Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ria Meilina Sari

NIM 170810301078

Kelas : Etika Bisnis dan profesi (A)

BAB 3: TEORI-TEORI ETIKA

ETIKA ABSOLUT VERSUS ETIKA RELATIF

Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat di antara para etikawan,
apakah etika bersifat absolut atau relatif. Para penganut etika absolut yakin bahwa
terdapat prinsip-prinsip etika yang bersifat mutlak, berlaku universal kapan pun dan
dimana pun. Sementara itu, para penganut etika relatif mengatakan bahwa tidak ada
prinsip atau nilai moral yang berlaku umum. Prinsip atau nilai moral dalam masyarakat
berbeda-beda sesuai masyarakat dan situasinya.

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL

Salah satu dari teori yang sangat berpengaruh dikemukakan Kohlberg (dalam
Atkinson et.al., 1996) dengan mengemukakan tiga tahap perkembangan moral
dihubungkan dengan usia, dijelaskan dalam tabel berikut:

Tingkat (Level) Sublevel Ciri Menonjol


Tingkat I Orientasi pada Mematuhi peraturan untuk menghindari
(Preconventional) hukuman hukuman
Orientasi pada hadiah Menyesuaikan diri untuk memperoleh
Usia < 10 tahun
hadiah/pujian
Tingkat II Orientasi anak baik Menghindari diri untuk menghindari
(Conventional) celaan
Orientasi otoritas Mematuhi hukum dan peraturan sosial
Usia 10-13 tahun
untuk menghindari kecaman dari
otoritas dan perasaan bersalah karena
tidak melakukan kewajiban
Tingkat III Orientasi kontrak sosial Tindakan dilaksanakan atas dasar
(Pastconventional) prinsip yang disepakati bersama
Usia > 13 tahun masyarakat demi kehormatan diri
Orientasi prinsip etika Tindakan didasarkan atas prinsip etika
yang diyakini diri sendiri untuk
menghindari penghukuman diri
Kohlberg ingin menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pertambahan usia
dengan tingkat pertumbuhan moral seseorang. Namun dalam praktiknya, model ini tidak
selalu menunjukkan adanya hubungan tersebut.

BEBERAPA TEORI ETIKA

Suatu pengetahuan bisa dianggap sebagai disiplin ilmu apabila telah dilengkapi
teori tentang objek yang dikaji. Jadi, teori merupakan tulang punggung ilmu. Fungsi
teori dan ilmu pengetahuan adalah untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol.

Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang
kebiasaan, nilai, dan norma yang dianggap baik atau tidak. Dalam etika masih dijumpai
banyak teori yang mencoba menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang
sama dari sudut pandang berbeda. Sifat teori dalam ilmu etika masih lebih banyak
menjelaskan sesuatu, belum sampai tahap meramalkan, apalagi mengontrol suatu
tindakan. Untuk memahami beberapa teori etika yang berkembang, berikut beberapa
uraian teori yang berpengaruh:

1) Egoisme
Rachel (2004) memperkenalkan dua konsep: egoisme psikologis dan etis.
Egosime psikologis menjelaskan bahwa suatu tindakan manusia dimotivasi oleh
kepentingan berkutat diri (selfish), tidak ada tindakan yang sebenarnya bersifat
altruisme (peduli dan mengutamakan kepentingan orang lain). Egoisme etis
merupakan tindakan yang dilandasi kepentingan diri sendiri (self-interest).
Pembeda antara tindakan berkutat diri (egoisme psikologis) dengan tindakan
untuk kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap orang lain.
Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan
kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu
merugikan kepentingan orang lain. Munculnya paham egoisme etis memberikan
landasan yang sangat kuat bagi munculnya paham ekonomi kapitalis dalam ilmu
ekonomi.
2) Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi bahasa Inggris
utility yang berarti bermanfaat (Bartens, 2000). Menurut teori ini, suatu tindakna
dikatakan baik jika bermanfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat.
Perbedaannya dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh
manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu,
sedangkan utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak
(masyarakat).
3) Deontologi
Deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban (Bertens,
2000). Paham ini menyatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada
kaintannya dengan tujuan, konsekuensi, atau akibat dari tindakan tersebut.
Kewajiban moral bersifat mutlak tanpa pengecualian apapun dan tanpa dikaitkan
dengan keinginan atau tujuan apapun. Kant berpandangan bahwa kewajiban
moral harus dilaksanakan demi kewajiban itu sendiri, bukan karena memperoleh
kebahagiaan, bukan juga karena perintah Tuhan.
4) Teori Hak
Menurut teori hak, suatu tindakan dianggap baik apabila sesuai dengan Hak
Asasi Manusia (HAM). HAM didasarkan pada beberapa otoritas (Weiss, 2006),
yaitu: hak hukum (legal right) , hak moral atau kemanusiaan (moral, human
right), dan hak kontraktual (contractual rigth).
5) Teori Keutamaan (Virtue Theory)
Teori ini tidak mempertanyakan suatu tindakan (etis/tidak), tetapi mengenai
sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki seseorang agar bisa disebut manusia
utama, dan karakter yang mencerminkan manusia hina. Sebenarnya, teori
keutamaan tidak berdiri sendiri dan terpisah dari teori etika tindakan
(deontologi, teleologi) karena sifat keutamaan bersumber dari tindakna yang
berulang-ulang.
6) Teori Etika Teonom
Sebagaimana diakui oleh seluruh penganut agama di dunia bahwa ada tujuan
tertinggi yang ingin dicapai manusia selain tujuan duniawi, yaitu memperoleh
kebahagiaan surgawi. Sebenarnya, setiap agama memiliki filsafat etika yang
hampir sama, salah satunya adalah teori etika teonom yang dilandasi filsafat
Kristen. Teori ini mengatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara
hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah. Dianggap baik
apabila sepadan dengan dengan kehendak Allah, dan tidak baik apabila tidak
mengikuti aturan/perintah Allah sebagaimana telah dituangkan dalam kitab suci.

ETIKA ABAD KE-20

Ringkasan ini diambil dari buku Etika Abad Kedua puluh karangan Fransz
Magnis- Suseno (2006).

1) Arti Kata “Baik” Menurut George Edward Moore


Kata baik adalah kunci dari moralitas, namun Moore merasa heran karena tidak
satupun etikawan yang membicarakannya, seakan-akan hal tersebut sudah
sangat jelas. Menurut Moore, ini merupakan titik masalah sehingga terdapat
kekacauan dalam penafsiran kata baik. Anggapan inti Moore sangat sederhana,
kata baik tidak dapat didefinisikan, sama seperti kata kuning yang tidak pernah
bisa didefinisikan lagi. Baik adalah baik, setiap usaha untuk mendefinisikannya
akan selalu menimbulkan kerancuan.
2) Tatanan Nilai Max Scheller
Menurut Scheller, ada empat gugus nilai yang masing-masing mandiri dan
berbeda antara satu sama lain, yaitu: (1) nilai-nilai sekitar enak dan tidak enak;
(2) nilai-nilai vital; (3) nilai-nilai rohani murni; dan (4) nilai-nilai sekitar roh
kudus.
3) Etika Situasi Joseph Fletcher
Joseph Fletcher termasuk tokoh yang menentang adanya prinsip-prinsip etika
yang bersifat mutlak. Ia berpendapat bahwa setiap kewajiban moral selalu
bergantung pada situasi konkret.
4) Pandangan Penuh Kasih Iris Murdoch
Teori Murdoch menyatakan bahwa bukan kemampuan otonom yang
menciptakan nilai, melainkan kemampuan untuk melihat dengan penuh kasih
dan adil. Hanya pandangan yang adil dan penuh kasih yang menghasilkan
pengertian yang benar.
5) Pengelolaan Kelakuan Byrrhus Frederic Skinner
Skinner mengatakan bahwa pendekatan filsafat tradisional dan ilmu manusia
tidak memadai sehingga yang diperlukan bukan ilmu etika, tetapisebuah
teknologi kelakuan, ia mengacu pada ilmu kelakuan sederhana yang
dikembangkan Pavlov. Ide dasar Skinner adalah menemukan cara mengubah
perilaku. Menurut Skinner, pengaruh lingkungan terhadap kelakuan manusia
tidak diperhatikan karena filsafat dan ilmu-ilmu manusia lainnya hanya
memfokuskan perhatian pada inner state (keadaan batin manusia).
6) Prinsip Tanggung Jawab Hans Jonas
Etika tradisional hanya memperhatikan tindakan manusia dalam lingkungan
dekat dan sesaat, etika semacam ini tidak dapat menghadapi ancaman global di
masa depan. Oleh karena itu, Jonas menekankan pentingnya dirancang etika
baru yang berfokus pada tanggung jawab. Intinya adalah kewajiban manusia
untuk bertanggung jawab atas keutuhan kondisi-kondisi umat manusia di masa
depan.
7) Kegagalan Etika Pencerahan Alasdair Maclntyre
Maclntyre mengatakan bahwa etika pencerahan telah gagal karena pencerahan
atas nama rasionalitas justru membuang dasar rasionalitas setiap ajaran moral,
yaitu pandangan teleologis tentang manusia.

TEORI ETIKA DAN PARADIGMA YANG DIGUNAKAN

Kunci penjelasan semua teori terletak pada paradigma/pola pikir etikawan dalam
memaknai hakikat manusia. Paradigma hakikat manusia akan menentukan tujuan hidup
atau nilai-nilai yang ingin dicapai. Nilai-nilai tersebut melatarbelakangi setiap
paham/teori etika dan norma moral yang ada yang selanjutnya menjadi pedoman dalam
setiap tindakan. Nilai-nilai yang telah direalisasi akan menjadi bahan refleksi untuk
mengkaji kembali paradigma sebagai manusia dan tujuan hidup yang ingin
direalisasikan.

TANTANGAN KE DEPAN ETIKA SEBAGAI ILMU

Ilmu etika untuk ke depan hendaknya didasarkan atas paradigma manusia utuh,
yaitu suatu pola pikir yang mengutamakan integrasi dan keseimbangan pada:

a) pertumbuhan PQ, IQ, EQ, dan SQ;


b) kepentingan individu, masyarakat, dan Tuhan;
c) keseimbangan tujuan lahiriah (duniawi) dengan tujuan rohaniah (spiritual).

Nilai-nilai yang hendak dicapai pada tahap kesadaran manusiawi memang belum
mencapai yang paling ideal, karena yang ideal berarti manusia telah mencapai tahap
kesadaran transendental, yaitu ketika mencapai nilai tertinggi hakikat manusia yang
sebagian besar hidupnya telah dipersembahkan untuk Tuhan dan tidak lagi tertarik pada
hal-hal yang bersifat duniawi. Bagi manusia yang masih aktif menjalankan kegiatan
sehari-hari masih memerlukan pemenuhan tujuan hidup duniawi, namun jangan sampai
melupakan pengembangan kesadaran spiritual. Inti dari hakikat manusia utuh adalah
keseimbangan, yang bisa diringkas sebagai berikut:

a) keseimbangan antara hak (teori hak) dan kewajiban (teori deontologi);


b) keseimbangan tujuan duniawi (teori teleologi) dan rohani (teori teonom);
c) keseimbangan antara kepentingan individu (teori egoisme) dan kepentingan
masyarakat (teori utilitarianisme);
d) gabungan ketiganya akan menentukan karakter seseorang (teori keutamaan);
e) hidup adalah suatu proses evolusi kesadaran. Teori-teori etika yang ada dapat
dianalogikan dengan alur proses evolusi kesadaran, yaitu: hak (egoisme)→
utilitarianisme→ kewajiban (deontologi)→teonom→keutamaan (virtue).

Anda mungkin juga menyukai