Anda di halaman 1dari 12

Nyeri Abdomen disertai Mual Muntah dan Benjolan di Lipatan

Ingunialis

Ryan Samuel (102011315), Ailen (102012182), Jimmy Salomo Nugraha

(102012254), Hanna Maria Gracella (102013340), Natanael Petra (102014062),

Keisha Deandra Christie (102014078), Eri Aprilia (102014130), Alexander Yosua

Santoso (102014179), Christanti Elliavani (102014212).

A5

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara Nomor 6 Jakarta Barat 11510

Abstract

Abdominal pain is very disturbing. Some diseases of the abdominal region will cause various
clinical manifestations, ie pain. Abdominal pain can be caused by a variety of things. Suppose
excessive intestinal peristaltic motion, intestinal obstruction. Examples of diseases that can
cause abdominal symptoms such as abdominal pain, inguinal hernia, inflammatory bowel
disease, diverticulitis and others. A careful history and physical examination of the right is
very helpful for diagnosis.

Keywords : abdominal pain, inguinal hernia, inflammatory bowel disease, diverticulitis

Abstrak

Nyeri abdomen sangat mengganggu karena menimbulkan ketidaknyamananan bagi orang.


Beberapa penyakit dari pada region abdomen akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis,
yaitu rasa nyeri. Rasa nyeri pada abdomen bisa disebabkan oleh karena berbagai macam hal.
Misalkan gerak peristaltic usus yang berlebihan, obstruksi usus. Contoh-contoh dari penyakit
abdomen yang bisa menimbulkan gejala nyeri abdomen seperti, hernia inguinalis,
Inflammatory bowel disease, penyakit diverticulitis dan lain-lain. Anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang tepat sangat membantu untuk penegakan diagnosis.
Kata Kunci : nyeri abdomen, hernia inguinalis, Inflammatory bowel disease, divertikulitis

Pendahuluan

Nyeri abdomen adalah perasaan yang tidak nyaman pada regio abdomen dan nyeri pada
abdomen, apakah nyerinya yang terus menerus ,hilang timbul dan lain sebagainya, menjadi
salah satu tanda adanya penyakit pada abdomen. Benjolan pada lipatan inguinal yang hilang
timbul berdasarkan scenario yang disertai nyeri abdomen,bisa menjadi gejala khas dari
penyakit tertentu,misalkan hernia,obstruksi usus, dan lain-lain sebagainya. Makalah ini akan
menjelaskan beberapa penyakit dimungkinkan untuk gejala sesuai scenario.

Anamnesis

Anamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui riwayat


penyakit dan menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur dan
lengkap karena sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis untuk menegakkan
diagnosis. Anamnesis dapat langsung dilakukan pada pasien (auto-anamnesis) atau terhadap
keluarga atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk
diwawancarai, misalnya dalam keadaan gawat-darurat, afasia akibat stroke dan lain
sebagainya.
Anamnesis yang baik terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat obstetri dan ginekologi (khusus wanita), riwayat penyakit
dalam keluarga, anamnesis susunan system dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan sosial
ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan, lingkungan).1
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, nama orang tua atau
suami atau istri atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, dan
agama.
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke
dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama harus disertai dengan
indikator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut.
Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terperinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang
berobat. Dalam melakukan anamnesis, harus diusahakan mendapatkan data-data, yaitu waktu
dan lamanya keluhan berlangsung; sifat dan beratnya serangan, misalnya mendadak, perlahan-
lahan, terus menerus, hilang timbul, cenderung bertambah atau berkurang, dan sebagainya;
lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar, berpindah-pindah; hubungannya dengan
waktu, misalnya pagi lebih sakit daripada siang dan sore, atau sebaliknya, atau terus menerus
tidak mengenal waktu; hubungannya dengan aktivitas, misalnya bertambah berat jika
melakukan aktivitas atau bertambah ringan bila beristirahat; keluhan-keluhan yang menyertai
serangan, misalnya keluhan yang mendahului serangan, atau keluhan yang bersamaan dengan
serangan; apakah keluhan baru pertama kali atau sudah berulang kali; faktor risiko dan
pencetus serangan, termasuk faktor-faktor yang memperberat atau meringankan serangan;
apakah ada saudara sedarah, atau teman dekat yang menderita keluhan yang sama; riwayat
perjalanan ke daerah endemis untuk penyakit tertentu; perkembangan penyakit, kemungkinan
telah terjadi komplikasi atau gejala sisa; upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya,
jenis-jenis obat yang telah diminum oleh pasien; juga tindakan medik lain yang berhubungan
dengan penyakit yang sedang diderita.
Riwayat penyakit dahulu bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan
adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang.
Tanyakan pula apakah pasien pernah menderita kecelakaan, menderita penyakit berat dan
menjalani operasi tertentu, memiliki riwayat alergi pada obat-obatan dan makanan tertentu, dan
lain-lain.
Riwayat penyakit keluarga penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter,
familial atau penyakit infeksi.
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan. Perlu
ditanyakan pula apakah pasien mengalami kesulitan dalam sehari-hari seperti masalah
keuangan, pekerjaan, dan sebagainya. Kebiasaan pasien juga harus ditanyakan, seperti
merokok, memakai sandal saat bepergian, minum alcohol, dan sebagainya. Selain itu juga pada
pasien yang sering bepergian, perlu ditanyakan apakah baru saja pergi dari tempat endemik
penyakit infeksi menular. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah lingkungan tempat tinggal
pasien, termasuk keadaan rumahnya, sanitasi, sumber air minum, tempat pembuangan sampah,
ventilasi, dan sebagainya.1
Anamnesis yang penting untuk nyeri abdomen berdasarkan scenario ini sesuai dengan
keluhan utama pasien adalah menanyakan kapan nyeri itu timbul, apakah timbul mendadak
atau secara bertahap. Lalu ditanyakan juga sensasi nyerinya seperti apa, apakah nyerinya
berdenyut, tajam, membakar, dan seterusnya. Pastinya akan ditanyakan juga apakah nyerinya
hilang timbul dan apakah nyerinya bersifat “kolik”, artinya rasa nyerinya bisa bertambah atau
berkurang dalam suatu siklus. Penting juga pada keluhan nyeri perut, ditanyakan dimana letak
nyerinya, apakah bisa dilokalisir oleh pasien dan apakah nyerinya itu menjalar, misalnya bisa
menjalar sampai punggung. Disamping itu, kita tanyakan juga adakah factor yang memperberat
atau memperingan rasa nyerinya itu. Gejala penyerta seperti muntah, diare, refluks asam dan
lain-lain yang menyertai rasa nyeri abdomen yang dialami pasien juga penting untuk
ditanyakan. Bila ada gejala penyerta, maka pasti perlu diketahui kapan terjadinya dan seberapa
sering. Tidak lupa ditanyakan juga apakah ada perubahan kebiasaan buang air besar atau
penurunan berat badan. Untuk riwayat penyakit dahulu, ditanyakan juga yang signifikan
dengan kondisi medis, lalu dokter juga mesti mengetahui apakah ada riwayat pembedahan
perut sebelumnya. Lalu ditanyakan juga riwayat obat pasien, apakah minum obat anti nyeri,
misal, golongan OAINS.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik abdomen, dilakukan dengan 4 cara, yaitu dimulai dari inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan abdomen paling baik dilakukan pada pasien
dalam keadaan berbaring dan relaks, kedua lengan berada di samping, dan pasien bernapas
melalui mulut. Pasien diminta untuk menekukkan kedua lutut dan pinggulnya sehingga otot-
otot abdomen menjadi relaks. Tangan pemeriksa harus hangat untuk menghindari terjadinya
reflex tahanan otot oleh pasien.1
Setelah melakukan inspeksi menyeluruh dan keadaan sekitarnya secara cepat,
perhatikan abdomen untuk memeriksa abdomen. Distensi yang menyeluruh biasanya
disebabkan oleh lemak, cairan, janin, atau udara, sedangkan penyebab dari pembengkakan
yang terlokalisasi, antara lain hernia atau pembesaran organ tertentu. Pada distensi abdomen
yang menyeluruh, terutama jika disebabkan oleh asites, umbilikus dapat menonjol keluar.
Peristaltik yang terlihat (gelombang kontraksi usus) dapat dijumpai pada individu normal yang
kurus, tetapi sebaliknya pada orang yang gemuk, gerakan peristaltik hanya terlihat di sebelah
proksimal dari letak lesi obstruktif usus. Dapat juga dilihat jika ada vena-vena yang mengalami
dilatasi, bila ada trombosis pada vena porta.1
Abdomen harus diperiksa secara sistematis, terutama jika pasien menderita nyeri
abdomen. Selalu tanyakan kepada pasien letak nyeri yang dirasa maksimal dan periksa bagian
tersebut paling akhir. Isi abdomen dapat bergerak, semi-solid, tersembunyi di balik organ lain,
dsb. Lakukan palpasi pada setiap kuadran secara berurutan, yang awalnya dilakukan tanpa
penekanan yang berlebihan dan dilanjutkan dengan palpasi secara dalam (jika tidak terdapat
area nyeri yang diderita atau diketahui). Kemudian, lakukan palpasi secara khusus terhadap
beberapa organ. Tahanan abdomen merupakan suatu refleks penegangan otot-otot abdominal
yang terlokalisasi yang tidak dapat dihindari pasien dengan sengaja. Adanya tahanan tersebut
merupakan tanda iritasi peritoneum perifer atau tanda nyeri tekan yang tajam dari organ di
bawahnya.1
Perkusi berguna (khususnya pasien yang gemuk) untuk memastikan adanya
pembesaran beberapa organ, khususnya hati, limpa, atau kandung kemih. Lakukan selalu
perkusi dari daerah resonan ke daerah pekak, dengan jari pemeriksa yang sejajar dengan bagian
tepi organ. Shifting dullness (pekak beralih) adalah suatu daerah pekak yang terdapat di bawah
permukaan horizontal cairan intraperitoneal (asites). Kandung kemih harus dikosongkan
terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan asites.1
Seorang pemeriksa mungkin membutuhkan waktu selama beberapa menit sebelum
dapat mengatakan dengan yakin bahwa bising usus tidak terdengar. Bising usus yang
meningkat dapat ditemukan pada setiap keadaan yang menyebabkan peningkatan peristaltik,
seperti: obstruksi usus, diare, dan jika terdapat darah dalam pencernaan yang berasal dari
saluran cerna atas. Bising usus dapat menurun atau menghilang pada keadaan paralisis usus
(ileus), perforasi, dan peritonitis generalisata.1 Inspeksi benjolan dimulai dengan melihat
pembengkakan yang timbul mulai dari regio inguinalis dan perlu dikonfirmasi apakah ada
bising usus pada benjolan tersebut. Benjolan yang bisa menghilang atau mengecil pada posisi
terlentang , kemudian membesar dengan posisi berdiri dan/atau mengedan menunjukkan
adanya hernia.1,2,3
Pemeriksaan fisik yang penting diperhatikan berdasarkan keluhan utama adalah melihat
keadaan pasien secara umum, apakah tampak pucat atau tidak, apakah demam, dan apakah ada
tanda-tanda kekurangan cairan pada pasien, seperti, mata cekung, terlihat lemas, hipotensi,
membran mukosa kering, adakah tanda-tanda lain seperti penurunan berat badan, anemia, syok
atau hipovolemik. Pada abdomen kita lihat juga apa ada distensi. Palpasi juga abdomen pasien,
adakah nyeri tekan atau massa pada saat palpasi abdomen. Apakah ada pembesaran aorta,
hepar, ginjal, kandung empedu, hernia, atau massa lain. Setelah itu auskultasi usus juga
penting, misalkan untuk mendengar bising usus, apakah mendenting bernada tinggi. Bila bising
usus meninggi, ada denting nada tinggi, bisa kita curigai adanya obstruksi usus, yang bisa
karena hernia, tumor.

Hernia Inguinalis

Hernia inguinalis adalah suatu protrusi peritoneum dan viscera parietalis , seperti usus
halus , melalui lubang normal atau abnormal dari rongga yang masuk bagiannya.Sebagian
besar hernia dapat direduksi, maka berarti dapat dikembalikan ke tempat normalnya dalam
rongga peritoneum. Ada dua jenis utama dari hernia ingunalis, hernia inguinalis direk dan
indirek. Secara normal, sebagian besar processus vaginalis mengalami obliterasi sebelum lahir
, kecuali untuk bagian distal yang membentuk yang membentuk tunika vaginalis testis. Bagian
peritoneal kantong hernia pada hernia inguinalis indirek terbentuk oleh processus vaginalis
persisten, hernia memanjang ke dalam skrotum di sebelah superior testis, yang membentuk
hernia inguinalis lengkap. Anulus inguinalis superficial dapat diraba di superolateral terhadap
tuberculum pubicum dengan menginvaginasi kulit scrotum atas dengan jari telunjuk. Jika
mengalami dilatasi , annulus dapat dimasukkan jari tanpa rasa nyeri. Jika ada hernia,impuls
mendadak dirasakan melawan ujung atau bantalan jari pemeriksa bila pasien diminta batuk.
Kedua jenis hernia ingunalis keluar dari annulus superficial, palpasi impuls di tempat tersebut
tidak membedakan jenis hernia. Dengan permukaan palmar jari menghadap dinding abdomen
anterior, annulus inguinalis profundus dapat dirasakan sebagai suatu depresi kulit di sebelah
superior ligamentum inguinale, 2-4 cm di superolateral tuberculum pubicum. Deteksi suatu
impuls pada annulus superficial dan massa di tempat annulus profundus menunjukkan suatu
hernia indirek. Palpasi hernia inguinalis direk dilakukan dengan menempatkan permukaan
palmar jari telunjuk pada trigonum inguinale dan minta pasien untuk batuk atau mengejan.
Jika ada hernia, maka impuls paksa dirasakan melawan bantalan jari..3,4 Kantung dari hernia
inguinalis indirek berjalan melalui annulus inguinalis profunda, lateral terhadap pembuluh
epigastrika inferior, dan akhirnya ke arah skrotum. Kantung dari hernia inguinalis direk
menonjol secara langsung melalui dasar kanalis inguinalis, medial dari pembuluh epigastrika
inferior, dan jarang turun ke dalam skrotum. Berdasarkan munculnya benjolan, hernia dibagi
lagi jadi dua , reponibilis dan ireponibilis. Redusibel jika viskus yang menonjol dapat
dikembalikan ke dalam abdomen dan iredusibel atau incarserata jika tidak dapat dikembalikan
ke dalam abdomen. Hernia redusibel biasanya dapat berkurang atau menghilang jika pasien
dalam keadaan berbaring.

Hernia Femoralis

Hernia femoralis muncul menonjol melalui cincin femoralis dan masuk ke cincin
femoralis. Hernia femoralis teraba di bawah ligamentum inguinalis dan lateral dari tuberculum
pubicum. 5

Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif bukan merupakan tindakan definitif sehingga dapat kambuh
lagi. Reposisi atau tindakan untuk memasukkan atau mengembalikan isi hernia ke dalam
cavum peritoneum atau abdomen secara hati-hati dan dengan tekanan yang lembut dan pasti.
Reposisi ini dilakukan dengan cara memakai kedua tangan. Tangan yang satu memegang lekuk
yang sesuai dengan pintunya (leher hernia diraba secara hati-hati, pintu dilebarkan), sedangkan
tangan yang lainnya memasukkan isi hernia melalui pintu tersebut. Pemakaian bantalan
penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah di reposisi dan tidak pernah
menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Bila sudah lebih parah maka harus
dilakukan tindakan bedah.4

Nyeri Abdomen

Nyeri abdomen dapat disebabkan berbagai mekansme dan gejala klinis,. Ada tiga jenis
nyeri abdomen yaitu nyeri visceral, pariental dan referred pain. Untuk anamnesa nyeri juga
dapat dilakukan dengan pasien mengutarakan nyerinya dengan bahasanya sendiri dan mintalah
pasien menunjukan lokasi nyerinya. Tanyakan juga kapan nyeri mulai dirasakan, dimana mulai
dan apakah menjalar, bagaimana tipe nyerinya, kita tanyakan juga intensitasnya, apakah
kontinu atau hilang timbul dan lain sebagainya .
- Nyeri Viseral : Terjadi ketika organ seperti abdomen yang berupa saluran seperti usus
atau percabangan saluran empedu berkontraksi dengan kekuatan yang tidak seperti
biasanya, mengalami distensi atau meregang. Kemungkinan sulit dilokalisir,mungkin
bisa berupa rasa perih,seperti terbakar, kram atau sakit. Jika menjadi parah , mungkin
akan berkeringat , pucat,mual,muntah dan gelisah.

- Nyeri Pariental : biasanya karena terjadinya inflamasi peritoneum parietale. Nyeri


bersifat menetap, seperti tertusuk, lebih hebat dari nyeri visceral dan lebih mudah
ditunjuk lokasinya.

- Nyeri Referred : nyeri dirasakan pada tempat yang lebih jauh, yang dipersarafi kira-kira
sejajar dengan garis spinal dengan struktur yang mengalami. Misalnya nyeri dari
duodenum atau pankreas dapat dirasakan pada punggung, sedangkan nyeri dari
percabangan saluran empedu sering terasa di bahu kanan atau dada sebelah kanan
belakang. Demikian juga nyeri dari pleuritis atau infark miokard akut mungkin terasa
pada abdomen bagian atas
Pada akut abdomen, awalnya bisa disertai dengan muntah sebagai akibat ransangan refleks
dari pusat muntah medularis. Refleks muntah ini tidak terjadi secara progresif. Tetapi, apabila
terjadi muntah yang progresif dan terus menerus apalagi disertai nyeri abdomen yang hebat,
maka perlu dipikirkan kemungkinan adanya obstruksi usus. Obstipasi akibat adanya gangguan
pasase usus disertai tidak adanya flatus dan distensi abdomen juga harus dipikirkan
kemungkinan terjadinya adanya obstruksi usus. Sedang nyeri abdomen dengan konstipasi
tanpa distensi , terutama pada orang tua , dipikirkan kemungkinan diverkulitis sebagai
penyebab.Sedang adanya buang air besar dan cair bisa dipikirkan kemungkinan penyakit
IBD.2,5

Inflammatory Bowel Disease (IBD)


Inflammatory bowel disease adalah penyakit inflamasi kronik yang melibatkan saluran
cerna , bersifat remisi dan relaps (kambuhan), dengan penyebab pastinya yang belum jelas
sampai saat ini. Secara garis besar IBD terdiri atas tiga jenis, yaitu Kolitis ulseratif, Penyakit
Crohn, dan apabila sulit membedakan kedua hal tersebut, maka dimasukkan dalam kategori
Indeterminate Colitis. Diare kronik yang disertai atau tanpa darah dan nyeri perut merupakan
manifestasi klinis IBD yang paling umum dengan beberapa manifestasi ekstra intestinal seperti
arthritis , uveitis, pioderma gangrenosum. Disamping itu tentunya disertai dengan gambaran
keadaan sistemik yang timbul sebagai dampak keadaan patologis yang ada seperti gangguan
nutrisi.
Perjalanan klinik IBD ditandai oleh fase aktif dan remisi. Fase remisi ini dapat
disebabkan oleh pengobatan tetapi tidak jarang dapat terjadi spontan. Dengan sifat perjalanan
klinik IBD yang kronik-eksaserbasi-remisi, diusahakan suatu criteria klinik sebagai gambaran
aktivitas penyakit untuk keperluan pedoman keberhasilan pengobatan maupun menetapkan
fase remisi. Secara umum Disease Activity Index (DAI) yang didasarkan pada frekuensi diare,
ada tidaknya perdarahan per-anum, penilaian kondisi mukosa kolon pada pemeriksaan
endoskopi, dan penilaian keadaan umum.2
Derajat klinik KU dapat dibagi atas berat, sedang, dan ringan, berdasarkan frekuensi
diare, ada/tidaknya demam, derajat beratnya anemia yang terjadi dan laju endap darah
(klasifikasi Truelove). Perjalanan penyakit KU dapat dimulai dengan serangan pertama yang
berat atau dimulai ringan yang bertambah berat secara gradual setiap minggu. Berat ringanya
serangan pertama sesuai dengan panjangnya kolon yang terlibat. Lesi mukosa bersifat difus
dan terutama hanya melibatkan lapisan mukosa.
Pada PC selain gejala umum diatas adanya fistulasi merupakan hal yang karakteristik
(termasuk perianal) nyeri perut relative lebih mencolok. Hal ini disebabkan oleh sifat lesi yang
transmural sehingga dapat menimbulkan fistula dan obstruksi serta beradampak pada
timbulnya bacterial over growth.2,6 Secara endoskopik penilaian aktivitas penyakit KU relative
mudah dengan menilai gradasi berat ringannya lesi mukosa dan luasnya bagian usus yang
terlibat. Tetapi pada PC hal tersebut lebih sulit, terlebih bila ada keterlibatan usus halus (tidak
terjangkau dengan kalenoskopik), sehingga dipakai criteria yang lebih spesifik yang didasari
oleh adanya penilaian demam, data laboratorium, manifestasi ekstraintestinal, frekuensi diare,
nyeri abdomen, fistulasi, penurunan berat badan, terabanya masa intraabdomen dan rasa sehat
pasien.

Gambaran klinik IBD

KU PC
Diare kronik ++ ++
Hematochezia ++ +
Nyeri perut + ++
Massa abdomen 0 ++
Fistulasi +/- ++
Stenosis /striktur + ++
Keterlibatan usus halus +/- ++
Keterlibatan rectum 95% 50%
Ekstra intestinal + +
Megatoksik kolon + +/-

Keterangan : ++ sering, + kadang, +/- jarang, 0 tidak ada.


Mengingat bahwa etiologi dan pathogenesis IBD belum jelas, maka pengobatannya lebih
ditekankan pada penghambatan kaskade proses inflamasi (kalau tidak dapat dihilangkan sama
sekali). 2

1. Pemberian antibiotic
Pada factor yang disebabkan oleh proses inflamasi akibat bakteri, biasanya pada orang
yang rentan.
2. Obat golongan kortikosteroid
 Prednisone, metal prednisolon (bentuk preparat per-oral) atau steroid enema.
Biasa pada kasus PC dan KU derajat sedang-berat.
 Kortikosteroid parenteral pada keadaan berat
 Budesonide ( gol glukokortikoid non-sistemik dalam pengobatan IBD
Lakukan tapering dose pada pemakaiannya setelah remisi tercapai dalam waktu 8-12
minggu.

3. Obat golongan asam amino salisilat


 Sulfasalazin yang merupakan gabungan sulpiridin dan aminosalisilat dalam
ikatan azo. Dosis rata-rata 5-ASA untuk mencapai remisi adalah 2-4 gram
perhari yang kemudian dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan.

4. Obat golongan imunosupresif


Preparatnya adalah merkaptopurin, azatioprin, siklosporin dan metotreksat.

Pada prinsipnya, pengobatan IBD ditunjukan pada serangan akut dan terapi
pemeliharaan waktu fase remisi. Obat baku pertama mengandung komponen 5-ASA
dan obat kortikosteroid. Bila gagal gagal, maka diberikan obat lini kedua yaitu obat
golongan imunosupresif.

Divertikulitis

Penyakit diverticulitis adalah perforasi dari diverticulum yang diikuti oleh infeksi dan
inflamasi yang menyebar ke dinding kolon, epiploic appendage, mesenterium organ-organ
sekitar atau mikro/makro perforasi bebas ke kavum peritoneum. Kurangnya serat adalah salah
satu dari penyebab penyakit ini. Konsumsi makanan yang berserat tinggi , terutama serat yang
tidak larut , yang terkandung dalam biji-bijian , sayur-sayuran dan buah-buahan, akan
berpengaruh pada pembentukan tinja yang lebih padat dan besar sehingga memperpendek
waktu transit feses dalam kolon dan mengurangi tekanan intraluminal yang mencegah
timbulnya divertikel. Di samping itu , serat penting dalam fungsi fermentasi bakteri dalam
kolon dan merupakan substrat utama dalam produksi asam lemak rantai pendek yang
berpengaruh pada pengadaan energy yang dibutuhkan mukosa kolon, menghasilkan atau
mempengaruhi pertumbuhan mukosa dengan cara meningkatkan aliran darah.
Pada mereka yang mengkonsumsi kurang serat akan menyebabkan penurunan massa
feses menjadi kecil-kecil dan keras , waktu transit kolon yang lebih lambat sehingga absorbsi
air menjadi lebih banyak dan output menurun mnyebabkan tekanan dalam kolon meningkat
untuk mendorong massa feses keluar mngakibatkan segmentasi kolon yang berlebihan.
Segmentasi kolon yang berlebihan akibat kontraksi otot sirkuler dinding kolon untuk
mendorong isi lumen dan menahan passase dari material kolon merupakan penyebab terjadinya
penyakit diverticular. Pada segmentasi yang meningkat akan terjadi oklusi pada kedua ujung
segmen sehingga tekanan intraluminal meningkat secara berlebihan terjadi herniasi mukosa
atau submucosa dan terbentuk divertikel. Divertikulitis merupakan radang akut dalam
divertikel tanpa atau dengan perforasi. Radang biasanya disebabkan oleh retensi feses di
dalamnya. Tekanan tinggi di dalam sigmoid yang berperan pada terjadinya divertikel juga
berperan pada retensi isi usus di dalam divertikel. Perforasi akibat divertikulitis menyebabkan
peridivertikulitis terbatas, abses atau peritonitis umum. Abses mungkin mengalami meluas
menjadi besar. Kadang abses menembus ke rongga peritoneum yang menyebabkan peritonitis
umum dalam lumen usus. Mungkin juga abses menembus ke dalam lumen menyebabkan fistel
intern ke usus . Obstruksi kronik dapat timbul karena fibrosis.1 Sering terdapat konstipasi atau
diare. Gejala mual dan muntah bergantung pada lokasi dan hebatnya serangan. Dapat
ditemukan demam nyeri perut sedang, massa teraba saat palpasi, dan leukositosis .1 Biasanya
bagian dalam kolon juga diobservasi dan dibuat foto dengan prosedur yang disebut
kolonoskopi atau koloskopi ,menggunakan endoskop panjang, biasanya kolonoskop serat
optik. Endoskop adalah suatu selang fleksibel yang bisa dimasukkan ke dalam kolon melalui
anus dan rectum. Bagian kolon sigmoid dapat diobservasi dengan sigmodoskop, yaitu suatu
endoskop yang lebih pendek. Penatalaksanaanya bisa dengan pemberian makanan yang
berserat, dan pada diverticulitis bisa diberikan cairan atau elektrolit secara intravena,
pemberian antibiotic spectrum luas. Kalau diverticulitis menimbulkan komplikasi seperti
perforasi bebas dengan peritonitis generalisata, obstruksi, abses tak dapat diresolusi piranti
perkutan, bahkan kalau keadaan pasien makin memburuk maka perlu tindakan bedah.2,3

Kesimpulan

Ada banyak penyakit yang bisa menyebabkan nyeri abdomen. Pada scenario ini pasien dengan
keluhan nyeri abdomen disertai muntah yang progresif dan adanya benjolan di inguinal bisa
jadi menunjukan adanya obstruksi usus karena hernia inguinalis.

Daftar Pustaka
1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 1 Edisi 6.
Jakarta : Interna Publishing; 2014. H 125-8 ; 191-6
2. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam.Jilid 2 Edisi 6.
Jakarta : Interna publishing ; 2014. H 1816-24; 1866-9; 1898-1900.
3. Moore KL, Dalley AF. Anatomi berorientasi klinis. Jilid 1 Edisi 5.Jakarta : Erlangga;
2013. H 279-80; 223-5
4. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL.Sabiston text book of surgery.
19th edition. Canada : Elsevier ; 2012. H 1119-26
5. Bickley LS, Szilagyi PG. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi ke
7. Jakarta : EGC : 2015. H 195-8

Anda mungkin juga menyukai