Anda di halaman 1dari 8

1.

organik dalam batuan

Material organic dalam batuan sangat erat kaitannya dengan pembentukan batuan induk
dalam system petroleum. Source rock atau batuan induk kaya akan kandungan unsur atom
karbon (C) yang didapat dari cangkang – cangkang fosil yang terendapkan di batuan itu. Karbon
inilah yang akan menjadi unsur utama dalam rantai penyusun ikatan kimia hidrokarbon.
Hidrokarbon membentuk salah satu elemen penting dari sebuah kerja sistem petroleum.
Hidrokarbon adalah batuan sedimen yang kaya akan kandungan material organik yang mungkin
telah tersimpan dalam berbagai lingkungan termasuk laut air dalam, lakustrin, dan delta bahan
organik tersebut misalnya ganggang. Jadi ganggang ini bisa saja ganggang air tawar, maupun
ganggang air laut. Tentu saja batuan yang mengandung karbon ini bisa batuan hasil pengendapan
di danau, di delta, maupun di dasar laut. Batuan yang mengandung banyak karbonnya ini yang
disebut Source Rock (batuan induk) yang kaya mengandung unsur karbon (high TOC-Total
Organic Karbon). Setelah ganggang mati dan berkumpul menjadi batuan induk, maka batuan
induk ini akan terkubur di bawah batuan-batua lainnya yang beralngsung dalam kurun waktu
yang lama dan juga tertutp oleh bataun reservoir. Kemudian source rock itu akan dimasak oleh
panas bumi yang disebut dengan istilah geothermal.
Ada 5 hal yang akan di perhatikan dalam analisis dan evaluasi batuan induk, yaitu :

1. Transformasi material organik

Menurut Waples (1985), hidrokarbon berasal dari material organik tumbuhan yang telah
mati pada masa lampau dengan proses pembentukan yang sangat rumit. Sampai saat ini,
beberapa bagian daripada proses pembentukan hidrokarbon masih belum dapat dimengerti.
Namun secara garis besar diketahui bahwa material organik ini berasal dari tumbuhan dan alga
yang terlindungi dengan baik pada sedimen berbutir halus yang terendapkan pada daerah tanpa
oksigen (anoksik). Kandungan organik ini akan berubah oleh adanya reaksi kimia dan biologi
pada suhu yang rendah (diagenesis) yang terjadi selama proses transportasi dan pengendapan.
Perubahan kimia pada tahapan ini akan berkurang dengan hilangnya kandungan oksigen
(O2) dari material organik dalam bentuk air (H2O) dan karbondioksida (CO2). Material organik
yang selama diagenesis berubah menjadi molekul yang lebih besar dinamakan kerogen. Dengan
bertambahnya kedalaman, porositas dan permeabilitas sedimen akan menurun, sementara suhu
akan naik. Perubahan ini menyebabkan terhentinya aktivitas mikroba secara bertahap, dan pada
akhirnya proses diagenesis organik akan terhenti. Dengan naiknya suhu, maka reaksi termal
menjadi semakin penting.
Selama fase berikutnya (katagenesis), kerogen mulai memisah menjadi molekul yang
lebih kecil dan mudah bergerak. Pada tahap perubahan akhir (metagenesis), produk pokoknya
akan terdiri dari molekul gas yang lebih kecil. Kerogen yang terbentuk dari material organik
yang berbeda, atau pada kondisi diagenetik yang berbeda, akan memiliki perbedaan secara kimia
satu sama lain. Adanya perbedaan ini juga akan memberi perbedaan pada karakteristik
hidrokarbon yang dihasilkan.

2. Preservasi material organic

Batuan induk, yang dicirikan oleh jumlah kandungan organik tipe tertentu akan
terendapkan pada konisi tertentu. Kondisi yang tepat untuk pembentukan sedimen yang kaya
kandungan organik adalah sebagai berikut:
– Suplai detritus yang kaya material organik dalam jumlah yang banyak
– Terlindungi dari proses oksidasi biogenik/ abiogenik
– Sedimentasi pada daerah dengan energi rendah
– Transportasi yang cepat menuju permukaan pengendapan
Kondisi anoksik (depleted oxygen) diperlukan dalam preservasi material organik pada
suatu lingkungan pengendapan, dikarenakan kondisi lingkungan ini akan membatasi aktivitas
bakteri aerobik dan organisme biturbasi yang sangat berperan dalam pengrusakan material
organik. Kondisi anoksik berkembang dimana kebutuhan oksigen lebih besar daripada suplai
oksigen. Oksigen biasanya dikonsumsi oleh proses pembusukan (degradasi) zat organik yang
telah mati, dimana kebutuhan oksigen amat besar pada area dimana produktivitas organik yang
tinggi. Pada lingkungan berair (aquatic), suplai oksigen dikontrol oleh sirkulasi air yang
mengandung oksigen dan berkurang pada kondisi pada dasar air yang stagnan.

3. Analisis kerogen
Material organik akan terpendam dalam sedimen (batuan induk) dalam bentuk yang
disebut kerogen. Pengukuran geokimia dapat digunakan untuk menentukan kadar dan tingkat
kematangan termal batuan ini. Pengukuran potensi untuk menghasilkan hidrokarbon ditentukan
oleh pengukuran Total Organic Carbon (TOC) dan pyrolysis yield. Batuan dengan pyrolysis
yield lebih besar dari 5 kg/ ton disebut batuan induk efektif. Untuk peralatan geokimia yang lebih
modern lagi, seperti gas chromatography dan studi isotop dapat digunakan untuk menentukan
produk hidrokarbon dan juga untuk aplikasi lain, seperti korelasi batuan induk dengan minyak
bumi.
Deskripsi kerogen secara visual (optical) juga dapat menjadi petunjuk yang berguna
untuk mengetahui potensi dan tipe hidrokarbon. Dari pengamatan secara mikroskopik pada
cahaya refeksi (reflected light), kerogen dapat diklasifikasikan kepada grup exinite, vitrinite, and
inertinite. Grup exinite terdiri dari maseral dengan potensi minyak yang signifikan, sementara
grup vitrinit adalah penghasil gas (gasprone). Grup intertinit tidak mempunyai potensi untuk
menghasilkan hidrokarbon. Pengukuran dari vitrinite reflectance sering digunakan untuk
pengukuran index kematangan thermal.

4. Indikator kematangan termal

Vitrinite reflectance adalah indicator kematangan batuan induk yang paling sering
digunakan, dilambangkan dengan Ro (Reflectance in oil). Nilai Ro untuk mengukur partikel-
partikel vitrinite yang ada dalam sampel amat bervariasi. Untuk menjamin kebenaran
pengukuran, maka penentuan nilai Ro diperlukan secara berulang pada sampel yang sama. Bila
distribusi dari vitrinite reflectance adalah bimodal, maka ada kemungkinan telah terjadi
reworking. Skala vitrnite relectance yang telah dikalibrasikan oleh berbagai parameter
kematangan yang lain oleh studi minyak dan gas adalah sebagai berikut:
– Ro < 0.55 belum matang (immature)
– 0.55 < Ro < 0.8 telah menghasilkan minyak dan gas bumi
– 0.8 < Ro < 1.0 minyak berubah menjadi gas bumi (zona kondensat gas)
– 1.0 < Ro < 2.5 dry gas
Vitrinite reflectance adalah indikator kematangan termal yang sangat baik pada Ro antara
0.7 dan 0.8. Salah satu penggunaan vitrinite reflectance yang juga penting dalam analisis
cekungan (basin analysis) adalah kalibrasi sejarah termal (thermal history) dan sejarah
pengendapan (burial history) dengan tingkat kematangan pada masa sekarang.

5. Akumulasi dan pembentukan minyak bumi

Hidrokarbon terbentuk ketika batuan induk telah menghasilkan dan mengeluarkan


hidrokarbon. Hidrokarbon ini seterusnya akan mengalir melalui lapisan pembawa (carrier bed)
menuju perangkap (trap). Hidrokarbon dihasilkan sebagai reaksi dari perpecahan kimiawi
kerogen (chemical breakdown) bersamaan dengan bertambahnya suhu. Dengan keluarnya
hidrokarbon dari batuan induk, maka sisa kerogen akan berubah menjadi residu karbon. Suhu
dan waktu adalah faktor terpenting dari pecahnya kerogen. Keluarnya hidrokarbon dari batuan
induk kemungkinan terjadi akibat adanya perpecahan mikro (micro-fracturing) pada batuan
induk setelah terjadi overpressure akibat terbentuknya hidrokarbon.
Batuan induk yang miskin tidak akan menciptakan cukup minyak untuk mengakibatkan
ekspulsi hidrokarbon. Pada tingkat kematangan yang lebih lanjut, maka minyak akan akan
berubah menjadi gas yang lebih mudah untuk lepas dari batuan induk. Untuk batuan induk yang
kaya, efisiensi dari pengeluaran minyak cukup tinggi (60 – 90 %). Lepasnya hidrokarbon dari
batuan induk ke lapisan pembawa (carrier bed) disebut juga migrasi primer (primary migration).
Perpindahan hidrokarbon melalui lapisan pembawa yang porous dan permeable menuju
perangkap (traps) disebut juga migrasi sekunder (secondary migration). Kekuatan utama dibalik
migrasi sekunder adalah adanya buoyancy yang diakibatkan oleh adanya perbedaan densitas
antara minyak (atau gas) dan air pada pori pori batuan.
Sedangkan yang menahan buoyancy ini adalah tekanan kapiler (capillary pressure).
Tekanan kapiler akan semakin naik dengan semakin kecilnya pori pori batuan. Selama migrasi
sekunder (secondary migration), hidrokarbon cenderung mengalir melalui jaringan pori pori
batuan yang saling berhubungan pada lapisan penghantar (carrier bed) daripada meliputi volume
lapisan penghantar secara keseluruhan. Perpindahan akan terhenti pada saat hidrokarbon melalui
pori batuan yang lebih kecil dimana tekanan kapiler (capillary pressure) akan lebih besar dari
gaya buoyancy dari kolom minyak. Sistem pori ini disebut juga sebagai lapisan penutup (seal)
dengan tinggi maksimum kolom minyak yang dapat ditahan oleh lapisan penutup (seal) dapat
dihitung. Hidrokarbon cenderung untuk pindah searah dengan kemiringan (true dip) pada bagian
atas dari lapisan penghantar (carrier bed). Oleh karena itu peta struktur kontur dapat digunakan
untk mebuat model arah migrasi. Selama migrasi yang panjang (sebagai contoh pada foreland
basin), hidrokarbon akan mengalir terpusat pada tinggian regional (regional high).
Hilangnya hidrokarbon pada saat migrasi sekunder (secondary migration) sangat sulit
untuk dihitung. Akhirnya, hidrokarbon akan terperangkap dalam reservoar yang yang disemuti
oleh lapisan penghambat (seal). Hidrokarbon ini akan berubah secara fisik dan kimia oleh

proses ,
2. pengertian geokimia organic dan batasan-batasannya
Geokimia organic adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang bahan
organik sedimenter untuk mempelajari evolusi yang berlangsung pada tahapan-tahapan geologis
di geosfer. Pengkajian terhadap bahan organik yang terdapat di dalam sedimen, minyak bumi,
dan tanah dapat digunakan untuk mengetahui asal-usul senyawa suatu fosil molekul organik
(biomarker).

3. organic dalam minyak dan gas bumi


Minyak bumi didefinisikan sebagai substansi yang kental, mudah terbakar, berwarna
kuning sampai hitam yang terkumpul di bawah permukaan bumi melalui proses alamiah. Minyak
bumi berasal dari tumbuhan, alga, bakteri, jamur dan mikroorganisme yang terakumulasi dalam
lapisan sedimen perairan.
Berdasarkan teori, minyak bumi terbentuk dari proses pelapukan jasad renik
(mikroorganisme) yang terkubur di bawah tanah sejak berjuta-juta tahun yang lalu. Dimana dua
ratus juta yang lalu bumi lebih panas dibandingkan sekarang. Laut yang didiami jasad renik
berkulit keras sangat banyak jumlahnya jika jasad renik itu mati, kemudian membusuk sehingga
jumlahnya makin lama makin menumpuk, kemudian tertutup oleh sedimen, endapan dari sungai,
atau batuan-batuan yang berasal dari pergeseran bumi. Di sini kemudian terjadi pembusukan
oleh bakteri anaerob, dan akibat pada suhu dan tekanan tinggi sedimen, maka setelah berjuta-juta
tahun terbentuklah minyak bumi dan gas alam tersebut.
Karena proses pembentukan minyak bumi memerlukan waktu yang lama, maka minyak bumi
digunakan pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (anrenewable).
Berdasarkan teori Biogenesis, minyak bumi terbentuk karena adanya kebocoran kecil
yang permanen dalam siklus karbon. Siklus karbon ini terjadi antara atmosfir dengan permukaan
bumi, yang digambarkan dengan dua panah dengan arah yang berlawanan, dimana karbon
diangkut dalam bentuk karbon dioksida (CO2). Pada arah pertama, karbon dioksida di atmosfir
berasimilasi, artinya CO2 diekstrak dari atmosfir oleh organism fotosintetik darat dan laut. Pada
arah yang kedua CO2 dibebaskan kembali ke atmosfir melalui respirasi makhluk hidup
(tumbuhan, hewan dan mikroorganisme). Dalam proses ini, terjadi kebocoran kecil yang
memungkinkan satu bagian kecil karbon yang tidak dibebaskan kembali ke atmosfir dalam
bentuk CO2, tetapi mengalami transformasi yang akhirnya menjadi fosil yang dapat terbakar.
Bahan bakar fosil ini jumlahnya hanya kecil sekali. Bahan organik yang mengalami oksidasi
selama pemendaman. Akibatnya, bagian utama dari karbon organik dalam bentuk karbonat
menjadi sangat kecil jumlahnya dalam batuan sedimen. Pada mulanya senyawa tersebut (seperti
karbohidrat, protein dan lemak) diproduksi oleh makhluk hidup sesuai dengan kebutuhannya,
seperti untuk mempertahankan diri, untuk berkembang biak atau sebagai komponen fisik dan
makhluk hidup itu. Komponen yang dimaksud dapat berupa konstituen sel, membran, pigmen,
lemak, gula atau protein dari tumbuh-tumbuhan, cendawan, jamur, protozoa, bakteri, invertebrate
ataupun binatang berdarah dingin dan panas, sehingga dapat ditemukan di udara, pada
permukaan dalam air atau dalam tanah. Apabila makhluk hidup tersebut mati, maka 99,9%
senyawa karbon dan makhluk hidup akan kembali mengalami siklus sebagai rantai makanan,
sedangkan sisanya 0,1% senyawa karbon terjebak dalam tanah dan dalam sedimen. Inilah yang
merupakan cikal bakal senyawa-senyawa fosil atau dikenal juga sebagai embrio minyak bumi.
Embrio ini mengalami perpindahan dan akan menumpuk di salah satu tempat yang kemungkinan
menjadi reservoar dan ada yang hanyut bersama aliran air sehingga menumpuk di bawah dasar
laut, dan ada juga karena perbedaan tekanan di bawah laut muncul ke permukaan lalu menumpuk
di permukaan dan ada pula yang terendapkan di permukaan laut alam yang arusnya kecil.
Embrio kecil ini menumpuk dalam kondisi lingkungan lembab, gelap dan berbau tidak sedap di
antara mineral-mineral dan sedimen, lalu membentuk molekul besar yang dikenal dengan
geopolimer. Senyawa-senyawa organik yang terpendam ini akan tetap dengan karakter masing-
masing yang spesifik sesuai dengan bahan dan lingkungan pembentukannya. Selanjutnya
senyawa organik ini akan mengalami proses geologi dalam perut bumi. Pertama akan mengalami
proses diagenesis, dimana senyawa organik dan makhluk hidup sudah merupakan senyawa mati
dan terkubur sampai 600 meter saja di bawah permukaan dan lingkungan bersuhu di bawah
50°C. Komponen-komponen minyak bumi pada proses ini mulai terbentuk dan senyawa senyawa
karakteristik yang berasal dan makhluk hidup tertentu kembali dibebaskan dari molekul. Bila
kedalaman terus berlanjut ke arah pusat bumi, temperatur semakin naik, dan jika kedalaman
melebihi 3000 m dan suhu di atas 150°C, maka bahan-bahan organik dapat terurai menjadi gas
bermolekul kecil, dan proses ini disebut metagenesis. Setelah proses geologi ini dilewati, minyak
bumi sudah terbentuk bersama-sama dengan bio-marka. Fosil molekul yang sudah terbentuk ini
akan mengalami perpindaha (migrasi) karena kondisi lingkungan atau kerak bumi yang selalu
bergerak rata-rata sejauh 5 cm per tahun, sehingga akan ter-perangkap pada suatu batuan berpori,
atau selanjutnya akan bermigrasi membentuk suatu sumur minyak.
Apabila dicuplik batuan yang memenjara minyak ini (batuan induk) atau minyak yang
terperangkap dalam rongga bumi, akan ditemukan fosil senyawa-senyawa organik. Fosil-fosil
senyawa inilah yang ditentukan strukturnya menggunaan be-berapa metoda analisis, sehingga
dapat menerangkan asalusul fosil, bahan pembentuk, migrasi minyak bumi serta hubungan antara
suatu minyak bumi dengan minyak bumi lain dan hubungan minyak bumi dengan batuan induk.
Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil
berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4). Ia dapat ditemukan di ladang minyak,
ladang gas bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi
melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia
disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir
sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.
Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon
rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang
lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang
mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas
helium.
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas
ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang berguna.
Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon dioksida dan
air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung
sesaat. Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak
(mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun
secara berturut-turut).

Anda mungkin juga menyukai