Anda di halaman 1dari 11

Hand Out 10, Etika dan Hukum Bisnis

Dosen: Ni Luh Putu Surya Astitiani, SE., MM

NORMA DAN ETIKA DALAM BAURAN PRODUKSI

Pengertian Etika Produksi


Etika adalah seperangkat prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang menegaskan tentang
benar dan salah. Sedangkan produksi adalah suatu kegiatan menambah nilai guna barang
dengan menggunakan sumberdaya yang ada. Jadi, Etika Produksi adalah seperangkat prinsip-
prinsip dan nilai-nilai yang menegaskan tentang benar dan salahnya hal hal yang dikukan
dalam proses produksi atau dalam proses penambahan nilai guna barang. Tujuan Produksi
antara lain :
1. Memperbanyak jumlah barang dan jasa
2. Menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas tinggi
3. Memenuhi kebutuhan sesuai dengan peradaban
4. Mengganti barang-barang yang rusak atau habis
5. Memenuhi pasar dalam negeri untuk perusahaan dan rumah tangga
6. Memenuhi pasar internasional
7. Meningkatkan kemakmuran

Pentingnya Etika Produksi


Dalam proses produksi, subuah produsen pada hakikatnya tentu akan selalu berusaha
untuk menekan biaya produksi dan berusaha untuk mendapatkan laba sebanyak banyaknya.
Dalam upaya produsen untuk memperoleh keuntungan, pasti mereka akan melakukan banyak
hal untuk memperolehnya. Termasuk mereka bisa melakukan hal hal yang mengancam
keselamataan konsumen. Padahal konsumen dan produsen bekerjasama. Tanpa konsumen,
produsen tidak akan berdaya. Seharunyalah produsen memeberi perhatian dan menjaga
konsumen sebagai tanda terima kasih telah membeli barang atau menggunakan jasa yang
mereka tawarkan. Namun banyak produsen yang tidak menjalankan hal ini. Produsen lebih
mementingkan laba. Seperti banyaknya kasus kasus yang akhirnya mengancam keselamatan
konsumen karena dalam memproduksi, produsen tidak memperhatikan hal hal buruk yang
mungkin terjadi pada konsumen. Bahkan, konsumen ditipu, konsumen ditawarkan hal-hal
yang mereka butuhkan, tapi pada kenyataannya, mereka tidak mendapat apa yang mereka
butuhkan mereka tidak memperoleh sesuai dengan apa yang ditawarkan.

Pandangan Kontrak Kewajiban Produsen Terhadap Konsumen


Hubungan antara perusahaan dengan konsumen pada dasarnya merupakan hubungan
kontraktual, dan kewajiban moral perusahaan pada konsumen adalah seperti yang diberikan
dalam hubungan kontraktual. Jadi, perusahaan berkewajiban untuk memberikan produk
sesuai dengan karakteristik yang dimaksud dan konsumen memiliki hak korelatif untuk
memperoleh produk dengan karateristik yang dimaksud.

1. Kewajiban untuk Mematuhi


Kewajiban untuk memberikan suatu produk dengan karakteristik persis seperti yang
dinyatakan perusahaan, yang mendorong konsumen untuk membuat kontrak dengan
sukarela dan yang membentuk pemahaman konsumen tentang apa yang disetujui akan
dibelinya. Jadi, pihak penjual berkewajiban memenuhi klaim yang dibuatnya tentang

Program Studi Bisnis Digital


Universitas Bali Internasional
Hand Out 10, Etika dan Hukum Bisnis
Dosen: Ni Luh Putu Surya Astitiani, SE., MM

produk yang dijual. Tidak seperti Wintherop Laboratories memasarkan produk


penghilang rasa sakit yang oleh perusahaannya diklaim sebagai obat nonaddictive
(tidak menyebabkan ketergantungan). Selanjutnya seorang pasien yang menggunakan
produk tersebut menjadi ketergantungan dan akhirnya meninggal karena over dosis.
2. Kewajiban untuk Mengungkapkan
Penjual yang akan membuat perjanjian dengan konsumen untuk mengungkapkan
dengan tepat apa yang akan dibeli konsumen dan apa saja syarat penjualannya. Ini
berarti bahwa penjual berkewajiban memberikan semua fakta pada konsumen tentang
produk tersebut yag dianggap berpengaruh kepada keputusan konsumen untuk
membeli. Contoh, jika pada sebuah produk yang dibeli konsumen terdapat cacat yang
berbahaya atau beresiko terhadap kesehatan dan keamanan konsumen, maka harus
diberitahu.
3. Kewajiban untuk Tidak Memberikan Gambaran yang Salah
Penjual harus menggambarkan produk yang ia tawarkan dengan benar, ia harus
membangun pemahaman yang sama tentang barang yang ia tawarkan di piiran
konsumen sebagaimana barang tersebut adanya. Jangan sampai terjadi
Misrepresentasi bersifat koersif , yaitu, seseorang yang dengan sengaja memberikan
penjelasan yang salah pada orang lain agar orang tersebut melakukan sesuatu seperti
yang diinginkannya, bukan seperti yang diinginkan orang itu sendiri apabila dia
mengetahui yang sebenarnya. Contoh: pembuat perangkat lunak atau perangkat keras
computer memasarkan produk yang mengandung ‘bug’ atau cacat tanpa memberitahu
tentang fakta tersebut.
4. Kewajiban untuk Tidak Memaksa
Penjual berkewajiban untuk tidak memanfaatkan keadaan emosional yang mungkin
mendorong pembeli untuk bertindak secara irasional dan bertentangan dengan
kepentingannya, tidak memanfaatkan ketidaktahuan, ketidakdewasaan, kebodohan,
atau faktor lain yang mengurangi atau menghapuskan kemampuan pembeli untuk
menetapkan pilihan secara bebas.

Bagian Produksi dalam Perusahaan


Bagian produksi adalah suatu bagian yang ada pada perusahaan yang bertugas untuk
mengatur kegiatan-kegiatan yang diperlukan bagi terselenggaranya proses produksi. Dengan
mengatur kegiatan itu maka diharapkan proses produksi akan berjalan lancar dan hasil
produksi pun akan bermutu tinggi sehingga dapat diterima oleh masyarakat pemakainya.
Bagian produksi dalam menjalankan tugasnya tidaklah sendirian akan tetapi bersama-sama
dengan bagian-bagian lain seperti bagian pemasaran, bagian keuangan serta bagian akuntansi.
Oleh karena itu haruslah diadakan koordinasi kerja agar semua bagian dapat berjalan seiring
dan seirama dan dapat dihindarkan benturan-benturan kepentingan antar bagian dalam
perusahaan. Tanpa adanya perencanaan yang matang, pengaturan yang bagus serta
pengawasan akan mengakibatkan jeleknya hasil produksi. Di samping hasil produksi yang
harus bagus kwalitasnya juga harus di pikirkan pula agar jangan sampai terjadi hasil produksi
bagus tapi ongkos yang diperlukan untuk keperluan itu terlalu besar. Biaya produksi yang
terlalu tinggi akan berakibat harga pokok produksinya menjadi besar dan hal ini akan
mengakibatkan tingginya harga jual produk, sehingga akan tidak terjangkau oleh konsumen.
Inilah yang merupakan tugas dari bagian produksi. Tugas-tugas tersebut akan dapat

Program Studi Bisnis Digital


Universitas Bali Internasional
Hand Out 10, Etika dan Hukum Bisnis
Dosen: Ni Luh Putu Surya Astitiani, SE., MM

terlaksana dengan baik dengan mengacu pada pedoman kerja tertentu. Pedoman kerja yang
harus menjadi arah kerja bagi bagian produksi dapat dirumuskan dalam empat hal yaitu:
a. Tepat Jumlah
b. Tepat Mutu
c. Tepat Waktu
d. Tepat Ongkos/Harga

Jumlah produk yang dihasilkan haruslah direncanakan dengan baik agar tidak terlalu
banyak maupun terlalu sedikit. Bila produksi terlalu banyak tentu saja akan mengakibatkan
bertumpuknya hasil produksi di gudang. Hal ini akanmengakibatkan disamping barang
tersebut akan mengalami kerusakan dalam penyimpanannya, maka penumpukan tersebut
berarti banyak modal yang tertanam dalam barang jadi itu berhenti dan menjadi kurang
efektif.
Dengan pedoman pada empat hal tersebut maka bagian produksi akan dapat mencapai
sasarannya dengan baik. Keempat hal tersebut dapat dikenal dengan mudah sebagai “empat
tepat”. Adapun tugas tersebut secara garis besarnya dapat kita bagi menjadi beberapa macam
yaitu :
a. Perenganaan Produk
b. Perencanaan Luas Produksi
c. Perencanaan Lokasi Pabrik
d. Perencanaan Layout Mesin-mesin Pabrik
e. Perencanaan Bahan Baku
f. Pengaturan Tenaga Kerja
g. Pengawasan Kwalitas

Proses Produksi Kosmetik yang Baik


Proses Pembuatan Kosmetik yang Baik harus memperhatikan beberapa hal diantaranya yaitu
pemilihan formula, pemilihan metode pembuatan, rencana pembesaran batch, proses
produksi, serta kontrol kualitas.
1. Pemilihan Formula
Mengingat keterbatasan bahan baku, peralatan, serta waktu, sementara cosmetic harus
segera diproduksi untuk mengejar musim, tren, fashion dan lain-lain, kita harus
pandai memilih formulasi agar kosmetik itu dapat segera diproduksi dan dapat
memenuhi tujuan tertentu. Sebelum pemilihan terakhir atas suatu formulasi (setelah
melewati percobaan-percobaan klinis kecil-kecilan atas keamanan formulasi beserta
bahan-bahan baku di dalamnya), kita harus secara realistis yakin bahwa formulasi kita
memang akan dapat di produksi secara besar-besaran dengan menggunakan alat-alat
pabrik yang telah ada. Bahkan pada saat itupun, bahan-bahan baku yang terkandung
dalam formulasi itu masih harus secara kritis diteliti kembali sebelum betul-betul
dipilih untuk digunakan.

2. Pemilihan Metode Pembuatan


Tujuan dari proses kosmetik adalah untuk menghasilkan suatu produk yang seragam
serta memiliki keawetan yang panjang, maka pemilihan metode pembuatan yang tepat
dengan menggunakan peralatan yang tersedia itu esensial. Produksi besar-besaran

Program Studi Bisnis Digital


Universitas Bali Internasional
Hand Out 10, Etika dan Hukum Bisnis
Dosen: Ni Luh Putu Surya Astitiani, SE., MM

umumnya didasarkan pada hasil pengamatan produksi percobaan (clinical batch).


Selama pembuatan cilnical batches, perlu dilakukan pengamatan parameter-parameter
kritis yang mempengaruhi kinerja produk, antara lain:
a. Langkah-langkah kritis dalam metode pembuatan.
b. Sifat-sifat produk yang kritis, seperti viskositas, dll.
c. Bahan-bahan baku inti, seperti surfaktan, lubrikan, bahan pensuspensi, bahan
pembuat gel, atau bahan-bahan alam atau sintetik yang menentukan.
Setelah mengidentifikasi, parameter-parameter kritis tersebut, perlu memilih cara
pembuatan yang paling tepat dan peralatan yang paling cocok agar menghasilkan
produk yang “ideal”. Karena pembesaran produksi dari clinical batchke pilot size
batches dan akhirnya ke produksi besar-besaran mungkin harus mengkompromikan
hal-hal tertentu dalam produksi, diharuskan untuk memilih metode khusus atau
peralatan yang paling memenuhi standar selama pembuatanclinical batch agar
kompromi tersebut tidak terlalu menyimpang.

3. Rencana Pembesaran Batch


Pembesaran produk dari laboratory size bathces (clinical bathces), yang umumnya
sampai 25 kg, ke pilot plant bathces (25-200 kg) disebut scale-upformulasi atau
produksi. Untuk produksi kosmetik yang masih baru, scale-up dapat
diselesaikan dalam 2 fase:
a. Pembuatan Clinical Batch
Pengalaman pertama dengan batch ukuran agak besar umumnya ditemui
disini. Karena itu, formulator produk itu sebaiknya hadir menyaksikan
pembuatan clinical batch tersebut untuk menghindari masalah yang mungkin
timbul akibat tidak tersedianya metode pembuatan yang kurang terperinci.
Setelah beberapa clinical batch sukses dibuat, suatu pembuatan umumnya
sudah bisa dituliskan dalam format tertulis yang dapat dengan mudah
dilanjutkan ke produksi pilot plant batches.
b. Pembuatan Pilot Plant Batch
Umumnya pembuatan batch dalam fase pilot plant batches disarankan untuk
dilanjutkan sebelum tes keamanan klinis fase III mulai dilakukan untuk
produk hasil metode pembuatan pilihan terakhir. Kebutuhan produksi untuk
tes klinis demikian umumnya membutuhkan batches ukuran agak besar (200
kg).

Penelitian terhadap produksi pilot plant juga disebut penelitian perkembangan proses
yang diadakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pokok berikut dan untuk
mengidentifikasi langkah-langkah inti dalam proses pembuatan yang perlu disahkan atau
ditolak:
a. Formulasi itu bisa diproduksi lebih banyak atau tidak
b. Apakah metode produksi itu sesuai dengan kemempuan produk yang diharapkan dan
dengan peralatan yang ada
c. Apakah diperlukan peralatan baru atau pabrik ke tiga
d. Apakah  langkah-langkah pokok proses pembutan telah teridentifikasi
e. Apakah studi untuk validitas telah didesain dengan baik 

Program Studi Bisnis Digital


Universitas Bali Internasional
Hand Out 10, Etika dan Hukum Bisnis
Dosen: Ni Luh Putu Surya Astitiani, SE., MM

Penelitian terhadap produksi pilot plant perlu diarahkan untuk dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut secara memuaskan. Jika timbul pertanyaan apakah produk itu
fleksible untuk diproduksi, maka sebaiknya produk itu diproduksi dengan menggunakan
peralatan dan ukuran batch yang akan dipakai secara rutin.
Puncak kegiatan scale-up biasanya berupa produksi yang memuaskan dalam
bentuk production demonstration batch yang kemudian digunakan untuk mengisi kebutuhan
packaging demonstration run yang menghasilkan produk akhir yang telah dikemas. Study
validasi biasanya dijalankan selama pembuatan production demonstration batch dan
packaging demonstration run.

4. Proses Produksi
Produk kosmetik dibuat di dalam batch, di bawah pengawasan pengaturan
Pemerintah, yaitu Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) atau Good
Manufacturing Practices (GMP) di A.S.. Peralatan yang digunakan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: mixing, dispersing, homogenizers, filling equipment.

5. Kontrol Kualitas
Fungsi utama kontrol kualitas atau quality assurance adalah menjamin agar perusahaan
memenuhi standar tertinggi dalam setiap fase produksinya. Faktor –faktor yang
tercakup dalam kontrol kualitas adalah:
a. Personalia
b. Fasilitas
c. Spesifikasi Produk

Program Studi Bisnis Digital


Universitas Bali Internasional
Hand Out 10, Etika dan Hukum Bisnis
Dosen: Ni Luh Putu Surya Astitiani, SE., MM

UNSUR ETIKA LINGKUNGAN HIDUP

Etika ekologi menyadarkan bahwa manusia bukanlah penguasa alam. Dalam hal ini
perlu diubah sikap manusia yang antroposentrik, yaitu meng-anggap bahwa hanya dirinya
yang pantas menerima pertimbangan moral. Akibatnya, semuanya yang di luar manusia tidak
berharga dan pantas dieksploitasi tanpa kira-kira. Manusia harus menyadari adanya nilai
intrinsik dalam tiap unsur nonmanusia. Bagian-bagian lingkungan yang bukan manusia itu
perlu dijaga, tidak masalah apakah hal tersebut menguntungkan manusia atau tidak.
Etika konservasi sumberdaya yang bisa habis mengacu pada penghematan
sumberdaya alam untuk digunakan di masa mendatang, disini mempertimbangkan kepentingan
generasi yang akan datang. Setidaknya ada dua macam kepedulian lingkungan, yaitu
kepedulian lingkungan yang dangkal (shallow ecology) dan kepedulian lingkungan yang
dalam (deep ecology). Kepedulian lingkungan yang dangkal menunjukkan perhatian kepada
kepentingan-kepentingan yang sering diabaikan dalam ekonomi tradisional, pandangan ini
menganggap alam bernilai hanya sejauh ia bermanfaat bagi kepentingan manusia, dan bukan
karena alam bernilai pada dirinya sendiri. Pada kepedulian lingkungan yang dalam sudah
mempertimbangkan kepentingan generasi-generasi yang akan datang.

Masalah Yang Berkaitan Dengan Lingkungan Hidup


Pencemaran dan kemerosotan mutu lingkungan hidup manusia karena ulah manusia itu
sendiri yang merusak habitatnya sendiri. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi demi
kesejahteraan umat manusia terkadang tanpa disertai dengan wawasan lingkungan yang
benar dan kesadaran yang cukup dalam memanfaatkan sumberdaya alam, hal tersebut tentu
akan menyebabkan kemerosotan mutu lingkungan.
Dalam proses produksi misalnya diperlukan proses produksi yang efisien dan ramah
lingkungan. Perusahaan hendaknya memperhatikan limbah yang dihasilkan. Jadi pada
dasamya manusia itu harus memiliki komitmen moral untuk menciptakan solidaritas
kemanusiaan agar lebih peduli terhadap penciptaan keharmonisan hidup sesama manusia
dengan lingkungannya secara serasi dan seimbang.
Setidaknya agenda enam masalah yang timbul berkaitan dengan lingkungan, yaitu:
(1)  Limbah Beracun
Seringkali perusahaan membuang limbahnya ke sungai di sekitarnya, tanpa terlebih dahulu
mengolahnya menjadi tak beracun. Akibatnya air sungai menjadi tercemar sehingga tidak
layak dipakai, ikan-ikan menjadi mati, bahkan limbah tersebut merembes ke air tanah
mengakibatkan air tanah tidak layak untuk dikonsumsi, dan tentu hal ini dapat
membahayakan kesehatan masyarakat.
(2)  Efek Rumah Kaca
Naiknya suhu permukaan bumi disebabkan karena panas yang diterima bumi terhalang oleh
partikel-partikel gas yang dilemparkan dalam atmosfer karena ulah manusia, sehingga tidak
bisa keluar. Penyebabnya diantaranya adalah karena pembakaran produk-produk minyak bumi
dan batu bara. Hal ini akan berdampak negatif yaitu memperluas padang pasir, melelehkan
lapisan es di kutub serta meningkatkan permukaan air laut.
(3)  Perusakan Lapisan Ozon

Program Studi Bisnis Digital


Universitas Bali Internasional
Hand Out 10, Etika dan Hukum Bisnis
Dosen: Ni Luh Putu Surya Astitiani, SE., MM

Lapisan ozon berfungsi untuk menyaring sinar ultraviolet. Namun sekarang lapisan ozon
semakin rusak, hal ini dapat terjadi karena pelepasan gas klorofluorokarbon (CFC) ke udara,
pengaruh terbesar disebabkan karena penyemprotan aerosol, lemari es, dan AC.
(4)  Hujan Asam
Asam dari emisi industri bergabung dengan air hujan, yang nantinya akan masuk ke dalam
tanah, danau ataupun sungai. Tentunya hal ini dapat mengakibatkan kerusakan hutan,
merusak gedung, dan bahkan bisa menghancur-kan logam-logam beracun karena derajat
keasamannya.
(5)  Penebangan Hutan
Penebangan hutan secara liar tanpa menghijaukannya kembali tentu berakibat sangat buruk.
Hal ini sudah dibuktikan dengan bencana yang terjadi akhir-akhir ini, dimana longsor dan
banjir bandang telah menelan korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya.
(6)  Pencemaran Udara
Polusi udara bukanlah barang baru, udara telah bersama kita semenjak terjadinya Revolusi
industri dunia, saat cerobong-cerobong asap pabrik mulai berdiri. Terutama dikeluarkan
dari pembuangan kendaraan bermotor dan proses industri. Ditambah lagi dengan kebakaran
hutan yang asapnya sangat mempengaruhi kesehatan dan juga mengganggu jarak pandang
kita.

Teori Etika Lingkungan


Terdapat 3 (tiga) pandangan teori mengenai etika lingkungan, sebagaimana diuraikan
sebagai berikut:
1. Teori Antroposentrisme
Teori ini memandang manusia sebagai pusat dari system alam semesta. Manusia dan
kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam
kebijakan yang diambil dalam kaitannya dengan alam, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya akan mendapat perhatian dan nilai
sejauh menunjang kepentingan manusia. Bagi teori ini etika hanya berlaku bagi manusia,
segala tuntutan terhadap kewajiban dan tanggungjawab moral manusia terhadap lingkungan
hidup dianggap sesuatu yang berlebihan, kalaupun ada itu semata-mata demi memenuhi
kepentingan sesama manusia.
Teori semacam ini dinilai bersifat instrumentalistik (karena menganggap pola
hubungan manusia dan alam dilihat hanya dalam relasi instrumental, kalaupun peduli demi
memenuhi kebutuhan manusia) dan egoistis (karena hanya mengutamakan kepentingan
manusia).

2. Teori Biosentrisme
Teori ini menganggap alam mempunyai nilai pada dirinya sendiri lepas dari
kepentingan manusia. Ciri etika ini adalah biocentric, karena menganggap setiap kehidupan
dan makhluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri.
Alam perlu diperlakukan secara moral terlepas dari apakah ia berguna atau tidak bagi
manusia. Sehingga etika tidak lagi dipahami secara terbatas pada komunitas manusia,
namun berlaku juga bagi seluruh komunitas biotis, termasuk komunitas makhluk hidup lain.

Program Studi Bisnis Digital


Universitas Bali Internasional
Hand Out 10, Etika dan Hukum Bisnis
Dosen: Ni Luh Putu Surya Astitiani, SE., MM

3. Teori Ekosentrisme
Etika ini memusatkan pada seluruh komunitas ekologis baik yang hidup maupun
tidak, karena secara ekologis makhluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait
satu sama lain. Salah satu versi yang terkenal dari teori ini adalah Deep Ecology.
Teori ini memusatkan perhatian pada kepada semua spesies, termasuk spesies bukan
manusia, dan menekankan perhatiannya pada jangka panjang, dan tak kalah pentingnya
merupakan gerakan diantara orang-orang yang mempunyai sikap dan keyakinan yang sama,
mendukung suatu gaya hidup yang selaras dengan alam, dan sama-sama memperjuangkan isu
lingkungan dan politik.

Prinsip Etika Lingkungan Hidup


Prinsip ini menjadi pegangan dan tuntutan bagi perilaku kita dalam berhadapan
dengan alam, baik perilaku terhadap alam secara langsung maupun perilaku terhadap
sesama manusia yang berakibat tertentu terhadap alam (Keraf, 2002):

(1)  Sikap Hormat terhadap Alam (Respect for Nature)


Pada dasarnya semua teori etika lingkungan mengakui bahwa alam semesta perlu
untuk dihormati. Secara khusus sebagai pelaku moral, manusia mem-punyai kewajiban moral
untuk menghormati kehidupan, baik pada manusia maupun makhluk lain dalam komunitas
ekologis seluruhnya. Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia
sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya.

(2)  Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility for Nature)


Setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan dengan tujuannya
masing-masing, terlepas dari apakah tujuan itu untuk kepentingan manusia atau tidak. Oleh
karena itu, manusia sebagai bagian dari alam semesta bertanggungjawab pula untuk
menjaganya.
Tanggung jawab ini bukan saja bersifat individual tetapi juga kolektif. Kelestarian dan
kerusakan alam merupakan tanggungjawab bersama seluruh umat manusia. Semua orang
harus bisa bekerjasama bahu membahu untuk menjaga dan meles- tarikan alam dan
mencegah serta memulihkan kerusakan alam, serta saling mengingatkan, melarang dan
menghukum siapa saja yang merusak alam.

(3)  Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity)


Dalam diri manusia timbul perasaan solider, senasib sepenanggungan dengan alam
dan sesama makhluk hidup lain. Prinsip ini bisa mendorong manusia untuk menyelamatkan
lingkungan dan semua kehidupan di alam ini. Prinsip ini berfungsi sebagai pengendali moral
untuk mengharmonisasikan manusia dengan ekosistemnya dan untuk mengontrol perilaku
manusia dalam batas-bats keseimbangan kosmis. Solidaritas ini juga mendorong manusia
untuk mengutuk dan menentang setiap tindakan yang menyakitkan binatang tertentu atau
bahakn memusnakan spesies tertentu.

Program Studi Bisnis Digital


Universitas Bali Internasional
Hand Out 10, Etika dan Hukum Bisnis
Dosen: Ni Luh Putu Surya Astitiani, SE., MM

(4)  Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian (Caring for Nature)


Prinsip ini tidak didasarkan pada pertimbangan kepentingan pribadi, tetapi semata-mata
demi kepentingan alam. Dengan semakin peduli terhadap alam, maka manusia menjadi
semakin matang dengan identitas yang kuat.

(5) Prinsip ”No Harm”


Terdapat kewajiban, sikap solider dan kepedulian, paling tidak dengan tidak
melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi makhluk hidup lain di alam
semesta ini (no harm). Jadi kewajiban dan tanggung jawab moral dapat dinyatakan dengan
merawat, melindungi, menjaga dan melestarikan alam, dan tidak melakukan tindakan seperti
membakar hutan dan membuang limbah sembarangan.

(6)  Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam


Prinsip ini menekankan pada nilai, kualitas, cara hidup yang baik, bukan menekankan
pada sikap rakus dan tamak. Ada batas untuk hidup secara layak sebagai manusia, yang
selaras dengan alam.

(7)  Prinsip Keadilan


Prinsip ini menekankan bahwa terdapat akses yang sama bagi semua kelompok
dan anggota masyarakat untuk ikut dalam menentukan kebijakan pengelplaan dan pelestarian
serta pemanfaatan sumber daya alam.
Dalam prinsip ini kita perlu memerhatikan kepentingan masyarakat adat secara lebih khusus,
karena dalam segi pemanfaatan sumber daya alam dibandingkan dengan masyarakat modern
akan kalah dari segi permodalan, teknologi, informasi dan sebagainya, sehingga
kepentingan masyarakat sangat rentan dan terancam.

(8)  Prinsip Demokrasi


Prinsip ini terkait erat dengan hakikat alam, yaitu keanekaragaman dan pluralitas.
Demokrasi memberi tempat seluas-luasnya bagi perbedaan, keanekaragaman dan pluraritas.
Prinsip ini sangat relevan dengan pengam-bilan kebijakan di bidang lingkungan,
dan memberikan garansi bagi kebijakan yang pro lingkungan hidup.
Dalam prinsip ini tercakup beberapa prinsip moral lainnya, yaitu:
a. Demokrasi menjamin adanya keanekaragaman dan pluralitas yang memungkinkan
nilai lingkungan hidup mendapat tempat untuk diperjuangkan sebagai agenda politik
dan ekonomi yang sama pentingnya dengan agenda lain.
b. Demokrasi menjamin kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan
memperjuangkan nilai yang dianut oleh setiap orang dan kelompok masyarakat
dalam bingkai kepentingan bersama.
c. Demokrasi menjamin setiap orang dan kelompok masyarakat ikut berpartisipasi
dalam menentukan kebijakan publik dan memperoleh manfaatnya.
d. Demokrasi menjamin sifat transparansi.
e. Adanya akuntabilitas publik.

Program Studi Bisnis Digital


Universitas Bali Internasional
Hand Out 10, Etika dan Hukum Bisnis
Dosen: Ni Luh Putu Surya Astitiani, SE., MM

(9)  Prinsip Integritas Moral


Prinsip ini terutama untuk pejabat publik, agar mempunyai sikap dan perilaku
moral yang terhormat serta memegang teguh prinsip-prinsip moral yang mengamankan
kepentingan publik, untuk menjamin kepentingan di bidang lingkungan. Sedangkan para
penganut deep ecology menganut delapan prinsip, diantaranya yaitu:
a. Kesejahteraan dan keadaan baik dari kehidupan manusiawi ataupun bukan di bumi
mempunyai nilai intrinsik.
b. Kekayaan dan keanekaragaman bentuk-bentuk hidup menyumbangkan kepada
terwujudnya nilai-nilai ini dan merupakan nilai-nilai sendiri.
c. Manusia tidak berhak mengurangi kekayaan dan keanekaragaman ini, kecuali untuk
memenuhi kebutuhan vitalnya.
d. Keadaan baik dari kehidupan dan kebudayaan manusia dapat dicocok- kan dengan
dikuranginya secara substansial jumlah penduduk.
e. Campur tangan manusia dengan dunia bukan manusia kini terlalu besar
f. Kebijakan umum harus dirubah, yang menyangkut struktur-struktur dasar di
bidang ekonomis, teknologis, dan ideologis.
g. Perubahan ideologis terutama menghargai kualitas kehidupan dan bukan berpegang
pada standar hidup yang semakin tinggi.
h. Mereka yang ifltjiyetujui buur-butir sebelumnya berkewajiban secara langsung dan
tidak iangsung untuk berusaha mengadakan perubahan-perubahan yang perlu.

Prinsip-prinsip etika lingkungan perlu diupayakan dan diimplemen-tasikan dalam


kehidupan manusia karena krisis, persoalan ekologi dan bencana aiam yang terjadi pada
dasamya diakibatkan oleh pemahaman yang salah. Yaitu bahwa alam adalah obyek yang
boleh diberlakukan dan dieksploitasi sekehendak kita. Pola pembangunan yang berlangsung
saat ini perlu diubah dan diimplementasikan secara jelas. Aspek pembangunan tidak semata-
mata hanya pemenuhan kebutuhan aspek ekonomi namun juga perlu memberikan bobot yang
setara pada aspek-aspek sosial, budaya dan lingkungan. Kerusakan yang terjadi pada masa
sekarang, tidak hanya dirasakan oleh kita sekarang ini, namun juga akan dirasakan pula oleh
generasi yang akan datang. Pembangunan yang dilakukan harus merupakan pembangunan
membumi yang selalu selaras dengan keseimbangan alam. Pembangunan membumi dapat
dikatakan identik dengan pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

Program Studi Bisnis Digital


Universitas Bali Internasional
Hand Out 10, Etika dan Hukum Bisnis
Dosen: Ni Luh Putu Surya Astitiani, SE., MM

Program Studi Bisnis Digital


Universitas Bali Internasional

Anda mungkin juga menyukai