Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

I. Informasi Jurnal
1. Judul jurnal
Central Corneal Thickness Changes Following Manual Small Incision
Cataract Surgery Versus Phacoemulsification For White Cataract
2. Penulis
Kongsap Pipat Department of Ophthalmology, Prapokklao Hospital, Thailand
3. Tahun
Accepted: 25 Januari 2019

II. Gambaran Umum

a. Latar Belakang
Katarak merupakan penyakit mata yang sering terjadi dan
mengakibatkan kebutaan. Berbagai perawatan bedah tersedia untuk
membantu pasien sembuh dari penyakit katarak. Fakoemulsifikasi
memberikan hasil visual yang lebih baik dan risiko lebih sedikit komplikasi
dari ECCE. Namun, pembedahan sulit dilakukan pada katarak yang sudah
menjadi hipermatur atau berawan (katarak putih) dan kemungkinan
menyebabkan komplikasi pasca operasi, seperti pecahnya kapsul posterior
atau edema kornea.

b. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan ketebalan kornea
sentral, kehilangan sel endotel dan ketajaman visual pada pasien katarak
hipermatur postoperasi metode MSICS dan dengan metode phacoemulsifikasi.

1
2

c. Metode dan diskusi


Penelitian ini dilakukan di bagian mata Rumah Sakit Prapokklao.
Komite Etik dan penelitian dari institusi sudah menyetujui protocol
penelitian. Semua pasien katarak mulai Mei 2016 hingga Maret 2017 dan
dilakukan tindakan operasi pada pasien katarak hipermatur dengan cara
manual small incision cataract surgery (MSICS) atau phacoemulsifikasi.
Pasien katarak dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Empat puluh
dua pasien katarak dibagi menjadi 2 grup untuk dilakukan operasi MSICS
dan PHACO.
Pada saat operasi pasien di kedua kelompok menerima anestesi
(anestesi retrobulbar). Metode MSICS dilakukan menggunakan teknik
Blumenthal yang dimodifikasi. Sebuah sayatan terowongan scleral dibuat,
capsulorhexis dilakukan, dan bahan viskoelastik disuntikkan ke dalam ruang
anterior. Lensa diekstraksi dan lensa intraocular ditanamkan dalam kantong
kapsular. Pada metode fakoemulsifikasi dilakukan menggunakan Stellaris
(Bausch & Lomb). Sayatan kornea yang jelas dibuat dan capsulorhexis
dilakukan. Lensa diemulsi dan kemudian diganti dengan lensa intraokular.
Kedua kelompok pasien menerima hal yang sama perawatan pasca
operasi sesuai dengan standar yang ada. Setelah operasi, pasien menerima
tetes mata Dexoph dan dikembalikan untuk pemeriksaan lanjutan setelah 1
hari, 7 hari, 1 bulan, dan 3 bulan.
Data pasien berikut dikumpulkan meliputi usia, jenis kelamin,
ketajaman visual, ketebalan kornea, jumlah sel endotel intraoperatif dan
komplikasi pasca operasi. Data dikumpulkan menggunakan parameter dan
teknik berikut:
- Data tentang phacoemulsifikasi dikumpulkan menggunakan parameter
Power ultrasound, absolute phakoemulsifikasi time (APT), dan waktu
fakoemulsifikasi yang efektif (EPT);
3

- Waktu operasi diukur jumlah waktu dari awal operasi sampai


pengangkatan spekulum;
- Ketebalan kornea diukur dengan menggunakan sebuah pachymeter
(mikron) pada hari pertama, hari ke-7 dan 1 bulan setelah operasi;
- Kehilangan sel endotel diukur menggunakan mikroskop specular 1 bulan
dan 3 bulan setelah hari operasi;
- Komplikasi termasuk posterior kapsul pecah, kehilangan cairan, hyphema,
iritis, penurunan lensa, meningkat TIO, edema kornea, dll.
Data dianalisis dilakukan dengan menggunakan sebuah program
statistik. Nilai p kurang dari 0,05 menunjukkan signifikansi statistik. Kornea
ketebalan dan kehilangan sel endotel dibandingkan menggunakan uji-t dan
ketajaman visual dan komplikasi dibandingkan menggunakan Fisher Exact
test.
Penelitian ini melibatkan 42 peserta, 21 dari yang menjalani MSICS
dan 21 phaco. Usia rata-rata pasien adalah 68 tahun (mulai dari 40-83
tahun). Lima belas pasien adalah laki-laki (35,7%). Tabel 1 menunjukkan
tidak terdapat perbedaan yang signifikan terkait data umum pasien, seperti
usia, jenis kelamin, dan ketajaman visual pra operasi pada 2 kelompok.

Tabel 1. Karakteristik Pasien


4

Tabel 2. Hasil klinis komparatif fakoemulsifikasi pada katarak matur dan


katarak hipermatur oleh ahli bedah yang sama

Pada Tabel 2 menggambarkan standar kinerja dokter bedah ketika


melakukan fakoemulsifikasi pada katarak pasien dengan lensa yang agak
mengeras. Ahli bedah menghabiskan waktu 9,9 menit melakukan operasi
phaco. Kekuatan USG adalah 24,4%. Waktu fakoemulsifikasi absolut (APT)
adalah 50.4 detik dan waktu efektif fakoemulsifikasi (EPT) adalah 12,2
detik. Pada 1 hari setelah operasi, kornea menebal dengan rata-rata 67
mikron, dan 3 bulan setelahnya, kehilangan sel endotel rata-rata 8,4%.
Sebagian besar pasien MSICS dan phaco memiliki penglihatan
ketajaman lebih buruk dari 3/200 untuk HM. Kelompok yang menjalani
MSICS rata - rata menempuh waktu 13,2 menit untuk operasi. Hari pertama
setelah operasi, tebal kornea, awalnya 531 mikron, naik menjadi 603 mikron
(peningkatan rata-rata 73 mikron). Ketebalan kembali normal 1 bulan setelah
operasi. Kehilangan sel endotel 3 bulan pasca operasi sekitar 11,8%.
5

Tabel 3. Hasil klinis

Kelompok yang menjalani phaco, waktu operasi rata-rata 15,8 menit.


Tebal kornea awalnya 544 mikron. Hari pertama setelah operasi, meningkat
menjadi 682 mikron (peningkatan rata-rata 138 mikron); ketebalan kembali
normal 1 bulan setelah operasi. Kehilangan sel endotel 3 bulan pasca operasi
sekitar 15,8%.
Pada tabel 3 menunjukan terdapat perbedaan signifikan (p <0,008),
pada kelompok yang menjalani phaco ketebalan kornea secara lebih tinggi
daripada kelompok yang menjalani MSICS. Terdapat perbedaan yang tidak
signifikan (p <0,111) terkait kehilangan sel endotel pada pasien, tiga bulan
setelah operasi, pada pasien dengan MSICS kehilangan sel endotel pasien
sebesar 11,8%, sementara kehilangan sel endotel pasien phaco adalah 15,8%.
Pada tabel 4 menunjukan perbedaan yang tidak signifikan (p = 1.000)
terkait ketajaman visual pasca operasi, pasien yang menjalani MSICS
memiliki visibilitas lebih tinggi dari 6/18 pada 71,4% dan pasien yang phaco
menjalani visibilitas lebih tinggi dari 6/18 pada 85,7% (p = 0,454). Tiga bulan
setelah itu operasi, pasien MSICS memiliki visibilitas lebih tinggi dari 6/18
6

pada 90,5% dan pasien phaco miliki visibilitas lebih tinggi dari 6/18 pada
90,5%

Tabel 4. Ketajaman visual pasca operasi metode MSICS dan metode PHACO

Komplikasi intraoperatif itu terjadi adalah jatuhnya nukleus pada satu


pasien dari kelompok yang menjalani phaco; tidak ada kejadian pecah kapsul
posterior atau jatuhkan nukleus pada kelompok MSICS.

d. Kesimpulan
Operasi katarak hipermatur dengan menggunakan fakoemulsifikasi
menyebabkan tingkat ketebalan kornea yang lebih tinggi dan kehilangan sel
endotel yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode MSICS (manual
small incision cataract surgery).
7

BAB II
TELAAH JURNAL

Telaah jurnal merupakan bagian dari kedokteran berbasis bukti (evidence-based


medicine) yang diartikan sebagai suatu proses evaluasi secara cermat dan sistematis
suatu artikel penelitian untuk menentukan reabilitas, validitas, dan kegunaannya
dalam praktik klinis. Komponen utama yang dinilai dalam critical appraisal adalah
validity, importancy, applicability. Tingkat kepercayaan hasil suatu penelitian sangat
bergantung dari desain penelitian dimana uji klinis menempati urutan tertinggi.
Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian dimulai dari komponen
pendahuluan, metodologi, hasil, dan diskusi. Masing-masing komponen memiliki
kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan apakah hasil penelitian tersebut
layak atau tidak digunakan sebagai referensi.
Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian dimulai dari
komponen pendahuluan, metodologi, hasil, dan diskusi. Masing-masing komponen
memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan apakah hasil penelitian
tersebut layak atau tidak digunakan sebagai referensi.

I. Telaah Kelengkapan Jurnal


 Judul jurnal : Ada
 Pengarang dan institusi : Ada
 Abstrak : Ada
 Pendahuluan : Ada
 Metode : Ada
 Hasil : Ada
 Pembahasan : Ada
 Kesimpulan dan saran : Tidak Ada
 Daftar pustaka : Vancouver
 Lampiran : Tidak ada
8

II. Penilaian PICO VIA (Population, Intervention, Comparison, Outcome,


Validity, Importancy, Applicability)

1. Population
Penelitian ini menggunakan populasi pada pasien katarak hipermatur tanpa
zonular dialysis.

2. Intervention
Pada penelitian ini dilakukan intervensi berupa operasi MSICS dan PHACO.

3. Comparison
Penelitian ini menganalisis dan membandingkan ketebalan kornea sentral dan
kehilangan sel endotel pada katarak hipermatur yang dioperasi dengan MSICS
dan dengan phacoemulsifikasi.

4. Outcome
1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 grup pasien yang
dilakukan MSICS dan PHACO terkait usia, jenis kelamin dan ketajaman
visus preoperatif.
2. Pada kelompok yang menjalani MSICS rata - rata 13,2 menit untuk
operasi. Hari pertama setelah operasi, tebal kornea awalnya 531 mikron, naik
menjadi 603 mikron (peningkatan rata-rata 73 mikron); Ketebalan kembali
normal 1 bulan setelah operasi. Kehilangan sel endotel 3 bulan pasca operasi
sekitar 11,8%.
3. Untuk kelompok yang menjalani phaco, waktu operasi rata-rata 15,8
menit. Itu tebal kornea awalnya 544 mikron. Hari pertama setelah operasi, itu
meningkat menjadi 682 mikron (peningkatan rata-rata 138 mikron);
ketebalan kembali normal 1 bulan setelah operasi. Kehilangan sel endotel 3
bulan pasca operasi sekitar 15,8%.
9

4. Terdapat perbedaan yang signifikan pada ketebalan kornea, lebih tinggi pada
pasien yang menjalani PHACO dibanding dengan metode MSICS.
5. Terdapat perbedaan yang signifikan terkait kehilangan sel endotel, lebih
tinggi pada pasien yang menjalani PHACO dibanding pasien yang menjalani
MSICS.
6. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok pasien yang menjalani
MSICS dan PHACO pada ketajaman visual pada hari pertama dan tiga bulan
pasca operasi.

5. Validity
 Research question
a) Is the data collected in accordance with the purpose of the research?
Iya. Data yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian.

b) Are the inclusion and exclusion criteria in this research clearly defined?
Iya terdapat kriteria inklusi dan eksklusi, namun tidak dijelaskan secara
rinci.

c) Are the research subjects explained in detail?


Iya. Subjek pada penelitian ini adalah pasien katarak hipermatur yang
menjalani operasi dengan metode MSICS dan PHACO dari Mei 2016
sampai Maret 2017. Pasien dipilih berdasarkan kriteria inklusi berupa
pasien dengan katarak hipermatur tanpa dialysis zonular, dan kriteria
eksklusi berupa pasien katarak dengan penyakit bersamaan, seperti
glaukoma, ablasi retina, atau retinopati diabetes dan pasien katarak akibat
kecelakaan.
10

 Randomization
Was the randomization list concealed from patients, clinicians, and
researchers?
Tidak. Pada penelitian ini baik pasien, peneliti maupun tenaga kesehatan
mengetahui kelompok perlakuan yang telah ditentukan.

 Interventions and co-interventions


Were the perfomed interventions described in sufficent detail to be followed
by other?
Pada penelitian ini dilakukan intervensi subjek penelitian berupa pengukuran
ketajaman visual, ketebalan kornea, kehilangan sel endotel yang dijelaskan
secara detail.

6. Importancy
Is this study is important?
Ya, penelitian ini penting karena hasil penelitian ini dapat mengetahui
perbandingan hasil dari operasi dengan metode MSICS dan PHACO, metode
yang lebih baik terkait ketajaman visual, ketebalan kornea dan kehilangan sel
endotel post operasi.

7. Applicability
Is your environment so different from the one in study that the methods could not
be use there?
Telaah Applicability

1 Apakah PICO jurnal diperoleh sesuai pertanyaan klinis? Ya

2 Apakah pasien Anda cukup mirip dengan pasien penelitian? Ya

Apakah intervensi dalam penelitian dapat diterapkan untuk Tidak


3
manajemen pasien di lingkungan Anda?
11

4 Apakah outcome penelitian ini pentingbagipasienAnda? Ya

Apakah potensi manfaat lebih besar dibanding potensi merugikan Ya


5
bila intervensi terapi diaplikasikan pada pasien Anda?
Apakah hasi lpenelitian ini dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai Ya
6
serta harapan pasien Anda?

Berdasarkan telaah jurnal yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa


jurnal ini valid, penting, dan dapat diterapkan sehingga jurnal ini dapat digunakan
sebagai referensi.
12

BAB III
SIMPULAN

Berdasarkan telaah jurnal yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa


jurnal ini valid, penting dan dapat diterapkan sehingga jurnal ini dapat digunakan
sebagai referensi.
13

DAFTAR PUSTAKA

Pipat, Kongsap. 2019. Central corneal thickness changes following manual small
incision cataract surgery versus phacoemulsification for white cataract.
Diakses di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Central+corneal+thickness+chan
ges+following+manual+small+incision+cataract+surgery+versus+phacoemulsif
ication++for+white+cataract. Pada tanggal 12 Februari 2020.

Anda mungkin juga menyukai