ABSTRAK
Asupan gizi berperan dalam mengendalikan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus
karena beberapa zat gizi bersumber dari bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi asupan gizi makro (energi, karbohidrat, lemak, protein dan serat) pada
guru prediabetes melalui pemberian labu siam instan dan edukasi gizi. Jenis penelitian ini adalah quasi
eksperimen dengan rancangan randomized trial, pre test post test with control group. Guru prediabetes
yang memenuhi kriteria inklusi di bagi tiga kelompok secara acak. Asupan gizi makro adalah Jumlah
zat gizi yang dikonsumsi dan diukur melalui pengukuran food recall 24 jam menggunakan program
nutrisurvey. Analisis data menggunakan uji t dan uji anava. Hasil uji statistik menunjukkan kelompok
intervensi labu siam dan kelompok intervensi edukasi gizi serta labu siam secara statistik asupan gizi
makro signifikan (p<0,05) artinya terdapatnya perbedaan nyata dari asupan gizi makro sebelum dan
sesudah inetervensi. Kelompok intervensi edukasi gizi secara statistik asupan gizi makro tidak signifikan
(p>0,05) artinya tidak terdapatnya perbedaan nyata dari asupan gizi makro sebelum dan sesudah
inetervensi. Terdapat perbedaan asupan energi, karbohidrat dan serat sesudah intervensi pada ketiga
kelompok.
Kata-kata kunci: Asupan gizi makro, prediabetes, labu siam, edukasi gizi
ABSTRACT
Nutritional intake plays a role in controlling blood glucose levels in DM patients because some
nutrients that are sourced from food ingredients consumed every day. This study aims to evaluating the
intake of macro nutrients (energy, carbohydrates, fats, protein and fiber) in prediabetic teachers through
the provision of instant sechium edule and nutritional education. This research type is quasi experiment
with randomized trial design, pre test post test with control group. Prediabetic teachers who met the
inclusion criteria in the three groups at random. Intake of macro nutrient from food to be measured
through 24-hour food recall measurements using nutrisurvey program. Data analysis by using t test and
anova test. statistic test result showed The gourd intervention group and nutrition education intervention
group and chayote were statistically significant macro nutrient intake (p <0.05) which means there was
a marked difference of macro nutrition intake. The nutrition education intervention group of intake of
macro nutrition was statistically insignificant (p> 0.05), meaning there was no significant difference in
intake of macro nutrition. there was a difference in energy, carbohydrate and fiber intake after
intervention in all three groups.
METODE
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan randomized trial, pre test post
test with control group. Randomized trial adalah pembagian subjek penelitian kedalam kelompok
tertentu dilakukan secara random, yaitu menggunakan simple random sampling. Guru SMA prediabetes
yang memenuhi kriteria inklusi di bagi tiga kelompok secara acak. Subyek penelitian adalah sebagian
guru SMA yang berstatus Pegawai Negeri Sipil dikota palu yang mengalami prediabetes berdasarkan
penentuan sampel menggunakan rumus Lamesshow berjumlah 22 sampel dan untuk menghindari
kehilangan sampel ditambah 10% sehingga menjadi 25 guru prediabetes untuk setiap kelompok, jadi
untuk tiga kelompok diperlukan 75 guru prediabetes.
Kelompok intervensi pertama diberikan Labu siam Instan (LS) sebanyak 15 mg pagi dan 15 mg
sore diberikan setiap hari selama 30 hari. Kelompok intervensi diberikan edukasi gizi (EG) dalam bentuk
pelatihan dan pengetahuan tentang asupan makanan penderita prediabetes, dilakukan 3 kali pertemuan
klasikal, selanjutnya diskusi face to face dengan peneliti. Kelompok intervensi ketiga adalah diberikan
Pelatihan edukasi gizi dan labu siam instan (EG+LS). Asupan gizi makro guru SMA prediabetes adalah
Tabel 2 menunjukkan bahwa rerata perubahan asupan energi pada kelompok intervensi EG
mengalami penurunan namun secara statistik tidak signifikan (p>0,05) yang berarti tidak terdapatnya
perbedaan nyata dari asupan energi antara sebelum dan setelah intervensi. Kelompok intervensi LS
dan LS+EG mengalami peningkatan dan secara statistik signifikan (p<0,05) yang berarti terdapatnya
perbedaan nyata dari asupan energi sebelum dan sesudah inetervensi kedua kelompok. Hasil uji One
way anova menunjukkan Ketiga kelompok intervensi secara signifikan berpengaruh terhadap asupan
energi baik sebelum dan sesudah (p<0,05) yang berarti terdapatnya perbedaan nyata dari asupan
energi ketiga kelompok intervensi.
Tabel 2. Perubahan rerata asupan energi pre-post intervensi
Energi (kkal)
Kelompok
Pre Post p-value
intervensi
mean±SD mean±SD
LS 854,74±93,23 1199.64±386,36 0,000*
EG 1108,04±392,21 1074,34±303,70 0,739*
EG+LS 872,96±275,78 1423,02±427,26 0,000*
Nilai p 0,003** 0,006**
Sumber: Data Primer 2017
Keterangan: * Uji T Berpasangan , ** Uji One way anova
Ketiga kelompok menunjukkan perubahan pola makan pada kelompok yang diberi edukasi berubah
secara signifikan. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor keseimbangan energi.
Diantaranya, pendidikan dan pendapatan. Pendapatan keluarga yang tinggi akan meningkatkan daya
belinya sehingga akan meningkatkan asupan energi sedangkan pendapatan keluarga yang rendah
cenderung untuk memenuhi kebutuhan pokok yang tinggi gizi daripada tinggi energi (asupan sayur dan
Asupan karbohidarat yaitu jumlah rata-rata karbohidrat dalam sehari yang dinyatakan dalam
gram/hari diperoleh melalui wawancara menggunakan form food recall untuk selama 1 bulan
terakhir. Form food recall digunakan untuk memperoleh data gambaran jenis bahan makanan atau
makanan olahan yang dikonsumsi responden selama periode 1 bulan terakhir. Pengambilan data
asupan karbohidrat dilakukan dengan wawancara kepada responden secara langsung
dengan menggunakan form food recall. Data bahan makanan yang diperoleh kemudian dihitung
rata-ratanya dalam sehari dalam satuan gr/hari, selanjutnya dimasukkan dalam nutrisurvey dan
didapatkan jumlah asupan karbohidrat responden sehari dalam satuan gr/hari. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata asupan karbohidrat meningkat setelah dilakukan intervensi (134,31-182,33)
gram sebelum intervensi dan (167,47-233,99) gram sesudah intervensi.
Salah satu faktor utama penyebab kenaikan kadar glukosa darah adalah asupan karbohidrat.
Karbohidrat di dalam tubuh akan diserap dan dipecah dalam bentuk monosakarida, terutama glukosa.
Penyerapan glukosa menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah dan meningkatkan sekresi insulin.
Sekresi insulin yang tidak mencukupi dapat menyebabkan terhambatnya proses penggunaan glukosa
oleh jaringan sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa di dalam darah. Karbohidrat yang berindeks
glikemik tinggi bereaksi cepat terhadap peningkatan kadar glukosa darah (16).
Secara statistik menunjukkan ketiga kelompok intervensi secara signifikan berpengaruh terhadap
asupan karbohidrat baik sebelum dan sesudah (p<0,05) yang berarti terdapatnya perbedaan nyata dari
asupan karbohidrat ketiga kelompok intervensi. Semakin dibatasi asupan karbohidrat, maka terjadi
penurunan glukosa dalam darah. Asupan karbohidrat yang rendah dapat menurunkan kadar HbA1c,
berat badan dan kolesterol. Meta-analisis yang dilakukan sesuai dengan menggunakan GRADE
menunjukkan bahwa asupan karbohidrat rendah dapat menginduksi penurunan kadar HbA1c yang lebih
besar pada subyek prediabetes dan DM tipe 2 (17, 18).
Tabel 4 menunjukkan bahwa rerata perubahan asupan lemak pada ketiga kelompok intervensi
mengalami peningkatan dan secara statistik kelompok intervensi EG dan EG+LS tidak signifikan
Hasil penelitian tidak terdapatnya perbedaan nyata dari asupan protein antara sebelum dan
setelah intervensi. Hal ini menunjukkan asupan protein tidak mempengaruhi kadar glukosa darah. Hal
ini sejalan dengan penelitian Mirmiran (2017), bahwa asupan protein total makanan (RH = 0,13, 95%
CI = 0,92-1,38) tidak berhubungan dengan pengembangan pradiabetes. Selain itu, tidak ada hubungan
yang signifikan antara asupan protein berbasis hewan atau tumbuhan dengan risiko pradiabetes (HR =
0,86, 95% CI = 0,70-1,06)
Asupan serat dapat memperbaiki respon glukosa darah dan insulin indeks. Serat ini dapat
menghambat lewatnya glukosa melalui dinding saluran pencernaan menuju pembuluh darah sehingga
kadarnya dalam darah tidak berlebihan. Selain itu, serat dapat membantu penyerapan glukosa dalam
darah dan memperlambat pelepasan glukosa didalam darah. Tidak terdapatnya perbedaan nyata dari
asupan serat antara sebelum dan setelah intervensi, ditunjukan dengan adanya asupan serat dari
responden yang sangat kurang. Namun, hasil uji One way anova menunjukkan Ketiga kelompok
intervensi secara signifikan berpengaruh terhadap asupan serat sesudah intervensi (p<0,05) yang
berarti terdapatnya perbedaan nyata dari asupan serat ketiga kelompok sesudah intervensi.
PENUTUP
Terdapat perbedaan asupan gizi makro sebelum intervensi antara ketiga kelompok, terdapat
perbedaan asupan energi, karbohidrat dan serat sesudah intervensi pada ketiga kelompok dan tidak
terdapat perbedaan asupan lemak dan protein sesudah intervensi pada ketiga kelompok. Perlu
mengkonsumsi makanan yang beragam dan berserat tinggi seperti buah dan sayur tiap hari bagi
penderita prediabates untuk mencegah atau menunda risiko kejadian DM.
DAFTAR PUSTAKA
1. Khan T, Tsipas S, Wozniak G. Medical Care Expenditures for Individuals with Prediabetes: The
Potential Cost Savings in Reducing the Risk of Developing Diabetes. Population Health
Management. 2017.
2. Shaw JE, Sicree RA, Zimmet PZ. Global estimates of the prevalence of diabetes for 2010 and
2030. Diabetes research and clinical practice. 2010;87(1):4-14.
3. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta; 2013.
4. Afifi RM, Saad AE, Al Shehri A. Prevalence and Correlates of Prediabetes and Diabetes Results-I:
A Screening Plan in a Selected Military Community in Central Saudi Arabia. Journal of Diabetes
Mellitus. 2017;7(01):12.
5. IDF. IDF diabetes atlas seventh edition. 2015.
6. Arsyad A. Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah (tidak dipublikasikan). Palu: Dinkes
Sulteng; 2016.
7. Marliana SD, Suryanti V. Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia
Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi. 2005;3(1):26-
31.
8. Firdous S, Neraja K, Debnath R, Singha D, Sravanthi K. Evaluation of antiulcer activity of ethanolic
extract of Sechium edule fruits in experimental rats. Int J Pharm Pharm Sci. 2012;4:374-77.
9. Ragasa CY, Biona K, Shen C-C. Chemical constituents of Sechium edule (Jacq.) Swartz. Der
Pharma Chemica. 2014;6(5):251-5.
10. Agustina M, editor Correlation Between Dietary Pattern Of Patients With Type 2 Diabetes Mellitus
And Blood Sugar Level. Proceedings of the International Conference on Applied Science and
Health; 2017.
11. Breusing N, Lagerpusch M, Engstler AJ, Bergheim I, Mueller MJ, Bosy-Westphal A. Influence of
Energy Balance and Glycemic Index on Metabolic Endotoxemia in Healthy Men. Journal of the
American College of Nutrition. 2017;36(1):72-9.
12. Sari EM, Juffrie M, Nurani N, Sitaresmi MN. Asupan protein, kalsium dan fosfor pada anak stunting
dan tidak stunting usia 24-59 bulan. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2016;12(4):152-9.
13. Maillot M, Vieux F, Delaere F, Lluch A, Darmon N. Dietary changes needed to reach nutritional
adequacy without increasing diet cost according to income: An analysis among French adults. PloS
one. 2017;12(3):e0174679.
14. Billous R, Donelly R. Buku Pegangan Diabetes Edisi Ke 4. Jakarta: Bumi Medika. 2014.
15. Manore MM, Larson-Meyer DE, Lindsay AR, Hongu N, Houtkooper L. Dynamic Energy Balance:
An Integrated Framework for Discussing Diet and Physical Activity in Obesity Prevention—Is it
More than Eating Less and Exercising More? Nutrients. 2017;9(8):905.
16. Lingga L. Bebas diabetes tipe-2 tanpa obat: AgroMedia; 2012.