Anda di halaman 1dari 16

PENGAUDITAN INTERNAL

RESUME INTERNAL KONTROL

Kelompok 4:

Misratul Hasnah (17043050)

Mutia Wulandari (17043051)

Nofenti Marlinda (17043052)

Novellia Hendri Yanti (17043053)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

TAHUN 2020
A. Definisi

1. Definisi control

Istilah kontrol pertama kali muncul dalam kamus bahasa inggris sekitar tahun 1600

dan didefinisikan sebagai “salinan dari sebuah putaran (untuk akun), yang kualitas dan isinya

sama dengan aslinya”. Samuel Johnson menyimpulkan pengertian awal ini sebagai “daftar 

atau akun yang dipegang oleh seorang pegawai, yang masing-masing dapat diperiksa oleh

 pegawai lain”.

Menurut AICPA (Committee on auditing procedure) kontrol internal berisi


rencanaorganisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan pengukuran-pengukuran yang
diterapkan di perusahaan untuk mengamankan aktiva, memeriksa akurasi dan keandalan data

akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional, dan mendorong ketaatan terhadap kebijakan

manajerial yang telah ditetapkan.

2. Definisi Kontrol Bagi Akuntan Publik 

Auditor independen di Amerika memandang definisi tersebut terlalu luas untuk tujuan

mereka, oleh karena itu kontrol internal dipecah menjadi kontrol administratif dan
kontrolakuntansi. Menurut Statement of Auditing Standards atauSAS No. 1 :

*Kontrol administratif mencakup tetapi tidak terbatas pada, rencana organisasi,

prosedur dan catatan yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang

tercermin dalam otorisasi manajemen atas transaksi.

*Kontrol akuntansi terdiri atas rencana organisasi, prosedur, dan catatan yang

berkaitan dengan pengamanan aktiva dan keandalan pencatatan keuangan, yang

dirancang untuk memberikan keyakinan yang wajar bahwa:

a) Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi umum atau khusus dari


manajemen.

b) Transaksi dicatat (1) untuk menyiapkan penyusunan laporan keuangan

sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang diterima umum atau kriteria lainnya

yang berlaku untuk laporan tersebut dan (2) untuk menjaga akuntabilitas

atas aktiva.

c) Akses terhadap aktiva hanya diberikan sesuai otorisasi manajemen.

d) Akuntabilitas yang dicatat untuk aktiva dibandingkan dengan aktiva yang

ada pada periode yang wajar dan bila ada terdapat perbedaan maka akan

diambil tindakan yang tepat.

Dari definisi diatas terlihat bahwa definisi kontrol administratif menghubungkan kontrol
tersebut dengan tujuan manajemen; sementara definisi kontrol akuntansi tidak.

3. Definisi Kontrol bagi Auditor Internal

Auditor Internal memandang kontrol sebagai penggunaan semua sarana perusahaan untuk
meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan, dan mengawasi berbagai aktivitas dengan tujuan
untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan tercapai. Sarana kontrol ini meliputi bentuk
organisasi, kebijakan, system, prosedur, induksi, standar, komite, bagan akun, perkiraan,
anggaran, jadwal, laporan, catatan, daftar pemeriksaan, metode, rencana, dan audit internal.
Namun, bagi auditor internal kontrol akan memadai dan berguna jika dirancang untuk mencapai
suatu tujuan. Dan definisi kontrol menurut IIA yaitu setiap tindakan yang diambil manajemen
untuk meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan

B. Manfaat –manfaat kontrol

• Kontrol menjadi sarana positif untuk membantu manajer mencapai tujuan dan sasaran.

Filosofi tersebut memandang kontrol sebagai sebuah sarana mengintegrasikan pribadi-pribadi


dan tujuan perusahaan untuk membantu karyawan mencapai sasarannya.

• Kontrol menjadi sarana mengendalikan diri sendiri.


Dapat digunakan untuk mendorong individu meningkatkan kinerja mereka. Tidak hanya puas

dengan pekerjaan yang telah dilakukan.

• Kontrol yang baik tidak hanya melindungi organisasi, tetapi juga karyawan.

Manajemen bertanggung jawab secara moral bahwa tidak ada celah untuk melakukan

kecurangan. Kebanyakan karyawan akan menghargai operasi yang dikendalikan dengan baik.

• Kontrol dapat memusnakan godaan untuk melakukan kecurangan.

• Kontrol dipandang sebagai alat ukur seseorang.

Melalui laporan dan verifikasi yang objektif oleh auditor, pemilik bias yakin bahwa tanggung

 jawab yang dibebankan kepada manajer telah dilaksanakan dengan baik.

C. Sistem Internal Kontrol

Sarana kontrol meliputi orang, peraturan, anggaran, jadwal, dan analisis komponen –
kompeonen lainnya. Bila digabungkan, elemen – elemen ini akan membentuk sistem kontrol.
Sistem tersebut dapat memiliki subsistem – subsistem dan bisa juga menjadi bagian dari sistem
yang lebih besar, semua sistem itu beroperasi secara harmonis untuk memenuhi satu atau lebih
tujuan bersama.

Sistem tersebut bisa berbentuk tertutup atau terbuka. Sebuah sistem tertutup (closed
system) tidak berinteraksi dengan lingkungan; sedangkan sistem terbuka (open system) memiliki
interaksi. Sistem tertutup jarang di gunakan – namun sejak komputer digunakan secara luas,
sistem ini jadi sering digunakan. Auditor internal akan berhubungan dengan kedua sistem
meskipun mereka tidak dapat mengabaikan dampak lingkungan pada sistem kontrol terbuka.

Sistem usaha biasanya lebih kompleks, namun cara kerjanya tetap sama. Sistem lingkaran
tertutup yang lebih umum, seperti sistem pemesanan ulang persediaan, diseut sistem umpan balik
(feedback system). Seperti halnya yang berlaku pada termostat, keluaran (dalam hal ini
lingkungan) dibandingkan dengan suatu standar sehingga diperoleh respon yang tepat. Semua
sistem operasi memiliki bagian – bagian dasar yang terdiri atas masukan (input), pemrosesan
(processing), dan keluaran (output).
Sistem lingkaran tertutup (close-loop system) – jangan disamakan dengan sistem terbuka
sesuai dengan pandangan manajemen klasik tentang kontrol untuk meyakinkan bahwa tujuan
telah tercapai. Oleh karena itu, kontrol terdiri atas keseluruhan usaha untuk mencapai hasil yang
sesuai dengan rencana, untuk meyakinkan bahwa tujuan telah tercapai.

D. Pentingnya Kontrol

Kontrol menjadi lebih penting bagi organisasi – organisasi besar. Manajer tidak dapat
mengawasi secara pribadi segala sesuatu yang menjadi tanggungjawabnya. Jadi mereka harus
mendelegasikan kewenangannya kebawahan yang berfungsi sebagai wakilnya. Bawahan tersebut
akna diberi tanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya. Seiring dengan pemberian tanggung
jawaban muncul pula akuntabilitas, yang memerlukan bahan bukti bahwa tugas yang dibebankan
telah diselesaikan. Bukti tersebut biasanya dalam laporan yang membandingkan hasil aktual
dengan yang direncanakan. Inilah yang disebut kontrol dasar (basic control).

Merancang sistem kontrol untuk memastikan bahwa tugas yang diselesaikan dan tujuan
dicapai merupakan tanggung jawab manajemen. Manajer bertanggung jawab untuk menetapkan
kontrol, mempertahankannya, memodifikasi apa yang harus diubah, dan memerhatikan informasi
yang diberikan oleh sistem kontrol.

E. Standar-Standar Operasi

Standar-standar operasi bisa jadi merupakan elemen – elemen kunci dalam proses
kontrol. Standar menentukan jenis kinerja yang diharapkan. Standar berperan dalam dua hal:
menentukan tujuan yang akan dicapai dan menjadi dasar pengukuran.

Untuk memfasilitasi pengukuran, standar haruslah bersifat kuantitatif. Setiap orang


memahami angka – angka. Kriteria yang bersifat kualitatif lebih sulit diukur. Akan tetapi stadar
kualitatif tanpa memperhatikan persyaratan kualitatif bisa menyesatkan dan menghasilkan
keputusan manajemen yang tidak tepat.

Kontrol umumnya membutuhkan standar – standar operasi. Standar – standar ini dapat
berasal dari berbagai sumber, seperti:

 Standar produksi
 Standar akuntansi biaya
 Standar tugas
 Standar industri
 Standar historis
 Standar “estimasi terbaik”.

Hal – hal yang baru yang menjadi perhatian adalah bahwa standar tersebut bersifat wajar,
mengadung faktor – faktor toleransi yang layak, mencerminkan kondisi saat ini,dan akan
menghasilkan tujuan yang diinginkan.

Standar-Standar Kontrol Internal

Selain standar operasi yang merupakan bagian dari system kontrol, terdapat kerangka standar
yang harus diikuti system kontrol itu sendiri. Standar-standar ini adalah

a. Standar-standar Umum
 Keyakinan yang Wajar : Kontrol harus memberikan keyakinan yang wajar bahwa
tujuan kontrol internal akan dicapai.
 Perilaku yang Mendukung : Manajer dan karyawan harus memiliki perilaku yang
mendukung kontrol internal.
 Integritas dan Kompetensi : Orang-orang yang terlibat dalam pengoperasian
kontrol internal harus memiliki tingkat profesionalitas, integritas pribadi dan
kompetensi yang memadai untuk melaksanakan kontrol guna mencapai tujuan
kontrol internal.
 Tujuan Kontrol : Tujuan kontrol yang spesifik, komprehensif, dan wajar harus
ditetapkan untuk setiap aktivitas organisasi.
 Pengawasan Kontrol : Manajer harus terus menerus mengawasi keluaran yang
dihasilkan oleh system kontrol mengambil langkah-langkah tepat terhadap
penyimpangan yang memerlukan tindakan tersebut.

b. Standar-standar Rinci
 Dokumentasi : Struktur, semua transaksi, dan kejadian signifikan harus
didokumentasikan dengan baik. Dokumentasi tersebut harus siap tersedia.
 Pencatatan Transaksi dan Kejadian dengan Layak Dan Tepat Waktu
 Otorisasi dan Pelaksanaan Transaksi dan Kejadian : Transaksi dan kejadian harus
diotorisasi dan dilaksanakan oleh orang yang bertugas untuk itu.
 Pembagian Tugas : Otorisasi, pemrosesan, pencatatan dan pemeriksaan transaksi
harus dipisahkan ke masing-masing individu (dan unit).
 Pegawasan : Pengawasan harus dilakukan dengan baik dan berkelanjutan untuk
memastikan pencapaian tujuan kontrol internal.
 Akses dan Akuntabilitas ke Sumber Daya/dan Catatan : Akses harus dibatasi ke
individu yang memang berwenang, seseorang yang bertanggung jawab untuk
pengamanan dan penggunaan sumber daya dan orang lain yang mencatat. Aspek
ini harus diperiksa secara periodic dengan membandingkan jumlah yang tercatat
dengan jumlah fisik.
F. Karakteristik Internal Kontrol

Auditor internal dapat mengevaluasi system kontrol dengan menentukan kesesuaiannya


dengan kriteria yang ditetapkan seperti berikut ini:

a. Tepat waktu

Kontrol seharusnya mendeteksi penyimpangan aktual atau potensial sjak awal untuk
menghindari tindakan perbaikan yang memakan biaya. Kontrol harus tepat waktu, meskipun
efektivitas biaya juga dipertimbangkan. Manajemen harus mengantisipasi masalah yang
dideteksi kontrol. Tetapi selalu ada “hal-hal yang tidak diketahui” bila terjadi masalah-
masalah yang tidak diharapkan maka harus diidentifikasi dan ditindaklanjuti tepat waktu.

b. Ekonomis

Kontrol harus memberikan keyakinan yang wajar dalam mencapai hasil yang diinginkan
dengan biaya minimum dan dengan efek samping yang paling rendah.

Kontrol yang memberikan keyakinan yang mutlak memang dimungkinkan (walaupun


jarang), tetapi mencapai keyakinan seperti ini bisa melebihi tambahan biaya yang harus
membandingkan biaya yang timbul akibat hal-hal yang bisa dicegah, dideteksi, dan
dikoreksi oleh sistem kontrol dengan biaya kontrol terebut. Manajemen tidak hanya harus
memerhatikan efektivitas kontrol, tetapi juga efisien dan keekonomisannya. Kontrol harus
ditingkatkan hanya jika manfaat yang diberikan lebih besar daripada biaya tambahannya
c. Akuntabilitas

Kontrol harus membantu karyawan mempertanggungjawabkan tugas yang diberikan.


Manajer memerlukan kontrol untuk membantu mereka memenuhi tanggung jawabnya. Oleh
karena itu, manajer harus memerhatikan tujuan dan pengoperasian kontrol sampai akhir dan
bisa memanfaatkannya.

d. Penerapan

Kontrol harus diterapkan pada saat yang paling efektif, yaitu sebagai berikut:

- Sebelum bagian proyek yang mahal dari suatu proyek dikerjakan.


- Sebelum waktu yang perusahaan tidak bisa untuk kembali.
- Saat satu tahap operasi berakhir dan tahap yang lain dimulai.
- Saat pengukuran paling nyaman untuk dilakukan.
- Saat tindakan korektif yang paling mudah untuk dilakukan.
- Bila tersedia waktu untuk tindakan perbaikan.
- Setelah penyelesaian tugas atau penyelesaian sebuah aktivitas yang mengandung
kesalahan.
- Jika akuntabilitas untuk seumber daya berubah.

e. Fleksibilitas

Keadaan bias berubah sewaktu-waktu. Kontrol yang akan mengakomodasi perubahan


seperti ini tanpa harus berubah lebih disukai untuk menghindari kebutuhan akan adanya
perubahan. Perubahan dalam kontrol untuk menyesuaikan dengan perubahan operasi
cenderung menyebabkan lebih banyak kebingungan. Contoh dari kontrol yang fleksibel
adalah sistem anggaran variabel yang memungkinkan biaya dan kuantitas operasi yang
berbeda untuk tingkat operasi yang berbeda.

f. Menentukan penyebab

Tindakan korektif yang diambil segera bias dilakukan bila kontrol tidak hanya
mengidentifikasi masalah tetapi juga penyebabnya. Penanganan standar bias disiapkan dan
dilaksanakan bila kontrol bias menentukan penyebab kesulitan. Tidak ada tindakan korektif
yang benar-benar efektif kecuali bila penyebabnya diketahui. Misalnya adalah sistem
akuntansi biaya yang memungkinkan berbagai elemen biaya dan kuantitas diidendifikasi
dan dibandingkan dengan standar. Jadi, varians dalam biaya produk atau kuantitas dapat
ditelusuri ke masing-masing elemen jika terjadi penyimpangan dari standar.

g. Kelayakan

Kontrol harus memenuhi kebutuhan manajemen. Kontrol tersebut harus membantu dalam
pencapaian tujuan dan rencana manajemen dan juga harus sesuai dengan karyawan dan
struktur organisasi dari operasi. Kontrol yang paling efisien dan bermanfaat adalah kontrol
berbasis pengecualian, yaitu hanya merespons penyimpangan-penyimpangan yang
signifikan.

h. Masalah-masalah dengan kontrol

Kontrol yang berlebihan dapat membuat kebingungan dan frustasi. Begitu kontrol
mencapai titik tertentu, maka efektivitas sebenarnya bias menurun sehingga
biayayangharusditanggung menjadi lebih besar dibandingkan manfaat yang semula
diinginkan.

Penekanan yang berlebihan atas kontrol akan membuatnya menjadi sebuah tujuan akhir,
bukan sarana untuk mencapai tujuan itu sendiri. Jadi, karyawan bisa bekerja untuk memenuhi
kontrol prosedural tetapi melupakan tujuan operasional yang akan dicapai. Kontrol dapat
menghasilkan kekakuan mental dan mengurangi fleksibilitas, seperti kesetiaan budak pada
prosedur sehingga mengalahkan penerapan alasan dan akal sehat.

Kontrol bisa menjadi usang. Sistem atau tujuan yang semula direncankan bisa berubah,
tetapi tidak demikian dengan kontrol. Oleh karena itu, kontrol harus diawasi agar tetap relevan.
Kontrol bisa jadi tidak merespons kebutuhan. Akibatnya, kontrol bisa menjadi tidak produktif.
Apalagi, informasi yang diberikan kontrol bisa jadi tidak dipahami, atau bisa juga diberikan ke
orang yang tidak tepat, atau bisa juga terlalu rumit sehingga tidak bermanfaat.

Orang biasanya menolak kontrol, terutama bila mereka tidak ikut dalam perancangannya
atau tidak memahami tujuan yang akan dicapai. Juga, kontrol yang dianggap tidak wajar dapat
melumpuhkan kreativitas dan inidiatif. Di samping itu, bila kontrol menjadi dasar penghargaan
atau hukuman, maka orang-orang yang terkena imbasnya bisa menganggapnya sebagai
penghalang.

G. Model-model Internal Kontrol


Kontrol internal memiliki banyak konsep untuk menstandarkan definisi Committee of
sponsoring organization. Mendefenisikan dan menjelaskan kontrol internal untuk:

1. Menetapkan defenisi yang sama untuk kelompok yang berbeda.


2. Memberikan defenisi standar yang bisa digunakan perusahaan sebagai perbandingan
dengan system kontrolnya.

Komite tersebut disingkat COSO, yang kemudian memberikan definisi berikut yang
menyatakan kontrol internal dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang
pencapaian tujuan dalam hal :

1. Efektivitas dan efisiensi operasi


2. Keandalan informasi keuangan
3. Kelataan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

Komite tersebut menyatakan bahwa proses kontrol dapat membantu dalam mencapai:

1. Tujuan dasar usaha dan operasional


2. Pengaman aktivitas
3. Keandalan laporan keuangan
4. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

*Model COSO

Model komponen internal control yang diterapkan oleh COSO (Committee of


Sponsoring Organizations) terdiri dari 5 yaitu :
1. Control enviroment (lingkungan Pengendalian)
Lingkungan pengendalian merupakan dasar dari semua komponen internal control dan
menyediakan disiplin dan struktur. Management senior wajib mendisain pengaruh yang
positif atas kesadaran pengawasan dari para karyawan perusahaan
2. Risk assessment (Penilaian resiko )
Penilaian Resiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relavan
untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus
dikelola.
3. Control activities (Aktivitas Pengendalian)
Aktivitas Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa
arahan manajemen dilaksanakan. Aktivias tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang
diperlukan untuk menggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian
memiliki berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya
aktivitas pengendalian yang mungkin relavan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan
dan prosedur yang berkaitan deng review terhadap kenerja, pengolahan infomasi, pengendalian
fisik dan pemisahan tugas. Aktivitas pengendalian dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Pengendalian pemrosesan informasi
 Pengendalian umum
 Pengendalian aplikasi
 Otorisasi yang tepat
 Pencatatan dan dokumentasi
 Pemeriksaan independen
b. Pemisahaan tugas
c. Pengendalian fisik
d. Tela’ah kinerja
4. Informasi dan komunikasi
Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasiaan, penangkapan, dan pertukaran
informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan
tanggung jawab mereka. Sistem informasi yang relavan dalam pelaporan keuangan yang
meliputi sistem akuntansi yang berisi metode untuk mengidentifikasikan,
menggabungkan, menganalisa, mengklasifikasi, mencatat, dan melaporkan transaksi
serta menjaga akuntabilitas asset dan kewajiban. Komunikasi meliputi penediaan
deskripsi tugas individu dan tanggungjawab berkaitan dengan struktur pengendalian
intern dalam pelaporan keuangan. Audito harus memperolh pengetahuan yang memadai
tentang sistem informasi yang relavan dengan pelaporan keuangan untuk memahami:
Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan.
a. Bagaimana transaksi tersebut dimulai
b. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan keuangan
yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.
c. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan
dimasukan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik yang digunakan
untuk mengirim, memproses, memelihara dan mengakses informasi.

5. Monitoring (Pengawasan)
Pengawasan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waku. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu
dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung
secaa terus-menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya.
Di berbagai entitas, auditor intern atau personal yang melakukan pekerjaan serupa memberikan
kontribusi dalam memantau aktivitas entitas.
Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dan komunikasi dengan
pihak luar seperti keluhan pelanggan dan respon darri badan pengatur yang dapat memberikan
petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan. Komponen pengendalian
intern tersebut berlaku dalam audit setiap entitas. Komponen tersebut harus dipertimbangkan
dalam hubungannya dengan ukuran entitas, karakteristik kepemilikan dan organisasi entitas,
sifat bisnis entitas, keberagaman dan kompleksitas operasi entitas, metode yang digunakan oleh
entitas unuk mengirimkan, mengolah, memelihara dan mengakses informasi, serta penerapan
persyaratan hukum dan peraturan.

* Model COCO

Model CoCo mencakup emapat komponen. Komponen-komponen tersebut digunakan


untuk mengklasifikasikan 20 kriteria yang bisa menjadi bagian dari program audit. Komponen
dan ke-20 kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

Tujuan
1. Tujuan harus diterapkan dan dikomunikasikan
2. Risiko eksternal dan internal signifikan yang dihadapi organisasi dalam pencapaian tujuannya
harus ditentukan dan dinilai.
3. Kebijakan-kebijakan yang dirancang untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi dan
pengelolaan risikonya harus diterapkan, dikomunikasikan, dipraktikkan sehingga karyawan
memahami apa yang diharapkan dari mereka dan lingkup kebesan mereka untuk bertindak.
4. Rencana-rencan yang menjadi pedoman upaya-upaya pencapaian tujuan organisasi harus
ditetapkan dan dikomunikasikan.
5. Tujuan dan rencana terkait harus mencakup target kinerja dan indikator yang bisa diukur.

Komitmen

1. Nilai-nilai etis bersama, termasuk integritas, harus ditetapkan, dikomunikasikan, dan


dilaksanakan di organisasi
2. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia harus konsisten dengan nilai etika organisasi dan
dengan pencapaian tujuannya.
3. Kewenangan, tanggung jawab, dan akuntabilitas harus didefenisikan secara jelas dan
konsisten dengan tujuan organisasi sehingga keputusan dan tindakan diambil oleh orang yang
tepat.
4. Suasana saling percaya harus ditingkatkan untuk mendukung aliran informasi antar karyawan
dan kinerja efektif mereka menuju pencapaian tujuan organisasi.

Kemampuan

1. Karyawan harus memiliki pengetahuan, keahlian, dan sarana yang diperlukan untuk
mendukung pencapaian tujuan organisasi.
2. Proses komunikasi harus mendukung nilai-nilai organisasi dan pencapaiantujuannya.
3. Informasi yang memadai dan relavan harus didefenisikan dan dikomunikasikan secara tepat
waktu sehingga memungkinkan karyawan melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya
4. Keputusan dan tindakan pihak-pihak yang berbeda dalam organisasi harus dikoordinasi
5. Aktivitas kontrol harus dirancang sebagai bagian yang integral dalam organisasi, dengan
mempertimbangkan tujuan, risiko untuk mencapainya, dan keterkaitan antara elemen-elemen
kontrol.
Pengawasan dan pembelajaran

1. Lingkungan eksternal dan internal harus dimonitor untuk memperoleh informasi yang bisa
menandakan perlunya evaluasi ulang atas tujuan atau kontrol organisasi.
2. Kinerja harus dimonitor untuk menentukan kesesuainnya dengan target dan indicator yang
terdapat pada tujuan dan rencana organisasi.
3. Asumsi-asumsi yang mendasari tujuan dan sistem organisasi harus diubah secara periodic
4. Kebutuhan informasi dan sistem informasi terkait harus dinilai ulang seiring perubahan tujuan
atau ditemukannya kelemahan.
5. Prosedur tindak lanjut harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa perubahan atau tindakan
telah dilaksanakan.
6. Manajemen harus menilai secara periodic efektivitas kontrol di organisasinya dan
mengomunikasikan hasilnya ke pihak yang berwenang.

H. Sarana untuk mencapai kontrol

 Organisasi

Organisasi sebagai sarana kontrol, merupakan struktur peran yang disetujui untuk orang

orang di dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efisien

dan ekonomis.

 Kebijakan

Suatu kebijakan adalah pernyataan prinsip yang membutuhkan, menjadi pedoman atau

membatasi tindakan.

 Prosedur 

Prosedur adalah sarana yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas sesuai dengan

kebijakan yang ditetapkan.

 Personalia

Orang-orang dipekerjakan atau ditugaskan harus memiliki kualifikasi untuk 


melaksanakan yang diberikan.

 Akuntansi

Akuntansi merupakan sarana yang sangat penting untuk kontrol keuangan pada aktivitas

dan sumber daya. Akuntansi membentuk kerangka kerja yang bias disesuaikan dengan

 pemberian tanggung jawab.

 Penganggaran

Sebagai sebuah kontrol, anggaran menetapkan standar masukan sumber daya dan hal-hal

yang harus dicapai sebagai keluaran dan hasil.

 Pelaporan

Pada kebanyakan organisasi, manajemen berfungsi dan membuat keputusan berdasarkan

laporan yang diterima.

Daftar Pustaka
Sawyer, Lawrence, at all. 2005. Sawyer’s Internal Auditing, Florida : The Institute of Internal

Auditors

Anda mungkin juga menyukai