Anda di halaman 1dari 3

Keselamatan dan kesehatan kerja

Penerapan konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) muncul sejak


manusia mengenal suatu pekerjaan. Keselamatan kerja bertujuan untuk memperoleh
jaminan keselamatan dari gangguan alam, binatang, maupun gangguan manusia
lainnya. Masalah K3 juga merupakan bagian dari suatu upaya perencanaan dan
pengendalian proyek sebagaimana halnya dengan biaya, perencanaan, pengadaan
serta kualitas. Hal ini mempunyai keterkaitan yang sangat erat ( Barrie & Paulson,
1995:365 ).
Menurut ILO ( International Labour Organization ), keselamatan dan
kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja disemua
jabatan, Pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh
kondisi pekerja, perlindungan pekerja dan pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan
kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi dan diringkaskan
sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada jabatannya.
Menurut Mangkunegara (2002), Keselamatan dan kesehatan kerja adalah
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmainah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Kesimpulan dari beberapa pernyataan dari para ahli yaitu K3 dapat diartikan
sebagai ilmu dan penerapan teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang telah diatur oleh undang-undang.

Kecelakaaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak
terduga oleh karena latar belakang peristiwa itu tidak terdapat adanya unsur
kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Oleh karena peristiwa
kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan
sampai pada yang paling berat. (Austen dan Neale, 1991).
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 03/MEN/1998 tentang tata
cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan, bahwa yang dimaksud dengan
kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula
yang dapat menimbulkan korban manusia dan/atau harta benda. Secara umum ada
dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu penyebab dasar (basic causes) dan
penyebab langsung (immediate causes).

Kegiatan atau aktivitas dalam industri pertambangan tidak bisa di pungkiri


adanya risiko terjadinya kecelakaan kerja, karena didalam aktivitasnya pertambangan
menggunakan padat modal dan padat teknologi. Dengan kesadaran akan terjadinya
kecelakaan kerja tersebut industri pertambangan harus menyiapkan tenaga ahli K3
yang bertanggung jawab atas keselamatan para pekerjanya. Pada prinsipnya
kecelakaan kerja dapat terjadi dikarenakan oleh kondisi yang tidak aman serta
kegiatan atau aktivitas yang tidak aman

Tabel 2.4. Contoh risiko yang timbul akibat tambang


terhadap pekerja tambang dan masyarakat
Pekerja
Risiko Bahaya Tambang Masyarakat
Tambang
Jatuhnya permukaan tanah-tambang terbuka atau
 
bawah tanah
Ledakan/Kebakaran/kehilangan ban  
Kehilangan kendali kendaraan  
Ledakan bawah tanah  
Pekerjaan manual, tersandung, terpelesat, atau terjatuh  
Arus masuk yang tiba-tiba  
Luapan yang tiba-tiba  
Kehilangan kendali pada bendungan tailing (tailing
 
dam)
Isu kesehatan
 Debu pada atmosfer  
 Emisi gas buang mesin diesel  
 Zatberbahaya (gas,asap,padat,cair)  
 Kebisingan  
 Lingkungan termal  
 Radiasi ionisasi dan non-ionisasi  
Sumber : Modul 3 Keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja (k3) tambang, Dr. H. Agus Solehudin,
ST., MT

Anda mungkin juga menyukai