Anda di halaman 1dari 11

Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2019 1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case Report Session

Rinitis Alergi

Oleh:
Dian Rahmawati 1840312215
Ifwil Kartini 1840312216

Preseptor :
Dr. dr. Bestari Jaka Budiman, Sp.THT-KL(K), FICS

BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH


KEPALA & LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMIL PADANG
2019
Case Report Session
Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)
Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2019 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Rinitis Alergi
Dian Rahmawati1, Ifwil Kartini1

Affiliasi penulis : 1. Profesi Dokter FK UNAND menurunkan terjadinya komplikasi pada saluran napas
(Fakultas Kedokteran Universitas Andalas) bawah. 7,8,9
Tujuan terapi adalah menghambat proses
PENDAHULUAN patofisiologik yang menyebabkan terjadinya inflamasi
kronik alergik.9 Berdasarkan keadaan tersebut diatas
1.1 Latar Belakang maka diperlukan suatu tahapan penatalaksanaan yang
Rinitis alergi adalah inflamasi pada hidung yang bersifat holistik berupa edukasi, penghindaran
ditandai dengan gejala reaksi hipersensitivitas tipe I terhadap alergen, farmakoterapi secara tepat dart
setelah terpapar oleh alergen yang telah tersensitisasi. rasional dan mungkin imunoterapi.8 Dalam hal
Inflamasi berupa reaksi imunologi yang melibatkan pemberian terapi, diperlukan pengetahuan yang
IgE-antigen dan sel mast pada membran yang memadai mengenai patogenesis, patofisiologi rinitis
melapisi hidung. Rinitis alergi adalah inflamasi pada alergi sebagai landasan dalam pemilihan obat yang
mukosa nasal yang prevalensinya tinggi, ditandai oleh tepat.7,8,9
pruritus, bersin, hidung berair, dan nasal kongesti.1,2
Dalam studi epidemiologis mengatakan bahwa 1.2 Batasan Masalah
prevalensi rinitis alergi meningkat secara progresif .2
Penulisan case report session ini terbatas pada
Data WHO tahun 2000 mengenai epidemiologi rinitis
definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, gejala
alergi di Amerika Utara dan Eropa Barat, terjadi
klinis, diagnosis, komplikasi, tatalaksana, serta
peningkatan prevalensi rinitis alergi dari 13-16%
prognosis rinitis alergi.
menjadi 23-28% dalam 10 tahun terakhir.3
Di Indonesia, International Study of Asthma and 1.3 Tujuan Penulisan
Allergies of Childhood (ISAAC) juga melakukan Tujuan penulisan case report session untuk
penelitian di beberapa daerah dengan menggunakan menambah pengetahuan tentang rinitis alergi.
kuesioner, Nugraha (2011) melaporkan 30,2% siswa
sekolah berusia 16-19 tahun di Semarang menderita
penyakit rhinitis alergi. Penelitian Kholid (2013) pada 1.4 Metode Penulisan
anak usia 13-14 tahun di Ciputat Timur mendapatkan Penulisan case report session ini menggunakan
hasil prevalensi rhinitis alergi 25,20% dengan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk pada
penderita terbanyak laki-laki.4 berbagai literatur.
Rinitis akan menimbulkan efek negatif bagi orang
yang menderitanya berupa penurunan kualitas hidup,
produktifitas kerja, sekolah dan kinerja akademik.5 TINJAUAN PUSTAKA
Selain itu, biaya pengobatannya relatif mahal dan juga
bersifat rekuren.6 2.1 Anatomi Hidung
Menurut WHO-ARIA derajat rinitis alergi dapat Hidung luar berbentuk piramid terdiri atas:
dikelompokkan berdasarkan jenis gejala dan beratnya 1) pangkal hidung (bridge),
gejala. Berdasarkan jenis gejala terbagi menjadi 2) batang hidung (dorsum nasi),
intermitten dan persisten, sedangkan menurut beratnya 3) puncak hidung (tip),
gejala yaitu ringan dan sedang-berat. Diagnosis rinitis 4) ala nasi,
alergi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis gejala, 5) kolumela, dan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang serta 6) nares anterior.
menemukan alergen penyebab.1 Hidung luar dibentuk oleh tulang dan tulang
rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan beberapa
Intervensi dini dan tepat dapat memperbaiki otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau
kualitas hidup dan produktifrtas pasien dengan rinitis menyem,pitkan lubang hidung. Kerangka tulang
alergi dan juga dapat meningkatkan kernampuan terdiri dari os nasal, prosesus frontalis os maksila, dan
akademik penderita rinitis alergi anak serta dapat prosesus nasalis os frontal. Sedangkan kerangka

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2019 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang


rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu
sepasang kartilago nasalis lateralis superior, sepasang
kartilago nasalis lateralis inferior (alar mayor), tepi
anterior kartilago septum.7
Rongga hidung dipisahkan oleh septum nasi yang
menjadi kavum nasi dextra dan sinistra. Lubang depan
kavum nasi disebut nares anterior, sedangkan lubang
belakang disebut nares posterior (koana). Koana
memisahkan rongga hidung dengan nasofaring.7,8

Gambar Penampang anatomi lapisan hidung.

Pada dinding lateral terdapat tiga buah konka,


yaitu yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah
konka inferior, kemudian yang lebih kecil konka
media, lebih kecil lagi konka superior, sedangkan
yang terkecil (rudimenter) dinamakan konka suprema.
Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung
terdapat rongga sempit yang disebut meatus.
Tergantung letak meatus, ada tiga meatus yaitu
meatus inferior, medius dan superior. Pada meatus
inferior terdapat muara (ostium) duktus
nasolakrimalis. Meatus
Gambar Anatomi hidung luar 4 medius terletak di antara konka media dan dinding
lateral hidung. Pada meatus medius terdapat muara
Gambar Tulang pembentuk hidung4 sinus frontal, sinus maksila dan sinus ethmoid
anterior. Pada meatus superior yang merupakan ruang
Bagian depan dan bawah rongga hidung disebut di antara konka superior dan konka media terdapat
vestibulum. Vestibulum dilapisi oleh kulit dan muara sinus ethmoid posterior dan sinus sfenoid.7
memiliki banyak kelenjar sebasea dan folikel rambut
yang disebut vibrise.7,4
Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding
yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior.
Dinding medial hidung adalah septum nasi. Septum
dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Bagian tulang
adalah :
1. Lamina perpendikularis os ethmoid
2. Vomer Gambar Hidung dalam 4
3. Krista nasalis os maksila
4. Krista nasalis os palatina. Batas Rongga Hidung
Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung
Bagian tulang rawan adalah : dan dibentuk oleh os maksila dan os palatum. Dinding
1. Kartilago septum (lamina kuadrangularis) superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk
lamina kribriformis, yang memisahkan rongga
2. Kolumela
tengkorak dari rongga hidung. Lamina kribriformis
Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian
merupakan lempeng tulang berasal dari os ethmoid,
tulang rawan dan periosteum pada bagian tulang,
tulang ini berlobang lobang (kribrosa=saringan)
sedangkan luarnya dilapisi oleh mukos hidung.
tempat masuknya serabut-serabut saraf olfaktorius. Di
bagian
posterior, atap rongga hidung dibentuk oleh os
sfenoid.7

Mukosa Hidung

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2019 4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara Transportasi mukosiliar normal penting
histologik dan fungsional dibagi atas mukosa untuk pemeliharaan hidung dan sinus yang sehat.
pernafasan ( mukosa respiratori) dan mukosa Bersihan mukosiliar yang baik akan mencegah
penghidu (mukosa olfaktorius).7 terjadinya infeksi di dalam hidung dan sinus
Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar paranasal. Hal ini jelas terlihat pada rinosinusitis
kronik. Adanya suatu inflamasi dan infeksi yang
rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel
menyebabkan dilepasnya mediator seperti vasoaktif
torak berlapis semu yang mempunyai silia ( ciliated amin, protease, asam arakidonat metabolit,
pseudostratified collumner epithelium) dan lipolisakarida, dan lain-lain mengakibatkan kerusakan
diantaranya terdapat sel-sel goblet.7 mukosa hidung dan terjadi disfungsi mukosiliar.
Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga Disfungsi mukosiliar menyebabkan terjadinya stagnasi
hidung, konka superior dan sepertiga atas septum. mukus, akibatnya bakteri akan semakin mudah untuk
Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu tidak berkolonisasi dan infeksi akan kembali terjadi. Pasien
bersilia (pseudostratified collumner non ciliated dengan rinosinusitis kronis telah ditemukan memiliki
epithelium). Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, gangguan pembersihan mukosiliar.7
yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor
penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna coklat Fisiologi Hidung
kekuningan.7 Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner
Pada bagian yang lebih terkena aliran udara dan teori fungsional, fungsi fisiologis hidung dan
mukosanya lebih tebal dan kadang-kadang terjadi
sinus paranasal adalah :
metaplasia, menjadi epitel skuamosa. 7
1. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara
Dalam keadaan normal mukosa respiratori
(air conditioning), penyaring udara,
berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi
humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran
oleh palut lendir (mucous blanket) pada
tekanan dan mekanisme imunologik lokal.
permukaannya. Dibawah epitel terdapat tunika propria
2. Fungsi penghidu karena terdapatnya mukosa
yang banyak mengandung pembuluh darah, kelenjar
olfaktorius dan reservoir udara untuk
mukosa, dan jaringan limfoid.7
menampung stimulus penghidu.
Sistem transpor mukosiliar
3. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi
Sistem transpor mukosiliar merupakan sistem
suara, membantu proses bicara dan mencegah
pertahanan aktif rongga hidung terhadap virus,
hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang.
bakteri,
4. Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan
jamur, atau partikel berbahaya lain yang terhirup
beban kepala, proteksi terhadap trauma dan
bersama udara. Transpor mukosiliar atau bersihan
pelindung panas.
mukosiliar terdiri dari gerakan silia dan palut lendir
5. Refleks nasal.7
yang bekerja secara simultan. Jumlah, struktur dan
gerakan silia sama pentingnya dengan sifat biokimia,
2.2 Definisi Rinitis Alergi
fisik dan kimia dari lender.7
Rinitis alergi merupakan respon imunologi yang
Palut lendir terdiri dari lapisan mukosa yang
dimediasi oleh IgE pada mukosa hidung terhadap
terletak superfisial dan lapisan serosa yang terletak
lebih dalam. Sekret mukosa dan serosa tersebut alergen udara yang ditandai dengan adanya kongesti
dihasilkan oleh sel goblet dan kelenjar pada mukosa pada hidung, rinorea, bersin dan gatal pada hidung.
hidung. Lembaran palut lendir tersebar pada mukosa Gejalanya juga sering diikuti oleh iritasi pada
normal dan mengambang di atas silia yang konjungtiva, gatal pada palatum dan faring.7,8
membawanya menuju nasofaring. Cairan mukus lebih
elastik dan banyak mengandung protein plasma seperti 2.3 Epidemiologi
albumin, IgG, IgM, dan faktor komplemen, sedangkan Menurut studi yang dilakukan oleh WHO pada
cairan serosa mengandung laktoferin, lisozim, tahun 2008, melaporkan kejadian rinitis alergi dan
inhibitor lektoprotease sekretorik, dan IgA sekretorik. asma di asia pasifik sekitar 10-30% pada anak dan
Ketinggian lapisan serosa sangat mempengaruhi dewasa.12 Angka kejadian rinitis alergi di Indonesia
efisiensi gerakan silia.7 bervariasi diberbagai daerah. Hasil studi di Jakarta
Glikoprotein pada mukus berperan dalam didapatkan 26,71% anak usia 13-14 tahun, Bandung
pertahanan lokal yang bersifat antimikrobial. IgA 19,1%, dan Semarang 18,4%.13 Prevalensi rinitis
berfungsi untuk mengeluarkan mikroorganisme dari alergi pada anak-anak lebih sering terjadi pada anak
jaringan dengan mengikat antigen tersebut pada lumen laki-laki dibandingkan perempuan. Prevalensi antara
saluran napas, sedangkan IgG beraksi di dalam wanita dan pria saat dewasa hampir sama. Usia rata-
mukosa dengan memicu reaksi inflamasi jika terpajan rata onset rinitis alergi pada 8-11 tahun, tetapi rinitis
dengan antigen bakteri.7 alergi dapat terjadi pada segala usia. Prevalensi rinitis

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2019 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

alergik sekitar 40% pada anak-anak dan menurun Berdasarkan WHO Initiative ARIA, berdasarkan
seiring dengan peningkatan usia.14 sifat berlangsungnya dibagi atas:7
1) Intermitten, jika gejala kurang dari 4 hari per
2.4 Etiologi minggu atau kurang dari 4 minggu.
2) Persisten, jika gejala lebih dari 4 hari perminggu
Rinitis alergi melibatkan interaksi antara atau lebih dari 4 minggu
lingkungan dengan predisposisi genetik dalam
perkembangan penyakitnya. Faktor genetik dan Berdasarkan berat ringannya penyakit, dibagi atas:
herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi. 1) Ringan, bila tidak ada gangguan tidur, gangguan
Penyebab rinitis alergi tersering adalah alergen pada kegiatan sehari-hari, bersantai, belajar,
inhalan pada dewasa dan ingestan pada anakanak. bekerja, dan hal-hal lain yang mengganggu.
Pada anak-anak sering disertai gejala alergi lain, 2) Sedang-berat, bila terdapat 1 atau lebih gangguan
seperti urtikaria dan gangguan pencernaan.1,2 yang tersebut diatas.
Penyebab rinitis alergi dapat berbeda tergantung
dari klasifikasi. Beberapa pasien sensitif terhadap
beberapa alergen. Alergen yang menyebabkan rinitis 2.6 Patofisiologi
alergi musiman biasanya berupa serbuk sari atau Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu reaksi cepat
jamur. Rinitis alergi perenial (sepanjang tahun) dan reaksi lambat. Reaksi cepat terjadi sejak kontak
diantaranya debu tungau, terdapat dua spesies utama pertama dengan alergen hingga 1 jam setelahnya.
tungau yaitu Dermatophagoides farinae dan Reaksi lambat terjadi 2-4 jam setelah pajanan alergen
Dermatophagoides pteronyssinus, jamur, binatang dan berlangsung hingga 24-48 jam dengan puncak 6-8
peliharaan seperti kecoa dan binatang pengerat. Faktor jam. Rinitis alergi merupakan inflamasi yang diawali
resiko untuk terpaparnya debu tungau biasanya karpet dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan tahap
serta sprai tempat tidur, suhu yang tinggi, dan faktor provokasi.
kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi Pada fase sensitisasi alergen ditangkap makrofag
merupakan faktor resiko untuk untuk tumbuhnya yang berada di mukosa hidung. Setelah itu antigen
jamur. Berbagai pemicu yang bisa berperan dan akan bergabung dengan molekul HLA II membentuk
memperberat adalah beberapa faktor nonspesifik MHC II yang akan dipresentasikan ke T helper.
diantaranya asap rokok, polusi udara, bau aroma yang Makrofag melepaskan sitokin yang menyebabkan Th0
kuat atau merangsang dan perubahan cuaca.7 berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2 akan
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas: menghasilkan sitokin yang menyebabkan sel limfosit
B aktif dan memproduksi IgE.
a. Alergen Inhalan, yang masuk bersama Pada fase provokasi, IgE akan mengikat alergen
dengan udara pernafasan, misalnya debu spesifik dan terjadi degranulasi sel mastosit dan
rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu basophil sehingga dilepaskannya mediator kimia
binatang serta jamur. terutama histamin. Histamin yang dikeluarkan akan
berikatan dengan reseptor H1 sehingga menimbulkan
b. Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran
gejala bersin-bersin dan hidung gatal. Kelenjar
cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur,
mukosa dan sel goblet juga akan dirangsang sehingga
coklat, ikan dan udang.
terjadi hipersekresi mukus dan peningkatan
permeabilitas kapiler yang menimbulkan keluhan
c. Alergen Injektan, yang masuk melalui
rinorea. Efek lain dari histamin berupa vasodilatasi
suntikan atau tusukan, misalnya penisilin
dari sinusoid yang akan menyebabkan penyumbatan
atau sengatan lebah
pada rongga hidung dan menimbulkan keluhan hidung
tersumbat. Mediator lain yang dilepas seperti kemokin
d. Alergen Kontaktan, yang masuk melalui
dan sitokin dapat meningkat ekspresi molekul adhesi
kontak dengan kulit atau jaringan mukosa,
pada endotel vaskular yang mengikat sel inflamasi
misalnya bahan kosmetik atau perhiasan
agar dapat bermigrasi ke mukosa dan menimbulkan
Faktor non-spesifik : asap rokok, bau yang fase lambat. 7,15
merangsang, polutan, bau parfum, bau deodoran,
2.7 Manifestasi Klinis
perubahan cuaca, dan kelembaban tinggi.
Gejala rhinitis alergi dapat muncul pada hidung,
2.5 Klasifikasi mata, telinga, faring, dan laring.4

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2019 6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Gejala pada hidung: nasal crease- garis mendatar Pemeriksaan tenggorok mungkin didapatkan
pada pertengahan dorsum nasi akibat kebiasaan bentuk geographic tounge (permukaan lidah sebagian
licin dan sebagian kasar) yang biasanya akibat alergi
menggosok hidung dengan punggung tangan (allergic
makanan, dapat ditemukan adenoid yang membesar,
permukaan dinding posterior faring tampak granuler
dan edema (cobble stone appereance) dan penebalan
dinding lateral faring (Adams, 2012; DeGuzman,
2013).
Tanda pada laring: suara serak dan edem pada
plica vocalis.
salute), mukosa hidung pucat dan edem, konka edem, 2.8 Pemeriksaan Penunjang
sekret hidung jernih dan cair atau mukoid. 7 Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
untuk membuktikan rhinitis alergi diantaranya: 7,16
Gambar Allergic salute, allergic crease
· Hitung jenis leukosit
Akan tampak peningkatan eusinofil perifer,
Pemeriksaan rinoskopi anterior ditemukan namun hal ini tidak selalu muncul.
kongesti, mukosa berwarna merah muda pucat, lendir · IgE serum total
Kadar meningkat hanya didapati pada 60%
mukoid yang jernih atau berwarna gelap, dan
penderita rinitis alergi. Kadar IgE normal tidak
perhatikan juga kelainan bentuk seperti deviasi menyingkirkan rinitis alergi. Kadar dapat
septum, hipertrofi turbinate, dan polip nasal. Selain itu meningkat pada infeksi parasit, penyakit kulit dan
menurun pada imunodefisiensi. Pemeriksaan ini
juga terdapat gejala pada mata seperti injeksi sklera
masih dipakai sebagai pemeriksaan penyaring
dan eritema konjungtiva dengan cobblestoning tetapi tidak untuk diagnostik.
(Adams, 2012; DeGuzman, 2013) · Skin prick test
Gejala pada mata: allergic shinner-bayangan Tes ini mempunyai sensitifitas dan spesifisitas
tinggi terhadap hasil pemeriksaan IgE spesifik.
gelap dibawah mata karena stasis vena sekunder
 Challange Test
akibat obstruksi hidung.7 Makanan yang dicurigai diberikan pada pasien
`setelah terpantang selama 5 hari, selanjutnya
diamati reaksinya.
· Foto polos sinus paranasal/CT Scan/MRi.
Dilakukan bila ada indikasi keterlibatan sinus
paranasal, seperti adakah komplikasi
rinosinusitis, menilai respon terhadap terapi dan
jika direncanakan tindakan operasi.
gambar allergic shinner
Gejala pada telinga: retraksi membran timpani 2.9 Tatalaksana
atau otitis media serous karena ada blok pada tuba
eustachius.7
Tanda pada faring: granular faringitis akibat
hiperplasia dari jaringan submukosa limfoid. Pada
anak-anak sering prolonged mouth-breathing akan
tampak hiperplasia adenoid.7
Pemeriksaan mulut ditemukan, bernafas lewat
mulut, bentuk rahang fasies adenoid yang nantinya
akan menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi-
geligi dan terjadi penonjolan ke dapan dari gigi seri
atas, arkus palatum menyempit, maloklusi gigi,
ukuran tonsil, cobblestone faring. Pemeriksaan telinga
juga dilakukan untuk melihat apakah terdapat efusi
pada telinga (Adams, 2012; DeGuzman, 2013).

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2019 7
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

gejala sumbatan hidung. Mekanisme


kerjanya sebagai vasokonstriktor sehingga
edema yang terjadi di konka dapat teratasi
dan gejala hidung tersumbat hilang.
Penggunaan dekongestan topikal hanya
untuk beberapa hari saja untuk menghindari
rhinitis medikamentosa.
· Kortikosteroid
Kortikosteroid oral sangat efektiv untuk
mengontrol gejala rinitis alergi, namun hanya
digunakan pada serangan akut karena
memiliki banyak efek samping sistemik.
Kortikosteroid topikal seperti
beclomethasone dipropionate, budesonide,
unisolide acetate, uticasone and mometasone
menghambat reaksi inflamasi pada mukosa
hidung dan menekan reaksi alergi fase
lambat. Penggunaan yang terus menerus
dapat menyebabkan atrofi mukosa hidung
dan perforasi septum. Penggunaan
kortikosteroid intranasal sebaiknya 1-2
minggu tiap 2-3 bulan.
Gambar Diagram tatalaksana RA (ARIA-WHO)7
2.10 Komplikasi
Komplikasi rinitis alergi yang tersering adalah7:
Tujuan pengobatan rinitis alergi adalah: 16
· Polip hidung
· Mengurangi gejala akibat paparan alergen, · Otitis media efusi
hiperreaktifitas nonspesifik dan inflamasi. · Rinosinusitis
· Perbaikan kualitas hidup penderita sehingga
dapat menjalankan aktifitas sehari-hari. · Faringitis kronik
· Mengurangi efek samping pengobatan.
· Edukasi penderita untuk meningkatkan
ketaatan berobat dan kewaspadaan terhadap Laporan Kasus
penyakitnya. Termasuk dalam hal ini
mengubah gaya hidup seperti pola makanan Identitas Pasien:
yang bergizi, olahraga dan menghindari stres. Nama :Tn. B
· Mengubah jalannya penyakit atau Jenis Kelamin : Laki-laki
pengobatan kausal. Umur : 33 tahun
Tanggal Pemeriksaan : 15 April 2019
Pengobatan rhinitis alergi dapat berupa7, 10, 16, 18
Anamnesis
· Antihistamin
Seorang pasien laki-laki, Tn.B berusia 33 tahun
Antihistamin merupakan pilihan pertama
datang ke RSUP DR. M. Djamil Padang pada tanggal
untuk pengobatan rinitis alergi.
15 April 2019, dengan :
Antihistamin yang dipakai adalah antagonis
histamin H-1, yang bekerja secara inhibitor
Keluhan Utama :
kompetitif dengan reseptor H-1 sel target.
Hidung tersumbat dan semakin memberat sejak 1
Antihistamnin dapat mengotrol rinorea,
tahun sebelum masuk rumah sakit.
bersin, dan gatal pada hidung.
· Preparat simpatometik
Riwayat Penyakit Sekarang:
Preparat simpatometik golongan agonis
- Hidung tersumbat dan semakin memberat
adrenergik alfa yang digunakan sebagai
sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit.
dekongestan hidung. Phenylephrine,
- Hidung tersumbat dirasakan pada kedua
oxymetazoline dan xylo-metazoline adalah
lobang hidung.
yang sering digunakan untuk mengurangi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2019 8
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

- Awalnya pasien mengeluhkan bersin-bersin. - Rambut :Tidak ada kelainan


Keluhan bersin-bersin pertama kali dirasakan - Mata :Konjungtiva anemis -/-,
15 tahun sebelum masuk rumah sakit, ketika sklera ikterik -/-
pasien masih berusia 18 tahun. - Wajah : Allergic Shiner (+) Alergic
- Bersin-bersin lebih dari 5x dirasakan pada salute (+)
pagi hari atau saat keadaan dingin, dan - Thorax :Suara napas vesikuler,
mengganggu aktifitas. rhonki -/-, wheezing -/-
- Bersin juga biasanya dirasakan saat terkena - Jantung : Bunyi jantung reguler,
debu, keluhan disertai dengan gatal dan mata murmur (-)
berair serta keluar cairan bening encer dari - Abdomen : Supel, bising usus (+)
hidung. normal, hepar dan lien tidak teraba
- Riwayat hidung berdarah tidak ada.
- Suara sengau ada. Status Lokalis THT
- Sensasi seperti menelan ingus tidak ada. Telinga
- Demam, batuk pilek tidak ada. Pemeriksaa
Kelainan Dekstra Sinistra
- Nyeri menelan tidak ada. n
- Gangguan pendengaran tidak ada. Kl.kongenta Tidak ada Tidak ada
Daun telinga l
Riwayat penyakit dahulu : Trauma Tidak ada Tidak ada
- Riwayat asma tidak ada Radang Tidak ada Tidak ada
Kl.Metaboli Tidak ada Tidak ada
- Riwayat alergi obat dan makanan tidak ada k
- Riwayat kaligata tidak ada Nyeri tarik Tidak ada Tidak ada
- Riwayat trauma tidak ada Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
- Riwayat alergi dingin dan debu. tragus
Cukup Lapang lapang
- Riwayat hipertensi tidak ada Dinding liang lapang (N)
- Riwayat DM tidak ada telinga Sempit - -
- Riwayat keganasan tidak ada Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Riwayat penyakit keluarga : Ada / Tidak Tidak ada Tidak ada
- Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan Sekret/ Bau Tidak ada Tidak ada
yang sama dengan pasien. serumen Warna Kuning kuning
- Riwayat asma pada keuarga ada, kakek Jumlah Sedikit sedikit
Jenis Serumen serumen
pasisen
- Riwayat keluarga DM dan hipertensi tidak Membran timpani
ada. Warna Normal normal
Utuh Refleks Ada, arah Ada, arah
cahaya jam 5 jam7
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi dan
Bulging Tidak ada Tidak ada
Kebiasaan
Pasien seorang penyanyi orgen tunggal. Tidak Retraksi Tidak ada Tidak ada
merokok
Atrofi Tidak ada Tidak ada
Jumlah Tidak ada Tidak ada
perforasi
Pemeriksaan Fisik Perforasi Jenis Tidak ada Tidak ada
Tanda Vital Kwadran Tidak ada Tidak ada
Pinggir Tidak ada Tidak ada
Keadaan Umum : Baik
Mastoid Tanda Tidak ada Tidak ada
Kesadaran : Komposmentis kooperatif radang
Tekanan darah : 120/80 mmHg Fistel Tidak ada Tidak ada
Frekuensi nadi : 84 x/menit Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Nyeritekan Tidak ada Tidak ada
Frekuensi nafas :17 x/menit
Nyeriketok Tidak ada Tidak ada
Suhu : afebris Rinne Positif Positif
Tes garputala
Status Generalis Schwabach Normal Normal
- Kepala :Normocepal
Weber Tidak ada lateralisasi
- Kulit :Tidak ada kelainan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2019 9
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Kesimpulan Normal
Audiometri Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Edema Tidak ada Tidak ada

Hidung Jaringan Tidak ada Tidak ada


Pemeriks Kelainan Dektra Sinistra Granulasi
aan
Deformitas Tidak ada Tidak ada Konka Warna Merah muda Merah muda
Kelainan Tidak ada Tidak ada Inferior
Hidung kongenital Permukaan Licin Licin
luar Trauma Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada Edem Ada Ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Adenoid Ada/tidak Tidak ada Tidak ada
Sinus paranasal
Pemeriksaa Dekstra Sinistra Muara Tertutup Terbuka Terbuka
n Tuba Sekret
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada Eustachiu
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada s Edem Tidak ada Tidak ada
Rinoskopi Anterior
Mukosa Tidak ada Tidak ada
Pemerik Kelainan Dekstra Sinistra
saan
Massa Lokasi Tidak ada Tidak ada
Cavum Sempit Sempit Sempit
nasi Ukuran Tidak ada Tidak ada
Lapang - -
Lokasi Tidak ada Tidak ada Bentuk Tidak ada Tidak ada
Sekret Jenis Tidak ada Tidak ada
Jumlah Tidak ada Tidak ada Permukaan Tidak ada Tidak ada
Bau Tidak ada Tidak ada
Konka Ukuran Hipertrofi Hipertrofi Post Nasal Ada/Tidak Tidak ada Tidak ada
inferior Warna Pucat Pucat Drip Jenis
Permukaan Licin Licin
Edema Ada Ada
Konka Ukuran Eutrofi Eutrofi
media Warna Merah muda Merah muda Orofaring dan mulut
Permukaan Licin Licin
Pemeriks Kelainan Dekstra Sinistra
Edema Tidak ada Tidak ada
aan
Cukup Deviasi
Edema Tidak ada
lurus/ Uvula
Bifida Tidak ada
deviasi
Septum Simetris/tida
Permukaan Licin Simetris
Palatum k
Warna Merah muda
mole + Warna Merah muda
Spina Tidak ada
Arkus Edem Tidak ada
Krista Ada Faring Bercak/eksud
Abses Tidak ada Tidak ada
at
Perforasi Tidak ada
Dinding Warna Merah muda
Lokasi Tidak ada Tidak ada
faring Permukaan Licin
Bentuk Tidak ada Tidak ada
Ukuran T1/T1
Ukuran Tidak ada Tidak ada
Warna Merah muda
Permukaan Tidak ada Tidak ada
Massa Permukaan Licin
Warna Tidak ada Tidak ada
Muara kripti Tidak ada
Konsistensi Tidak ada Tidak ada Tonsil Detritus Tidak ada
Mudah Tidak ada Tidak ada
Eksudat Tidak ada
digoyang
Perlengketan
Pengaruh Tidak ada Tidak ada Tidak ada
dengan pilar
vasokonstri
Warna Tidak ada
ktor
Peritonsil Edema Tidak ada
Abses Tidak ada
Rinoskopi Posterior Lokasi
Koana Cukup
Lapang/Nor Tumor Bentuk
Tidak ada
mal Lapang Ukuran
Sempit Permukaan
Massa Konsistensi
Gigi Karies Tidak ada Tidak ada
Mukosa Warna Merah muda Merah muda /Radiks

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2019 10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Kesan Hygiene Baik Non-medikamentosa : Cuci Hidung


Warna Merah muda Edukasi:
Bentuk Normal
Lidah
- Istirahat cukup
Deviasi Tidak ada
Massa Tidak ada - Hindari alergen

Prognosis :
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher Quo ad vitam : Bonam
Pemerik Dekstra Sinistra Quo ad functionam : Dubia ad bonam
saan
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Inspeksi Tidak terlihat Tidak terlihat
pembesaran KGB pembesaran KGB
leher, tanda radang leher, tanda radang DISKUSI
(-). (-).
Pasien seorang laki-laki berusia 33 tahun datang
Palpasi Tidak teraba Tidak teraba ke poliklinik THT dan ditegakkan diagnosis kerja
pembesaran KGB pembesaran KGB dengan rinitis alergi dari anamnesis dan pemeriksaan
leher, nyeri tekan (-) leher, nyeri tekan (-)
fisik. Pada anamnesis pasien mengeluhkan hidung
tersumbat sejak 1 tahun yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan bersin-bersin yang selalu berulang
Resume: setiap pagi atau saat keadaan dingin dan saat terpapar
Anamnesis debu sejak 25 tahun yang lalu. Gejala khas pada rinitis
Pasien umur 33 tahun, datang dengan keluhan alergi adalah bersin –bersin berulang yang dialami
utama hidung tersumbat sejak 1 tahun yang lalu. setiap pagi atau terpapar sesuatu yang menjadi
Awalnya pasien mengeluhkan bersin-bersin sejak pencetusnya.
kira-kira 25 tahun yang lalu. Bersin-bersin lebih dari Pasien mengaku memiliki alergi terhadap debu,
5x selalu dirasakan pada pagi hari atau saat keadaan dingin. Ini menjadi penyebab terjadinya rinitis alergi
dingin, dan mengganggu aktifitas. Bersin juga karena timbulnya reaksi hipersensitifitas tipe 1 pada
biasanya dirasakan saat terkena debu, keluhan disertai pasien. Gejala lainnya adalah keluarnya ingus yang
dengan gatal dan mata berair serta keluar cairan encer dan kadang-kadang disertai rasa gatal pada
bening encer dari hidung. hidung dan keluarnya air mata.
Dari pemeriksaan fisik terdapat allergic shiner
Pemeriksaan Fisik dan allergic salute yang merupakan ciri khas dari
Hidung: penderita rinitis alergi akibat suka menggosok hidung
Kavum nasi sinistra dan dekstra sempit, konka inferior saat terjadinya bersin atau mampet dan akibat statis
udem pada kedua nasal, terdapat deviasi septum vena sekunder.
krista. Terdapat kelainan pada hidung yaitu edema pada
Tenggorok konka inferior, disertai obstruksi jalan nafas di hidung
Uvula ditengah, arkus faring simetris,tonsil T1/T1 oleh deviasi septum. Hal ini menyebabkam
dinding posterior faring merah muda, licin. meningkatnya hidung tersumbat.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
Diagnosis Kerja mengarah ke rinitis alergi oleh karena itu diperlukan
Rinitis Alergi persistent sedang berat pemeriksaan penunjang seperti cek IgE spesifik atau
Diagnosis Tambahan skin prick test untuk melihat jenis alergi pada pasien.
Septum deviasi Sehingga dapat kita ketahui allergen nya, dan dapat
dihindari untuk mengurangi keluhan pasien.
Pemeriksaan Anjuran :
- Pemeriksaan IgE spesifik DAFTAR PUSTAKA
- Skin Prick Test 1. Bousquet J, Reid J, Van WC, Baena CC,
Demoly P, Denburg J, et al. (2008). Allergic
Tatalaksana : rhinitis management pocket reference 2008.
Operatif: - Allergy, 63: 990-6.
Medikamentosa: 2. Zhang Y, Zhang L (2014). Prevalence of allergic
- Flutikason Furoat (Avamys) : 1x2 spray rhinitis in China. Allergy Asthma Immunol Res,
- Cetirizine : 1x1 6 (2): 105-13.
3. Diantaroli T, Harianto, Burhanuddin L (2016).
Gambaran uji cukit (skin prick test) alergen

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode November–Desember 2019 11
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

ingestan pada mahasiswa fakultas kedokteran 2.Akib AAP, Munasir Z, Kurniati N (eds). Buku ajar
universitas riau angkatan 2014 yang alergi imunologi anak edisi 2. Jakarta: Badan
menderita /menunjukkan gejala rinitis alergi. penerbit IDAI, pp: 245-251. 2010
Jom FK, 3 (1): 1-11.
4. Pasaribu PS, Nurfarihah E, Handini M.
Prevalensi dan karakteristik rinitis alergi anak
13-14 tahun di Pontianak pada Maret 2016
berdasarkan Kuesioner ISAAC dan ARIA-WHO
2008. Pontianak: Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura; 2017: 333-334.
5. Bousquet J, Schünemann HJ, Zuberbier T,
Bachert C, Baena-Cagnani CE, Bachert C, et al.
(2010). Development and implementation of
guidelines in allergic rhinitis – an ARIA-
GA2LEN paper. In: Allergy, 65 (10): 1212-21.
6. Lumbanraja HLP (2007). Distribusi alergen pada
penderita rinitis alergi di Departemen THT-KL
FK USU RSUP H. Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara. Tesis.
7. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti
RD (eds). Buku ajar ilmu kesehatan telinga,
hidung, tenggorok, kepala & leher. Jakarta: Balai
penerbit FK UI. 2014
8. Efendi H, Santoso RAK (ed). BOIES buku aja
penyakit THT. Jakarta: EGC.
9. Maqbool M, Maqbool S. Textbook of ear, nose,
and throat disease 11 edition. New delhi: Jaypee
brothers medical publisher ltd. 2007
10. Dhingra PL, Dhingra S. Disease of ear, nose, and
throat & head and neck surgery. India: Elsevier.
2014
1. Kliegman RM, Stanton BF, Geme JW, Schor NF,
Behrman RE (eds). Nelson textbook of pediatrics.
United states: Elsevier. 2011
1.Abong JM, Kwon SL, Alava HDA, Castor MAR,
Leon JCD. Prevalence of allergic rhinitis in
filipino adults based on national nutrition and
health survey 2008. Asia pacific allergy. 2012:
129-135
11. ISAAC steering committe. ISAAC phase three
data. 2002 (diunduh Mei 2017). Tersedia dari:
URL:http://isaac.auckland.ac.nz/phases/phasethr
ee/results/result.php
12. Sheikh J. Allergic rhinitis. 2015 (diunduh Mei
2017). Tersedia dari URL:
http://emedicine.medscape.com/article/134825-
overview#a6
2. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Alergi dasar.
Edisi ke-1. Jakarta: Interna Publishing. 2009
1.Huriyati E, Hafiz A. Diagnosis dan
Penatalaksanaan Rinitis Alergi yang Disertai
Asma Bronkial. Jurnal Kesehatan Andalas.
2.ARIA. Allergic rhinitis and its impact on asthma.
1st edition. 2007

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)

Anda mungkin juga menyukai