Anda di halaman 1dari 18

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI

VOLUME 4 NOMOR 2, MARET 2017

TINJAUAN PUSTAKA

RESUSITASI NEONATUS DAN PEDIATRIK

Djayanti Sari, Yunita Widyastuti, Muhamad Randy Givano*


Konsultan Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UGM / RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
*Peserta PPDS I Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UGM / RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

ABSTRAK
Diperkirakan 10% bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk bernafas pada saat lahir dan 1 % saja yang
membutuhkan resusitasi yang ekstensif. Penilaian awal saat lahir harus dilakukan pada semua bayi baru
lahir. Dengan adanya faktor resiko yang dikenali sejak awal dapat membantu melakukan idenifikasi bayi baru
lahir yang membutuhkan resusitasi, walaupun harus selalu dipersiapkan untuk resusitasi pada bayi tanpa
faktor resiko. Depresi neonatus paling sering disebabkan oleh asfiksia intrauterin selama proses persalinan,
yang dapat disebabkan hipotensi maupun hipoksia maternal, kompresi plasenta, insufisiensi uteroplasenta
yang berujung pada hipoksia janin yang progresif dan asidosis laktat.
Kebutuhan akan resusitasi jantung paru pada kelompok umur pediatrik dikatakan jarang setelah periode
neonates. Kejadian henti jantung pada pediatrik biasanya dikarenakan oleh kondisi hipoksemia yang
berhubungan dengan gagal nafas atau obstruksi jalan nafas. Tidak seperti Dewasa, penyebab henti jantung
pada infan dan anak biasanya bukan dari hasil suatu penyakit jantung primer.
Penilaian jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi pada resusitasi merupakan hal yang sederhana. Pastikan
jalan nafas terbuka dan bersih. Pastikan pernafasan, dalam keadaan spontan atau dibantu dan sirkulasi
darah yang teroksigenasi adekuat.

Kata Kunci : Resusitasi jantung paru, neonatus, pediatrik

ABSTRACT
Approximately 10% of newborns require some assistance to begin breathing at birth; fewer than 1% need
extensive resuscitative measures to survive. Initial assessment must be done for all neonate.The presence of
risk factors can help identify those who will need resuscitation, but you must always be prepared to resuscitate,
as even some of those with no risk factors will require resuscitation. Neonatal depression was often caused
by intrauterine asphyxia during labor, which may be due to maternal hypotension or hypoxia, placental
compression, uteroplacental insufficiency leading to progressive fetal hypoxia and lactic acidosis.
The need for cardio pulmonary resuscitation in the pediatric age group was rare after the neonates period.
Cardiac arrest events in pediatrics are usually due to hypoxic conditions associated with respiratory failure
or airway obstruction. Unlike Adults, the cause of cardiac arrest in infants and children is usually not the
result of a primary heart disease.
The airway, breathing, circulation of resuscitation are simple. Ensure that the Airway is open and clear. Be
sure that there is Breathing, whether spontaneous or assisted. Make certain that there is adequate Circulation
of oxygenated blood.

Keyword : Cardiopulmonary resuscitation, neonate, pediatric

PENDAHULUAN neonatal intensive care unit (NICU). Kebanyakan


Pada penelitian tahun 2006 kejadian henti anak yang mengalami henti jantung dikarenakan
jantung yang dilaporkan ke National Registry of bukan oleh kondisi yang disebabkan oleh jantung.
Cardiopulmonary Circulation sebanyak 880 kejadian Sekitar 58% mempunyai gangguan respirasi, 36%
pada pediatrik termasuk di ruang persalinan atau mempunyai gangguan hipotensi dan hipoperfusi,

89
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 4 Nomor 2, Maret 2017

31% gagal jantung kongestif dan 29% mempunyai respirasi/menangis, dan tonus otot membantu
pneumonia, septicemia atau infeksi yang lain.1 dalam indetifikasi bayi yang membutuhkan
Untuk kasus bayi baru lahir, Sekitar 10% resusitasi. Resusitasi sering dibutuhkan pada
membutuhkan bantuan untuk memulai bernafas operasi seksio sesaria yang emergency dengan
di masa-masa awal kelahiran dan kurang dari indikasi fetal distress.1
1% membutuhkan resusitasi intensif. Bayi Bayi baru lahir yang tidak membutuhkan
yang membutuhkan resusitasi intensif biasanya resusitasi dapat dinilai setelah proses persalinan
mengalami asfiksia berat yang apabila tidak dengan menjawab dengan cepat 3 pertanyaan :
diperbaiki dapat menyebabkan cedera otak dan - Apakah usia gestasi aterm?
organ lainnya. Lamanya resusitasi berhubungan - Apakah menangis atau bernafas?
dengan peningkatan mortalitas dan outcome - Apakah tonus otot baik?
neurologis yang buruk. Depresi neonatus paling Jika ketiga pertanyaan tersebut jawabannya
sering disebabkan oleh asfiksia intrauterin selama “ya”, maka bayi tidak butuh resusitasi dan dapat
proses persalinan, yang dapat disebabkan hipotensi dekat dengan ibu untuk perawatan rutin.
maupun hipoksia maternal, kompresi plasenta, Perawatan Bayi dikeringkan, dilekatkan kulit
insufisiensi uteroplasenta yang berujung pada ke kulit dengan ibu, diselimuti dengan linen utuk
hipoksia janin yang progresif dan asidosis laktat.2 menjaga temperature normal, dan diobservasi
Kebutuhan akan resusitasi jantung paru pernafasan, gerakan dan warna kulitnya.4
pada kelompok umur pediatrik dikatakan jarang Jika ada pertanya an tersebut jawabannya
setelah periode neonates. Keadaan henti jantung “tidak”, bayi harus dipindahkan ke penghangat
pada pediatrik biasanya dikarenakan oleh kondisi untuk mendapatkan 1 atau lebih dari 4 aksi,
hipoksemia yang berhubungan dengan gagal nafas seperti:
atau obstruksi jalan nafas. Tidak seperti Dewasa, - Langkah awal stabilisasi : Menjaga
penyebab henti jantung pada infan dan anak kehangatan dengan meletakkan bayi
biasanya bukan dari hasil suatu penyakit jantung dibawah pemanas, Membuka jalan
primer. Gejala yang sering terjadi akibat hasil akhir napas dengan memposisikan sniffing dan
dari gagal nafas progresif atau syok atau disebut membersihkan jalan napas dengan suction,
asphyxia arrest. Usaha awal harus ditujukan Mengeringkan bayi, Memberi stimulasi
langsung pada pembebasan saluran nafas dan napas.
ventilasi yang baik. Definisi infant dikatakan pada - Ventilasi dan oksigenasi
usia 1 bulan hingga 1 tahun dan anak untuk lebih - Inisial kompresi dada
dari 1 tahun.3 - Pemberian epinefrin dan atau cairan
Tujuan penulisan refrat ini untuk memahami
manajemen dan algoritma resusitasi neonatus dan Dalam waktu 60 detik (Golden Minute)
pediatrik sehingga dapat menurunkan morbiditas harus dapat melakukan langkah awal stabilisasi,
dan mortalitas pada kasus kejadian henti jantung evaluasi ulang, dan ventilasi jika diperlukan.
dan henti nafas pada neonatus dan pediatrik. Keputusan untuk melakukan lebih dari langkah
awal stabilisasi ditentukan dari penilaian
TINJAUAN PUSTAKA simultan 2 tanda vital, yaitu respirasi (apneu,
1. Resusitasi Neonatus terengah-engah, sulit/ tidak sulit bernapas) dan
A. Manajemen Resusitasi Neonatus denyut jantung (apakah lebih atau kurang dari
Neonatus merupakan periode hingga umur 100 kali per menit). Penilaian denyut jantung
28 hari kehidupan. Setidaknya ada 1 orang yang dilakukan dengan auskultasi prekordial secara
mempunyai kemampuan dalam resusitasi intermitten.4
bayi baru lahir pada setiap proses persalinan. Pulse oximetry dapat digunakan untuk
Penilaian yang cepat tentang waktu gestasi, menilai denyut nadi tanpa menghalangi

90
Resusitasi Neonatus dan Pediatrik ...

jalannya resusitasi, namun membutuhkan lakukan penilaian simultan dari denyut jantung,
waktu 1-2 menit untuk aplikasinya dan mungkin respirasi, status oksigenasi. Indikator paling
juga tidak berfungsi jika perfusi atau cardiac sensitif untuk menilai respon atau tidaknya
output buruk. Ketika ventilasi tekanan positif terhadap resusitasi adalah peningkatan denyut
atau suplementasi oksigen mulai diberikan, jantung.5

Gambar 1. Algoritma resusitasi neonatus. 2

B. Manajemen tali umbilicus menurunkan kejadian necrotizing enterocolitis.


Beberapa tahun terakhir, penjepitan Pada review tersebut juga dikatakan
tali umbilicus sesegera setelah lahir banyak konsekuensi yang dapat terjadi adalah sedkit
dilakukan dengan tujuan agar dapat dilakukan peningkatan bilirubin sehingga meningkatkan
pemindahan pasien ke tim resusitasi neonates kebutuhan fototerapi. 3
untuk stabilisasi. Proses clamping dengan
segera dianggap sebagai bagian yang C. Langkah Inisial
penting untuk bayi yang beresiko tinggi dan Langkah inisial dari bayi baru lahir adalah
membutuhkan resusitasi. Sejak 2010 CoSTR menjaga temperature normal, posisi bayi
melakukan review bahwa menunda clamping dengan “sniffing position” untuk membuka jalan
tali pusat dapat dilakukan pada pasien yang nafas, bersihkan secret jika perlu dengan bulb
tidak membutuhkan resusitasi dengan segera syringe atau suction catheter, keringkan bayi dan
karena mempunyai efek yang menguntungkan stimulasi bayi untuk bernafas. 4
untuk bayi tersebut. 3 1. Kontrol Suhu
Pada review ILCOR 2015 mengatakan Tujuan kontrol suhu pada bayi baru lahir
bahwa menunda proses Clamping berhubungan adalah normotermi dan mencegah hipertermi
dengan menurunkan kejadian perdarahan iatrogenik. Bayi preterm dengan berat
intraventrikular, tekanan darah lebih tinggi, dan badan lahir sangat rendah (kurang dari 1500

91
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 4 Nomor 2, Maret 2017

gram) cenderung hipotermi meskipun sudah insial step. Pembersihan mekonium dari mulut
dilakukan teknik pencegahan kehilangan panas dan hidung dengan bulb syringe dapat dilakukan
yang rutin dilakukan, yaitu menggunakan linen jika diperlukan.3
yang sudah dihangatkan, mengeringkan bayi, Jika bayi lahir dengan amnion yang
meletakkan bayi langsung ke kulit ibu, dan tercampur dengan meconium dengan tonus
menyelimuti bayi. 4 Beberapa teknik tambahan otot yang jelek, respirasi yang tidak adekuat,
yang direkomendasikan meliputi: insial step dari resusitasi harus dilakukan di
- Menghangatkan ruang bersalin sebelum bawah penghangat. VTP harus dilakukan jika
kelahiran (26°C) bayi tidak bernafas atau denyut jantung kurang
- Menyelimuti bayi dengan plastik resisten dari 100/menits setelah inisial step selesai.4
panas (polietilen) Intubasi secara rutin untuk suction pada
- Meletakkan bayi diatas matras eksotermal trakea tidak disarankan dikarenakan belum
- Meletakkan bayi dibawah radiant warmer ada bukti untuk melakukannya. Hal ini dapat
dilakukan jika terjadi obstruksi pada jalan nafas.6
Suhu bayi harus dimonitor ketat dan ada
resiko hipertermi jika teknik penghangatan 3. Penilaian Kebutuhan Oksigen dan
ini dikombinasi bersamaan. Semua prosedur pemberian Oksigen
resusitasi, termasuk intubasi endotrakeal, a. Penggunaan Pulse Oximetry
kompresi dada, dan kanulasi intravena, dapat Penggunaan oksimetri direkomendasikan
dilakukan bersamaan dengan intervensi kontrol digunakan selama resusitasi ketika diberikan
suhu ini.5 ventilasi tekanan postif (VTP), terjadi sianosis
sentral yang persisten selama 5-10 menit atau
2. Membersihkan Jalan Napas pemberian bantuan oksigen. 4
- Jika Cairan Amnion Bersih
Melakukan Suctioning dengan segera b. Pemberian oksigen
setelah lahir dengan bulb syringe atau suction Ada riset bahwa kadar oksigen darah
catheter hanya dilakukan jika terjadi obstruksi pada bayi-bayi yang terlahir lemah umumnya
jalan nafas atau dibutuhkan ventilasi tekanan tidak mencapai nilai ekstrauterin sampai
positif. Menghindari suctioning yang tidak perlu sekitar 10 menit setelah kelahiran. Saturasi
membantu mencegah terjadinya bradikardia oksihemoglobin secara normal 70-80% untuk
dikarenakan suctioning di nasofaring.6 beberapa menit setelah kelahiran, hal ini
Melakukan suction trakea pada bayi menyebabkan bayi baru lahir terlihat sianosis.
terintubasi yang napasnya dibantu ventilasi Riset lain menunjukkan bahwa penilaian klinis
mekanik di NICU berhubungan dengan dari warna kulit merupakan indikator yang
gangguan komplians paru dan oksigenasi buruk untuk saturasi oksihemoglobin selama
serta dapat mengurangi kecepatan aliran darah periode neonatal dan tidak adanya sianosis
serebral jika dilakukan rutin.3 pun merupakan indikator yang sangat buruk
terhadap oksigenasi bayi baru lahir yang lemah.4
- Jika Cairan Amnion Bercampur Mekonium Manajemen oksigenasi yang optimal
Dengan adanya cairan amnion yang selama resusitasi neonatal sangat penting
tercampur dengan mekonium megindikasikan karena riset membuktikan bahwa oksigenasi
terjadinya fetal distress dan meningkatkan yang kurang maupun berlebihan dapat
resiko bayi yang membutuhkan resusitasi membahayakan bayi baru lahir. Hipoksia
setelah lahir. Jika bayi ternyata bugar dengan dan iskemik dapat menyebabkan cedera
usaha respirasi yang baik, tonus otot baik, bayi berbagai organ. Sebaliknya terdapat riset
dapat dekat dengan ibu untuk mendapatkan yang menyatakan bahwa bayi baru lahir yang

92
Resusitasi Neonatus dan Pediatrik ...

mendapat resusitasi, terpapar oksigen yang untuk bayi preterm atau aterm yang mengalami
berlebihan selama dan setelah resusitasi. 3 apneu. Ketika dilakukan VTP pada bayi preterm
direkomendasikan menggunakan 5cmH 2O
D. Ventilasi Tekanan Positif/VTP Positive end expiratory pressure (PEEP). Hal ini
Ventilasi tekanan positif dilakukan pada membutuhkan tambahan katup PEEP untuk
keadaan bayi berhenti bernafas atau nafas self inflating bag. 4
terengah-engah atau denyut jantung kurang
dari 100 kali per menit setelah dilakukan 3. Alat bantu ventilasi
langkah inisial. 4 Ventilasi tekanan positif (VTP) dapat
1. Bantuan Napas Awal sangat efektif pemberiannya dengan flow
Inisial inflasi setelah lahir, baik spontan inflating maupun self inflating bag atau T-piece
maupun dibantu, menghasilkan kapasitas resuscitator. Alat yang hanya dapat digunakan
residu fungsional (functional residual capacity). ketika sumber gas bertekanan tidak ada adalah
Riset pada hewan menunjukkan bahwa paru- self inflating bag, tetapi alat ini tidak dapat
paru prematur mudah mengalami cedera jika memberikan contionus positive airway pressure
volume inflasi dalam jumlah besar diberikan (CPAP) dan tidak dapat memberikan PEEP
segera setelah lahir. Ventilasi bantuan sebanyak selama VTP. Untuk kemudahan menggunakan,
40-60 kali per menit biasa dilakukan, namun T-piece resuscitator dapat memberikan secara
belum ada data mengenai efikasinya pada konsisten tekanan inflasi dan memberikan
berbagai kecepatan nafas. 7 waktu inspirasi yang lebih panjang pada mode
Pengukuran primer adekuatnya ventilasi mekanik. 4
inisial adalah peningkatan cepat denyut Laryngeal Mask airway/LMA yang sesuai
jantung. Pergerakan dinding dada dinilai jika untuk jalur masuk laring menunjukkan efektif
denyut jantung tidak meningkat. Tekanan untuk ventilasi neonatus dengan berat lahir
inflasi yang dibutuhkan bervariasi dan tidak lebih dari 2000 gram atau dilahirkan pada
terprediksi dan sangat individual sekali untuk umur kehamilan ≥ 34 minggu. Sangat sedikit
mencapai peningkatan denyut jantung atau data yang mendukung penggunaan LMA
pergerakan dinding dada dengan setiap napas. pada neonatus preterm kecil misalnya berat
Tekanan inflasi seharusnya dimonitor, tekanan badan lahir kurang dari 2000 gram atau umur
inflasi inisial sebanyak 20 cmH2O mungkin kehamilan kurang dari 34 minggu. LMA dapat
saja efektif, tapi ≥ 30-40 cmH 2O mungkin dipertimbangkan sebagai alternative intubasi
dibutuhkan pada beberapa bayi aterm yang trakea jika ventilasi sungkup muka tidak
apneu. Jika keadaan tidak memungkinkan berhasil untuk mendapatkan ventilasi yang
untuk melakukan pemantauan tekanan inflasi, efektif. Belum ada evaluasi penggunaan LMA
lakukan inflasi minimal yang dibutuhkan selama dilakukan kompresi dada pada keadaan
untuk mencapai peningkatan denyut jantung. gawat darurat.4
Tidak ada bukti riset yang cukup untuk
merekomendasikan waktu optimal melakukan
inflasi. Kesimpulannya, ventilasi bantuan
dilakukan pada 40-60 kali per menit untuk
mencapai atau menjaga denyut jantung > 100
kali/menit.6

2. Tekanan Akhir ekspirasi (End Ekspirasi


pressure)
PemberianVTP adalah standar rekomendasi Gambar 1. Laringeal Mask Airway.8

93
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 4 Nomor 2, Maret 2017

Penggunaan intubasi endotrakeal E. Kompresi Dada


dilakukan pada keadaan bag-mask ventilation Jika denyut jantung kurang dari 60/menit
tidak efektif, kompresi dada dan untuk dengan ventilasi yang adekuat (dengan intubasi
keadaan sepesifik seperti hernia diafragmatika trakea), kompresi dada harus dilakukan.
kongenital. Indikator terbaik keberhasilan Kompresi dada dilakukan pada sepertiga bawah
intubasi endotrakeal dengan inflasi yang sternum dengan kedalaman sepertiga diameter
berhasil dan aerasi di paru adalah peningkatan anteroposterior dinding dada. Ada 2 teknik
denyut jantung. Penggunaan ET CO2 merupakan untuk melakukan kompresi dada :
metode untuk konfirmasi posisi intratrakeal dari - Kompresi dengan kedua ibu jari dan jari
endotracheal tube. 2 lainnya mengelilingi dada mendukung dari
Aliran darah pulmoner yang tidak ada atau punggung
buruk dapat menghasilkan kegagalan untuk - Kompresi dengan dua jari sedangkan tangan
mendeteksi ekhalasi CO2 walaupun penempatan yang lain mendukung dari punggung
ett sudah benar dan membuat ekstubasi yang
tidak perlu dan reintubasi pada bayi yang baru Kompresi dengan kedua ibu jari dan jari
lahir dengan keadaan kritis. Penilaian klinis lainnya mengelilingi melingkar lebih dipilih
seperti pergerakan dada, adanya suara nafas karena menghasilkan tekanan sistolik dan
yang sama di kedua paru, dan embun di ett tekanan perfusi koroner yang lebih tinggi dan
merupakan indikator tambahan penempatan tidak cepat membuat lelah penolong 8
ett yang benar. 4

Tabel1. Ukuran Endotracheal tube. 2

Tabel 2. Ukuran Laringoskop. 2

Gambar 2. Kompresi dada dengan kedua ibu jari


dan jari lainnya melingkar. 2

Penggunaan contionus positive airway


pressure (CPAP) dapat memberikan keuntungan
menurunkan kebutuhan untuk intubasi pada
ruang persalinan, menurunkan durasi ventilasi
mekanik dengan menurunkan kejadian
bronkopulmoner displasia. Penggunaan CPAP
dapat diberikan pada bayi preterm yang nafas
spontan dengan distress pernafasan.4
Gambar 3. Kompresi dada dengan 2 jari. 8

94
Resusitasi Neonatus dan Pediatrik ...

Kompresi dan ventilasi harus terkoordinasi. pemberian epinefrin iv harus sesegera mungkin
Dinding dada harus dapat mengembang penuh setelah ada akses intravena.4
selama relaksasi, namun ibu jari penolong Dosis intravena yang direkomendasikan
harus tetap menempel di dinding dada. Rasio 0,01-0,03 mg/kgBB. Dosis lebih besar tidak
kompresi dengan ventilasi adalah 3 berbanding direkomendasikan karena riset pada hewan dan
1 dengan 90 kompresi dan 30 ventilasi untuk anak-anak menunjukkan adanya peningkatan
mencapai 120 kali kompresi dan ventilasi tekanan darah yang berlebihan, depresi
per menit untuk memaksimalkan ventilasi. miokard, dan penurunan fungsi neurologis
Direkomendasikan rasio kompresi dan ventilasi setelah pemberian dosis 0,1 mg/kgBB intravena.
3 berbanding 1 jika penyebab adalah ventilasi Jika diberikan melalui ET, dosis 0,01-0,03 mg/
yang terganggu, namun direkomendasikan kgBB kurang efektif. Jika akses intravena sulit,
rasio kompresi dan ventilasi 15 berbanding 2 pemberian dosis 0,05-0,1 mg/kgBB melalui ET
jika penyebab adalah primer jantung. 4 dapat dipertimbangkan, meskipun keamanan
Respirasi, denyut jantung, dan oksigenasi dan efikasinya belum diteliti. Konsentrasi
harus dinilai ulang secara periodik, serta epinefrin untuk kedua rute pemberian tersebut
koordinasi kompresi dan ventilasi dilanjutkan 1:10.000 (0,1 mg/mL).4
sampai denyut jantung spontan ≥ 60 kali per
menit. Interupsi yang sering dari kompresi harus G. Cairan
dihindari karena menggangu perfusi sistemik Pemberian cairan dipertimbangkan jika
dan aliran darah coroner. 4 kehilangan darah diketahui atau dicurigai
(kulit pucat, perfusi buruk, nadi lemah) dan
F. Obat-obatan denyut jantung bayi tidak respon terhadap
Obat jarang diindikasikan pada resusitasi resusitasi. Cairan kristaloid isotonik atau
neonatus. Bradikardi pada neonatus biasanya darah direkomendasikan di ruang bersalin
disebabkan pengembangan paru yang tidak dengan dosis yang direkomendasikan 10 ml/
adekuat atau hipoksemia berat, dan pemberian kgBB yang dapat diulang. Pada resusitasi bayi
ventilasi yang adekuat merupakan langkah prematur, hindari pemberian cairan berulang
paling penting untuk mengatasi hal itu. Namun, karena infus cepat dengan volum yang cukup
jika denyut jantung tetap kurang dari 60 kali besar berhubungan dengan perdarahan
per menit meskipun ventilasi adekuat (dengan intraventrikular.4
intubasi ET) dengan oksigen 100% dan kompresi
dada, pemberian epinefrin atau cairan atau H. Perawatan Paska Resusitasi
keduanya diindikasikan. 4 Bayi baru lahir yang membutuhkan
- Epinefrin resusitasi beresiko terjadi perburukan setelah
Epinefrin direkomendasikan untuk tanda vitalnya kembali normal. Sirkulasi
diberikan intravena. Pedoman yang lama dan ventilasi yang adekuat harus dapat
merekomendasikan dosis inisial epinefrin dipertahankan dan bayi harus dipindah ke
diberikan melalui ET karena efeknya lebih ruang intensif. Neonatus dengan kadar gula
cepat dibandingkan intravena. Tapi, riset pada darah rendah beresiko terhadap cedera otak,
hewan menunjukkan efek positif epinefrin ketika peningkatan kadar gula darah dapat
ET jika digunakan dosis lebih besar dari yang bersifat protektif. Belum ada rekomendasi
direkomendasikan, sedangkan pemberian untuk spesifik target kadar glukosa yang
epinefrin sesuai dosis anjuran melalui ET tidak bersifat protektif.4
ada efeknya. Berhubung data yang mendukung Riset kontrol acak yang dilakukan pada
pemberian epinefrin ET sangat kurang, beberapa center menunjukkan hipotermia

95
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 4 Nomor 2, Maret 2017

(33,5-34,5°C) yang dilakukan pada neonatus Secara garis besar, prinsip pertolongan
dengan usia kehamilan ≥ 36 minggu dengan bantuan hidup dasar baik dewasa atau anak
ensefalopati hipoksik-iskemik sedang-berat, harus dikerjakan secara berurutan. Namun,
menghasilkan angka mortalitas yang lebih yang sangat perlu diperhatikan mengenai cara
rendah dan perkembangan neurologi yang lebih pemberian bantuan hidup dasar adalah jumlah
sedikit selama 18 bulan follow up dibandingkan penolong dan adanya usaha nafas atau tidak.
bayi yang tidak dilakukan hipotermi. Protokol 1. Pengecekan respon
hipotermi terapeutik meliputi dimulai dalam Penilaian respon pada anak dilakukan
waktu 6 jam setelah persalinan, dilanjutkan setelah penolong yakin bahwa tindakan yang
selama 72 jam, dan dihangatkan selama akan dilakukan bersifat aman bagi penolong
minimal 4 jam. 9 dan anak yang akan ditolong. Pertama kali yang
dilakukan adalah periksa apakah penderita
I. Panduan untuk tidak melanjutkan memberikan respon dengan memanggil atau
resusitasi atau tidak melakukan resusitasi menepuk atau menggoyangkan penderita
- Tidak melakukan resusitasi sambil memperhatikan apakah ada tanda-tanda
Beberapa keadaan dimana mungkin lebih trauma atau membutuhkan bantuan medis. Jika
baik untuk tidak melakukan resusitasi : penolong sendiri dan anak bernafas, tinggalkan
1. Konfirmasi bahwa umur gestasi <23 anak dan minta bantuan gawat darurat. Jika
minggu atau berat lahir < 400 gram anak dalam keadaan gangguan pernafasan
2. Anencephali posisikan pasien pada posisi paling nyaman.
3. Konfirmasi adanya kelainan genetic Jika tidak berespon, panggil bantuan.10
atau malformasi letal
4. Keadaan dimana prognosis tidak pasti, 2. Pengecekan pernafasan
kemungkinan sembuh tipis dan angka Jika penolong melihat nafas yang regular,
morbiditas dan mortalitas tinggi atau mengindikasikan pasien tidak membutuhkan
bila anak sangat menderita.8 Resusitasi jantung paru (RJP). Jika tidak ada
tanda-tanda trauma posisikan pasien dengan
- Tidak Melanjutkan Resusitasi recovery position, untuk menjaga patensi
Nilai apgar 0 pada menit ke 10 merupakan jalan nafas dan menurunkan resiko terjadinya
predikt or yang kuat untuk mortalitas dan aspirasi. Jika penolong tidak berespon dan tidak
morbiditas pada bayi preterm dan aterm. bernafas atau gasping, mulai dengan RJP.11
Direkomendasikan jika nilai apgar 0 dan
denyut jantung tidak terdeteksi resusitasi yang 3. Kompresi Jantung
dilakukan dapat dihentikan.9 Pemeriksaan denyut nadi bayi dan anak
sebelum melakukan kompresi adalah hal
2. Resusitasi Pediatrik yang tidak mudah. Pemeriksaan arteri besar
A. Bantuan hidup Dasar pada anak pada bayi tidak dilakukan pada arteri karotis,
Bantuan Hidup dasar yang diberikan untuk melainkan pada arteri brakialis atau femoralis.
anak dan bayi berbeda dengan yang dilakukan Sedangkan untuk anak umur lebih dari 1 tahun
pada dewasa. Penyebab henti jantung pada dilakukan mirip dengan orang dewasa.10
anak paling banyak disebabkan oleh kegawatan Selama henti jantung, kompresi dada
napas yang dikelola dengan tidak benar, akibat dengan kualitas baik mengalirkan aliran darah
penyakit paru atau trauma, dan masalah oleh ke organ vital dan meningkatkan keberhasilan
karena irama jantung primer jarang pada anak ROSC. Jika anak tidak berespon dan tidak
umur kurang dari 8 tahun.10 bernafas lakukan RJP. 11

96
Resusitasi Neonatus dan Pediatrik ...

- Kompresi dada pada bayi : penolong atau 15 kompresi untuk 2 penolong,


1. Letakkan 2 jari satu tangan pada maka berikan 2 kali nafas bantuan. Teknik
setengah bawah sternum dengan pemberian nafas bantuan pada anak serupa
lebar 1 jari berada di bawah garis dengan teknik pada dewasa. Setiap nafas 1
intermamari detik. Jika dada tidak mengembang, reposisikan
2. Menekan sternum sekitar 4 cm kepala, cek ulang posisi seal dan coba lagi. Pada
kemudian diangkat tanpa melepas infan pemberian nafas buatan bias dilakukan
jari dari sternum dengan kecepatan teknik mouth to mouth atau mouth to nose.11
100/menit-120/menit
3. Setelah 30 kali kompresi, buka jalan 5. Nafas tidak adekuat dengan nadi
nafas dan berikan 2 kali nafas bantuan Jika teraba nadi > 60 kali/menit tetapi nafas
sampai dada terangkat untuk 1 tidak adekuat, berikan nafas bantuan sekitar 12-
penolong. 20 kali/menit atau 1 nafas tiap 3-5 detik hingga
4. Kompresi dada dan nafas bantuan nafas spontan. Nilai ulang setiap 2 menit tetapi
dengan rasio 15:2 untuk 2 penolong tidak lebih dari 10 detik.10

- Kompresi dada pada anak : 6. Bradikardi dengan perfusi buruk


1. Letakkan tumit 1 tangan atau 2 tangan Jika nadi < 60 kali/menit dengan ada
pada setengah bawah sternum, tidak tanda perfusi yang buruk (pucar, sianosis,
menekan xipoideus atau iga anak mottling) berikan oksigenasi dan ventilasi dan
2. Menekan sternum setidaknya 1/3 mulai kompresi dada. Karena cardiac ouput
anteroposterior dada atau sekitar 5 pada infan dan bayi dipengaruhi oleh denyut
cm dengan kecepatan 100-120/menit. jantung, bradikardia yang sangat lambat
3. Setelah 30 kali kompresi, buka dengan perfusi yang buruk menjadi indikasi
jalan nafas dan berikan 2 kali nafas untuk kompresi dada.11
bantuan hingga dada terangkat untuk
1 penolong. 7. Defibrilasi
4. Kompresi dada dan nafas bantuan Ventrikel fibrilasi dapat terjadi dikarenakan
dengan rasio 15:2 untuk 2 penolong.11 kolaps yang mendadak atau berkembang
selama resusitasi. Vf dan VT yang tidak teraba
Kelelahan penolong membuat kecepatan merupakan Shockable rhythm karena berespon
kompresi dada, kedalaman dan recoil dada terhadap kejut jantung.11
menjadi inadekuat. Setiap penolong harus Banyak Automated external defibrillator
melakukan rotasi sekitar tiap 2 menit untuk (AED) mempunyai spesifitas yang tinggi
mencegah kelelahan pemberi kompresi dan untuk mengenali Shockable rhythm pada
penuruan kualitas kompresi dada. Pergantian pediatric. Untuk infan lebih direkomendasikan
ini harus dilakukan dalam waktu kurang dari 5 defibrillator yang manual. Energy pertama yang
detik untuk meminimalkan waktu interupsi.13 direkomendasikan untuk defibrilasi adalah 2J/
4. Membuka jalan nafas dan berikan ventilasi kg. untuk dosis yang ke dua adalah 4J/kg. AED
Setelah memberikan 30 kompresi untuk 1 akan menganalisis ulang setiap 2 menit.11

97
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 4 Nomor 2, Maret 2017

Gambar 4. Algoritma bantuan hidup dasar 1 penolong.11

Gambar 5. Algoritma bantuan hidup dasar 2 penolong.11

98
Resusitasi Neonatus dan Pediatrik ...

B. Bantuan Hidup Lanjut Pediatrik

Gambar 6. Algoritma Bantuan Hidup Lanjut Pediatrik.12

1. Ventrikel Fibrilasi (VF) atau ventrikel


Takikardia(VT) tanpa nadi

Gambar 8. Ventrikel Fibrilasi.13

a. Gejala klinis :
Gambar 7. Ventrikel Takikardia.13 - Tidak berespon

99
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 4 Nomor 2, Maret 2017

- Henti nafas atau respirasi agonal 10. Lanjutkan RJP, cek irama setiap 2 menit
- Tidak ada nadi 11. Defibrilasi
b. Manajemen : - Jika irama shockable jika AED mengikuti
1. Pastikan tidak bernafas dan tidak ada nadi perintah AED, jika manual defibrillator
2. Minta bantuan berika 4 j/kgbb. Jika dibutuhkan dapat
3. Lakukan resusitasi jantung paru dengan ditingkatkan dengan maksimal 10j/
kompresi, berikan oksigen kgbb
4. Defibrilasi : tempelkan AED atau manual 12. Lanjutkan RJP
monitor defibrillator secepatnya tanpa 13. Obat :
interupsi kompresi. Gunakan ped atau - Obat Antiaritmia untu, VF/VT tanpa nadi
paddle pediatric jia tersedia. Amiodaron 5 mg/kgbb IV/IO atau
5. Jika alat sudah tersedia stop RJP dan nilai Lidokain 1mg/kgbb jika amiodaron tidak
irama jantung tersedia. Amiodaron dapat diulang 2
- AED : jika shock rhtym, defibrilasi kali hingga maksimal 15 mg/kgbb
mengikuti AED - Jika aritmia yang muncul torsade de
- Defibrilator manual : defibrilasi 2 j/kgbb pointes berikan Mgso4 25-50 mg/kgbb
menggunakan bifasik atau monofasik. IV/IO (maksimum 2gr) bolus
6. Lanjutkan RJP: 14. Selama CPR, cari dan atasi penyebab
- Lakukan 5 siklus/2 menit tanpa berpotensi yang reversible:
interupsi - Hipokalemia/hyperkalemia
- Selama RJP, cari akses IV/IO - Trauma (hipovolemia, ICP meingkat)
- Siapkan dosis vasopressor (epinefrin) - Hipovolemia
7. Defibrilasi : - tension pneumothorax
- Stop RJP - Hipoksia atau masalah ventilasi
- Nilai ulang irama - tamponade kordis
- Jika irama shockable, lanjutkan dengan - Hipoglikemia
AED atau manual defibrilasi 4J/kgbb - toksin
8. Lanjutkan RJP - Hipotermia
- Berikan 5 siklus /2menit RJP tanpa - thrombosis (kardiak atau pulmoner)
interupsi - Hidrrogen ion (asidosis)
- Pasang intubasi ETT, jika sudah 15. Jika irama jantung berubah menjadi asistol
terpasang berikan 8-10 nafas/menit atau Pulseless electrical activity (PEA), ikuti
atau 6-8 detik setiap nafas. algoritma asistol atau PEA.
9. Obat : 16. Jika irama menjadi irama ekg stabil dengan
- Berikan epinefrin 0,01mg/kgbb IV atau return of spontaneous circulation :
0,1mg/kgbb IO diikuti dengan flush - Monitor dan reevaluasi pasien
20cc IV dan diulangi tiap 3-5 menit. - Pindahkan ke critical care unit15
- Jika belum terdapat IV/IO akses
dapat diberikan Via ETT, dengan stop 2. Pulseless electrical Activity (PEA) dan asistol
kompresi, berikan0,1 mg/kgbb (0,1 mL/
kg dari 1:1000) dengan flush 5 mL salin.
- Setelah diberikan obat, berikan
ventilasi agar obat masuk ke jalan nafas
yang blebih kecil untuk absorpsi obat
ke pembuluh darah pulmo. Gambar 9. Pulseless electrical Activity (PEA).13

100
Resusitasi Neonatus dan Pediatrik ...

atau 6-8 detik setiap nafas.


9. Obat :
- Berikan epinefrin 0,01mg/kgbb IV
atau 0,1mg/kgbb IO diikuti dengan
flush 20cc IV dan diulangi tiap 3-5
Gambar 10. Asistol.13
menit.
a. Gambaran Klinis : - Jika belum terdapat IV/IO akses
PEA : Tidak berespon, apneu atau respirasi dapat diberikan Via ETT, dengan stop
agonal, irama EKG tetapi tidak ada nadi kompresi, berikan0,1 mg/kgbb (0,1
Asistol : TIdak ada respon, tidak ada nadi, EKG mL/kg dari 1:1000) dengan flush 5 mL
datar atau irama agonal salin. Setelah diberikan obat, berikan
ventilasi agar obat masuk ke jalan nafas
b. Manajemen : yang blebih kecil untuk absorpsi obat
1. Pastikan tidak bernafas dan tidak ada nadi ke pembuluh darah pulmo.
2. Minta bantuan 10. Lanjutkan RJP, cek irama setiap 2 menit
3. Lakukan resusitasi jantung paru dengan - jika PEA/Asistol, lanjtukan RJP, Cek
kompresi, berikan oksigen irama setiap 2 menit
4. Defibrilasi : tempelkan AED atau manual - Berikan Epinefrin setiap 3-5 menit
monitor defibrillator secepatnya tanpa 11. Selama CPR, cari dan atasi penyebab
interupsi kompresi. Gunakan ped atau berpotensi yang reversible:
paddle pediatric jia tersedia. - Hipokalemia/hyperkalemia
5. Jika alat sudah tersedia stop RJP dan nilai - Trauma (hipovolemia, ICP meingkat)
irama jantung - Hipovolemia
- AED : Bukan irama shockable - Tension pneumothorax
- Defibrilator manual : PEA/asistol - Hipoksia atau masalah ventilasi
6. Lanjutkan RJP: - Tamponade kordis
- Lakukan 5 siklus/2 menit tanpa - Hipoglikemia
interupsi - Toksin
- Selama RJP, cari akses IV/IO - Hipotermia
- Siapkan dosis vasopressor (epinefrin) - Trombosis (kardiak atau pulmoner)
7. Stop RJP - Hidrogen ion (asidosis)
- Nilai ulang irama 12. Jika irama jantung berubah menjadi VF atau
- AED : Bukan irama shockable / VT tanpa nadi, ikuti algoritma VF atau VT
Defibrilator manual : PEA/asistol tanpa nadi.
8. Jika PEA/asistol, lanjutkan RJP: 13. Jika irama menjadi irama ekg stabil dengan
- Berikan 5 siklus /2menit RJP tanpa return of spontaneous circulation :
interupsi - Monitor dan reevaluasi pasien
- Pasang intubasi ETT, jika sudah - Pindahkan ke critical care unit
terpasang berikan 8-10 nafas/menit 3. Bradikardi dengan nadi dan perfusi buruk

101
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 4 Nomor 2, Maret 2017

Gambar 9. Algoritma Bradikardia dengan nadi dan perfusi buruk12

a. Gambaran Klinis : yang buruk walaupun sudah oksigenasi


- Nadi< 60 kali/menit dan ventilasi, lakukan RJP.
- Gangguan pernafasan atau gagal nafas 7. Obat :
- Tanda-tana hipotensi, diaphoresis dan - Jika bradikardia dengan simptomatis,
gangguan status mental berikan epinefrin 0,01 mg/kgbb IV/IO
b. Manajemen: (0,1 ml/1:10.000), diikuti dengan flush
1. Cek respon 20 mL
2. Lakukan survey primer - Ulang setiap 3-5 menit jika diperlukan
3. Cek vital sign, termasuk saturasi oksigen - Jika belum terdapat IV/IO akses
4. Berikan oksigen, pasang akses IV/IO dapat diberikan Via ETT, dengan stop
dan pasang monitor-defibrilator untuk kompresi, berikan0,1 mg/kgbb (0,1
mengetahui irama mL/kg dari 1:1000) dengan flush 5 mL
5. Pasang EKG 12 lead jika memungkinkan salin. Setelah diberikan obat, berikan
6. Nilai tanda dan gejala: ventilasi agar obat masuk ke jalan nafas
- Jika pasien stabil dan asimptomatik yang blebih kecil untuk absorpsi obat
dengan nadi < 60 kali/menit berikan ke pembuluh darah pulmo.
oksigen dan ventilasi, observasi untuk - Untuk meningkatkan tonus vagal atau
setiap perubahan. av blok primer, berikan dosis pertama
- Jika pasien simptomatik dengan atropine 0,02 mg/kgbb IV/IO. Dapat
nadi<60kali/menit dan gejala perfusi diulang setiap 3-5 menit. Minimum dosis

102
Resusitasi Neonatus dan Pediatrik ...

0.1 mg, maksimal dosis tiap pemberian atropine, pertimbangkan tranvena


0,5 mg, total maksimum 1 mg. pacing atau transthoracic.
8. Pacing: 9. Identifikasi dan tangani penyebab
• JIka pasien tidak berespon terhadap bradikardia13

4. Takikardia dengan nadi dan perfusi buruk pada pediatrik

Gambar 10. Algoritma Takikardia dengan nadi dan perfusi buruk pada pediatrik12

1. Takikardia dengan nadi, kompleks QRS 5. Pasang EKG 12 Lead


sempit dan perfusi buruk pada pediatrik 6. Nilai Gejala dan tanda:
a. Gambaran Klinis : Jika pasien stabil dan asimptomatik dengan
- Gangguan tingkat kesadaran denyut jantung < 180 kali/menit untuk anak
- Pernafasan menjadi pendek, diaphoresis, dan < 220kali/menit untuk infan, dengan
kelelahan, sinkop, perfusi buruk gelombang P normal dan R-R interval
berbeda-beda, kemungkinan sinus takikardia,
b. Manajemen : buka SVT. Cari gejala dan tangani penyebab.
1. Pastikan respon 7. Manuver Vagal
2. Lakukan survey primer Jika nadi < 180 kali/menit untuk anak dan
3. Cek vital sign, termasuk saturasi oksigen <220 kali/menit untuk infan tanpa adanya
4. Berikan oksigen, pasang akses IV/IO dan gelombang P, irama regular dan gejala
tempelkan monitor-defibrilator untuk perfusi buruk ada, kemungkinan SVT dan
identifikasi irama lakukan maneuver vagal.

103
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 4 Nomor 2, Maret 2017

8. Obat 7. Obat : jika pasien tidak menunjukkan


Jika maneuver vagal tidak efektif dan akses gejala kardiopulmoner compromise,
IV/IO tersedia, Berikan adenosin 0,1 mg/ pertimbangkan pemberian adenosi jika
kg IV/IO dengan cepat. Maksimum dosis takikardia lebar, regular dan monomorfik.
pertama adalah 6 mg. pada pemberian ke Berikan adenosin 0,1 mg/kg IV/IO dengan
dua diberikan dosis double 0.2 mg/kgbb IV/ cepat. Maksimum dosis pertama adalah
IO bolus cepat dengan dosis maksimal 12 6 mg. pada pemberian ke dua diberikan
mg. setiap pemberian diikuti dengan 5-10 dosis double 0.2 mg/kgbb IV/IO bolus cepat
mL normal salin. dengan dosis maksimal 12 mg.
8. Obat : Persiapkan pemberian amiodaron
9. Kardioversi 5 mg/kgbb IV/IO selama 20-60 menit atau
Jika adenosine tidak efektif dan akses Prokainamid 15 mg/kgbb selama 30-60 menit
IV/IO tidak tersedia, berikan kardioversi 5. Perawatan Paska henti Jantung
tersingkronisasi 0.5-1.0 J/kgbb. Jika takikardia • Jika Pasien ROSC, nilai kembali respons,
tidak stabil dapat ditingkatkan menjadi 2J/ lakukan survey primer ABCDE dan survey
kgbb. Sebelum dilakukan kardioversi berikan sekunder. Ukur vital sign, termasuk saturasi
premedikasi sedai dan analgesi. oksigen.
10. Obat : • Jalan nafas, pernafasan :
Persiapkan pemberian amiodaron 5 mg/kgbb a. Berikan oksigen untuk menjaga saturasi
IV/IO selama 20-60 menit atau Prokainamid >94% untuk oksigenasi optimal
15 mg/kgbb selama 30-60 menit.13 b. Turunkan oksigen jika satusari 100%
untuk emcegah hiperoksemia dan
2. Takikardia dengan nadi, kompleks QRS berhubungan dengan cedera oksidatif
Lebar dengan perfusi buruk c. Kecuali sadar, pasien membutuhkan
a. Gambaran Klinis : jalan nafas tambahan dan monitor
- Gangguan tingkat kesadaran gelombang kapnografi
- Pernafasan menjadi pendek, diaphoresis, d. Hindari hiperventilasi, target ETCO2
kelelahan, sinkop, perfusi buruk 35-40 mmhg.
b. Manajemen : • Sirkulasi :
1. Pastikan respon Nilai keadaan syok
2. Lakukan survey primer Tangani syok yang persisten dengan 20 mL/
3. Cek vital sign, termasuk saturasi oksigen kgbb IV/IO bolus normal salin atau ringer
4. Berikan oksigen, pasang akses IV/IO dan laktat, atau 10 mL Normal salin/ringer laktat
tempelkan monitor-defibrilator untuk jika fungsi kardiak buruk
identifikasi irama Jika hipotensi tetap terjadi, pertimbangkan
5. Pasang EKG 12 Lead pemberian vasopressor seperti epinefrin,
6. Kardioversi : dopamine atau norepinefrin
Jika pasien mempunyai gangguan Jika syok normotensi, pertimbangkan
kardiopulmoner dengan denyut jantung dobutamin, dopamine, epinefrin, atau
yang cepat dan kompleks qrs lebar, irama milrinon
menjadi VT • Cari dan tangani penyebab potensial yang
Lakukan kardioversi tersinkronisasi, dengan reversible pada henti jantung :
0,5-1 J/kgbb, jika tidak stabil menjadi 2 - Hipokalemia/hyperkalemia
J/kgbb. Sebelum dilakukan kardioversi - Trauma (hipovolemia, ICP meingkat)
berikan premedikasi sedasi dan analgesi. - Hipovolemia

104
Resusitasi Neonatus dan Pediatrik ...

- Tension pneumothorax Untuk neonatus, penilaian yang cepat tentang


- Hipoksia atau masalah ventilasi waktu gestasi, respirasi/menangis, dan tonus otot
- Tamponade kordis membantu dalam indetifikasi bayi yang membutuhkan
- Hipoglikemia resusitasi. Lamanya resusitasi berhubungan dengan
- Toksin peningkatan mortalitas dan outcome neurologis
- Hipotermia yang buruk. Langkah resusitasi neonatus meliputi
- Trombosis (kardiak atau pulmoner) stabilisasi awal, pemberian ventilasi, kompresi dada,
- Hidrogen ion (asidosis) serta medikamentosa dan cairan sesuai indikasi.
• Lakukan foto thorax untuk memastikan ETT Rasio kompresi dengan ventilasi adalah 3 berbanding
dan nilai status paru dan evaluasi ukuran 1 dengan 90 kompresi dan 30 ventilasi untuk mencapai
jantung 120 kali kompresi dan ventilasi per menit untuk
• Lakukan ekg 12 lead memaksimalkan ventilasi. Dengan mengetahui
• Jika pasie tidak respon atau tidak dapat resusitasi pada neonatus dan pediatrik diharapkan
mengikuti perinahm lakukan terapi dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien.
hipotermia, dinginkan hingga suhu inti
tubuh mencapai 32-34C untuk 12-24 jam. DAFTAR PUSTAKA
• Nilai ulang analisa gads darah, elektrolit 1. Cote J, Lerman J, Kaplan RF,Engelhardt
dan kadar kalsium T,Goldscheneider.,et al., 2009, A Practice of
• Monitor nyeri, agitasi dan kejang, lakukan Anesthesia for Infants and Children 4th ed,
terapi yang sesuai dengan gejala Saunders Company, Philadelphia,. Hal. 833-43.
• Monitor pasien dengan hipoglikemi dan 2. De caen AR, Berg MD, Chameides L, Gooden
berikan terapi CK, Hickey RW., et al. 2015. Part 12: Pediatric
• Semua pasien henti jantung harus Advanced Life Support in 2015 american
mendapatkan pelayanan intensif dan Heart Association Guidelines Update
komprehensif untuk mengoptimalkan for Cardiopulmonary Resuscitation and
neurologi, kardiopulmoner dan fungsi Emergency Cardiovascular Care.American Heart
metabolik.13 Association,vol.132:s526-42.
3. Pino RM, Albrecht M A, Chitilian HV, Bittner
5. Penghentian usaha resusitasi E, Levine WC.,et al., 2016, Clinical anesthesia
Tidak ada prediktor untuk menilai kapan Procedures of the Massachusetts General
usaha resusitasi dapat dihentikan pada anak. Hospital 9th ed., Lippincott William & Wilkins,
Kejadian yang disaksikan, RJP yang dilakukan Massachusset.
dengan cepatm interval yang pendek dari henti 4. Kattwinkel J, Perlman J.M, Aziz K, Colby C,
jantung henti nafas hingga ditangani oleh tim Fairchild K.,et al. 2010, Neonatal Resuscitation
professional meningkatkan kemungkinan untuk 2010 American Heart Association Guidelines for
resusitasi. 12 Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care, American Heart Association:
KESIMPULAN vol. 122: S909-919
Kebutuhan akan resusitasi jantung paru pada 5. Owen CJ, Wyllie JP, 2004, Determination of heart
kelompok umur pediatrik dikatakan jarang setelah rate in the baby at birth Resuscitation, Vol.60:
periode neonates Keadaan henti jantung pada pediatrik 213–217.
biasanya dikarenakan oleh kondisi hipoksemia yang 6. Gungor S, Kurt E, Teksoz E, Goktolga U,
berhubungan dengan gagal nafas atau obstruksi jalan Ceyhan T, Baser I., 2006, Oronasopharyngeal
nafas. Rasio resusitasi jantung paru pada pediatrik suction versus no suction in normal and
berbeda dengan dewasa dimana rasio penolong term infants delivered by elective cesarean
tunggal 30:2 dan untuk dua penolong adalah 15:2. section: a prospective randomized controlled

105
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 4 Nomor 2, Maret 2017

trial,Gynecology Obstetric Invest, Vol.61: 9–14. Edisi 2014,Perhimpunan Dokter Spesialis


7. Polglase GR, Hooper SB, Gill AW, Allison Kardiovaskular Indonesia, Jakarta:hal. 56-59
BJ, McLean CJ, Nitsos I, Pillow J., 2009, 11. Berg.MD., Chair, Schexnayder SM, Chameides L,
Cardiovascular and pulmonary consequences of Terry M., et al.,2010, Part 13: Pediatric Basic Life
airway recruitment in preterm lambs in: Journal Support in 2010 American Heart Association for
of Appl Physiology, Vol.106: 1347–1355. Cardiopulmonary Resuscitation and Emergecy
8. Kattwinkel J.,Mcgowan JE, Zaichkin J, Aziz Cardiovascular Care, American Heart Association,
K, Colby C., et al.,2011, Text Book of Neonatal Dallas, Vol.122:S862-75
Resuscitation 6 th ed.,American Academy of 12. Kleinman ME, Chameides L, Schexnayder
Pediatrics and American Heart Association. SM, Samson RA, Hazinski MF., et al.,2010,
9. Shankaran, Laptook AR, Ehrenkranz RA, Tyson Part 14: Pediatric Advanced Life Support
JE, McDonald SA., et al., 2005, Whole-body in 2010 American Heart Association for
Hypothermia for neonates with Hypoxic- Cardiopulmonary Resuscitation and Emergecy
Ischemic Encephalopathy in: New England Cardiovascular Care, American Heart Association,
Journal of Medicine, Vol.353: 1574–1584 Dallas, Vol.122:S876-908
10. Subagjo A., Achyar, Ratnaningsih E, Putranto 13. Jones S., 2014, Clinical Pocket Guide ACLS,CPR
B, Sugiman., et al, 2014, Buku Panduan and PALS, Davis Company, Philadelphia: Hal.88-
Kursus Bantuan Hidup Jantung Dasar 116.

106

Anda mungkin juga menyukai