Anda di halaman 1dari 3

Sampah sama dengan Penderitaan sama dengan Keberkahan

Permasalahan kesehatan lingkungan di madrasah/di sekolah-sekolahan sangatlah


beragam dan dari tahun ke tahun belum dapat terselesaikan dengan baik. Masalah yang
terjadi antara lain permasalahan pencemaran, baik pencemaran air, pencemaran udara,
maupun pencemaran tanah. Namun masalah yang paling mendominasi dalam hal ini adalah
masalah sampah.
Kita sebagai manusia tentunya tidak pernah asing dengan kata “sampah” tersebut.
Bahkan sebagian orang menyatakan bahwa mereka merasa sangat jijik padanya, penuh
kuman, tempat penyakit, dan lain-lain dengan seribu argument yang diutarakan. Jika kita
pahami, bahwa sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah di definisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya,
sebagaimana yang telah dijelaskan.
Dalam proses alam, sebenarnya sampah hanya produk. Produk yang dihasilkan setelah dan
selama proses itu berlangsung. Berdasarkan sifat organiknya, sampah dibedakan menjadi
dua kategori yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan
sampah yang dapat diurai oleh mikroorganisme atau yang dapat membusuk, seperti
sampah sisa makanan, daun-daun, sayuran, dan lain-lain. Sedangkan sampah anorganik
adalah sampah yang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai, bahkan
cenderung sukar terurai oleh mikroorganisme, contohnya sampah plastik, kaca, kaleng, dan
lain-lain.
Coba kita amati di lingkungan sekitar kita, sampah apa yang sering muncul dan sering
terlihat oleh mata?
Kemungkinan besar jawabannya adalah sampah plastik. Bahkan di lingkungan
madrasah kita sendiri pun yang paling mendominasi juga sampah plastik. Hal ini
disebabkan oleh perilaku manusia yang konsumtif dan perilaku ingin serba cepat sehingga
produk instan yang kebanyakan menggunakan pembungkus plastik. Bayangkan apabila kita
mengurangi penggunaan plastik minimal 3 plastik setiap harinya dan setiap siswa di
madrasah kita melakukan hal yang sama, pasti akan berbeda pemandangan yang kita lihat
sekarang ini.
Sampah plastik sendiri tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme dan sangat sukar
untuk dirombak di dalam tanah, sehingga sampah plastik yang tidak diolah akan
menumpuk terus menerus. Tahukan anda bahwa bumi ini bak merintih ketika kita
perlakukan demikian setiap harinya? Pencemaran yang dihasilkan plastik tidak hanya
pencemaran tanah, namun juga pencemaran udara. Pencemaran tanah dikarenakan zat-zat
kimia dalam plastik yang sukar terurai itu menghalangi aliran air di dalam tanah serta
menutupi jalannya mineral dalam tanah yang akan diserap oleh tanaman. Sedangkan
pencemaran udara sendiri dikarenakan bau menyengat yang dihasilkan oleh sampah serta
biasanya manusia akan menyelesaikan perkara sampah plastik dengan cara membakarnya.
Bukankah itu akan semakin membuat efek rumah kaca bertambah?
Untuk menyelesaikan permasalahan mengenai sampah, kita harus melihat ke dalam
diri kita terlebih dahulu. Sudahkan kita mengurangi pemakaian sampah untuk diri kita
sendiri? Sudahkah kita juga membuang sampah di tempat sampah anorganik dan tidak
membuangnya sembarangan terlebih lagi di tanah? Intropeksi diri ini sangat penting
karena bagaimanapun kita harus memulai sesuatu dari kita sendiri. Setelahnya, kita bisa
mengingatkan orang-orang disekitar kita untuk mengurangi pemakaian sampah plastik
secara perlahan. Bukankah kebiasaan baik dengan dampak yang bisa dirasakan bersama
akan lebih mudah disebarkan secara keseluruhan? Dari hal ini pula biasanya orang yang
sudah kita ajak untuk lebih mencintai lingkungan akan mengajak orang terdekatnya juga
yang terus menerus membuat suatu efek domino bagi semua orang sehingga sedikit demi
sedikit sampah plastik akan semakin berkurang.
Cara selanjutnya adalah recycle. Kita dapat melakukan pengolahan kembali sampah
plastic menjadi suatu barang yang bernilai jual. Seperti sebuah tas yang dibuat dengan
sampah plastic bekas pembungkus detergen, plastic pembungkus penyedap rasa, plastic
pembungkus pelembut pakaian, plastic pembungkus makanan ringan dan lain-lain. Selain
itu, kita juga bisa mengunpulkan sampah tas plastic sehingga nanti saat kita kembali
membeli barang, kita hanya perlu membawanya dan tidak memerlukan plastiklagi sehingga
pengeluaran platik akan lebih berkurang. Kemudian, untuk sampah plastic seperti botol
bisa dibuat sebuah prakarya seperti lampus hias, kemudian galon air mineral bisa
digunakan sebagai meja ataupun yang lainnya.
Untuk pengolahan ulang ini sendiri, tidak banyak orang yang memiliki keahlian
untuk mencipta suatu sampah menjadi suatu barang bernilai jual karena perbedaan
kreativitas masing-masing individu. Maka dari itu, disinilah peran kita dan pihak-pihak
terkait seperti instansi pemerintah atau swasta bisa membantu dalam hal sosialisasi dan
pelatihan. Selain itu, sebelumnya kita harus paham bagaimana cara memisahkan sampah
organic dan anorganik sehingga lebih terstruktur dan lebih cepat. Hal ini tidak hanya
mengurangi dampak sampah plastic pada lingkungan, namun juga memberi pendapatan
kepada masyarakat itu sendiri.
Oleh karena itu, langkah yang dijalankan oleh OSIM MA Miftahul Qulub sudah
sangat tepat sekali dalam mengurangi damapk negative pada sampah. OSIM sudah memiliki
cara pandang yang berbeda, yang semula sampah adalah penyakit kini berganti keberkahan
atau rezeki yang halal. Ya, bentuk kreativitas yang dijalankan akhirnya mengurangi
sampah yang ada di sekitar lingkungan MA Miftahul Qulub, OSIM berusaha membuat
madrasah yang bersih dengan usaha melakukan pendirian Bank Sampah.

Apa itu Bank Sampah? Dan apa manfaatnya?

Bank Sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan dipilah serta
memiliki manajemen layaknya perbankan tapi yang ditabung bukan uang melainkan
sampah. Warga yang menabung yang juga disebut nasabah memiliki buku tabungan,
rekening yang digunakan oleh OSIM dalam transaksi Bank Sampah bekerja sama dengan
Bank BNI. Masing-masing kelas diperkenankan untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya
sampah dan OSIM akan berkeliling ke masing-masing pada setiap hari Kamis guna
melakukan penimbangan sampah. Alhasil, masing-masing kelas memiliki tabungan di Bank
Sampah OSIM guna menambah kebutuhan dan keperluan kelas. Selain itu, sampah yang
terkumpul pada bank setiap 1 bulan sekali akan diangkut oleh pihak pembeli dari Pacet
(bentuk kerja sama OSIM dengan Bank Sampah Pacet) selain ditimbang, sampah juga
dipilah untuk didaur ulang menjadi barang-barang kerajinan.

Tujuan dan Manfaat Bank Sampah


Tujuan dibangunnya bank sampah sebenarnya bukan bank sampah itu sendiri. Bank sampah
adalah strategi untuk membangun kepedulian siswa agar dapat ‘berkawan’ dengan sampah untuk
mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah. Jadi, bank sampah tidak dapat berdiri sendiri
melainkan harus diintegrasikan dengan gerakan 4R sehingga manfaat langsung yang dirasakan tidak
hanya ekonomi, namun pembangunan lingkungan yang bersih, hijau dan sehat.
Bank sampah juga dapat dijadikan solusi untuk mencapai lingkungan madrasah yang bersih
dan nyaman bagi warganya. Dengan pola ini maka warga selain menjadi disiplin dalam mengelola
sampah juga mendapatkan tambahan pemasukan dari sampah-sampah yang mereka kumpulkan.
Tampaknya pemikiran seperti itu pula yang ditangkap oleh Kementerian Lingkungan Hidup.
September lalu instansi pemerintah ini menargetkan membangun bank sampah di 250 kota di seluruh
Indonesia.
Inilah salah satu alternatif untuk memecahkan masalah sampah dan ikut berpartisipasi
melestarikan lingkungan. Yang pada akhirnya berdampak baik untuk bumi ini. Sekecil apa pun yang
kita lakukan untuk bumi ini, pasti akan berdampak besar bagi kelangsungan bumi itu sendiri.

KUNJUNGAN BANK SAMPAH


Setelah berjalan 1 tahun ini, Bank Sampah yang dikelola OSIM MA Miftahul Qulub ini
berusaha untuk melakukan pembaharuan dengan mencari pengetahuan lain tentang sampah. Alhasil
tepatnya Pada hari Ahad, 06 Oktober 2019 lalu, seluruh anggota OSIM dan sebagian dari bapak ibu
guru melakukan sebiah study komparatif yang difokuskan pada Bank Sampah atau hal-hal yang
berkaitan dengan sampah. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan kunjungan ke Bank Sampah di
Kota Surabaya tepatnya di Kecamatan Jambangan Surabaya.
Disana seluruh rombongan diajak berkunjung ke rumah Ibu Lusiana Sitrisno selaku pengelola
Bank Sampah, untuk melihat bagaimana proses mengelolah sampah menjadi barang yang bermutu
dan layak jual. Contohnya seperti mendaur ulang botol susu menjadi bunga yang cantik, dan membuat
celengan. Tepatnya di rumah Ibu Lusi, terdapat sebuah karya yang jumlahnya ratusan item dengan
berbagai varian, dan keseuamnya itu merupakan sebuah produk daur ulang dari sampah itu sendiri.
Selain itu, seluruh peserta juga diberikan kesempatan untuk mencoba baju buatan Ibu Lusiana
Sutrisno dari bahan daur ulang. Peserta pun diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan “How
to Make it” membuat daur ulang sapmpah menjadi sbuah produk unggulan dan bernilai rupiah.
Kegiatan tersebut selesai sekitar pukul 15.00 sore, setelah itu mereka melanjutkan perjalanan
menuju Sunan Ampel untuk berziarah, mereka berdo’a disana.
“Kami sangat senang berkunjung ke Bank Sampah Surabaya karena dapat mengetahui bagaimana cara
mengelolah sampah menjadi barang yang memiliki nilai mutu tinggi.” Ujar ketua OSIM.

Anda mungkin juga menyukai