Anda di halaman 1dari 7

EDUKASI KESEHATAN TERSTRUKTUR TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT

JANTUNG KORONER (PJK)

STRUCTURED HEALTH EDUCATION TO QUALITY OF LIFE PATIENT WITH CORONARY HEART


DISEASE (CHD)

Asti Pratiwi*, M. Ali Maulana*, Maria Fudji Hastuti*


*Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura,
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
Email: xia3astipratiwi@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Kurangnya informasi terkait Penyakit Jantung Koroner (PJK) menyebabkan kualitas hidup
penderitanya mengalami penurunan. Pemberian edukasi kesehatan terstruktur merupakan satu diantara
intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pada pasien penyakit jantung koroner.
Tujuan : Mengetahui perbedaan kualitas hidup pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) sebelum dan sesudah
diberikan edukasi kesehatan terstruktur pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Metode : Penelitian kuantitatif quasy experiment pre and post test control group design pada 38 responden
menggunakan kuesioner World Health Organization’s Quality of life (WHOQOL-BREF) dengan jenis analisis
uji T berpasangan. Penelitian ini dilakukan di RSUD Sultan Syarif Mohammad Alkadrie Pontianak.
Hasil : Setelah pemberian edukasi kesehatan terstruktur pada pasien Penyakit Jantung Koroner menunjukan
hasil uji T berpasangan dengan nilai signifikan p=0,0001.
Kesimpulan : Ada perbedaan kualitas hidup pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) sebelum dan sesudah
diberikan edukasi kesehatan terstruktur pada kelompok intervensi dan kontrol di RSUD Sultan Syarif
Mohammad Alkadrie Pontianak. Berdasarkan penelitian ini, edukasi kesehatan terstruktur dapat
direkomendasikan sebagai intervensi keperawatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit
jantung koroner.

Kata Kunci : Edukasi Kesehatan Terstruktur, Kualitas Hidup, Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Referensi : 47 ( 2005-2018)

ABSTRACT

Background: Less of information about Coronary Heart Disease (CHD) causes decreased patient’s quality of
life. Structured Health Education is one of the interventions that can improve the quality of life in patiens with
Coronary Heart Disease (CHD).
Aim :To identify the difference in quality of life of Coronary Heart Disease (CHD)’s patients before and after
being given Structured Health Education in the intervention and control groups at RSUD Sultan Syarif
Mohammad Alkadrie Pontianak.
Methods : This study was a quantitative research with a quasi-experimental design conducted by using a pre-
test and post-test with control group design on 38 respondents. The instrument uses a World Health
Organization’s Quality of life (WHOQOL-BREF) questionnaire and analysis types used the paired t-test.
Results : The result showed that there is a significant influence of quality of life after being given structured
health education,with significant Pvalue = 0,0001.
Conclusion : There are the differences in quality of life of Coronary Heart Disease (CHD)’s patients before and
after being given Structured Health Education in the intervention and control groups at RSUD Sultan Syarif
Mohammad Alkadrie Pontianak. Based on this researchs, the structured health education should be provided
optimally by nurses as a part of nursing interventions to achieve a healthy life and eventually could maintain a
good quality of life.

Keywords: Structured Health Education, quality of life, Coronary Heart Disease (CHD)
Reference : 47 ( 2005-2018)
PENDAHULUAN fisiknya seoptimal mungkin dan selama
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau mungkin.8
dalam bahasa inggris disebut Coronary Heart Kualitas hidup pada pasien PJK ini
Disease (CHD) atau Coronary Artery sangat berhubungan erat dengan bagaimana
Disease (CAD) merupakan penyakit yang penerapan edukasi yang dilakukan oleh
terjadi saat arteri koroner yang menyempit perawat. Perawat memiliki peran sebagai
akibat adanya penumpukan lemak secara educator untuk meningkatkan pemahaman
bertahap, sehingga jantung kekurangan klien tentang penyakit jantung koroner baik
pasokan darah yang kaya akan oksigen.1 dari bio, psiko, sosial dan spiritual, hingga
Setiap tahunnya lebih dari 36 juta bagaimana melakukan modifikasi faktor
orang meninggal karena Penyakit Tidak resiko agar tercipta pola hidup dan kualitas
Menular (PTM) atau sekitar 63% dari hidup yang sehat.9
seluruh kematian di seluruh dunia. Secara Edukasi tentang kesehatan mempunyai
global PTM penyebab kematian nomor satu tujuan untuk membantu individu dan
setiap tahunnya adalah penyakit keluarga, atau masyarakat untuk mencapai
2
kardiovaskuler. Sekitar 17,5 juta jiwa tingkat kesehatan yang optimal. Edukasi
meninggal karena penyakit jantung atau merupakan komponen penting dalam
sekitar 31% dari seluruh kematian secara menyediakan perawatan yang aman, yang
global.3 Pada tahun 2009 penyakit jantung berpusat pada pasien. Pasien lebih banyak
koroner merupakan penyebab kematian tahu tentang kesehatannya dan ingin terlibat
peringkat pertama di Indonesia dengan aktif dalam pemeliharaan kesehatan mereka.
persentase kematian sebesar 11,06%. Edukasi dapat dilakukan dengan lebih
Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi efektif jika menggunakan teori
PJK di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% pembelajaran. Terdapat beberapa teori dan
atau diperkirakan sekitar 883.447 orang. 4 model untuk memberikan edukasi kepada
Estimasi jumlah PJK di provinsi pasien. Penggunaan teori yang sesuai
Kalimantan Barat sebanyak 0,3% atau sekitar dengan kebutuhan pasien akan membantu
9.218 orang.2 Jumlah kasus PJK di Kota edukasi yang efektif.10 Salah satu teori
Pontianak pada tahun 2016 terdata sebanyak pembelajaran yang bertujuan
1.806 orang, sedangkan pada tahun 2017 mengembangkan perilaku seperti yang
kasus PJK meningkat menjadi 2.052 orang.5 diharapkan melalui pengembangan
Terdapat beberapa faktor resiko yang intervensi adalah teori planned behavior
mendorong terjadinya PJK, baik faktor (TPB) atau teori perilaku terrencana.11
faktor risiko besar seperti usia, jenis Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti
kelamin, Tekanan darah tinggi (hipertensi), merasa perlu melakukan penelitian mengenai
ras, hiperlipidemia, dan merokok, ; maupun penerapan edukasi kesehatan terstruktur
faktor-faktor risiko kecil seperti obesitas, terhadap kualitas hidup pada pasien dengan
kurang aktivitas fisik dan Diabetes Melitus.6 PJK untuk mengetahui apakah ada perbedaan
PJK memberikan dampak berupa gejala fisik kualitas hidup pasien Penyakit Jantung
dan psikoemosional, yang dapat Koroner (PJK) sebelum dan sesudah
mempengaruhi kualitas hidup. Kualitas diberikan edukasi kesehatan terstruktur pada
hidup atau Quality of Life (QoL) secara kelompok kontrol dan intervensi di RSUD
umum terdiri dari sejumlah besar domain Sultan Syarif Mohammad Alkadrie
yang meliputi fungsi fisik, psikologis Pontianak.
(emosional), sosial dan lingkungan.7 Kualitas
hidup yang baik pada pasien dengan METODE
penyakit jantung koroner sangat diperlukan Penelitian ini menggunakan penelitian
untuk mempertahankan agar pasien mampu kuantitatif, dengan desain quasi eksperimen
mendapatkan status kesehatan terbaiknya dan design dengan rancangan pre test and post
mempertahankan fungsi atau kemampuan test nonequivalent control group design.
Penelitian ini membandingkan dua kelompok HASIL
pembanding dengan tidak melakukan Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia,
jenis kelamin dan pekerjaan.
randomisasi ketika akan memasukan subyek
Frekuensi Persen
ke dalam kelompok intervensi. Penelitian ini Variabel
(f) (%)
dilakukan di RSUD Sultan Syarif USIA
Mohammad Alkadrie Pontianak yang Lansia awal( 46-55 tahun) 5 13,1
dilaksanakan selama 25 hari pada bulan Juli Lansia akhir(56-65 tahun) 22 57,9
hingga Agustus 2018. Manula (>65 tahun) 11 28,9
Populasi dalam penelitian ini adalah Jenis Kelamin
Laki-laki 24 63,2
62 kasus penderita Penyakit Jantung Koroner Perempuan 14 36,8
di RSUD Sultan Syarif Mohammad Alkadrie Pendidikan
Pontianak. Pengambilan sampel dilakukan SD 2 5,3
dengan teknik Purposive sampling. Sampel SMP 7 18,4
yang diambil dalam penelitian ini didasarkan SMA 21 55,3
pada kriteria inklusi dan eksklusi yang dibuat Perguruan Tinggi 8 21,1
peneliti berjumlah 38 orang. Edukasi Sebelumnya
Pernah 15 39,5
Instrumen yang digunakan dalam Tidak 23 60,5
penelitian ini berupa lembar persetujuan Sumber: Data Primer (2018), telah diolah
(informed consent), lembar balik (booklet) Berdasarkan hasil analisis pada tabel
yang berisi edukasi PJK, dan kuesioner 4.1. disimpulkan bahwa karakteristik
World Health Organization’s Quality of life responden dengan kategori usia sebagian
(WHOQOL-BREF). Prosedur pengumpulan besar pada usia lansia akhir dengan rentang
data pada penelitian ini yaitu peneliti 56-65 tahun berjumlah 22 responden
meminta ijin untuk melakukan penelitian (57,9%). Jumlah responden terbanyak
pada responden, kemudian memperkenalkan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 24
diri serta menjelaskan maksud dan tujuan responden (63,2%). Tingkat pendidikan
penelitian, selanjutnya memberikan lembar responden sebagian besar SMA dengan 21
persetujuan pada responden. responden (55,3), Serta berdasarkan edukasi
Pemberian intervensi dilakukan yang pernah diterima sebelumnya, sebagian
sebanyak 2 kali dalam jangka waktu 1 besar responden mengatakan belum pernah
minggu. Pada kelompok intervensi, peneliti diedukasi terkait penyakitnya yang
memberikan pre-test dengan mengisi berjumlah 23 responden (60,5%).
kuesioner kualitas hidup, setelah itu
melakukan kontrak waktu untuk Tabel 4.2. Distribusi Hasil Uji Beda Skor kualitas
melaksanakan edukasi kesehatan terstruktur, hidup sebelum dan sesudah diberikan
setelah diedukasi, 2 minggu kemudian edukasi kesehatan terstruktur Pasien PJK
pada kelompok intervensi.
peneliti datang kembali ke rumah responden Kelompok Pre Post P
untuk memberikan post-test dengan mengisi Mean Mean Value
kuesioner kualitas hidup yang disediakan Intervensi 83,74 97,68 0,000
peneliti. Pada kelompok kontrol, peneliti Sumber : Uji T Berpasangan, 2018
memberikan pre-test dengan mengisi
kuesioner kualitas hidup, 2 minggu Berdasarkan tabel 4.2. Hasil uji
kemudian peneliti datang kembali ke rumah statistik dengan menggunakan menggunakan
responden untuk memberikan post-test uji T berpasangan didapatkan nilai p = 0,000,
dengan mengisi kuesioner kualitas hidup sehingga dapat disimpulkan terdapat
yang disediakan peneliti. Setelah itu data perbedaan kualitas hidup yang bermakna
dikumpulkan dan selanjutnya diolah serta pada pengukuran sebelum dan sesudah
dianalisis. edukasi kesehatan terstruktur pada kelompok
intervensi.
Tabel 4.3 Distribusi Hasil Uji Beda Skor kualitas mudahnya pengerasan dan penumpukan pada
hidup sebelum dan sesudah diberikan pembuluh darah.
edukasi kesehatan terstruktur Pasien PJK
pada kelompok kontrol.
Hal ini didukung oleh penelitian
Kelompok Pre Post P yang dilakukan oleh Bosworth, dalam
Mean Mean Value Widiastuti (2012) tentang dukungan social
Kontrol 79,42 85,26 0,000 dan kualitas hidup pada pasien dengan
Sumber : Uji T Berpasangan, 2018. penyakit jantung koroner di Durham, USA,
didapatkan usia rata- rata responden adalah
Berdasarkan analisis pada tabel 4.3. 61.97 tahun, dengan standar deviasi 10.80,
Hasil uji statistik dengan menggunakan tidak jauh berbeda dengan rata-rata usia
menggunakan uji T berpasangan didapatkan responden pada penelitian ini yaitu 62.42
nilai p = 0,000, sehingga dapat disimpulkan dengan standar deviasi 10.27.11
terdapat perbedaan kualitas hidup yang Berdasarkan jenis kelamin, hasil
bermakna pada pengukuran sebelum dan penelitian menunjukkan bahwa sebagian
sesudah edukasi kesehatan terstruktur pada besar responden yang mengalami PJK adalah
kelompok kontrol. laki laki sebanyak 24 responden (63,2%).
Tabel 4.4 Perbedaan tekanan darah pre-test dan post
test pada kelompok mentimun dan Sama halnya dengan penelitian Skodova
kelompok seledri. (2010), pada pasien penyakit jantung koroner
Kelompok Post-Test P Value ditemukan bahwa sebagian besar pasien
Mean berjenis kelamin laki-laki (78.3%).
Intervensi 97,68 Berbagai faktor resiko banyak
0,0001
Kontrol 85,26 dimiliki laki-laki seperti merokok dan stress
Sumber : uji T tidak berpasangan, 2018.
akibat kerja yang banyak terdapat pada laki-
laki. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa
Berdasarkan tabel 4.4. Hasil uji usia termuda responden penyakit jantung
statistik dengan menggunakan menggunakan koroner adalah laki-laki sedangkan pada usia
uji T tidak berpasangan didapatkan nilai p = tua atau lansia, penderita penyakit jantung
0,0001, sehingga dapat disimpulkan terdapat koroner didominasi oleh perempuan. Hal ini
perbedaan kualitas hidup yang bermakna sesuai dengan pernyataan bahwa pada usia
pada pengukuran sesudah edukasi kesehatan 40-49 tahun pria memiliki risiko dua kali
terstruktur pada kelompok intervensi dan lebih sering menderita penyakit ini dibanding
control wanita, tetapi pasca menopause, rasio
menjadi equivalent antara pria dan wanita.11
PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh bahwa sebagian besar responden memiliki
peneliti di RSUD Sultan Syarif Mohammad tingkat pendidikan SMA. Hal ini sesuai
Alkadrie Pontianak menunjukkan rentang dengan penelitian yang dilakukan oleh
usia responden dari yang termuda berusia 47 Skodova (2010) terhadap pasien penyakit
tahun dan tertua berusia 76 tahun. Kategori jantung koroner di Swiss, mendukung hasil
usia sebagian besar pada usia lansia akhir penelitian peneliti yaitu bahwa 46 pasien
dengan rentang 56-65 tahun berjumlah 22 dengan penyakit jantung koroner yang
responden. memiliki status sosial tinggi, 62% memiliki
Usia merupakan salah satu faktor pendidikan yang tinggi.
yang tidak dapat diubah pada penyakit PJK. Menurut Kelly (2009), pengetahuan
Seiring peningkatan usia, kejadian seseorang berpengaruh terhadap
aterosklerotik semakin mudah terjadi, karena meningkatnya resiko seseorang menderita
semakin tua usia seseorang maka tingkat penyakit jantung koroner. Hasil penelitian
elastisitas pembuluh darah akan semakin yang dilakukan menunjukan bahwa tingkat
menurun yang akan mengakibatkan edukasi yang rendah memiliki 3.09 kali lebih
sering menderita myokard infark dibanding
tingkat pendidikan tinggi.12 Hasil ini berbeda kualitas hidup pasien PJK di RSUD Sultan
dengan hasil penelitian peneliti dimana Syarif Mohammad Alkadrie Pontianak.
sebagian besar responden yang menderita Kualitas hidup yang baik tersebut
penyakit jantung koroner berpendidikan dapat terjadi karena suatu proses
tinggi. Perbedaan ini dapat terjadi mengingat pembelajaran melalui edukasi terstruktur,
pasien yang berobat ke RSUD Sultan Syarif terutama menggunakan booklet yang
Mohammad Alkadrie memiliki status sosial didesign khusus oleh peneliti sesuai
dan pekerjaan yang baik yang dibarengi kebutuhan pasien penyakit jantung koroner.
dengan tingkat pendidikan yang baik pula. Media booklet dapat memberikan informasi
Hal ini juga menunjukkan bahwa pasien secara visual sehingga dapat dengan mudah
dengan pendidikan tinggi tidak selalu untuk dimengerti. Kualitas hidup juga
memiliki pengetahuan yang baik tentang dipengaruhi oleh peningkatan keyakinan diri
penyakit, penyebab dan pencegahannya. pasien terhadap kemampuannya dalam
Berdasarkan edukasi sebelumnya, menjalani kehidupan paska serangan jantung
Hasil penelitian menunjukan sebagian besar koroner.
responden mengatakan belum pernah Edukasi merupakan proses interaktif
diedukasi terkait penyakitnya. Edukasi sudah yang mendorong terjadinya pembelajaran,
diperoleh terutama dari dokter secara global dan pembelajaran merupakan upaya
dan tidak terstruktur pada saat mereka datang penambahan pengetahuan baru, sikap, dan
ke pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai keterampilan melalui penguatan praktik dan
dengan penelitian Yilmaz (2005), pengalaman tertentu.14 Pasien dengan
mendapatkan bahwa 93.6% pasien yang akan edukasi yang tinggi memiliki kualitas
pulang rawat tidak mendapat informasi hidup yang lebih baik dibanding pasien
selama dirawat di RS Ankara city. Hasil ini dengan edukasi yang rendah. Intervensi
mengingatkan kita sebagai petugas kesehatan edukasi serta modifikasi gaya hidup dan
untuk lebih memperhatikan kebutuhan latihan yang langsung dilakukan perawat
pasien terhadap edukasi selama di rawat. terhadap pasien PJK dapat meningkatkan
Pasien sebagai orang yang awam terhadap kualitas hidup dan kemampuan fisik pasien
masalah kesehatan membutuhkan informasi setelah perawatan.11
dan edukasi yang tepat untuk dapat Penelitian ini Sejalan dengan
menjawab setiap masalah dan ketidaktahuan penelitian Widiastuti (2012) yang
sehubungan dengan penyakitnya.13 mengatakan bahwa pemberian edukasi dan
Pada penelitian ini, dilakukan konseling tentang gaya hidup yang benar
perbedaan skor kualitas hidup sebelum dan pasca serangan jantung dapat meningkatkan
sesudah diberikan edukasi kesehatan kualitas hidup pasien. Hasil lain yang
terstruktur pada kelompok intervensi diperoleh pada penelitian tersebut adalah
maupun kelompok kontrol dan didapatkan bahwa edukasi dan konseling juga dapat
hasil nilai p = 0,0001. Hasil analisis memperbaiki aktifitas fisik, program diet
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sehat, bahkan menurunkan tekanan
kualitas hidup yang bermakna pada darah diastole secara bermakna. Edukasi
pengukuran sesudah edukasi kesehatan kepada pasien dapat lebih efektif jika
terstruktur pada kelompok intervensi dan menggunakan teori pembelajaran.
kontrol. Hal ini membuktikan bahwa kualitas Penggunaan teori yang sesuai dengan
hidup dipengaruhi oleh edukasi terstruktur kebutuhan pasien akan membantu edukasi
yang diberikan oleh peneliti. Berdasarkan yang efektif.11
data diatas dapat dikatakan ada perbedaan Penelitian ini diperkuat Penelitian
skor kualitas hidup pada kelompok intervensi yang dilakukan oleh Yilmaz (2005)
dan kelompok kontrol. Sehingga dapat menjelaskan bahwa pasien sangat
disimpulkan bahwa pemberian edukasi membutuhkan edukasi selama dirawat di
kesehatan terstruktur berpengaruh terhadap rumah sakit. Pemahaman pasien terhadap
kondisi kesehatan yang sebenarnya serta terstruktur kepada pasien PJK sebagai
bagaimana menjalani kehidupan pasca media untuk pengembangan
didiagnosa penyakit jantung koroner dapat intervensi pada kejadian penurunan
membawa pasien pada kualitas hidup yang kualitas hidup yang dialami oleh
lebih tinggi. Akan tetapi pasien seringkali pasien PJK serta dapat menjadi media
tidak mendapat edukasi yang sesuai terkait pembelajaran berbasis bukti
kebutuhan informasi tersebut.13 (evidence base).
Serta Penelitian Govil (2007), 2) Menyediakan pelayanan kesehatan
menyatakan bahwa pengetahuan yang baik yang khusus bergerak di masalah
tentang gaya hidup yang sehat dapat PJK, karena penyakit PJK sudah
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan menjadi penyakit berisiko tinggi yang
penyakit jantung koroner.15 ikut mempengaruhi kualitas hidup
penderitanya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
SIMPULAN DAN SARAN 1) Diperlukan penelitian tentang
efektifitas edukasi kesehatan
Simpulan terstruktur dengan melakukan
1. Karakteristik usia responden sebagian screening awal terhadap pengetahuan
besar dengan kategori lansia akhir responden sehingga hasil yang
dengan rentang 56-65 tahun. diperoleh dapat lebih akurat.
Karakteristik jenis sebagian besar 2) Diharapkan dapat menganalisis
responden berjenis kelamin laki-laki. efektifitas edukasi kesehatan
2. Karakteristik pendidikan responden terstruktur terhadap kualitas hidup
sebagian besar berpendidikan SMA. dengan lebih berfokus pada analisis 4
Menurut edukasi yang pernah didapatkan domain kualitas hidup (fisik, psikis,
sebelumnya, sebagian besar responden sosial, lingkungan).
belum pernah mendapat edukasi tentang
penyakit PJK. DAFTAR PUSTAKA
3. Terdapat perbedaan kualitas hidup yang 1. Director of Public Health Annual Report.
bermakna pada pengukuran post edukasi Heart Disease and Stroke. City of York
kesehatan terstruktur pada kelompok Counsil. 2015.
intervensi dan control yang dibuktikan 2. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar.
dengan nilai p value = 0,0001. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian
Saran Kesehatan RI. 2013.
1. Bagi Institusi Pendidikan. 3. WHO. Cardiovascular Diseases (CVDs)
Edukasi kesehatan terstruktur terhadap : Guidelines for assessment and
pasien penyakit jantung koroner dapat management of cardiovascular risk.
diterapkan ke dalam program 2015.
pembelajaran khususnya pada mata 4. Kemenkes RI. Profil Kesehatan
kuliah Keperawatan Medikal Bedah Indonesia tahun 2010. Jakarta :
sehingga nantinya mahasiswa dapat Kemenkes RI. 2010.
mengetahui dan mampu memberikan 5. Dinas Kesehatan Kota Pontianak.
edukasi kepada masyarakat sebagai suatu Penyakit Jantung 2018. 2018.
upaya promotif dan pencegahan 6. Majid, Abdul. Asuhan Keperawatan Pada
terjadinya komplikasi pada pasien Pasien dengan Gangguan Sistem
penyakit jantung koroner (PJK) Kardiovaskular. Yogyakarta: Pustaka
2. Bagi Pelayanan Keperawatan Baru Press. 2017.
1) Tenaga keperawatan diharapkan 7. Deiwi, Julian Komala. Hubungan Jenis
dapat menerapkan edukasi kesehatan Sindrom Koroner Akut dengan Kualitas
Hidup Aspek Psikologis Pada Pasien
Pasca Serangan Jantung yang Dirawat Si
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta: STIK ‘Aisyiyah. 2015.
8. Rochmayanti. Analisis Faktor-Faktor
yang mempengaruhi Kualitas Hidup
Pasien Penyakit Jantung Koroner di
Rumah Sakit Pelni Jakarta. Jakarta:
Thesis. Universitas Indonesia. 2011.
9. Indrawati, Lina. Hubungan Antara
Pengetahuan, Sikap, Persepsi, Motivasi,
dukungan Keluarga dan Sumber
Informasi Pasien penyakit Jantung
Koroner dengan Tindakan Pencegahan
Sekunder Faktor Resiko. Jakarta: Jurnal
Ilmiah WIDYA, Volume 2 Nomor 3
Agustus-Oktober 2014. 2014.
10. Potter & Perry. Fundamentals Of
Nursing, Ninth Edition. United States:
Elsevier. 2013.
11. Widiastuti, Ani. Efektifitas Edukasi
Terstruktur Berbasis Teori Perilaku
Terencana Terhadap Pemberdayaan dan
Kualitas Hidup Pasien Penyakit Jantung
Koroner di Rumah Sakit Pondok Indah
Jakarta. Jakarta: Thesis. Universitas
Indonesia. 2012.
12. Kelly, Michael J, Sherry Weitzen. The
Association of lifetime educationwith the
prevalence of myocardial infarction : an
analysis of the 2006 behavioral risk
factor surveillance system, Spinger
Science + Business Media, LLC. 2009.
13. Yilmaz, Melek & Emiroglu, Oya. The
need assessment of Myocard infark
patients in discharge planning and home
health care ; a sample from Turkey. The
internet Journel of advanced Nursing
Practice. 2005.
14. Potter & Perry. Fundamental
Keperawatan.Edisi 7 buku 1 & 2.
Jakarta: Salemba Medika. 2009.
15. Govil, S. R., M.P.H., Weidner, G.,
Merritt-Worden, T., & Ornish, D.
Socioeconomic status and improvements
in lifestyle, coronary risk factors, and
quality of life: The multisite cardiac
lifestyle intervention program. American
Journal of Public Health, 99(7), 1263-70.
2009.

Anda mungkin juga menyukai