Anda di halaman 1dari 89

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dispepsia adalah kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri

dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah,

kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh, sendawa, regurgitasi,

dan rasa panas yang menjalar di dada. Berdasarkan pendapat para

ahli bahwa 15-30% orang dewasa pernah mengalami dispepsia

(Djojoningrat, 2009).

Data dari pustaka Negara barat menyatakan bahwa

dispepsia sekitar 7-41%, tetapi hanya 10-20% yang mencari

pertolongan medis. Populasi di Amerika serikat yang terkena

dispepsia adalah 25% dari total penduduknya pertahun dan hanya

5% dari jumlah penderita tersebut yang mengunjungi dokter

layanan primer (Andre dkk, 2013). Profil Data Kesehatan Indonesia

tahun 2010, yang di terbitkan oleh Depkes RI pada tahun 2011

menyebutkan bahwa dispepsia termasuk dalam 10 besar penyakit

rawat inap di rumah sakit tahun 2010, pada urutan ke 5 dengan

angka kejadian kasus sebesar 9.594 kasus pada pria dan 15.122

kasus pada wanita. Sedangkan untuk 10 besar penyakit rawat jalan

di rumah sakit seluruh Indonesia tahun 2010, dispepsia berada

1
pada urutan ke 6 dengan angka kejadian kasus sebesar 34.981

kasus pada pria dan 53. 618 kasus pada wanita, jumlah kasus baru

sebesar 88.599 kasus. Menurut profil kesehatan Kalimantan Timur

pada tahun 2013 di Kalimantan Timur angka kejadian dispepsia

sekitar 171,357 kasus.

Dispepsia merupakan suatu masalah penting yang dapat

mengakibatkan penurunan kualitas hidup individu tersebut. Gejala-

gejala dispepsia dapat mengganggu aktivitas sehari–hari dan

mengakibatkan suatu dampak yang bermakna terhadap kualitas

hidup dan peningkatan biaya pengobatan. Sebagian besar pasien

masih merasakan nyeri abdomen dengan tingkat yang bermakna

sehingga menghentikan aktivitas sehari–hari dan pemberian terapi

masih di rasakan tidak memuaskan kondisi pasien (Pardiansyah &

Yusran, 2016).

Solusi pada masalah dispepsia adalah mencegah timbulnya

faktor resiko dispepsia bagi individu yang belum atau pun

mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup sehat,

dengan cara menjaga sanitasi lingkungan agar tetap bersih,

mengurangi makan–makanan yang pedas, asam dan minuman

yang beralkohol, kopi serta merokok. Tanda dan gejala pasien juga

dapat berbeda namun gejala umumnya adalah sakit kepala, mudah

kenyang, sakit di perut bagian atas, mual, dan sensai panas di

perut bagian atas. [ CITATION Yul09 \l 1033 ] . Dalam penatalaksanaan

2
keperawatan ada beberapa hal khusus yang perlu untuk

diperhatikan diantaranya ialah makan kecil tapi sering, jauhi

alkohol, jauhi rokok, mengganti obat penghilang rasa sakit,

sedangkan dalam penatalaksaan medis diantaranya melibatkan

terapi pengobatan yang secara khusus menetralkan asam lambung

yaitu antasid, acid blocker dan omeprazole. [ CITATION Deb17 \l 1033 ] .

Perawat berperan dalam perawatan klien melalui asuhan

keperawatan, oleh karena itu perawat harus mampu mamberikan

pelayanan secara profesional dan komprehensif yang meliputi bio,

pisiko, sosial, dan spritual yang ditunjukan pada individu, keluarga

dan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, maka kasus ini perlu

dijadikan sebagai karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Pada Tn. S Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar

Pada Dispepsia Di Ruang ST. Yakobus B Rumah Sakit Dirgahayu

Samarinda”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan kebutuhan dasar manusia dengan dispepsia

2. Tujuan Khusus

a. Memahami konsep teori gangguan kebutuhan dasar

manusia dengan dispepsia.

3
b. Melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan

kebutuhan dasar manusia dengan dispepsia.

c. Merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan

gangguan kebutuhan dasar manusia dengan dispepsia.

d. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan

gangguan kebutuhan dasar manusia dengan dispepsia.

e. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan

gangguan kebutuhan dasar manusia dengan dispepsia.

f. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan

gangguan kebutuhan dasar manusia dengan dispepsia.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Karya tulis ilmiah ini mampu memberikan dasar-dasar teori yang

dapat membantu mengembangkan ilmu pengetahuan tentang

asuhan keperawatan pada klien dengan dispepsia.

2. Manfaat Praktis

Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

dijadikan sebagai acuan dalam perkembangan institusi

pelayanan kesehatan.

D. Pengumpulan Data

4
Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan

proses

deskriptif yaitu studi kasus dengan pendekatan proses

keperawatan. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis

gunakan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini adalah sebagai

berikut:

1. Observasi

Mengumpulkan data dengan cara melihat, mengamati, dan

menilai secara langsung keadaan klien ketika memberikan

asuhan keperawatan.

2. Wawancara

Penulis bertemu langsung dengan klien dan mengajukan

beberapa pertanyaan sehingga diperoleh data yang adekuat.

3. Pemeriksaan fisik

Dilakukan saat pengkajian dengan melakukan pemeriksaan fisik

langsung pada klien untuk memperoleh data klien. Dengan

menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

4. Studi dokumentasi

Mempelajari data-data klien yang ada di rekam medik meliputi

catatan keperawatan serta tim medik lain yang ada kaitannya

dengan kasus klien.

5. Studi kepustakaan

5
Untuk mendapatkan sumber teori atau literatur lainya yang

terkait dengan isi karya tulis ilmiah, dapat berupa buku, jurnal

dan sebagainya

E. Sistematika Penulisan

Karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima bab, yang secara sistematika

disusun dengan urutan sebagai berikut:

BAB I Merupakan pendahuluan yang tersusun atas latar belakang,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, pengumpulan data dan

sistematika penulisan. BAB II merupakan tinjauan pustaka yang

berisi konsep dasar penyakit dan konsep dasar asuhan

keperawatan. Konsep dasar penyakit terdiri dari anatomi fisiologi,

pengertian, etiologi, pathway, manifestasi klinis, pemeriksaan

diagnostik, penatalaksanaan medis dan komplikasi. Konsep dasar

keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

rencana keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi

keperawatan. BAB III merupakan tinjauan kasus yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan

keperawatan dan evaluasi keperawatan. BAB IV merupakan berisi

pembahasan menguraikan tentang kesesuaian dan kesenjangan

antara konsep teori dengan kenyataan yang ditemukan pada kasus

kelolaan dengan argumentassi ilmiah dan logis. Pembahasan

meliputi aspek pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana

6
keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

BAB V merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pencernaan


Sumber, www.dosenbiologi.com

7
Sistem pencernaan merupakan suatu saluran jalan

makanan/nutrisi dari jalan masuk (input) sampai dengan

keluaran (ekskresi/eliminasi). Secara anatomis sistem

pencernaan atau sering disebut system digestivus atau sistem

gastrointestinal terdiri atas berbagai macam organ dari rongga

mulut sampai dengan anus. [ CITATION Diy13 \l 1033 ]

Saluran pencernaan merupakan suatu saluran yang mirip

tabung dengan panjang sekitar 9 m (30 kaki), yang memanjang

dari mulut sampai anus, jaringan tersusun atas empat lapisan

dari dalam ke luar, yaitu mukosa, submukosa, otot, dan serosa.

Saluran pencernaan dikendalikan oleh saraf simpatis melalui

susunan saraf otonom dan parasimpatis. Saraf simpatis bersifat

menghambat (inhibisi) dan saraf parasimpatis bersifat

merangsang (eksitasi). Contoh peristaltik usus meningkat

karena rangsang parasimpatis seperti kondisi cemas, takut, dan

sebagainya, sedang nyeri akan menyebabkan penurunan

peristaltik, karena nyeri melibatkan saraf simpatis (kondisi

bahaya). Namun demikian, kerja saluran pencernaan juga

dipengaruhi oleh saraf intrinsik (enteric nervous). Saraf ini

sering disebut dengan gut brain yang tersusun atas sekitar 108

neuron. Fungsi utama gut brain ini adalah Mengendalikan

produksi sekret pada saluran pencernaan. [ CITATION Diy13 \l

1033 ]

8
Sistem gastrointestinal diperdarahi sekitar 25%-30% dari

cardiac output (COP). Saluran pencernaan bagian atas

(esophagus-lambung) diperdarahi oleh a. splanica. Usus halus

diperdarahi oleh a. mesenterica superior dan inferior. Yang unik

dari sistem sirkulasi saluran cerna adalah bahwa hamper semua

darah balik atau vena bermuara pada vena hepatica yang

menjadi sumber perfusi dari hati melalui vena portae (sistem

portae). Akibatnya, setiap terjadi gangguan peredaran darah

pada saluran cerna akan mengganggu sistem portae dan organ

yang lain. [ CITATION Diy13 \l 1033 ]

Secara umum, struktur organ sistem pencernaan dibedakan

menjadi dua kategori, yaitu:

a. Alimentari canal (organ utama)

Terdiri atas mulut, esophagus, lambung, usus.

b. Ascesoris organ (organ aksesoris)

Merupakan organ di luar saluran pencernaan tetapi

mempunyai peran yang penting dalam sistem pencernaan

makanan. Ascesoris organ terdiri atas hati, pankreas dan

kandung empedu.

Fungsi utama sistem pencernaan adalah menyediakan

nutrisi bagi tubuh dan mengeluarkan sisa (ekskresi/eliminasi).

Fungsi tersebut dapat berjalan melalui empat proses utama,

yaitu:

9
a. Ingesti (memakan/menelan). Yaitu, proses memasukan

makanan ke dalam mulut, mengunyah dan menelannya ke

dalam lambung melalui esophagus. Pada tatanan klinik

sering disebut dengan intake makanan. Proses ingesti ini

dapat dikendalikan oleh kondisi lapar atau napsu makan

(appetite). Proses ingesti ini terjadi pada organ mulut, faring

dan esophagus.

1) Mulut

Gambar 2.2 anatomi mulut


Sumber, www.dosenbiologi.com

Rongga mulut merupakan suatu ruang yang terbentuk

dari mulut, langit langit, dan orofaring. Dalam rongga

mulut terdapat beberapa komponen yaitu gigi, gusi, lidah,

dan kelenjar air ludah. Gigi berfungsi untuk proses

mastikasi (chewing), yaitu mengunyah makanan menjadi

lebih lambut atau halus yang disebut dengan bolus. Lidah

10
dan mukosa berperan dalam memberikan sensasi rasa.

Proses mastikasi ini dibantu oleh air ludah atau air liur.

Air ludah dihasilkan oleh kelenjar parotis, submaxillaris

dan sublingualis. Ludah terdiri atas air (99,5%) dengan

ph sekitar 6,8. Ludah berguna sebagai pelumas rongga

mulut, melunakkan makanan padat sebelum ditelan.

Enzim yang ada didalam ludah:

a) Enzim amylase (ptyalin) yang dapat menghidrolisis

amilum menjadi maltose. Pada umumnya kejadian ini

sangat jarang karena makanan sudah terlanjur ditelan

sebelum ptyalin keluar.

b) Enzim lipase yang memecah lemak menjadi asam

lemak dan diasilgliserol

Proses mastikasi ini akan mengubah bentuk makanan

yang dimakan menjadi bolus.

2) Faring

11
Gambar 2.3 Anatomi Faring
Sumber, www.dosenbiologi.com
Faring merupakan saluran membrane berotot mulai dari

bawah mulut sampai esofagus. Faring terdiri atas

nasofaring, orafaring, dan laringofaringeal.

3) Esofagus

Gambar 2.4 Letak Esofagus


Sumber, www.dosenbiologi.com

12
Esofagus merupakan organ silindris berongga dengan

panjang sekitar 23-25 cm dan diameter 2 cm. terlentang

dari hipofaring sampai dengan kardia lambung. Fungsi

utama esofagus adalah mengantarkan makanan dari

rongga mulut ke dalam lambung. Proses pengantaran

atau pemindahan makanan ini sering disebut proses

menelan (ingesti). Anatomis esofagus agak unik karena

terdiri atas otot rangka pada lima persen bagian atas dan

otot polos pada bagian bawah. Selain itu, bagian luar

esofagus merupakan bagian ikat jarang, tidak dilapisi

lapisan serosa atau peritoneum seperti pada saluran

pencernaan yang lain.

b. Digesti (mencerna). Proses mencerna adalah proses

mengubah bentuk makanan yang kasar menjadi lebih halus

atau mengubah materi makanan dari yang tidak diabsorpsi.

Proses mencerna ini dilakukan di dalam mulut maupun

lambung. Proses digesti ini secara kimiawi melibatkan enzim

pencernaan, proses ini juga memiliki beberapa organ yang

berperan diantaranya:

1) Mulut

Rongga mulut merupakan tempat proses digesti pertama.

Rongga mulut menghasilkan saliva yang mengandung

dua enzim pencernaan utama, yaitu enzim amilase

13
(mengubah amilum/glukosa menjadi maltosa) dan enzim

lipase yang mengubah lemak menjadi asam lemak.

2) Lambung

Gambar 2.5 Anatomi lambung


Sumber, www.klikdokter.com
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di

abdomen atas tepat dibawah diafragma. Secara

anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus, dan

antrum pyloricum atau pylorus. Sebelah kanan atas

lambung terdapat cekungan kurvatura minor, dan bagian

kiri lambung terdapat kurvatura mayor. Sfingter pada

kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan

pemasukan. Sfingter kardia atau sfingter esofagus

bawah, mengalirkan makanan masuk ke dalam lambung

dan mencegah refleks isi lambung memasuki esofagus

kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter

kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Di saat

sfingter pyloricum berelaksasi makanan masuk ke dalam

14
duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini akan

mencegah terjadinya aliran baik isi usus halus ke dalam

lambung.

a) Fungsi lambung (motorik)

(1) Fungsi reservoir: menyimpan makanan sampai

makanan tersebut sedikit demi sedikit dicernakan

dan bergerak pada saluran cerna. Menyesuaikan

peningkatan volume tanpa menambah tekanan

dengan relaksasi reseptif otot polos: diperantarai

oleh saraf vagus dan dirangsang oleh gastrin.

(2) Fungsi mencampur: memecahkan makanan

menjadi partikel partikel kecil dan mencampurnya

dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang

mengelilingi lambung. Kontraksi peristaltik diatur

oleh suatu irama intrinsik dasar.

(3) Fungsi pengosongan lambung: diatur oleh

pembukaan sfingter pylorus yang dipengaruhi oleh

viskositas, volume, keasaman, aktivitas osmotik,

keadaan fisik serta oleh emosi, obat obatan, dan

kerja. Pengosongan lambung diatur oleh faktor

saraf dan hormonal

b) Fungsi lambung (pencernaan dan sekresi)

15
(1) Pencernaan protein, oleh pepsin dan HCI dimulai

disini: pencernaan karbohidrat dan lemak oleh

amilase dan lipase dalam lambung kecil

peranannya.

(2) Sintesis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh

protein yang dimakan, peregangan antrum,

alkalinasi antrum, dan rangsangan vagus.

(3) Sekresi faktor intrinsic memungkinkan absorpsi

vitamin b12 dari usus halus bagian distal.

c) Lapisan lambung

(1) Mukosa (selaput lendir), yaitu lapisan terdalam

lambung yang bersentuhan langsung dengan

makanan di dalam lambung. Ketika perut kosong

mukosa berbentuk seperti gerigi yang terdiri dari

rugae (dinding-dinding yang berkerut). Rugae ini

akan memipih saat lambung dipenuhi oleh

makanan. Lapisan mukosa ini menghasilkan dua

zat pencernaan, yaitu asam klorida dan pepsin

untuk membantu lambung dalam mencerna

makanan.

(2) Submukosa, yaitu lapisan lambung yang terdiri

dari jaringan ikat. Jaringan ikat tersebut

16
mengandung pembuluh darah, pembuluh getah

bening, sel-sel saraf, dan serat tubuh.

(3) Muscularis propia (muscularis eksterna), yaitu

lapisan lambung yang menutupi submukosa.

Muscularis propia terdiri dari tiga lapisan otot

sekaligus, di antaranya lapisan otot melingkar,

memanjang, dan menyerong yang membantu

mencerna makanan dengan enzim pencernaan.

(4) Serosa, yaitu lapisan terluar lambung yang

berfungsi untuk melindungi lambung dari gesekan

dengan organ lainnya. Lapisan serosa disebut

juga dengan peritoneum viseral.

c. Absorpsi (penyerapan). Proses penyerapan (absorpsi) zat-

zat gizi melalui villi-villi usus ke dalam vaskuler dan

kemudian ditranspor sampai ke tingkat sel. Berikut adalah

organ yang berperan dalam proses absorpsi

1) Usus halus

Hasil pencernaan dilambung adalah mengubah bentuk

fisik bolus menjadi chyeme. Dalam proses pencernaan

usus halus (sekitar 6 m) merupakan bagian yang paling

banyak berfungsi dalam menyerap bahan makanan yang

sudah diproses oleh enzim enzim. Usus halus terdiri dari:

a) Duodenum (usus 12 jari)

17
Panjangnya sekitar 25cm, bentuk melengkung kekiri

seperti sepatu kuda. Pada cekungannya terdapat

pankreas. Disini terdapat papilla peyery tempat

bermuaranya saluran empedu dan pankreas, 10 cm

dari pylorus. Hal ini sangat penting dalam klinis.

Duodenum merupakan tempat yang paling dekat

dengan lambung, tetapi harus netral dari asam

lambung. Kebocoran asam lambung ke dalam

duodenum sangat memudahkan terjadinya inflamasi

duodenum dan dapat menjadi hal yang serius bila

kerusakan duodenum berupa ulkus (ulkus

duodenum). Karena itulah maka dalam duodenum

menjadi muara dari empedu dan getah pankreas yang

bersifat alkali sehingga dapat menetralisasi asam

lambung yang sampai ke duodenum

b) Jejunum

Jejunum merupakan 2/5 bagian usus halus yang

terletak di bagian atas. Jejunum dalam klinis tidak

begitu banyak dibahas, karena memang jejunum

jarang menyebabkan kondisi patologis yang serius.

Namun demikian karena, jejunum adalah tempat

utama proses absorpsi maka bila terjadi gangguan

18
seperti kolitis ulserativa, chrohn desease, sindrom

malabsorpsi baru akan menjadi permasalahan klinis.

c) Ileum

Merupakan bagian 3/5 bagian usus halus. Ilium

mempunyai arti klinis yang penting karena disinilah

proses absorpsi yang besar, dan karena menjadi

bagian usus halus yang paling distal maka mudah

terjadi akumulasi mikroorganisme ataupun sumbatan.

Contoh kelainan yang sering ditemui adalah typhoid.

d. Eliminasi.

Gambar 2.6 Anatomi Usus Besar


Sumber, www.allodokter.com

Proses pengeluaran sisa makanan yang tidak diabsorpsi

melalui mekanisme defekasi atau BAB. Eliminasi sisa

pencernaan melalui usus besar. Usus besar terdiri atas

colon ascenden, colon transversum, dan colon descendens.

Termasuk dalam bagian ini adalah colon sigmoid, rectum

19
dan anus. Colon mensekresi mucus yang berfungsi untuk

melicinkan jalannya sisa makanan yang akan dibuang lewat

anus. Fungsi colon adalah menyerap kembali air dan garam

garam amoniak yang masih dibutuhkan oleh tubuh. Colon ini

tidak dapat menyerap selulosa, hemiselulosa, atau lignin

yang terdapat pada tumbuhan. Bahan bahan ini kemudian

membentuk residu yang disebut bulk. Materi ini akan

menarik air dan sekaligus menahannya sehingga

menyebabkan terbentuknya feses yang besar dan lunak.

Feses tersebut akhirnya dengan gerakan peristaltik dan

kontraksi di dorong ke dalam rectum dan setelah terkumpul

dengan jumlah tertentu akan merangsang munculnya

keinginan defekasi

2. Pengertian

Gastritis atau dispepsia atau istilah yang sering dikenal oleh

masyarakat sebagai maag atau penyakit lambung adalah

kumpulan gejala yang dirasakan sebagai nyeri terutama di ulu

hati, orang yang terserang penyakit ini biasanya sering mual,

muntah, rasa penuh, dan rasa tidak nyaman. [ CITATION Mis09 \l

1033 ]

Dispepsia sendiri didefinisikan sebagai rasa nyeri atau rasa

tidak nyaman di sekitar ulu hati. Pasien dengan dispepsia atau

sakit maag biasanya datang dengan keluhan lain, yaitu dari

20
mual sampai muntah. Selain itu, keluhan-keluhan lain seperti

kembung, cepat kenyang, nafsu makan berkurang, dan sering

sendawa juga bisa muncul. [ CITATION Yul09 \l 1033 ]

3. Etiologi

Berikut adalah penyebab terjadinya dispepsia:

a. Infeksi bakteri

Orang yang terinfeksi bakteri Helicobacter pylori dapat

mengalami gastritis. Penemuan bakteri ini dilakukan oleh

Barry Marshal dan Robin Warre, mereka menemukan

adanya bakteri yang bisa hidup di dalam lambung manusia.

Saat ini telah terbukti bahwa infeksi yang disebabkan oleh

Helicobacter pylori pada lambung dapat menyebabkan

peradangan mukosa lambung yang disebut dengan gastritis.

b. Obat penghilang nyeri

Konsumsi obat penghilang nyeri, seperti Nonsteroidal

antiinflamatory drugs (NSAIDs) misalnya aspirin, ibuprofen

(advil, motrin, dan lain lain), juga naproxen (aleve), yang

terlalu sering dapat menyebabkan penyakit maag, baik itu

gastritis akut maupun kronis.

c. Alkohol

Mengonsumsi alkohol dapat mengiritasi (merangsang) dan

mengikis permukaan lambung sehingga asam lambung

21
dengan mudah akan mengikis permukaan lambung.

Selanjutnya, gastritis akut pun terjadi.

d. Stres

Keadaan stres yang disebabkan karena pembedahan luka

(trauma), terbakar, ataupun infeksi penyakit tertentu dapat

menyebabkan gastritis akut.

e. Asam empedu

Asam empedu adalah cairan yang membantu pencernaan

lemak. Cairan ini diproduksi di hati dan dialirkan ke usus

kecil (duodenum). Secara normal, cincin pylorus (pada

bagian bawah lambung) akan mencegah aliran asam

empedu ke lambung setelah dilepaskan ke duodenum.

Namun, apabila cincin tersebut rusak dan tidak menjalankan

fungsinya dengan baik atau dikeluarkan karena

pembedahan maka asam empedu dapat mengalir ke

lambung sehingga mengakibatkan peradangan lambung.

[ CITATION Yul09 \l 1033 ]

22
4. Pathway

Perubahan pola makan, pengaruh


obat-obatan, alkohol, rokok dan stres

Kelainan mobilitas usus Asam lambung Infeksi Helicobacter

Iritasi/peradangan
Relaksi refluk fundus Kepajanan asam lambung

Keterlambatan Nyeri abdomen


Nyeri epigastrik
pengosongan
Pasien
Dispepsia cemas MK: Ansietas
dengan
Perubahan status
keseimbangan Intake makanan/minum penyakitnya
cairan menurun/kurang

MK: Ketidakseimbangan
Lambung kosong
nutrisi kurang dari
MK: Nyeri akut kebutuhan tubuh
Sumber : (Corwin, 2009) Iritasi pada lambung

23
5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dispepsia adalah sebagai berikut:

a. Sakit kepala

b. Mudah kenyang

c. Sakit di perut bagian atas. Rasa sakit ringan sampai berat

timbul di daerah antara bagian bawah tulang dada (sternum)

dan pusar.

d. Mual

Sensai panas di perut bagian atas. [ CITATION Yul09 \l 1033 ]

6. Pemeriksaan Diagnostik

Ada berbagai tes yang bisa dilakukan untuk memastikan

kejadian dispepsia, di antaranya:

a. Tes darah

Dokter bisa meminta pasien untuk melakukan cek darah

untuk melihat adanya antibody terhadap serangan

Helicobacter pylori. Hasil tes yang positif menunjukan bahwa

seseorang pernah mengalami kontak dengan bakteri

Helicobacter pylori dalam hidupnya, tetapi keadaan tersebut

bukan berarti seseorang telah terinfeksi Helicobacter

pylori.Tes darah juga dapat digunakan untuk mengecek

terjadinya anemia yang mungkin saja disebabkan oleh

pendarahan yang disebabkan gastritis.

24
b. Breath test

Tes ini menggunakan tinja sebagai sampel dan ditujukan

untuk mengetahui apakah ada infeksi Helicobacter pylori

dalam tubuh seseorang

c. Stool test

Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya Helicobacter

pylori dalam sampel tinja seseorang. Hasil tes yang positif

menunjukan orang tersebut terinfeksi Helicobacter pylori.

Biasanya dokter juga menguji adanya adanya darah dalam

tinja yang menandakan ada pendarahan dalam lambung

karena gastritis.

d. Endoskopi

Endoskopi dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan

pada lambung yang mungkin tidak dapat dilihat dengan sinar

X.

e. Rontgen

Rontgen bertujuan untuk melihat adanya kelainan pada

lambung yang dapat dilihat dengan sinar X. Agar dapat

dilihat dengan jelas, biasanya penderita diinjeksi terlebih

dahulu dengan bubur barium. [ CITATION Diy13 \l 1033 ]

7. Penatalksanaan Medis

Pengobatan dispepsia tergantung penyebabnya. Gastrtitis akut

yang disebabkan oleh NSAIDs atau alkohol pengobatannya

25
akan berbeda dengan gastritis kronis yang harus diobati dengan

anti bakteri. Asam lambung yang berlebihan dapat mengiritasi

dan mengakibatkan peradangan pada lambung, karena itulah

jika berlebihan produksinya harus ditekan dengan berbagai

macam obat. Umumnya pengobatan dilakukan dengan obat

obatan yang dapat menetralkan asam lambung seperti:

a. Antasid. Berbagai merek antacid tersedia seperti Maalox,

Mylanta, dan lain sebagainya. Umumnya antasid tersedia

dalam bentuk cairan atau tablet yang dapat menyebabkan

gastritis ringan. Antasid akan menetralkan asam lambung

dan dengan cepat meringankan sakit maag.

b. Acid blockers. Ketika antasid tidak cukup untuk meredakan

sakit maag umumnya dokter akan memberikan obat obatan

dari jenis cimetidine (Tagamet), ranitidine (zantac), nizatidin

(axid) atau fomotidin (pepsid). Obat obatan tersebut dapat

menurunkan jumlah asam lambung yang diproduksi.

c. Pengobatan dengan obat obatan lain seperti omeprazole

(Prilosec), lansoprazole (prevacid), reberprazole (achiphex)

dan esomeprazole (nexium)

[ CITATION Red09 \l 1033 ]

8. Penatalaksanaan Keperawatan

Berikut adalah beberapa penatalaksanaan:

26
a. Menurut sejumlah penelitian, makan dalam jumlah kecil

tetapi sering serta memperbanyak makan makanan yang

mengandung tepung, seperti nasi, jagung, dan roti akan

menormalkan produksi asam lambung. Kurangilah makanan

yang dapat mengiritasi lambung, misalkan makanan yang

pedas, asam, digoreng, dan berlemak.

b. Hilangkan kebiasaan mengonsumsi alkohol. Tingginya

konsumsi alkohol dapat mengiritasi atau merangsang

lambung, bahkan menyebabkan peradangan dan

perdarahan di lambung.

c. Jangan merokok. Merokok akan merusak lapisan pelindung

lambung. Oleh karena itu, orang yang merokok lebih

sensitive terhadap gastritis maupun ulser. Merokok juga

akan meningkatkan asam lambung, melambatkan

kesembuhan, dan meningkatkan risiko kanker lambung.

d. Ganti obat penghilang rasa sakit. Jika memungkinkan,

jangan gunakan obat penghilang rasa sakit dari golongan

NSAIDs, seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen. Obat

obatan tersebut dapat mengiritasi lambung.

Berkonsultasi dengan dokter. Jika anda menemuli gejala

sakit maag maka sebaiknya anda berkonsultasi dengan

dokter untuk mendapatkan solusi yang terbaik. [ CITATION

Yul09 \l 1033 ]

27
9. Komplikasi

Komplikasi dispepsia adalah sebagai berikut:

a. Ulkus peptikum

b. Perdarahan saluran pencernaan

c. Muntah darah

d. Kanker lambung (Wijaya, 2013)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Data fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi

adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual terkadang

muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut

kembung, dan rasa panas di dada dan perut.

a. Biodata

Biodata berisi tentang identitas klien yang dapat meliputi

nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dll.

b. Keluhan utama

1) Adanya rasa perih, nyeri epigastrium.

2) Adanya mual dan muntah.

3) Nyeri setelah dan sebelum makan.

c. Riwayat penyakit sekarang

28
Hal ini meliputi keluhan utama mulai dari sebelum ada

keluhan sampai terjadinya nyeri perut, pusing, mual, nafsu

makan menurun, dan kembung.

d. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit dahulu menyebutkan bagaimana penyakit

ini bisa terjadi (apakah ada faktor penyebab pada masa lalu

yang mengakibatkan gejala dan tanda timbul saat ini, atau

apakah klien pernah menderita penyakit sebelumnya).

e. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit keluarga menyebutkan apakah ada

keluarga yang menderita atau gejala dan tanda yang sama

dengan yang dialami pasien saat ini.

f. Data dasar pengkajian

1) Aktivitas/istirahat

Gejala: Kelemahan, kelelahan

Tanda: Takikardi, takipnea

2) Sirkulasi

Gejala: Hipotensi (termasuk postural), takikardi, disritmia

(hypovolemia/hipoksemia), kelemahan, pengisian kapiler

lambat atau perlahan.

29
Warna kulit: Pucat, sianosis (tergantung pada jumlah

kehilangan darah), kelembapan kulit/membrane mukosa,

berkeringat (menunjukan status syok, nyeri akut, respon

psikologik)

3) Integritas Ego

Gejala: Faktor stres akut atau kronik (keuangan,

hubungan kerja)

Tanda: Tanda ansietas misalnya, gelisah, pucat,

berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara

gemetar.

4) Eliminasi

Gejala: Riwayat pengobatan di rumah sakit sebelumnya

karena pendarahan GI atau masalah yang berhubungan

dengan GI, misalnya: luka, peptic/gaster, gastrititis,

bedah gaster, iritasi area gaster, perubahan pola

defekasi/karakteristik feses.

Tanda: Nyeri tekan abdomen, distensi bunyi usus, sering

hiperaktif selama pendarahan, hipoaktif setelah

pendarahan.

5) Makan dan cairan

30
Gejala: Anoreksia, mual, muntah, nyeri ulu hati,

penurunan berat badan.

Tanda: Muntah, penurunan produksi mukosa, membrane

mukosa kering

6) Neurosensori

Gejala: Rasa berdenyut, pusing/sakit kepala, kelemahan.

Status mental: Tingkat kesadaran dapat terganggu, agak

cenderung tidur, disorientasi, bingung, sampai pingsan.

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala: Nyeri (tajam, dangkal, rasa terbakar, perih). Rasa

ketidaknyamanan/distress samar samar setelah makan

banyak dan hilang setelah makan.

Tanda: Wakah berkerut, berhati hati pada daerah yang

sakit, pucat, berkeringat.

8) Keamanan

Gejala: Alergi terhadap obat sensitive misalnya ASA

Tanda: Peningkatan suhu

g. Pemeriksaan fisik

1) Sistem pencernaan

Inspeksi : Penurunan berat badan

Auskultasi : Bising usus 5-35x/menit

Perkusi : Hipertimpani

Palpasi : Nyeri tekan epigastrium

31
2) Sistem eliminasi

Inspeksi : Feses berwarna gelap, kecoklatan,

kadang merah, dan berbusa


Palpasi : Nyeri tekan abdomen
Auskultas : Bunyi usus hiperaktif bila terjadi

i pendarahan dan hipoaktif setelah

pendarahan
3) Sistem kardiovaskuler

Inspeksi : Berkeringat, warna kulit pucat

Palpas : Nadi perifer lemah, takikardi

Auskultasi : Perubahan tekanan darah/hipotensi

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis

b. Mual berhubungan dengan iritasi gastrointestinal

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

d. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

muntah. [ CITATION Har15 \l 1033 ]

32
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan: Nyeri Akut
Hari/ Diagnosa
tanggal keperawata NOC NIC TTD
n
- Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan A. Manajemen nyeri Rama
selama 1x24 jam diharapkan hasil sebagai 1. Lakukan pengkajian
berikut nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi,
Kontrol nyeri karakteristik, onset,
Skala : frekuensi, kualitas,
1: tidak pernah menunjukan intensitas atau faktor
2: jarang menunjukan pencetus
3: kadang kadang menunjukan 2. Gunakan strategi
4: sering menunjukan komunikasi terapeutik
5: secara konsisten menunjukan untuk mengetahui
pengalaman nyeri
Indikator 1 2 3 4 5 klien
Melaporkan 3. Dukung istirahat/tidur
perubahan terhadap yang adekuat untuk
gejala nyeri pada membantu penurunan
professional nyeri klien
kesehatan 4. Tentukan akibat dari
Menggunakan pengalaman nyeri
tindakan terhadap kualitas
pengurangan nyeri hidup (tidur dan nafsu
tanpa analgesik makan)
5. Ukur tanda tanda vital

33
Melaporkan nyeri
yang terkontrol B. Terapi relaksasi
1. Dorong klien untuk
mengambil posisi
yang nyaman dengan
pakaian longgar dan
mata tertutup
2. Dapatkan perilaku
yang menunjukan
terjadinya relaksasi
(misalnya bernafas
dalam)
3. Tunjukan dan
praktikan tekhnik
relaksasi pada klien

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan: Mual

34
Hari/ Diagnosa NOC NIC TTD
tanggal keperawata
n
- Mual Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 A. Manajemen mual Rama
jam diharapkan: 1. Dorong pasien untuk
pantau mual
Kontrol mual dan muntah 2. Identifikasi faktor faktor
Skala: yang dapat
1: tidak pernah menunjukan menyebabkan atau
2: jarang menunjukan berkontribusi terhadap
3: kadang kadang menunjukan mual
4: sering menunjukan 3. Pastikan baahwa obat
5: secara konsisten menunjukan yang diberikan mencegah
mual
Indikator 1 2 3 4 5 4. Anjurkan klien tingkatkan
Mengenali onset istirahat/tidur
mual B. Terapi relaksasi
Menggunakan obat 1. Dorong klien untuk
antimetik mengambil posisi yang
Menghindari bau nyaman dengan pakaian
yang tidak longgar dan mata tertutup
menyenangkan 2. Dapatkan perilaku yang
menunjukan terjadinya
relaksasi (misalnya
bernafas dalam)
3. Tunjukan dan praktikan
tekhnik relaksasi pada
klien

35
Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan: Kekurangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Hari/ Diagnosa NOC NIC TTD
tanggal keperawatn

36
- Kekurangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan A. Manajemen nutrisi Rama
nutrisi selama 3x24 jam diharapkan hasil sebagai 1. Tentukan status gizi dan
kurang dari berikut: kemampuan klien dalam
kebutuhan memenuhi kebutuhan gizi
tubuh Status Nutrisi 2. Identifikasi adanya alergi
Skala: 3. tentukan jumlah nutrisi
1: sangat menyimpang dari rentang normal dan kalori
2: banyak menyimpang dari rentang normal 4. Atur diet yang diperlukan
3: cukup menyimpang dari rentang normal
4: sedikit menyimpang dari rentang normal
5: tidak menyimpang dari rentang normal

Indikator 1 2 3 4 5
Asupan gizi
Asupan makanan
Asupan cairan
Hidrasi

Hari/ Diagnosa NOC NIC TTD


tanggal keperawata
n

37
- Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan A. Manajemen cairan Rama
kekurangan selama 1x24 jam diharapkan hasil sebagai 1. Timbang berat badan
volume berikut setaip hari
cairan 2. Hitung atau timbang
Keseimbangan cairan popok dengan baik
Skala : 3. Jaga intake/asupan
1: Sangat terganggu yang akurat dan catat
2: Banyak terganggu output
3: Cukup terganggu 4. Monitor tanda tanda
4: Sedikit terganggu vital pasien
5: Tidak terganggu 5. Monitor status gizi
klien
Indikator 1 2 3 4 5
Tekanan darah
Denyut nadi
Turgor kulit
Kelembaban
membrane mukosa

Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan: Risiko Kekurangan Volume Cairan

38
4. Implementasi Keperawatan

Penatalaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan

secara nyata berupa serangkaian kegiatan sistematis

berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal.

Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang

di miliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap

klien, baik secara umum maupun secara khusus pada klien

dispepsia.

[ CITATION Nur11 \l 1033 ]

5. Evaluasi

Pada evaluasi dilakukan pemantauan terhadap tujuan yang

telah dibuat dalam masing–masing diagnosa keperawatan,

apabila belum tercapai, tercapai sebagian atau tercapai.

Evaluasi juga dibagi menjadi dua yaitu:

[ CITATION Nur11 \l 1033 ]

a. Evaluasi Formatif

Evaluasi proses ini harus dilaksanakan segera setelah

perencanaan keperawatan dilakukan untuk membantu

ketidakefektifan terhadap tindakan yang sudah dilakukan.

b. Evaluasi Sumatif

Proses perilaku perubahan status kesehatan klien pada

akhir tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan pada

akhir tindakan yang sudah dilakukan secara baik.

39
BAB III

TINJAUAN KASUS

Asuhan keperawatan Tn. S dengan gangguan kebutuhan dasar

pada Dispepsia (diagnose medis) di ruangan Yakobus B RS Dirgahayu.

Ruang/kamar Yakobus B/B12.1, tanggal masuk rumah sakit 16-05-2019,

tanggal waktu pengkajian 20-05-2019, sumber informasi klien, keluarga

dan rekam medis.

A. Pengkajian

1. Data Demografi

Pasien Tn. S berumur 57 tahun dengan status sudah menikah,

pasien beragama islam dengan suku jawa, pasien bekerja sebagai

pekerja wiraswasta dengan pendidikan terakhir pasien adalah SD,

pasien beralamat rumah di Jl. Wiratama, pasien masuk rumah sakit

dengan sumber pembiayaan BPJS. Penanggung jawab pasien

selama di rumah sakit ialah Ny. H yang berstatus sebagai istri

pasien dengan beralamat di Jl. Wiratama.

2. Riwayat Keperawatan

Pasien mengatakan masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri ulu

hati, muntah dan pada saat pengkajian keluhan utama yang

dirasakan pasien yaitu nyeri ulu hati.

40
3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang (OPQRST)

Pasien mengatakan nyeri ketika berbaring, nyeri seperti tertusuk

dibagian ulu hati, dengan skala nyeri 5 (sedang), muncul ketika

berbaring dan hilang ketika duduk.

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Pasien mengatakan menjalani puasa ketika berobat ke poli

paru, dan belum berapa lama 10 menit pasien pun pingsan,

pasien juga mempunyai riwayat penyakit congestive heart

failure (CHF), coronary artery disease (CAD), dan chronic

kidney disease (CKD).

c. Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang memiliki

riwayat penyakit keturunan seperti diabetes mellitus

4. Pengkajian Pola Kesehatan

a. Kajian manajemen kesehatan dan persepsi kesehatan

Pasien mengatakan sehat adalah kondisi tidak menyusahkan

orang lain, sakit adalah kondisi tidak mengenakan, pasien

mengatakan penyakitnya akibat malas makan nasi, pasien

mengatakan akan mengikuti proses pengobatan yang di

sarankan, pasien mengatakan mulai sekarang akan makan

41
nasi, pasien mengatakan tidak akan menolak terkait

pengobatan yang diberikan.

Masalah Keperawatan: Defisiensi Pengetahuan

b. Kajian metabolik

1) Keadaan sebelum sakit

Pasien mengatakan ketika dirumah malas makan nasi, hanya

sering makan buah seperti pisang

2) Keadaan saat ini

Pasien mengatakan saat ini sudah mau makan beberapa

suap meski tidak habis, dengan frekuensi 3x1 hari, meski

saat makan masih merasa mual ketika memasukan makanan

ke dalam mulut. Berat badan pasien 77 kg, tinggi pasien 170

cm dengan IMT 26 (Obesitas Level 1). Pasien tidak diketahui

mengenai penurunan berat badan karena sebelumnya tidak

pernah memeriksa berat badannya, tidak memiliki alergi,

tidak menggunakan suplemen makanan dan nafsu makan

menurun. Jenis diet saat ini diit jantung, makanan kesukaan

pisang, tidak menggunakan alat bantu untuk makan. Minum

pasien 400 cc, infus 500 cc, iwl 48,125, tidak ada buang air

besar (BAB) sejak tanggal 16 Mei 2019, sehingga didapat

balance cairan +102.

c. Kajian pola eliminasi

1) Keadaan sebelum sakit

42
Pasien mengatakan buang air besar (BAB) seperti biasa

2x/hari dengan konsistensi lunak warna kuning, buang air

kecil (BAK) 4x/hari dan tidak ada gangguan.

2) Keadaan saat ini

Pasien mengatakan belum ada buang air besar (BAB) sejak

hari jumat 16-05-2019, buang air kecil (BAK) lancar 4x/hari.

Jumlah urine 400 cc, bau amoniak dengan warna urine agak

kekuningan jernih, tidak menggunakan alat bantu buang air

kecil (BAK), tidak ada pembesaran dan nyeri tekan di

kandung kemih, tidak ada gangguan buang air kecil (BAK).

Teraba skibala region ke 9 (ilium kiri) abdomen pasien.

Masalah keperawatan: Konstipasi

d. Kajian pola aktivitas-latihan

1) Keadaan sebelum sakit

Pasien tidak bekerja, tidak berolahraga, terkadang cepat

lelah.

2) Keadaan saat ini

Pasien mengatakan saat di rumah sakit jadi tidak bisa

melakukan kegiatan seperti menyapu, pasien makan dibantu,

pasien mandi tergantung orang lain, pasien berdandan

mandiri, pasien berpakaian dibantu sebagian, pasien buang

air besar (BAB) tidak teratur, pasien buang air kecil (BAK)

terkendali, pasien penggunaan toilet perlu bantuan, pasien

43
berubah sikap posisi butuh bantuan 1 orang, pasien

berpindah butuh bantuan 1 orang, pasien naik turun tangga

butuh bantuan. Pasien tidak ada kesulitan bernafas, ada

kelemahan, tidak ada nyeri dada, tidak ada palpitasi, tidak

ada nyeri tungkai.

Masalah keperawatan: Defisit perawatan diri makan dan

mandi

e. Kajian pola istirahat tidur

1) Keadaan sebelum sakit

Pasien mengatakan sebelum dirawat agak susah tidur, biasa

mulai tidur jam dari jam 01.00-05.00 dini hari, pasien juga

jarang tidur siang.

2) Keadaan saat ini

Pasien mengatakan tidak ada gangguan saat tidur, jumlah jam

tidur sebanyak 8 jam, tidur mulai jam 21.00-05.00, pasien ada

tidur siang 4 jam. Pasien Saat tidur malam tidak mengalami

gangguan, pasien tidak menggunakan obat tidur, pasien tidak

mengalami gangguan lingkungan saat tidur, pasien terbiasa

berdoa sebelum tidur.

f. Kajian pola persepsi kognitif

1) Keadaan sebelum sakit

Pasien mengatakan panca indranya berguna dengan baik

tidak ada gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman,

44
dan dalam permasalahan keluarga pasien lah yang berperan

dalam setiap pengambilan keputusan.

2) Keadaan saat ini

Pasien mengatakan tidak ada perubahan berarti, tetap dapat

melihat dan mendengar dengan baik serta dapat

membedakan 3 rasa, pahit, manis, asin. Pasien terbiasa

menggunakan Bahasa Indonesia meski bersuku jawa, dan

pengambilan keputusan tetap dilakukan olehnya. Pasien tidak

ada pusing, penglihatan pasien normal, memakai kacamata,

pasien tidak ada gangguan pendengaran, pasien tidak

memakai alat bantu pendengaran, pasien tidak ada gangguan

penciuman, pasien tidak ada gangguan pengecapan,

kemampuan membaca pasien baik, kemampuan mengingat

pasien baik, kemampuan memahami baik dan kemampuan

berbahasa lancar. Pasien mengeluh nyeri ketika berbaring

seperti tertusuk di ulu hati dengan skala 5 (sedang) terjadi

saat berbaring dan hilang ketika duduk.

Masalah keperawatan: Nyeri akut

g. Kajian konsep diri-persepsi diri

Pasien menyukai semua bagian tubuhnya, merasa tidak nyaman

terhadap bagian tubuh yang sakit, pasien adalah orang yang

45
selalu mengutamakan musyawarah, kelebihan pasien yaitu

mampu menjadi pemimpin yang baik dan masih banyak

kekurangan seperti terkadang emosi. Penilaian orang lain

terhadap pasien adalah puas, pasien mampu melaksanakan

peran dalam keluarga dengan baik, istri adalah orang terdekat

dengan pasien, tanggung jawab pasien dalam keluarga adalah

kepala keluarga.

h. Kajian pola hubungan-peran

Pasien tinggal serumah dengan istri, anak, dan cucu, peran

pasien di rumah sebagai kepala keluarga. Pasien puas dalam

menjalankan perannya, hubungan pasien dan keluarga terjalin

dengan baik, pasien mengatakan hubungan dengan tetangga

juga berlangsung dengan baik.

i. Kajian pola reproduksi-seksualitas

Pasien memiliki 2 orang anak, tidak ada pembesaran prostat,

tidak ada gangguan pada genetalia.

j. Kajian pola toleransi terhadap stress-koping

Pasien mengatakan tidak ada masalah besar selama beberapa

tahun terakhir, cara pasien dalam menghadapi masalah terbiasa

dengan menggunakan musyawarah, pasien mengatakan

musyawarah sangat efektif dalam mengatasi masalah.

k. Kajian pola sistem kepercayaan

46
Pasien sering beribadah sebelum sakit, selama sakit pasien tetap

sering beribadah, pasien tidak memiliki nilai nilai/keyakinan yang

bertentangan dengan kesehatan.

5. Pemeriksaan Fisik.

Keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis GCS E:4 V:5

M:6. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 68x/menit lokasi palpasi

radialis, pulsasi lemah teratur, suhu 36,5 OC lokasi axila dan frekuensi

pernafasan 20x/menit.

a. Kepala dan leher

Pasien memiliki bentuk kepala yang simetris, penyebaran rambut

merata, keadaan terdapat ketombe, tidak terdapat luka dan

benjolan di kepala. Wajah pasien simetris, posisi mata pasien

simetris, pergerakan bola mata pasien mormal, konjungtiva

pasien anemis, kornea pasien keruh, sklera pasien ikterik, pupil

pasien isokor, reaksi terhadap cahaya pupil mengecil ketika

disorot cahaya, otot mata pasien normal, edema pada kelopak

mata pasien tidak ada, daun telinga pasien normal, cairan di

telinga pasien tidak ada, kebersihan telinga pasien terjaga

dengan baik, lubang hidung terdapat kotoran, mulut pasien

bersih, mukosa pasien lembab, bau mulut pasien tidak ada, tidak

ada nyeri telan dan pembesarab kelenjar tyroid.

b. Thoraks

47
Pola napas pasien teratur, terdengar bunyi vesikuler di kedua

lapang paru, pasien tidak sesak napas, tidak ada retraksi otot

dada, pasien tidak batuk, tidak ada produksi sputum, pasien tidak

memakai alat bantu napas, irama jantung pasien reguler, tidak

ada nyeri dada, CRT pasien <2 detik, tidak ada distensi vena

jugularis dan pasien tidak cyanosis.

c. Abdomen

Bentuk abdomen pasien lembek, terdengar bising usus 5x/menit,

terdapat nyeri tekan, tidak terjadi pembesaran hepar dan lien.

d. Ekstremitas

Tidak terdapat fraktur, dekubitus, luka dan pus pada pasien. Kulit

pasien normal, warna kulit pasien pucat, akral lembab basah,

kondisi kulit disekitar pemasangan infus pasien normal, turgor

kulit pasien baik, terdapat edema pada pasien di tungkai kaki

pasien dengan derajat 1 (1-3 detik), tidak ada pembesaran

kelenjar getah bening pada pasien, tidak ada pemakaian alat

bantu pada pasien, tidak terjadi penurunan mobilitas pada pasien,

refleks fisiologis patella (+), triceps (+), biceps (+), refleks

patologis brudzinsky (-). Kekuatan otot ekstremitas atas kanan

pasien 5, ekstremitas atas kiri pasien 5, ekstremitas bawah kanan

pasien 5, ekstremitas bawah kiri pasien 5.

6. Pengkajian Risiko Jatuh Pasien Dewasa (morse fall scale)

48
Pasien tidak mempunyai riwayat jatuh dalam 3 bulan terakhir skor

(0), tidak terdapat diagnose sekunder skor (0), ambulasi berjalan

pasien bedrest/dibantu perawat skor (0), pasien terpasang infus

(20), cara berjalan pasien bedrest skor (0), status mental pasien

normal skor (0). Total skor 20

Catatan: 0-24 (tidak berisiko), 25-50 (risiko rendah), >51 (risiko

tinggi)

7. Aspek Medis

Diagnosa medis pasien dispepsia, terapi cairan Nacl 10

tetes/menit, diet jantung. Obat pasien adalah:

a. Ondacentrone 2x1 ampul (2ml)/IV dengan indikasi mual

muntah dan kontraindikasi hipersensitivitas

b. Aminefron 3x1 tablet dengan indikasi ginjal dan kontraindikasi

hipersensitivitas

c. Allupurinol 1x1 tablet dengan indikasi asam urat tinggi dan

kontraindikasi hipersensitivitas

d. Vitamin b kompleks 2x1 tablet dengan indikasi untuk

memenuhi kebutuhan vitamin b dan kontraindikasi cukup

aman aman namun harus memperhatikan beberapa hal

seperti alergi terkait obat ini maupun komponennya.

8. Pemeriksaan penunjang

Tabel 3.1 pemeriksaan penunjang

49
No Jenis Tanggal Hasil Nilai
Pemeriksaan rujukan/normal
Urinalisa
1 Warna Kuning Kuning
2 Kekeruhan Jernih Jernih
3 Ph 6,0 5,0
4 BJ 1,00 1,00
5 Protein Negatif Negatif
6 Glukosa Negatif Negatif
7 Bilirubin Negatif Negatif
8 Uribilinogen Normal Normal
9 Blood 19/05/2019 Negatif Negatif
10 Keton Negatif Negatif
11 Nitrit Negatif Negatif
12 Mikroskopis - -
13 Eritrosit 1 0-2
14 Lekosit 4-8 2-4
15 Sel epitel 1+ Sedikit
16 Kristal Negatif Negatif
17 Silinder Negatif Negatif
18 Lain lain Sel pagi: + Negatif

Kimia klinik
1 Ureum 41,3 17-49
2 Kreatinin 3,40 0,90-1,50

9. Analisa data

Table 3.2 Analisa Data

No Data (DS dan DO) Etiologi Masalah


1 Ds: Pasien mengatakan nyeri, Agens cedera Nyeri akut
ketika berbaring terlentang, nyeri biologis
seperti tertusuk dibagian ulu hati
dengan skala nyeri 5 (sedang),
muncul saat berbaring dan hilang
ketika duduk

Do: - Terdapat nyeri tekan di


bagian ulu hati pasien
- Skala nyeri 5
- Nyeri seperti tertusuk

50
2 Ds: Pasien mengatakan masih Iritasi Mual
merasa mual ketika memasukan gastrointestina
makanan kedalam mulut l

Do: Pasien terlihat mengeluarkan


ekspresi tidak nyaman seperti
ingin muntah ketika makan
3 Ds: Pasien mengatakan ada Gangguan Kelebihan
bengkak dikakinya mekanisme volume cariran
regulasi
Do: Pasien (+) edema dengan
derajat 1
4 Ds: Pasien mengatakan mandi Kelemahan Defisit
dibantu istrinya perawatan diri:
mandi
5 Ds: Pasien mengatakan terbiasa Penurunan Defisit
makan saat sakit disuap istrinya motivasi perawatan diri
makan
6 Ds: Pasien mengatakan tidak ada Kebiasaan Konstipasi
BAB selama 4 hari makan buruk

Do: teraba skibala di kuadran kiri


bawah
7 Ds: Pasien mengatakan Kurang Defisiensi
penyebab sakitnya karena tidak informasi pengetahuan
makan nasi

Do: Pasien nampak kebingungan


ketika ditanya

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis ditandai

dengan pasien mengatakan nyeri, ketika berbaring terlentang,

nyeri seperti tertusuk dibagian ulu hati dengan skala nyeri 5

(sedang), muncul saat berbaring dan hilang ketika duduk

51
2. Mual berhubungan dengan iritasi gastrointestinal ditandai

dengan pasien mengatakan masih merasa mual ketika

memasukan makanan ke dalam mulut

3. Konstipasi berhubungan dengan kebiasaan makan buruk

ditandai dengan pasien mengatakan tidak ada BAB selama 4

hari dan teraba skibala dikuadran kiri bawah

4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi ditandai dengan klien mengatakan ada

bengkak dikakinya dan terdapat edema (+) dengan derajat 1

5. Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan penurunan

motivasi ditandai dengan pasien mengatakan terbiasa makan

saat sakit disuap istrinya

6. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan

ditandai dengan klien mengatakan mandi dibantu istrinya

7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

ditandai dengan klien mengatakan penyebab sakitnya karena

tidak makan nasi dan klien nampak kebingungan ketika

ditanyakan

52
C. Rencana tindakan

Tabel 3.3 Intervensi Keperawatan

Hari/ Diagnosa NOC NIC TTD


tanggal keperawata
n
Senin, Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan A. Manajemen nyeri Rama
20/05/201 (nyeri ulu selama 3x24 jam diharapkan hasil sebagai 1. Lakukan pengkajian
9 hati) berikut nyeri yang bersifat
komprehensif
Kontrol nyeri 2. Gunakan strategi
Skala : komunikasi terapeutik
1: tidak pernah menunjukan bertujuan mengetahui
2: jarang menunjukan pengalaman nyeri
3: kadang kadang menunjukan pasien
4: sering menunjukan 3. Dukung istirahat/tidur
5: secara konsisten menunjukan yang adekuat untuk
membantu penurunan
Indikator 1 2 3 4 5 nyeri pasien
Pasien melaporkan V 4. Tentukan akibat dari
perubahan terhadap pengalaman nyeri
gejala nyeri pada 5. Ukur tanda tanda vital
professional
kesehatan B. Terapi relaksasi
Pasien melaporkan V 1. Dorong pasien
nyeri yang terkontrol untuk mengambil
Pasien V posisi yang
nyaman dengan

53
menggunakan pakaian longgar
tindakan dan mata tertutup
pengurangan nyeri 2. Dapatkan perilaku
tanpa analgesik yang menunjukan
(napas dalam) terjadinya relaksasi
(misalnya bernafas
dalam)
3. Tunjukan dan
praktikan tekhnik
relaksasi pada
pasien

54
Hari/ Diagnosa NOC NIC TTD
tanggal keperawatan

Senin, Mual Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 A. Manajemen mual Rama
20/05/2 jam diharapkan: 1. Dorong pasien untuk
019 pantau penyebab mual
Kontrol mual dan muntah 2. Identifikasi faktor faktor
Skala: yang menyebabkan
1: tidak pernah menunjukan mual
2: jarang menunjukan 3. Pastikan baahwa obat
3: kadang kadang menunjukan yang diberikan dapat
4: sering menunjukan mencegah mual
5: secara konsisten menunjukan 4. Anjurkan pasien
meningkatkan
Indikator 1 2 3 4 5 istirahat/tidur
Mengenali onset v B. Terapi relaksasi
mual 1. Dorong pasien untuk
Menggunakan obat v mengambil posisi yang
antimetik nyaman
Menghindari bau v 2. Dapatkan perilaku yang
yang tidak menunjukan terjadinya
menyenangkan relaksasi (misalnya
Klien menggunakan V bernafas dalam)
tindakan 3. Tunjukan dan praktikan
pengurangan nyeri tekhnik relaksasi pada
tanpa analgesik pasien
(napas dalam)

55
Hari/ Diagnosa NOC NIC TTD
tanggal keperawatan

Senin,20 Konstipasi Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 A. Manajemen saluran cerna Rama
/05/2019 jam diharapkan 1. Catat tanggal BAB
terakhir
Eliminasi usus 2. Monitor BAB pasien
Skala: 3. Monitor bising usus
1: sangat terganggu 4. Berikan cairan hangat
2: banyak terganggu setelah makan dengan
3: cukup terganggu cara yang tepat
4: sedikit terganggu 5. Sediakan makanan tinggi
5: Tidak terganggu serat
Indikator 1 2 3 4 5 6. Ajarkan pasien mengenai
Pola eliminasi v makanan tertentu yang
kontrol gerakan v membantu mendukung
usus keteraturan aktivitas usus
Warna feses v B. Manajemen konstipasi
Kemudahan BAB v 1. Monitor tanda dan gejala
konstipasi
2. Identifikasi faktor faktor
yang menyebabkan atau
berkontribusi pada
terjadinya konstipasi
3. Jelaskan penyebab dari
masalah dan

56
Hari/ Diagnosa NOC NIC TTD
tanggal keperawatan

Senin, Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan A. Monitor cairan Rama


20/05/201 cairan keperawatan selama 3x24 jam 1. Tentukan jumlah dan jenis
9 diharapkan hasil cairan
2. Monitor asupan dan
Keseimbangan cairan pengeluaran
Skala: 3. Berikan cairan dengan tepat
1: deviasi berat 4. Monitor tekanan darah,
2: deviasi cukup besar denyut jantung, dan status
3: deviasi sedang pernafasan
4: deviasi ringan
5: tidak ada deviasi
Indikator 1 2 3 4 5
Tekanan v
darah
Denyut radialis v
Keseimbanga v
n intake output
24 jam

57
Hari/ Diagnosa NOC NIC TTD
tanggal keperawatan

Senin, Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan A. Pemberian makan Rama


20/05/201 diri: makan keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi diet yang
9 diharapkan hasil: diberikan
2. Duduk saat memberikan
Perawatan diri makan
Skala: 3. Tanyakan mengenai apa
1: sangat terganggu yang menjadi makanan
2: banyak terganggu kesukaan
3: cukup terganggu 4. Letakan makanan di
4: sedikit terganggu mulut
5: tidak terganggu 5. Tawarkan kesempatan
Indikator 1 2 3 4 5 mencium makanan
Membuka tutup v 6. Berikan air minum saat
makanan diperlukan
Memotong v 7. Catat asupan dengan
makanan tepat
Menaruh makanan v
pada alat makan
Mengambil cangkir v
atau gelas

58
Hari/ Diagnosa NOC NIC TTD
tanggal keperawatan

Senin, Defisit perawatan diri: Setelah dilakukan tindakan A. Bantuan perawatan diri: Rama
20/05/2 mandi keperawatan selama 3x24 jam mandi dan kebersihan
019 diharapkan hasil sebagai berikut 1. Letakan handuk, sabun,
deodorant, alat bercukur,
Perawatan diri: kebersihan dan asesoris yang
Skala: diperlukan di sisi tempat
1: sangat terganggu tidur.
2: banyak terganggu 2. Sediakan barang pribadi
3: cukup terganggu yang diinginkan
4: sedikit terganggu (misalnya deodorant,
5: tidak terganggu sikat gigi dan lain lain)
Indikator 1 2 3 4 5 3. Fasilitasi pasien untuk
Mencuci tangan V membersihkan mulut
Membersihkan V dengan tepat
telinga 4. Monitor kebersihan kuku
Menjaga hidung V 5. Berikan bantuan sampai
untuk kemudahan pasien benar benar
bernafas dan bersih mampu merawat diri
secara mandiri
6. Jaga ritual kebersihan

59
Hari/ Diagnosa NOC NIC TTD
tanggal keperawatan

Senin, Defisiensi Setelah dilakukan tindakan A. Pendidikan kesehatan


20/05/201 pengetahuan keperawatan selama 1x30 menit 1. Targetkan sasaran pada
9 diharapkan hasil sebagai berikut kelompok berisiko tinggi
2. Identifikasi faktor internal
Pengetahuan proses penyakit: akut atau eksternal yang
Skala: dapat meningkatkan atau
1: tidak ada pengetahuan mengurangi motivasi
2: pengetahuan terbatas untuk berperilaku sehat
3: Pengetahuan sedang 3. Pertimbangkan riwayat
4: pengetahuan banyak individu
5: pengetahuan sangat banyak 4. Rumuskan tujuan dalam
Indikator 1 2 3 4 5 program pendidikan
Perjalanan v kesehatan
penyakit 5. Identifikasi sumber daya
Manfaat v (misalnya tenaga, ruang,
manajemen pelataran dan lain lain)
penyakit
Tanda dan gejala v
penyakit
Strategi mengelola v
kenyamanan

60
D. Tindakan keperawatan

Tabel 3.4 Implementasi Keperawatan

No. Hari/
DX. tanggal/ Tindakan keperawatan TTD
Kep jam
1 Senin,
Nyeri 20/05/201
akut 9 1. Melakukan pengkajian nyeri PQRST Rama
08.20 Ds: Pasien mengatakan nyeri ketika
berbaring, seperti tertusuk, dibagian ulu
hati, dengan skala nyeri 5 (sedang)

2. Melakukan pengukuran tanda tanda vital Rama


08.25 pasien
Do: a. tekanan darah 120/80 mmhg
b. nadi 68x/menit
c. suhu 36,5OC
d. Rr 20x/menit

3. Menggunakan komunikasi terapeutik Rama


08.30 untuk mengkaji pengalaman nyeri
pasien
Ds: Pasien mengatakan nyeri ini seperti
tertusuk ini baru kali ini ia rasakan

4. Menganjurkan pasien untuk perbanyak Rama


09.00 istirahat tidur
Ds: pasien mengatakan akan mengikuti
anjuran yang disarankan

5. Mengintruksikan klien mengambil posisi Rama


12.00 yang nyaman
Ds: pasien mengatakan memilih posisi
setengah berbaring (semifowler)

6. Mengajarkan pasien tekhnik relaksasi Rama


12.30 dengan nafas dalam dengan terlebih
dahulu dipraktikan
Do: menarik napas lewat hidung dan
buang perlahan lewat mulut

61
2 Senin,
Mual 20/05/2019
07.00 1. Mengajak pasien untuk terus Rama
memantau mualnya
Ds: Klien mengatakan mual saat
makan

07.15 2. Mengidentifikasi penyebab mual Rama


Ds: Pasien mengatakan saat
makanan masuk ke mulut seketika
rasa mual ada

08.30 3. Memastikan obat yang diberikan Rama


mencegah muntah
Do: Ondacentrone 2x1 amp (IV)
2ml

11.00 4. Mengintruksikan pasien ambil Rama


posisi yang nyaman
Ds: Pasien mengatakan nyaman
dengan posisi setengah duduk

11.05 5. Bersama sama dengan pasien


mempraktikan tekhnik relaksasi Rama
pengurangan mual dengan napas
dalam
Do: menarik napas lewat hidung
dan buang perlahan lewat mulut

13.00 6. Menganjurkan pasien perbanyak Rama


istirahat
Ds: Pasien mengatakan akan
mengikuti anjuran yang disarankan
3 Senin,
Konstipasi 20/05/2019
09.10 1. Mencatat tanggal BAB terakhir Rama
Ds: Pasien mengatakan terakhir
BAB 4 hari yang lalu tanggal
16/05/2019

09.15 2. Memonitor bising usus pasien Rama


Do: 5x/menit

09.30 3. Memberikan air hangat setelah Rama


pasien makan
Do: air putih hangat 110 ml

62
(setengah gelas)

09.25 4. Memberikan pasien makanan Rama


tinggi serat
Do: 2 potong pepaya

09.30 5. Mengajarkan pasien mengenai Rama


makanan yang memperlancar
aktivitas usus
Do: buah buahan yang kaya akan
serat seperti papaya tapi tetap
dalam porsi yang wajar

09.35 6. Mengidentifikasi faktor penyebab Rama


konstipasi pada pasien
Do: Pasien mengatakan jarang
makan makanan seperti yang
dianjurkan dan pola makannya
juga tidak baik

4 Senin,
Kelebihan 20/05/2019
volume 11.45 1. Menentukan jumlah dan jenis Rama
cairan cairan
Do: air putih 500cc/24 jam

13.00 2. Memonitor pengeluaran dan Rama


masukan pada pasien
Do:
- Intake: minum 150cc
Infus 500cc
- Output: Iwl 48
Urine 400
Balance cairan (+202)

13.10 3. Memberikan cairan dengan tepat Rama

13.30 4. Memonitor tekanan darah, denyut Rama


nadi, dan status pernafasan
Do: tekanan darah 110/70 mmhg
denyut nadi 70x/menit
Rr 20x/menit

63
5 Senin,
Defisit 20/05/2019
perawatan 06.50 1. Mengidentifikasi diet yang diberikan Rama
diri: Do: diit jantung
Makan
06.55 2. Memberikan pasien makan dengan Rama
posisi duduk
Do: Pasien Nampak nyaman

07.00 3. Menanyakan pasien mengenai apa Rama


makanan yang disukai
Ds: Pasien mengatakan menyukai
pisang

07.03 4. Meletakan makanan kedalam mulut Rama


pasien
Do: Pasien tampak mengunyah

07.05 5. Menawarkan pasien untuk Rama


menghirup aroma makanan
Ds: Pasien mengatakan boleh

07.10 6. Memberikan minum kepada pasien Rama


Ds: memberi minum air putih
menggunakan sedotan

6 Senin,
Defisit 20/05/2019
Perawata 10.00 1. Meletakan sabun dan keperluan Rama
n diri: kebersihan pasien ditepi tempat
mandi tidur
Do: Pasien bisa menjangkau

10.10 Rama
2. Memfasilitasi pasien untuk
membersihkan mulut
Do: membersihkan mulut dengan
kain
10.13 Rama
3. Memonitor kebersihan kuku pasien
Do: kuku pasien Nampak bersih
dan telah dipotong

64
10.15 Rama
4. Membersihkan wajah dan bagian
kepala pasien
Do: dengan air hangat
10.20 Rama
5. Membersihkan sampah maupun
kotoran disekitar tempat tidur
pasien
Do: sampah botol plastik dan sisa
makanan

1 Selasa,
Nyeri akut 21/05/2019
07.00 1. Mengukur tanda tanda vital Rama
Do: - tekanan darah 120/80
mmhg
- Rr 20x/menit
- Suhu 36,5OC
- Nadi 70x/menit

07.05 2. Menanyakan rasa nyeri yang kini Rama


dirasakan
Ds: Pasien mengatakan rasa
nyeri masih ada tapi lumayan
berkurang

07.10 3. Menganjurkan pasien untuk Rama


perbanyak istirahat
Ds: Pasien mengatakan sudah
mengikuti saran yang diberikan

12.10 4. Mengajak pasien kembali Rama


melakukan tekhnik relaksasi
napas dalam
Do: menarik napas lewat hidung
dan membuang lewat mulut
2 Selasa,
mual 21/05/2019
07.00 1. Menganjurkan pasien untuk Rama
memantau mualnya
Ds: Pasien mengatakan mual
biasanya muncul saat makan ini
sudah agak berkurang karena
bisa makan sedikit sedikit

65
08.30 2. Memberikan obat serta Rama
memastikan efek obat terhadap
mual
Do: ondacentrone 2x1 amp (IV)
2 ml

08.40 3. Menganjurkan pasien untuk Rama


perbanyak istirahat

12.05 4. Mengintruksikan pasien Rama


melakukan posisi senyaman
mungkin
Ds: Pasien mengatakan nyaman
dengan posisi setengah duduk

12.10 5. Melakukan kembali bersama Rama


pasien tekhnik relaksasi nafas
dalam
Ds: Pasien mengatakan mulai
bisa melakukannya
3 Selasa,
Konstipasi 21/05/2019
06.50 1. Memonitor bising usus klien Rama
Do: 5x/menit

06.55 2. Memberikan air hangat setelah Rama


pasien makan
Do: air putih hangat 110 ml
(setengah gelas)

07.30 3. Memberikan pasien makanan Rama


tinggi serat
Do: 2 potong pepaya

07.35 4. Mengajarkan pasien mengenai Rama


makanan yang memperlancar
aktivitas usus
Do: buah buahan yang kaya
akan serat seperti papaya tapi
tetap dalam porsi yang wajar

08.45 5. Mengidentifikasi faktor Rama


penyebab konstipasi pada
pasien
Do: klien mengatakan jarang

66
makan makanan seperti yang
dianjurkan dan pola makannya
juga tidak baik

4 Selasa,
Kelebihan 21/05/2019
volume 12.00 1. Menentukan jumlah dan jenis Rama
cairan cairan
Do: air putih 500cc/24 jam

13.00 2. Memberikan cairan dengan Rama


tepat

13.05 3. Memonitor tekanan darah, Rama


denyut nadi, dan status
pernafasan
Do:tekanan darah 110/70 mmhg
denyut nadi 70x/menit
Rr 20x/menit

5 Selasa,
Defisit 21/05/2019 Rama
perawatan 07.00 1. Mengidentifikasi diet yang
diri: makan diberikan
Do: diit jantung

07.15 2. Memberikan pasien makan Rama


dengan posisi duduk
Do: Pasien nampak nyaman

07.20 3. Menanyakan pasien mengenai Rama


apa makanan yang disukai
Ds: Pasien suka dengan pisang
ambon

67
07.22 4. Meletakan makanan kedalam Rama
mulut klien
Do: Pasien tampak mengunyah

07.25 Rama
5. Menawarkan pasien untuk
menghirup aroma makanan
Ds: Pasien mengatakan boleh
07.26 Rama
6. Memberikan minum kepada
pasien
Ds: memberi minum air putih
menggunakan sedotan

6 Selasa,
Defisit 21/05/2019
perawatan 10.20 1. Meletakan sabun dan keperluan Rama
diri: mandi kebersihan pasien ditepi tempat
tidur
Do: Pasien bisa menjangkau

10.22 2. Memfasilitasi pasien untuk Rama


membersihkan mulut
Do: membersihkan mulut dengan
kain

10.30 3. Memonitor kebersihan kuku


pasien Rama
Do: kuku pasien nampak bersih
dan telah dipotong

10.32 4. Membersihkan wajah dan bagian Rama


kepala pasien
Do: dengan air hangat

10.40 5. Membersihkan sampah maupun


kotoran disekitar tempat tidur Rama
pasien
Do: sampah botol plastik dan sisa
makanan
7 Selasa,
Defisiensi 21/05/2019
pengetahua 08.30 1. Menjelaskan patofisiologi Rama
n penyakit
Ds: Pasien mengatakan paham

68
2. Menjelaskan tanda dan gejala Rama
08.33 dispepsia
Do: Pasien terlihat mampu
mengulangi tanda gejala yang
disebutkan

3. Mengedukasi pasien mengenai Rama


08.40 tindakan untuk mencegah

4. Mempertimbangkan riwayat Rama


08.42 individu

5. Mengidentifikasi faktor yang akan Rama


08.45 menyebabkan berkurangnya
motivasi untuk berperilaku sehat
Do: Pasien nampak pasrah
karena penyakit yang ia ketahui
semua karena faktor umur
meskipun tidak semuanya.

1 Rabu,
Nyeri akut 22/05/2019
07.00 1. Mengukur tanda tanda vital Rama
Do: - tekanan darah 110/80
mmhg
- Rr 20x/menit
- Suhu 36,5OC
- Nadi 70x/menit

07.05 2. Menanyakan rasa nyeri yang Rama


kini dirasakan
Ds: Pasien mengatakan rasa
nyeri masih ada namun jauh
lebih menurun dibanding yang
kemarin, skala nyeri (3) ringan

07.10 3. Menganjurkan pasien untuk Rama


perbanyak istirahat
Ds: Pasien mengatakan senang
untuk istirahat

12.10 4. Mengajak pasien kembali Rama


melakukan tekhnik relaksasi
napas dalam

69
Do: menarik napas lewat hidung
dan membuang lewat mulut
2 Rabu,
Mual 22/05/2019
07.00 1. Menganjurkan pasien untuk Rama
memantau mualnya
Ds: Pasien mengatakan mual
biasanya muncul saat makan,
namun kini jauh berkurang dan
tidak berasa

08.30 2. Memberikan obat serta Rama


memastikan efek obat terhadap
mual
Do: Ondacentrone 1 amp (IV) 2
ml

08.40 3. Menganjurkan pasien untuk Rama


perbanyak istirahat

12.05 4. Mengintruksikan klien Rama


melakukan posisi senyaman
mungkin
Ds: Klien mengatakan nyaman
dengan posisi setengah duduk

12.10 Rama
5. Melakukan kembali bersama
pasien tekhnik relaksasi nafas
dalam
Ds: Pasien mengatakan mulai
bisa melakukannya
3 Rabu,
Konstipasi 22/05/2019
06.50 1. Memonitor bising usus pasien Rama
Do: 5x/menit

06.55 2. Memberikan air hangat setelah Rama


pasien makan
Do: air putih hangat 150 ml
(setengah gelas)

07.30 3. Memberikan pasien makanan Rama


tinggi serat
Do: 2 potong pepaya

70
07.35 4. Mengajarkan pasien mengenai Rama
makanan yang memperlancar
aktivitas usus
Do: buah buahan yang kaya
akan serat seperti papaya tapi
tetap dalam porsi yang wajar

08.45 5. Mengidentifikasi faktor Rama


penyebab konstipasi pada klien
Do: Pasien mengatakan jarang
makan makanan seperti yang
dianjurkan dan pola makannya
juga tidak baik

4 Rabu,
Kelebihan 22/05/2019
volume 12.00 1. Menentukan jumlah dan jenis Rama
cairan cairan
Do: air putih 500cc/24 jam

13.00 2. Memberikan cairan dengan Rama


tepat

13.05 Rama
3. Memonitor tekanan darah,
denyut nadi, dan status
pernafasan
Do: tekanan darah 110/70
mmhg
denyut nadi 70x/menit
Rr 20x/menit

5 Rabu,
Defisit 22/05/2019
perawatan 07.00 1. Mengidentifikasi diet pasien Rama
diri makan Do: diit jantung

07.15 2. Memberikan pasien makan


dengan posisi duduk Rama
Do: Pasien nampak nyaman

07.20 3. Menanyakan pasien mengenai


apa makanan yang disukai Rama

71
Ds: Klien mengatakan menyukai
pisang

07.22 4. Meletakan makanan kedalam


mulut pasien Rama
Do: Pasien tampak mengunyah

07.25 5. Menawarkan pasien untuk


menghirup aroma makanan Rama
Ds: Klien mengatakan boleh

07.26 6. Memberikan minum kepada


pasien Rama
Ds: memberi minum air putih
menggunakan sedotan

6 Rabu,
Defisit 22/05/2019
perawatan 10.20 1. Meletakan sabun dan keperluan Rama
diri mandi kebersihan pasien ditepi tempat
tidur
Do: Pasien bisa mengambil

10.22 2. Memfasilitasi pasien untuk Rama


membersihkan mulut
Do: membersihkan mulut dengan
kain

10.30 3. Memonitor kebersihan kuku Rama


pasien
Do: kuku pasien nampak bersih
dan telah dipotong

10.32 4. Membersihkan wajah dan bagian Rama


kepala pasien
Do: dengan air hangat

10.40 5. Membersihkan sampah maupun Rama


kotoran disekitar tempat tidur
pasien
Do: sampah botol plastik dan sisa
makanan
7 Rabu,
Defisiensi 22/05/2019
pengetahua 08.30 1. Menjelaskan patofisiologi Rama

72
n penyakit
Ds: Pasien mengatakan paham
dan mengulang pelajaran
kemarin

08.33 2. Menjelaskan tanda dan gejala Rama


dispepsia
Do: Pasien terlihat mampu
mengulangi tanda gejala yang
disebutkan

08.40 3. Mengedukasi pasien mengenai Rama


tindakan untuk mencegah

08.42 4. Mempertimbangkan riwayat Rama


individu

08.45 5. Mengidentifikasi faktor yang akan Rama


menyebabkan berkurangnya
motivasi untuk berperilaku sehat
Do: Pasien nampak pasrah
karena penyakit yang ia ketahui
semua karena faktor umur
meskipun tidak semuanya.

E. Evaluasi

Tabel 3.5 Evaluasi Indikator NOC

73
Masalah Tanggal/ Catatan perkembangan
keperawatan jam (Evaluasi indikator NOC) TTD
Nyeri akut Rabu, Kontrol nyeri Rama
22/05/2019 Skala :
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
Konstipasi Rabu, 3:Eliminasi
kadang usus
kadang menunjukan Rama
22/05/201 4:Skala:
sering menunjukan
9 5:1:secara
sangatkonsisten
terganggumenunjukan
2: banyak terganggu
3: cukup terganggu
4: sedikit terganggu
5: Tidak terganggu
Indikator 1 2 3 4 5
Indikator
Melaporkan 1 2 3V 4
Pola eliminasi
perubahan V
terhadap
kontrol nyeri
gejala gerakan V
usus
pada
Warna feses
professional V
kesehatan
Kemudahan
Menggunakan v V
BAB
tindakan
pengurangan
nyeri
A: tanpaada
BAB belum
analgesik
P: Lanjutkan intervensi

Kelebihan volume Rabu, Melaporkan


Keseimbangan cairan Rama
cairan 22/05/201 nyeri
Skala: yang
9 terkontrol
1: deviasi berat
A:
2:Nyeri dilaporkan
deviasi cukup besarberkurang
P:
3:Lanjutkan intervensi
deviasi sedang
Mual Rabu, Kontrol
4: deviasimual dan muntah
ringan Rama
22/05/2019 Skala:
5: tidak ada deviasi
1:Indikator
tidak pernah menunjukan 1 2 3 4
2:Tekanan
jarang menunjukan
darah v
3:Denyut
kadangradialis
kadang menunjukan v
4:Keseimbangan
sering menunjukan v
5:intake
secara konsisten
output 24 jammenunjukan

A:Indikator
Edema masih ada 1 2 3 4 5
P:Mengenali
Lanjutkan intervensi V
onset mual
Defisit perawatan Rabu, Menggunakan
Perawatan diri V Rama
diri: makan 22/05/201 obat
Skala: antimetik
9 1:Menghindari
sangat terganggu V
bau yang tidak
2: banyak terganggu
menyenangkan

A: Mual dilaporkan berkurang 74


P: Lanjutkan intervensi
3: cukup terganggu
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu
Indikator 1 2 3 4
Membuka tutup v
makanan
Memotong makanan v
Menaruh makanan v
pada alat makan
Mengambil cangkir v
atau gelas

A: Klien mampu makan serta


mengambil cangkir atau gelas
P: Intervensi dilanjutkan
Defisit Rabu, Perawatan diri: kebersihan Rama
perawatan 22/05/2 Skala:
diri: mandi 019 1: sangat terganggu
2: banyak terganggu
3: cukup terganggu
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu
Indikator 1 2 3 4 5
Mencuci tangan V
Membersihkan V
telinga
Menjaga hidung V
untuk kemudahan
bernafas dan bersih

A: Klien mampu mencuci tangan sera


membersihkan telinganya
P: Intervensi dilanjutkan
Defisiensi Rabu, Pengetahuan proses penyakit: akut Rama
pengetahuan 22/05/2 Skala:
019 1: tidak ada pengetahuan
2: pengetahuan terbatas
3: Pengetahuan sedang
4: pengetahuan banyak
5: pengetahuan sangat banyak
Indikator 1 2 3 4 5
Perjalanan penyakit V
Manfaat manajemen V
penyakit
Tanda dan gejala V
penyakit
Strategi mengelola v
kenyamanan
75
A: Klien dapat menjelaskan penyebab
dan tanda gejala dispepsia
P: Intervensi tetap dilanjutkan
BAB IV

PEMBAHASAN

76
Pada Bab ini penulis akan membahas tentang keterkaitan dan

kesenjangan antara tinjauan teoritis dan pelaksanaan asuhan

keperawatan yang diberikan pada Tn. S di Ruang Perawatan St. Yakobus

B Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda mulai tanggal 20-22 Mei 2019.

Dalam membahas Asuhan Keperawatan ini, penulis menggunakan

lima tahap dalam proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pada tahap ini penulis mengumpulkan data-data tentang pasien

sesuai dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka langkah-langkah

pengkajian di mulai dari pengumpulan data, menganalisa,

mengklasifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan. Data yang

diperoleh dari pasien, keluarga, catatan medis, dan tim kesehatan

lainnya.

Data-data yang ditemukan penulis pada Tn. S yaitu pasien

mengeluh nyeri, seperti tertusuk, nyeri di bagian ulu hati, skala nyeri 5

(0-10) nyeri sedang, nyeri timbul saat berbaring terlentang dan

berkurang ketika pasien duduk. Pasien mengeluh mual ketika

memasukan makanan ke dalam mulut. Pasien mengeluh belum ada

BAB selama 4 hari dan teraba skibala di kuadran kiri bawah. Pasien

mengeluh ada bengkak di kakinya, saat di lakukan pemeriksaan pitting

edema terdapat edema (+) dengan derajat 1. Didapat juga data pasien

mengatakan terbiasa makan saat sakit disuap oleh istrinya, pasien

77
juga mengatakan untuk mandi dibantu oleh istrinya, dan pasien juga

mengatakan penyebab sakitnya karena tidak makan nasi namun

pasien nampak bingung ketika ditanyakan.

Saat penulis melakukan pengamatan antara teori dan fakta, penulis

menemukan adanya beberapa persamaan tanda dan gejala yang

sesuai dengan teori Rudi (2009), yaitu data fokus seperti adanya nyeri

perut, rasa pedih di ulu hati, mual, dan terkadang muntah.

Pada tahap pengkajian ini penulis tidak menemukan kendala yang

berarti dalam mengumpulkan data dan mencari informasi yang

berhubungan dengan pemeriksaan untuk mendapatkan data karena

adanya dukungan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak dan

akhirnya data-data tersebut dapat di peroleh.

Penulis mempunyai pendapat yang setuju dengan teori pengkajian

tersebut, namun tidak selalu bisa disamakan karena setiap pasien

pasti memiliki keluhan yang dirasa berbeda meski tidak banyak.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa adalah tahap penulisan masalah atau diagnosa

keperawatan serta analisa data yang di peroleh dari hasil pengkajian

dan dalam mengidentifikasi, memfokuskan, dan mengatasi kebutuhan

spesifik serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.

Diagnosa yang biasa timbul pada pasien dengan dispepsia

yaitu:

78
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis

2. Mual berhubungan dengan iritasi gastrointestinal

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

Berdasarkan analisa data yang penulis temukan dengan kasus

dispepsia pada Tn. S didapatkan diagnosa keperawatan:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis

2. Mual berhubungan dengan iritasi gastrointestinal

3. Konstipasi berhubungan dengan kebiasaan makan buruk

4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi

5. Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan penurunan

motivasi

6. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan

7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

Penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan fakta,

dimana ada 1 diagnosa keperawatan yang menurut teori Rudi (2015)

ada namun tidak ditemukan pada pasien Tn. S yaitu:

1. Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan, hal ini

disebabkan lantaran pada saat penulis melakukan pengkajian

pada Tn. S pasien tetap mampu makan dan tidak di temukan

tanda tanda kekurangan seperti Imt klien yang mendapat Skor 26.

79
C. Rencana Tindakan atau Intervensi

Pada tahap perencanaan tindakan keperawatan ini berpedoman

pada usaha untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah

masalah keperawatan pada pasien. Rencana tindakan keperawatan

yang penulis rencanakan tidak semua dilaksanakan dalam tindakan

keperawatan.

Untuk diagnosa pertama, rencana tindakannya adalah melakuan

pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi,

karakteristik, onset, frekuensi, kualitas, intensitas atau faktor pencetus.

Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien, dukung istirahat tidur yang adekuat untuk

membantu penurunan nyeri pasien, tentukan akibat dari pengalaman

nyeri terhadap kualitas hidup (tidur dan nafsu makan), ukur tanda

tanda vital, dorong pasien untuk mengambil posisi yang nyaman (semi

fowler) dengan pakaian longgar dan mata tertutup, dapatkan perilaku

yang menunjukan terjadinya relaksasi (nafas dalam), tunjukan dan

praktikan tekhnik relaksasi pada pasien.

Untuk diagnosa kedua, rencana tindakan adalah dorong pasien

untuk pantau mual, identifikasi faktor faktor yang dapat menyebabkan

atau berkontribusi terhadap mual, pastikan bahwa obat yang diberikan

mencegah mual, anjurkan klien tingkatkan istirahat/tidur, dorong

pasien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar

80
dan mata tertutup, dapatkan perilaku yang menunjukan terjadinya

relaksasi, tunjukan dan praktikan tekhnik relaksasi pada pasien.

Semua tindakan keperawatan dapat dilakukan termasuk memastikan

obat yang mencegah mual yaitu ondacentrone 2x1 amp (IV) 2 ml.

Untuk diagnosa ketiga, rencana tindakannya adalah mencatat BAB

terakhir, monitor BAB pasien, monitor bising usus, berikan cairan

hangat setelah makan dengan cara yang tepat, sediakan makanan

tinggi serat, ajarkan pasien mengenai makanan tertentu yang

membantu mendukung pergerakan usus, monitor tanda dan gejala

konstipasi, identifikasi faktor faktor yang menyebabkan atau

berkontribusi pada terjadinya konstipasi, jelaskan penyebab dari

masalah. Intervensi hampir semua dilakukan.

Untuk diagnosa keempat, rencana tindakan adalah tentukan jumlah

dan jenis cairan, monitor asupan dan pengeluaran, berikan cairan

dengan tepat, monitor tekanan darah, denyut jantung, dan status

pernafasan, semua intervensi dapat dilakukan.

Untuk diagnosa kelima, rencana tindakan adalah identifikasi diet

yang diberikan, dudk saat memberikan makan, tanyakan pasien

mengenai apa makanan yang ia suka, letakan makanan di mulut,

tawarkan kesempatan mencium makanan, berikan air minum saat

diperlukan, catat asupan dengan tepat. Semua intervensi dapat

dilakukan.

81
Untuk diagnosa keenam, rencana tindakan adalah letakan handuk

dan peralatan mandi klien di sisi tempat tidur, fasilitasi pasien untuk

membersihkan mulut dengan tepat, monitor kebersihan kuku, berikan

bantuan sampai pasien benar benar mampu merawat diri secara

mandiri, dan jaga ritual kebersihan. semua intervensi dapat dilakukan.

Untuk diagnosa ketujuh, rencana tindakan adalah targetkan

sasaran pada kelompok berisiko tinggi, identifikasi faktor faktor internal

atau eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi

untuk berperilaku sehat, pertimbangkan riwayat individu, rumuskan

tujuan dalam program pendidikan kesehatan, dan identifikasi sumber

daya.

D. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan implementasi keperawatan mengacu pada rencana

yang telah ditetapkan. Rencana keperawatan yang penulis rencanakan

pada setiap diagnosa keperawatan tidak semua dapat dilaksanakan

dalam tindakan keperawatan pada Tn. S dengan kasus dispepsia.

Pada tahap pelaksanaan ini dalam memberikan asuhan keperawatan

penulis tidak sepenuhnya di ruangan selama 24 jam. Maka selama

penulis tidak berada di ruang perawatan di lanjutkan oleh perawat

ruangan.

Dalam melaksanakan implementasi keperawatan penulis tidak

mendapatkan hambatan yang berarti, intervensi yang terlaksana

82
melibatkan pasien dengan keluarganya, pasien berpartisipasi aktif

dalam tindakan keperawatan serta adanya dukungan seperti dari

dosen penguji menyebabkan semua implementasi dapat dilakukan

dengan baik.

Sesuai dengan teori Nursalam (2011) yaitu, Penatalaksanaan

adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa

serangkaian kegiatan sistematis berdasarkan perencanaan untuk

mencapai hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan

segala kemampuan yang di miliki dalam melaksanakan tindakan

keperawatan terhadap klien, baik secara umum maupun secara

khusus pada klien dispepsia.

E. Evaluasi Keperawatan

Dalam hal ini penulis membuat 7 evaluasi yang dilakukan pada

tanggal 22 Mei 2019, adapun 7 evaluasi adalah sebagai berikut:

1. Diagnosa 1: Nyeri akut teratasi sebagian karena pasien sudah

dapat menyatakan rasa nyeri yang berkurang dan pada tindakan

keperawatan telah di ajarkan tekhnik relaksasi. Pada saat penulis

mengkaji keluhan umum klien tampak tenang, skala nyeri dari 5

menjadi 3, nyeri tekan di abdomen sudah berkurang.

2. Diagnosa 2: Mual teratasi sebagian karena pasien mengatakan

sudah mulai mampu untuk makan meski kadang ada rasa sedikit

mual namun tidak terlalu mempengaruhi.

83
3. Diagnosa 3: Konstipasi belum teratasi karena hingga evaluasi

terakhir pasien masih belum juga menunjukan ada BAB, meski

pasien sudah dilakukan implementasi seperti pemberian air hangat

maupun pergerakan namun masih belum ada kemajuan hingga

evaluasi terakhir.

4. Diagnosa 4: Kelebihan volume cairan masalah belum teratasi

karena hingga evaluasi hari terakhir dalam pemeriksaan pitting

edema masih terdapat edema dengan derajat 1, implementasi

keperawatan yang dilakukan hanya sebatas memantau cairan input

maupun output, pasien tidak mendapatkan secara khusus

pengobatan mengenai edema nya.

5. Diagnosa 5: Defisit perawatan diri makan teratasi karena pasien

sesuai dengan intervensi yang berbasis NOC pasien dapat

memenuhi skala indikator yang sudah direncanakan seperti

membuka tutup makanan, memotong makanan, serta mengambil

gelas.

6. Diagnosa 6: Defisit perawatan diri mandi teratasi karena pasien

sesuai dengan intervensi yang berbasis NOC pasien dapat

memenuhi semua indikator yang direncanakan seperti mencuci

tangan, membersihkan telinga dan wajah.

7. Diagnosa 7: Defisiensi pengetahuan teratasi karena pasien dan

keluarga terlibat sangat aktif saat pemaparan informasi, dalam

84
penkes keluarga dan pasien mampu menjawab pertanyaan yang

diberikan seputar penyakit dispepsia.

85
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan proses keperawatan selama 3 hari

mulai tanggal 20-22 Mei 2019 pada Tn. S dengan diagnosa

dispepsia di ruang perawatan St. Yakobus B Rumah Sakit

Dirgahayu Samarinda. Berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan

kasus, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Dispepsia sendiri didefinisikan sebagai rasa nyeri atau rasa

tidak nyaman di sekitar ulu hati. Pasien dengan dispepsia atau

sakit maag biasanya datang dengan keluhan lain, yaitu dari

mual sampai muntah. Selain itu, keluhan-keluhan lain seperti

kembung, cepat kenyang, nafsu makan berkurang, dan sering

sendawa juga bisa muncul. [ CITATION Yul09 \l 1033 ]

2. Konsep asuhan keperawatan pada pasien dispepsia ada lima

tahap yaitu melakukan pengkajian, menentukan diagnosa,

melakukan perencanaan keperawatan, melakukan

penatalaksanaan keperawatan sesuai untuk mencapai hasil

yang optimal, dan melakukan evaluasi terhadap tujuan yang

telah dibuat dalam masing-masing diagnosa keperawatan.

86
3. Pada proses pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data

pada Tn. S, pada saat melakukan wawancara, klien kooperatif.

melalui hasil pemeriksaan fisik, perawat mendapatkan bahwa

pada palpasi terdapat nyeri tekan pada abdomen pasien.

4. Pada tahap ini, penulis merumuskan masalah keperawatan

yang terjadi pada klien sesuai dengan kondisi yang dialami oleh

pasien. Penulis menemukan 4 teori diagnosa keperawatan dan

pada kasus Tn. S didapatkan 2 diagnosa keperawatan yang

berhubungan dengan masalah pasien, yaitu:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis

b. Mual berhubungan dengan iritasi gastrointestinal

5. Pada tujuan keperawatan, perawat menyesuaikan tingkat

keberhasilan melalui kebutuhan dan kondisi pasien sesuai

dengan diagnosa keperawatan yang ada. Pada intervensi

keperawatan, penulis melakukan intervensi secara mandiri dan

kolaborasi.

6. Pada implementasi, penulis sudah melakukan tindakan sesuai

intervensi keperawatan yang telah di rencanakan, tetapi tidak

semua intervensi tersebut dapat diimplementasikan kepada

pasien, karena penulis perlu menyesuaikan dengan apa yang

terjadi di lapangan.

7. Dalam evaluasi selama 3 hari perawatan, dari 7 diagnosa

keperawatan, diagnosa yang belum teratasi ialah konstipasi

87
berhubungan dengan kebiasaan makan buruk. Diagnosa yang

teratasi adalah nyeri akut, mual, defisit perawatan diri makan,

defisit perawatan diri mandi dan defisiensi pengetahuan.

8. Dalam tahap ini, penulis melakukan pendokumentasian sesuai

dengan standar operasional Rumah Sakit sehingga suatu

tindakan yang dilakukan dapat di pertanggung jawabkan.

B. Saran

Saran-saran yang penulis dapat berikan untuk perbaikan dalam

peningkatan mutu asuhan keperawatan, sebagai berikut:

1. Untuk perawat sebaiknya sering mengadakan penyuluhan

mengenai penyakit yang sekiranya terjadi akibat dari pola hidup

yang salah serta menggunakan media yang cukup menarik

seperti leaflet dan lembar balik.

2. Untuk mahasiswa, di harapkan dapat memahami dan mampu

memberi asuhan keperawatan secara langsung pada klien

dengan dispepsia.

3. Untuk institusi, sebaiknya menyediakan buku-buku penunjang

terkini yang lebih banyak lagi sebagai acuan dalam teori

maupun asuhan keperawatan pada dispepsia.

4. Agar masyarakat tahu tentang segala informasi tentang

penyakit dispepsia secara khusus tentang penyebab,

penatalaksanaan dan komplikasi yang dapat ditimbulkan bila

88
tidak segera ditangani. Agar masyarakat tahu bahwa

penanganan yang tepat pada klien dengan dispepsia, segera

membawa ke sarana kesehatan terdekat.

5. Untuk tenaga kesehatan secara menyeluruh, sebaiknya

menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan agar dapat

memberikan pelayanan yang tepat dan sesuai SOP pada

pasien.

89

Anda mungkin juga menyukai