat pada 2 36 38 45 39.67
gambar 5. 4 64 72 80 72.00
6 98 112 105 105.00
8 144 159 150 151.00
10 165 200 195 186.67
12 222 235 243 233.33
14 278 280 295 284.33
15 330 315.5 325 323.50
15.8 430 343.9 325 366.30
16 430 351 325 368.67
16.8 430 430 325 395.00
A-58
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
Apabila hasil pengujian dari ketiga benda uji untuk Dari seluruh proses pengujian dalam penelitian ini
masing-masing model tersebut di hitung rata-rata dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
lendutan yang terjadi, maka dapar dibuat hubungan 1. Pola retakan pada masing-masing benda uji
antara beban yang bekerja dengan lendutan yang menunjukkan bahwa keruntuhan yang terjadi
terjadi pada masing-masing balok untuk setiap model adalah merupakan keruntuhan geser.
sebagaimana terlihat pada tabel 8.
2. Defleksi terbesar 0,405 mm pada pembebanan yang
rendah 15 ton terjadi pada balok dengan kombinasi
Tabel 8. Hubungan beban dan lendutan balok tulangan sengkang segiempat dengan sengkang
Beban P lendutan (x 0,001 mm) diagonal.
(Ton) Model I Model II Model III 3. Besaran beban terpusat maksimum sebesar 16,8 ton
dengan lendutan rata-rata 0,395 mm terjadi pada
2 32.00 39.67 44.33 balok dengan kombinasi tulangan sengkang
segiempat dengan sengkang lingkaran.
4 65.33 72.00 86.00
6 102.00 105.00 125.00
Dengan demikian pola pendetailan sengkang pengikat
yang terdiri dari gabungan pola segiempat dan
8 140.33 151.00 168.67
lingkaran merupakan pola pendetailan yang mampu
10 183.67 186.67 216.33 memberikan kinerja yang lebih baik dalam menahan
12 221.00 233.33 283.67 beban geser yang terjadi pada suatu balok atau kolom
14 278.67 284.33 347.67
14.8 298.40 315.67 399.80 UCAPAN TERIMA KASIH
15 303.33 323.50 405.00 Terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan
15.8 318.00 366.30 Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, yang telah
16 321.67 368.67 membiayai pelaksanaan penelitian ini dalam skema
16.8 395.00 hibah penelitian dosen muda sesuai dengan Surat
Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor:
022/SP2H/PP/DP2M/III/2008 Tanggal 6 Maret 2008
Dari tabel 8 terlihat bahwa model I mampu menahan
beban sebesar 16 ton dengan lendutan yang terjadi
adalah sebesar 0,322 mm. Selanjutnya model II DAFTAR PUSTAKA
mampu menahan beban 16,8 ton dengan lendutan
yang terjadi adalah 0,395 mm. Model III mampu [1] Aswatama, K. (2005) Retrofit Kolom Beton
menahan beban 15 ton dengan lendutan rata-rata yang Bertulang Persegi Dengan Metode
terjadi adalah 0,405 mm. Apabila hubungan antara Penyelubungan Beton, Jurnal Rekayasa,
beban dan lendutan rata-rata tersebut digambarkan Vol. 2 No 2, pp. 109-118
dalam sebuat grafik, hasilnya dapat dilihat pada
[2] Arlekar, J.N. and Murty, C. V. R. (2004), Shear
gambar 11.
Moment Interaction For Design Of Steel
Beam-To-Column Connections. 13th World
Conference on Earthquake Engineering,
Hubungan lendutan rata-rata & Beban
18 Vancouver, B.C., Canada, Paper No. 635
16 [3] Amparo Alonso-Betanzos, Enrique Castillo, Oscar
14
Fontenla-Romero, and Noelia Sanchez-
Beban (Ton)
12
Marono, (2004), Shear Strength Prediction
10
using Dimensional Analysis and Functional
8
6
Networks, ESANN'2004 proceedings -
4 European Symposium on Artificial Neural
2 Networks, Bruges (Belgium), d-side publi.,
0 ISBN 2-930307-04-8, pp. 251-256
0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00
[4] Bazant, Z. P., and Yu, Qiang, 2003, Design
Lendutan (x0,001 m m )
Against Size Effect on Shear Strength of
Model I Model II Model III
Reinforced Concrete Beams without
Gambar 11. Hubungan lendutan dan beban rata-rata Stirrups. Structural Engineering Report No.
03-02/A466s, Northwestern University,
Evanston, Illions.
Pada gambar 11 terlihat bahwa ketiga model benda
uji memiliki perilaku pola keruntuhan yang non linier [5] Gastebled, Olivier J. and May Lan M., 1998,
dengan lendutan pada model III selalu lebih besar Fracture Mechanics Model Applied to Shear
dibandingkan dengan yang terjadi pada model I Failure of Reinforced Concrete Beams
maupun model II pada beban yang sama. without Stirrups, ACI Structural Journal,
184-190.
[6] Jenq, Y. S., and Shah, S. P., 1989, Shear
KESIMPULAN Resistance of Reinforced Concrete Beams-A
Fracture Mechanics Approach, Fracture
A-59
ISBN 978-979-18342-1-6
Mechanics: Application to Concrete, SP-
118, V. Li and Z. P. Bazant, eds., American
Concrete Institute, Farmington Hills, Mich.,
237-258.
[7] Karayannis, C.G., and Sirkelis, G.S., (2005),
Seismic behavior of reinforced concrete
columns with rectangular spiral shear
reinforcement, Third international
conference on construction in the 21st
century (CITC-III), “Advanced Engineering,
Management and Technology”, Athens.
[8] Khalifa, A., W.J. Gold, A. Nanni, and M.I. Abdel
Aziz, (1998) "Contribution of Externally
Bonded FRP to Shear Capacity of Flexural
Members" ASCE-Journal of Composites for
Construction, Vol. 2, No.4, pp. 195- 203.
[9] Krisnamurti (2006) Pengaruh Eksentrisitas
Konfigurasi Sistem SRPM Gedung
Bertingkat Banyak Terhadap Perilaku Portal
Beton Bertulang, Jurnal Rekayasa, Vol. 3
No. 1, pp. 028-042.
[10] Krisnamurti dan Aswatama, K. (2008) Pengaruh
variasi model sengkang terhadap kekuatan
geser balok/kolom beton bertulang guna
meningkatkan kekuatan elemen struktur
gedung tahan gempa, Laporan Penelitian
Dosen Muda, Jurusan Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Jember.
[11] Lorenzis, L.D, and Nanni, A. (2001) Shear
Strengthening of Reinforced Concrete
Beams with near- surface Mounted Fiber-
reinforced Polymer Rods, ACI Structural
Journal V.98
[12] Panitia Teknik Standardisasi Bidang Konstruksi
Bangunan (2002) Tata cara perhitungan
struktur beton untuk bangunan gedung, SNI
03-2847-2002, Jakarta.
[13] Park, R. and T. Paulay (1975) Reinforced
Concrete Structures, A Wiley-interscience
publication, John wiley & sons, New
Zealand.
[14] Ramirez, J.A., (2001), Shear reinforcement
requirements for high-strength concrete
bridge girders, Joint Transportation research
project, Project No.: C-36-56111, Indiana
Department of Transportation, Federal
Highway Administration, U.S. Departement
of Transportation – Purdue University.
[15] Shilang Xu, Hans W. Reinhardt, Xiufang Zhang,
(2004) Shear Capability Of Reinforced
Concrete Beams Without Stirrups Predicted
Using A Fracture Mechanical Approach,
NSFC (Natural Science Foundation of
China), Grant No. No.50178015.
[16] So, K. O., and Karihaloo, B. L., 1990, Shear
Capacity of Longitudinally Reinforced
Beams A Fracture Mechanics Approach,
ACI structural Journal, 591-600.
A-60
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009