Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/316547958

EVALUASI PERILAKU KUAT GESER BALOK BETON BERTULANG AKIBAT


VARIASI MODEL SENGKANG PENGIKAT

Conference Paper · July 2009

CITATIONS READS

0 819

1 author:

Krisnamurti Krisnamurti
Universitas Jember
19 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

mortar, beton UHPC, kuat tekan View project

All content following this page was uploaded by Krisnamurti Krisnamurti on 28 April 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


EVALUASI PERILAKU KUAT GESER BALOK BETON BERTULANG AKIBAT
VARIASI MODEL SENGKANG PENGIKAT

Ir. Krisnamurti, M.T.


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember
Jl. Slamet Riyadi No. 62 Jember
Tel : 0811355128 Fax : 0331-484977
Email : krisnamurti@ymail.com dan murti_krisna@teknik.unej.ac.id

ABSTRAK
Sejumlah besar penelitian eksperimental keruntuhan geser balok beton bertulang menunjukkan fakta bahwa kegagalan
geser balok merupakan proses yang kompleks dan efek ukuran memberikan pengaruh signifikan. Oleh karena itu,
upaya memperoleh model analisis secara fisik yang mampu memberikan hasil memuaskan untuk kasus kegagalan
geser balok beton bertulang menjadi daya tarik kuat bagi peneliti dan para praktisi rancang-bangun. Penelitian ini
bertujuan mengevaluasi perilaku terjadinya keruntuhan geser suatu balok beton bertulang akibat variasi model
sengkang pengikat.
Metode penelitian yang dilaksanakan meliputi uji material dan perencanaan campuran beton, uji kuat tarik baja
tulangan, pembuatan dan pengujian benda uji balok. Benda uji balok berupa model balok beton bertulang dengan
sengkang segiempat (model I) yang dikombinasikan dengan sengkang berbentuk lingkaran (model II), dan jajaran
genjang (model III). Benda uji balok dibuat sebanyak 3 buah benda uji untuk masing-masing bentuk sengkang.
Pengamatan dilakukan terhadap Pola retakan masing-masing benda uji, Defleksi terbesar, dan Besaran beban terpusat
maksimum yang bekerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola retakan pada masing-masing benda uji menunjukkan keruntuhan yang
terjadi adalah keruntuhan geser. Defleksi terbesar yang terjadi: pada model I sebesar 0,322 mm pada pembebanan 16
ton, pada model II sebesar 0,395 mm pada pembebanan 16,8 ton, pada model III sebesar 0,405 mm pada pembebanan
15 ton. Besaran beban terpusat maksimum sebesar 16,8 ton dengan lendutan rata-rata 0,395 mm terjadi pada balok
dengan kombinasi tulangan sengkang segiempat dengan sengkang lingkaran. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sengkang pengikat yang terdiri dari gabungan pola segiempat dan lingkaran merupakan pola pendetailan yang
mampu memberikan kinerja yang lebih baik dalam menahan beban geser.
Kata kunci: keruntuhan geser balok, pola retakan, sengkang pengikat.

PENDAHULUAN diteliti interaksi antara geser dan momen pada


Selama dua puluh tahun terakhir, penelitian berbagai macam penampang balok AISC. Interaksi
eksperimental yang difokuskan pada keruntuhan geser tersebut digunakan untuk mengestimasi geser dan
balok beton bertulang secara intensif telah momen maksimum yang dapat berkembang di dalam
dilaksanakan oleh para peneliti untuk mendapatkan balok selama goncangan gempa ekstrim. Sementara itu
mekanisme keruntuhan geser. Banyak model pada [3] telah dilakukan penelitian mengenai
keruntuhan geser diajukan untuk memperoleh formula metodologi untuk memprediksi keruntuhan geser yang
yang mendekati untuk memprediksi kekuatan geser mungkin terjadi di dalam balok beton dengan
dari balok beton bertulang dengan keakuratan yang mempergunakan analisis dimensional dan jaringan
baik untuk kepentingan desainer bangunan. fungsional.
Bagaimanapun, formula yang digunakan dalam
berbagai peraturan perencanaan masih bersifat Penulangan geser balok adalah usaha menyediakan
empiris, hingga saat ini belum ada model analitis yang sejumlah tulangan baja untuk menahan gaya tarik arah
dapat memberikan hasil memuaskan untuk semua tegak lurus terhadap retak tarik diagonal pada balok
kasus keruntuhan geser dari balok beton bertulang sedemikian rupa sehingga mampu mencegah bukaan
[15]. retak lebih lanjut. Dalam SNI 03-2847-2002, jenis
tulangan geser terdiri dari: Sengkang yang tegak lurus
Pada tahun-tahun terakhir ini, sejumlah peneliti terhadap sumbu aksial komponen struktur, Sengkang
memberikan perhatiannya pada aplikasi dari mekanika yang membuat sudut 45o atau lebih terhadap tulangan
keruntuhan pada keruntuhan geser dari balok beton tarik longitudinal, Jaring kawat baja las dengan kawat-
bertulang tanpa sengkang untuk mengembangkan kawat yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu
model analitis dengan pendekatan fisika, sebagaimana aksial komponen struktur, Tulangan longitudinal
dilaksanakan di [4], [6], [16], dan [5]. Hal ini dengan bagian yang ditekuk untuk mendapatkan sudut
didasarkan pada sejumlah fakta yang diperoleh dalam sebesar 30o atau lebih terhadap tulangan tarik
penelitian eksperimental secara intensif dimana longitudinal , kombinasi dari sengkang dan tulangan
keruntuhan geser balok dipicu oleh sejumlah proses longitudinal yang ditekuk, spiral, sengkang ikat bundar
keruntuhan yang terjadi dalam balok. Dalam [2] telah atau persegi.

A-53
ISBN 978-979-18342-1-6
c d' fy
Dengan adanya beberapa macam penulangan geser s
' 0 , 003
tersebut, perlu dilakukan penelitian terhadap model c Es
….....................(4)
pendetailan sengkang yang dapat memberikan Jika baja tulangan belum leleh , nilai fs’ harus
kontribusi besar menahan geser yang terjadi pada ditentukan melalui diagram regangannya :
balok maupun kolom. Dalam penelitian ini dicoba
c d'
untuk melakukan pengujian terhadap 3 buah model s
'E s 0 , 003 Es
sengkang pengikat yang mampu memberikan fs c ............................(5)
kontribusi lebih baik terhadap perilaku terjadinya
keruntuhan geser suatu balok beton bertulang. Kapasitas Geser

Diharapkan penelitian ini akan bermanfaat bagi Menurut SK SNI T-15-1991-03 kuat geser Balok
perencana struktur dalam mendesain bangunan tahan dapat dihitung dengan persamaan:
gempa. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi perilaku
terjadinya keruntuhan geser suatu balok beton Vn = Vc + Vs ............................................(6)
bertulang akibat variasi model sengkang pengikat.
Kuat geser nominal beton dan kuat geser tulangan
Kapasitas Elemen Balok/Kolom Terhadap Lentur geser dapat dihitung sebagai berikut :
P 1
Kapasitas lentur suatu elemen dapat dianalisis dari Vc 1 f 'c b w d
penampang melintangnya seperti gambar di bawah ini: 14 A g 6
............... (7)
As (tekan)
A v f ys d
0,003 0,85 fc’
Vs
½H d C S1 a C1 s .................................................(8)
H g. netral Untuk kolom berspiral sebagai berikut:
pusat plastis
S2
d’ T1 2 A ss f ys D
Vs
As (tarik) 4 s ...................................(9)

Gambar 1. gaya-gaya pada penampang Satuan gaya yang digunakan adalah Newton,
sedangkan satuan panjangnya adalah meter.
Kondisi seimbang (balance failure): Mekanisme keruntuhan geser dari balok bertumpuan
sederhana, yang dibebani dengan beban terpusat dapat
dibedakan dalam 3 tipe berdasarkan rasio a/d dimana
0 , 003 E s
ab cb d a adalah bentang balok yang mengalami geser, dan d
1 1
0 , 003 E s fy adalah jarak tulangan longitudinal terhadap sisi atas
……...........(1) balok. Ketiga tipe tersebut adalah: [13]
dengan fs = fy dan 1 = 0,85
Tipe I. Keruntuhan dari mekanisme balok dalam
Ragam keruntuhan yang terjadi pada kolom waktu singkat sesudah aplikasi beban retak
mungkin saja bukan keruntuhan seimbang, mungkin diagonal, ketika 3 < a/d < 7. Mekanisme lengkung
saja kolom tersebut mengalami keruntuhan tarik atau berikutnya tidak mampu menahan beban retak.
keruntuhan tekan . Keruntuhan tarik terjadi jika Pu < Tipe II. Keruntuhan tekan akibat geser atau
keruntuhan tarik lentur dari zone tekan diatas
Pb yang berarti s
> y atau e < eb. Tegangan beban retak diagonal. Ini biasanya merupakan
pada tulangan tarik sama dengan tegangan lelehnya. keruntuhan aksi lengkung ketika 2 < a/d < 3.
Keruntuhan tekan terjadi jika Pu > Pb yang berarti Tipe III. Keruntuhan akibat hancur atau lepasnya
beton (yaitu keruntuhan aksi aksi lengkung),
s
< y atau c > cb. Tegangan pada tulangan tarik ketika a/d kurang dari 2,5.
mesti ditentukan
d c Dengan mempertimbangkan aksi balok pada
s
0 , 003 ketahanan geser, sebagai gambaran pendahuluan, jelas
c …………….....................(2) bahwa besaran gaya ikat T, dipancarkan dianatara
d c dua retakan yang berdekatan, dibatasi oleh kekuatan
E s 0 , 003 Es blok kantilever yang terbentuk diantara retakan.
fs s
c …..........................(3) Dengan mengasumsikan bahwa kekuatan setiap
kantilever dalam bentang geser balok prismatik adalah
Karena persamaan diatas diasumsikan baja tulangan
sama, Tmax = qmax x, momen maksimum yang
tekan sudah leleh, maka harus dikontrol dengan dapat dikembangkan oleh aksi balok
melihat regangan pada baja tulangan

A-54
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
menjadi: Dimensi balok yang digunakan adalah: 15 x 15
x cm dengan panjang 60 cm, dengan jarak antar
M max
jdT max jd q max x q max jdx tumpuan sederhana = 45 cm.
0 ..(10) Benda uji dibebani beban terpusat di tengah
bentang.
dimana qmax adalah ikatan gaya maksimum persatuan Benda uji balok akan dibuat sebanyak 3 buah
panjang balok, x adalah jarak antara retakan, dan x benda uji untuk masing-masing bentuk sengkang,
adalah jarak penampang momen maksimum dari sehingga total benda uji adalah sebanyak 9 buah
tumpuan. Jika momen ini kurang dari kekuatan lentur benda uji.
penampang Mu, kekuatan geser, terkait dengan aksi Rancangan Penelitian
balok, membentuk kapasitas dari balok. Dengan
demikian momen yang dapat ditahan oleh aksi balok Penelitian evaluasi perilaku kuat geser balok beton
berupa kantilever beton dalam bentang geser bertulang akibat variasi model sengkang pengikat ini
meningkat sesuai dengan jarak x dari tumpuan. Aksi dilaksanakan di laboratorium Struktur Jurusan Teknik
balok juga menyebabkan konstanta kekuatan geser, Sipil Fakultas Teknik Universitas Jember. Penelitian
dibatasi dengan qmax, yaitu bentang geser independen dilaksanakan selama +/- 8 bulan mulai bulan April s/d
terhadap rasio tinggi balok a/d. Nopember 2008.
Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti bagan alir
METODE sebagai berikut:

Variabel dalam penelitian Mulai

Variabel independent dalam penelitian ini adalah: Penyiapan bahan dan set up peralatan penelitian
Variasi model sengkang benda uji dan Mutu beton dari
benda uji. Sedangkan variabel dependent yang
diharapkan diperoleh melalui pengujian adalah: Pola Pengujian sifat-sifat (properties)
retakan akibat geser yang terjadi pada masing-masing material penyusun beton dan baja
benda uji, Defleksi terbesar yang terjadi pada balok, tulangan
dan Besaran beban terpusat maksimum yang dapat
bekerja pada benda uji yang berasosiasi dengan Pembuatan desain penulangan penampang
kapasitas maksimum balok terhadap beban geser. balok dan mix design campuran beton
Model yang digunakan
Pembuatan bekisting dan penulangan
Dalam penelitian ini digunakan model balok beton benda uji balok beton
bertulang dengan sengkang segiempat (model I) yang
dikombinasikan dengan sengkang berbentuk lingkaran
(model II), dan jajaran genjang (model III) Pengecoran dan perawatan benda uji
sebagaimana terlihat pada gambar berikut: balok beton bertulang

Pengujian geser balok beton


15 cm

Analisis data dan evaluasi

15 cm 15 cm 15 cm
Penyusunan laporan penelitian
Model I Model II Model III

Gambar 2. Model sengkang pengikat


Selesai
Karena parameter yang diukur pada penelitian ini
adalah tentang geser, maka keruntuhan yang Gambar 3. Bagan alir metode penelitian
diharapkan pada balok adalah keruntuhan geser,
dengan kata lain kapasitas balok terhadap geser harus Tahap proses pelaksanaan penelitian yang telah
dicapai dulu sebelum kapasitas balok terhadap lentur dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut:
tercapai. Oleh karena itu berdasarkan hasil
perhitungan didapatkan hal-hal sebagai berikut: 1. Pengujian material bahan balok beton dan
perencanaan mix design
Tulangan longitudinal: 10 mm, berjumlah 8 2. Pengujian kuat tarik baja tulangan.
buah, 3. Perencanaan dimensi benda uji balok.
Tulangan transversal : 3,9 mm, dengan jarak 4. Pembuatan benda uji balok. Jumlah benda uji
sengkang minimum, yakni = 15 cm, balok yang dibuat adalah masing-masing 3 buah
untuk masing-masing perlakuan. Pada tahap ini
A-55
ISBN 978-979-18342-1-6
juga dibuat contoh benda uji silinder sebanyak 5 Kerikil
buah sebagai representasi mutu beton benda uji Batu 40 2.49 1460.67 0.94 1.63 SSD
balok dan hasil uji tekannya digunakan untuk Pecah
menghitung kapasitas (lentur dan geser) benda uji Air
0 1.00 1000 0 0 Normal
balok teoritis. PDAM
Ket.: d = diameter Sg = Specific Gravity (Berat Jenis)
5. Perawatan beton dengan cara direndam selama 7
= Berat Isi Abs = Absorpsi ( penyerapan air)
hari, sedangkan benda uji balok dijaga Wc = Water Content (Kadar air)
kelembabannya selama 7 hari juga.
Sedangkan rencana proporsi campuran bahan material
6. Persiapan pengujian lentur benda uji balok,
untuk pembuatan benda uji beton disusun seperti pada
masing-masing balok diberi gambar garis kotak-
tabel 2.
kotak, digunakan untuk menandai lokasi,
perambatan, dan panjang retakan dari awal
sampai akhir pengujian. Tabel. 2. Rencana Proporsi Campuran Beton
Bahan beton Kondisi Proporsi dalam
Pengujian benda uji, silinder maupun balok, setelah 1 m3 Kering Berat Volume
mencapai umur 28 hari. Untuk benda uji balok Semen (Kg) 372.73 1 1
pengujian dilakukan dengan cara menempatkan benda
Pasir (Kg) 738.62 1.98 1.78
uji balok pada rangka pembebanan (loading frame)
Kerikil (Kg) 1040.42 2.79 2.39
yang telah disiapkan sebelumnya, dengan memasang
alat penghasil beban, manometer pembacaan beban, Air (Liter) 148.23 0.40 0.50
dan dial pengukur lendutan; parameter-parameter yang Slump: 60-180 mm
diamati adalah beban, P; lendutan, Δ; dan pola retakan
yang terjadi. Demikian seterusnya satu persatu sampai Pada pengujian kuat tarik baja tulangan ini
keseluruhan benda uji balok selesai diuji. Pada dilaksanakan pengujian tarik terhadap bahan sengkang,
pengujian geser balok beton bertulang, beban yaitu tulangan dengan diameter 3,90 mm dan
diaplikasikan menggunakan dongkrak hidrolik dan pengujian tarik terhadap bahan tulangan memanjang
dicatat perubahannya menggunakan pengukur beban. yaitu tulangan dengan diameter 10 mm. Hasil
Beban diaplikasikan hingga terjadi keruntuhan untuk pengujian yang telah dilaksanakan menghasilkan data-
mendapatkan nilai beban maksimal yang dapat ditahan data sebagai berikut:
oleh balok. Dari pengujian ini bisa dilaporkan
hubungan antara beban dan defleksi tengah bentang. Tabel 3 Hasil pengujian titik leleh (fy) tiap benda uji
Disamping itu juga bisa diketahui pola retak yang Benda Uji L/Lo P
terjadi.
Baja tulangan dengan 3,90 mm 0,1661 395
Sistem struktur rangka
untuk pembebanan Dongkrak hidrolik Baja tulangan dengan 10 mm 0,3375 851
berpengukur beban
Pada saat pengecoran balok beton dilaksanakan pula
Dial gauge pembuatan 5 buah benda uji kubus beton untuk
pengukur lendutan kolom uji
keperluan pengujian kuat tekan beton. Pengujian kuat
tekan benda uji beton dilaksanakan terhadap 5 buah
benda uji kubus berukuran 15 mm x 15 mm x 15 mm.
Tumpuan sederhana
Benda uji telah mendapatkan perlakuan berupa
perawatan dengan cara direndam dalam bak
Jajaran bantalan beton lantai kerja
perendaman selama 28 hari. Hasil uji kuat tekan benda
uji kubus beton dapat dilihat pada tabel 4.
Gambar 4. Set up peralatan pengujian geser balok
beton bertulang Tabel 4. Hasil uji kuat tekan benda uji kubus beton
15x15x15
HASIL DAN PEMBAHASAN Kuat
P
Umur Berat hancur
Hasil pengujian laboratorium untuk agregat halus dan Tgl Tgl hancur
No ke-i
agregat kasar yang meliputi pengujian analisis buat Uji
saringan, berat jenis, penyerapan air, kelembaban, dan (hr) (gram) (KN) (kg/cm2)
berat isi agregat adalah sebagaimana terlihat pada
tabel 1. 1 12-7-08 9-8-08 28 7330 515 275.77
2 12-7-08 9-8-08 28 7450 550 294.51
Tabel 1. Hasil Uji Material Penyusun Beton 3 12-7-08 9-8-08 28 7650 580 310.58
Jenis d Maks Abs Wc 4 12-7-08 9-8-08 28 7500 470 251.67
Sg Kondisi
Bahan (mm) (kg/m3) (%) (%) 5 12-7-08 9-8-08 28 7600 530 283.80
Semen Rerata 283.27
0 3.15 1250.00 0 0 Kering
Tipe I Cat.: Mutu rencana (fc') = 225 kg/cm2
Pasir
4.75 2.62 1393.86 1.80 9.01 SSD
Alami
A-56
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
Dari rata-rata hasil pengujian ternyata bahwa kuat membentuk suatu lengkung sebelum terjadinya
hancur rata-rata dari benda uji beton yang keruntuhan benda uji.
dilaksanakan adalah 283,27 kg/cm2. Dengan demikian Pola retakan yang terjadi pada pengujian model I
mutu beton rencana yang diharapkan sebesar 225 balok beton bertulang dengan sengkan segi empat ini
kg/cm2 dapat diperoleh, walaupun seharusnya nilai dapat dilihat pada gambar 6.
yang sebenarnya dari mutu beton masih harus
dikurangi dengan nilai standard deviasi, apabila
dilakukan pengujian terhadap 20 benda uji.
Pengujian terhadap setiap model benda uji balok
beton dilaksanakan sebanyak 3 kali. Pada setiap
pengujian dilakukan pencatatan besarnya beban P
yang bekerja dan besarnya lendutan yang terjadi.
Sesudah terjadi keruntuhan yang ditandai dengan tidak
bertambahnya nilai beban P yang bekerja, maka pada
benda uji diberi tanda pola retakan yang terjadi.

Hasil pengujian kuat geser untuk model 1 dapat


dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Kuat Geser MODEL I
Beban P Pembacaan lendutan (x 0,001 mm)
(Ton) Uji I Uji II Uji III Rata-rata
2 48 25 23 32.00
Gambar 6. Pola retakan geser benda uji model I
4 98 53 45 65.33
6 132 102 72 102.00
Pada gambar terlihat bahwa retakan terjadi berupa
8 172 147 102 140.33 garis dari tumpuan menuju pada posisi beban yang
10 220 191 140 183.67 bekerja. Pola retakan ini menunjukkan bahwa terjadi
12 266 229 168 221.00 keruntuhan geser terlebih dahulu sebelum terjadinya
keruntuhan lentur.
14 360 280 196 278.67
15 360 325 225 303.33
Hasil pengujian kuat geser untuk balok beton model II
dapat dilihat pada tabel 6.
16 360 325 280 321.67

Apabila hasil pengujian kuat geser model 1 tersebut Tabel 6. Hasil Uji Kuat Geser MODEL II
disusun dalam bentuk grafik hubungan antara beban Beban P Pembacaan lendutan (x 0,001 mm)
dan lendutan yang terjadi, maka dapat diperoleh (Ton) Uji I Uji II Uji III Rata-rata
gambaran hubungan sebagaimana terlihat pada 2 36 38 45 39.67
gambar 5. 4 64 72 80 72.00
6 98 112 105 105.00
8 144 159 150 151.00
10 165 200 195 186.67
12 222 235 243 233.33
14 278 280 295 284.33
15 330 315.5 325 323.50
15.8 430 343.9 325 366.30
16 430 351 325 368.67
16.8 430 430 325 395.00

Pada pengujian model II ini beban yang bekerja


mencapai 16,8 ton, dengan lendutan yang terjadi
berkisar antara 0,325 mm hingga 0,430 mm. Grafik
hubungan antara beban yang bekerja dan lendutan
Gambar 5. Hasil uji kuat geser model I yang terjadi dapat dilihat pada gambar 7.

Dari gambar hubungan antara beban dan lendutan


pada gambar 5 terlihat bahwa penambahan beban dari
0 hingga 16 ton menimbulkan lendutan antara 0,25
mm hingga 0,35 mm pada ketiga balok beton
bertulang yang diuji. Perilaku dari ketiga benda uji
balok beton menunjukkan pola non linier, yaitu
A-57
ISBN 978-979-18342-1-6
Tabel 7. Hasil Uji Kuat Geser MODEL III
Beban P Pembacaan lendutan (x 0,001 mm)
(Ton) Uji I Uji II Uji III Rata-rata
2 28 61 44 44.33
4 75 98 85 86.00
6 92 148 135 125.00
8 130 196 180 168.67
10 178 256 215 216.33
12 218 325 308 283.67
14 260 408 375 347.67
14.8 290.4 502 407 399.80
15 298 502 415 405.00

Beban yang bekerja pada pengujian model III ini


Gambar 7. Hasil uji kuat geser model II
hingga 15 ton, dengan lendutan maksimal yang terjadi
antara 0,298 mm hingga 0,502 mm. Variasi lendutan
Dibandingkan dengan hasil pengujian pada model I yang terjadi agak tinggi. Ini bisa dilihat pada grafik
terlihat bahwa hasil pengujian dari ketiga benda uji hubungan beban dan lendutan pada gambar 9.
balok beton bertulang pada model II terjadi pola
lendutan yang cenderung hampir sama besarnya pada
level beban yang sama. Perilaku lendutan juga
menunjukkan pola non linier.
Pola retakan yang terjadi dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 9. Hasil uji kuat geser model III

Dari gambar 9 terlihat bahwa pola runtuh geser yang


terjadi juga non linier. Namun perilaku yang terjadi
Gambar 8. Pola retakan geser benda uji model II hampir mirip dengan model I, yaitu ada perbedaan
besar lendutan maksimal yang terjadi pada masing-
Dari gambar 8 terlihat bahwa keruntuhan pada masing benda uji.
pengujian model II ini juga merupakan keruntuhan Gambar pola retak yang terjadi dapat dilihat pada
geser seperti yang direncanakan. Keretakan yang gambar 10.
terjadi pada benda uji dengan pola sengkang
segiempat yang dikombinasikan dengan sengkang
lingkaran ini juga memiliki pola retak yang
menghubungkan posisi tumpuan dengan posisi beban
yang bekerja.
Hasil uji kuat geser untuk model III benda uji balok
beton bertulang yang memiliki detail tulangan
sengkang berupa kombinasi sengkang segiempat
dengan sengkang berbentuk jajaran genjang dapat
dilihat pada tabel 7.

Gambar 10. Pola retakan geser benda uji model III

A-58
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
Apabila hasil pengujian dari ketiga benda uji untuk Dari seluruh proses pengujian dalam penelitian ini
masing-masing model tersebut di hitung rata-rata dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
lendutan yang terjadi, maka dapar dibuat hubungan 1. Pola retakan pada masing-masing benda uji
antara beban yang bekerja dengan lendutan yang menunjukkan bahwa keruntuhan yang terjadi
terjadi pada masing-masing balok untuk setiap model adalah merupakan keruntuhan geser.
sebagaimana terlihat pada tabel 8.
2. Defleksi terbesar 0,405 mm pada pembebanan yang
rendah 15 ton terjadi pada balok dengan kombinasi
Tabel 8. Hubungan beban dan lendutan balok tulangan sengkang segiempat dengan sengkang
Beban P lendutan (x 0,001 mm) diagonal.
(Ton) Model I Model II Model III 3. Besaran beban terpusat maksimum sebesar 16,8 ton
dengan lendutan rata-rata 0,395 mm terjadi pada
2 32.00 39.67 44.33 balok dengan kombinasi tulangan sengkang
segiempat dengan sengkang lingkaran.
4 65.33 72.00 86.00
6 102.00 105.00 125.00
Dengan demikian pola pendetailan sengkang pengikat
yang terdiri dari gabungan pola segiempat dan
8 140.33 151.00 168.67
lingkaran merupakan pola pendetailan yang mampu
10 183.67 186.67 216.33 memberikan kinerja yang lebih baik dalam menahan
12 221.00 233.33 283.67 beban geser yang terjadi pada suatu balok atau kolom
14 278.67 284.33 347.67
14.8 298.40 315.67 399.80 UCAPAN TERIMA KASIH
15 303.33 323.50 405.00 Terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan
15.8 318.00 366.30 Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, yang telah
16 321.67 368.67 membiayai pelaksanaan penelitian ini dalam skema
16.8 395.00 hibah penelitian dosen muda sesuai dengan Surat
Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor:
022/SP2H/PP/DP2M/III/2008 Tanggal 6 Maret 2008
Dari tabel 8 terlihat bahwa model I mampu menahan
beban sebesar 16 ton dengan lendutan yang terjadi
adalah sebesar 0,322 mm. Selanjutnya model II DAFTAR PUSTAKA
mampu menahan beban 16,8 ton dengan lendutan
yang terjadi adalah 0,395 mm. Model III mampu [1] Aswatama, K. (2005) Retrofit Kolom Beton
menahan beban 15 ton dengan lendutan rata-rata yang Bertulang Persegi Dengan Metode
terjadi adalah 0,405 mm. Apabila hubungan antara Penyelubungan Beton, Jurnal Rekayasa,
beban dan lendutan rata-rata tersebut digambarkan Vol. 2 No 2, pp. 109-118
dalam sebuat grafik, hasilnya dapat dilihat pada
[2] Arlekar, J.N. and Murty, C. V. R. (2004), Shear
gambar 11.
Moment Interaction For Design Of Steel
Beam-To-Column Connections. 13th World
Conference on Earthquake Engineering,
Hubungan lendutan rata-rata & Beban
18 Vancouver, B.C., Canada, Paper No. 635
16 [3] Amparo Alonso-Betanzos, Enrique Castillo, Oscar
14
Fontenla-Romero, and Noelia Sanchez-
Beban (Ton)

12
Marono, (2004), Shear Strength Prediction
10
using Dimensional Analysis and Functional
8
6
Networks, ESANN'2004 proceedings -
4 European Symposium on Artificial Neural
2 Networks, Bruges (Belgium), d-side publi.,
0 ISBN 2-930307-04-8, pp. 251-256
0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00
[4] Bazant, Z. P., and Yu, Qiang, 2003, Design
Lendutan (x0,001 m m )
Against Size Effect on Shear Strength of
Model I Model II Model III
Reinforced Concrete Beams without
Gambar 11. Hubungan lendutan dan beban rata-rata Stirrups. Structural Engineering Report No.
03-02/A466s, Northwestern University,
Evanston, Illions.
Pada gambar 11 terlihat bahwa ketiga model benda
uji memiliki perilaku pola keruntuhan yang non linier [5] Gastebled, Olivier J. and May Lan M., 1998,
dengan lendutan pada model III selalu lebih besar Fracture Mechanics Model Applied to Shear
dibandingkan dengan yang terjadi pada model I Failure of Reinforced Concrete Beams
maupun model II pada beban yang sama. without Stirrups, ACI Structural Journal,
184-190.
[6] Jenq, Y. S., and Shah, S. P., 1989, Shear
KESIMPULAN Resistance of Reinforced Concrete Beams-A
Fracture Mechanics Approach, Fracture
A-59
ISBN 978-979-18342-1-6
Mechanics: Application to Concrete, SP-
118, V. Li and Z. P. Bazant, eds., American
Concrete Institute, Farmington Hills, Mich.,
237-258.
[7] Karayannis, C.G., and Sirkelis, G.S., (2005),
Seismic behavior of reinforced concrete
columns with rectangular spiral shear
reinforcement, Third international
conference on construction in the 21st
century (CITC-III), “Advanced Engineering,
Management and Technology”, Athens.
[8] Khalifa, A., W.J. Gold, A. Nanni, and M.I. Abdel
Aziz, (1998) "Contribution of Externally
Bonded FRP to Shear Capacity of Flexural
Members" ASCE-Journal of Composites for
Construction, Vol. 2, No.4, pp. 195- 203.
[9] Krisnamurti (2006) Pengaruh Eksentrisitas
Konfigurasi Sistem SRPM Gedung
Bertingkat Banyak Terhadap Perilaku Portal
Beton Bertulang, Jurnal Rekayasa, Vol. 3
No. 1, pp. 028-042.
[10] Krisnamurti dan Aswatama, K. (2008) Pengaruh
variasi model sengkang terhadap kekuatan
geser balok/kolom beton bertulang guna
meningkatkan kekuatan elemen struktur
gedung tahan gempa, Laporan Penelitian
Dosen Muda, Jurusan Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Jember.
[11] Lorenzis, L.D, and Nanni, A. (2001) Shear
Strengthening of Reinforced Concrete
Beams with near- surface Mounted Fiber-
reinforced Polymer Rods, ACI Structural
Journal V.98
[12] Panitia Teknik Standardisasi Bidang Konstruksi
Bangunan (2002) Tata cara perhitungan
struktur beton untuk bangunan gedung, SNI
03-2847-2002, Jakarta.
[13] Park, R. and T. Paulay (1975) Reinforced
Concrete Structures, A Wiley-interscience
publication, John wiley & sons, New
Zealand.
[14] Ramirez, J.A., (2001), Shear reinforcement
requirements for high-strength concrete
bridge girders, Joint Transportation research
project, Project No.: C-36-56111, Indiana
Department of Transportation, Federal
Highway Administration, U.S. Departement
of Transportation – Purdue University.
[15] Shilang Xu, Hans W. Reinhardt, Xiufang Zhang,
(2004) Shear Capability Of Reinforced
Concrete Beams Without Stirrups Predicted
Using A Fracture Mechanical Approach,
NSFC (Natural Science Foundation of
China), Grant No. No.50178015.
[16] So, K. O., and Karihaloo, B. L., 1990, Shear
Capacity of Longitudinally Reinforced
Beams A Fracture Mechanics Approach,
ACI structural Journal, 591-600.

A-60
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai