Laporan Kasus Stroke (Ridaferbiana D3 Perawat)
Laporan Kasus Stroke (Ridaferbiana D3 Perawat)
Disusun Oleh :
Nim : 1801033
PROGRAM D3 Keperawatan
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
RESUME PADA Ny.W DENGAN STROKE
I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari Sabtu tanggal 3 januari 2020 jam 10.00 di IGD RSUD
Ambarawa secara alloanamnesa dengan saksi dan keluarga klien.
A. Identitas Klien
Nama : Ny. W
Umur : 90 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Brigjeno Sudiarto Lodoyo
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk : 3 september 2019
No.RM : 115199
Dx. Medis : Stroke
C. Keluhan Utama
Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami penurunan kesadaran post jatuh dari
tempat tidur 3 hari yang lalu di rumahnya.
D. Pengkajian Primer
1. Airway
Pada jalan napas terdapat akumulasi secret terdengar snoring, dan gurgling.
2. Breathing
RR : 28 x/mnt, tidak ada retraksi dinding dada, SpO2 : 65 %.
3. Circulation
HR : 86 x/mnt teraba kuat, Capilary refill: ≤2 detik, SpO2 : 65 %, TD: 153/90
mmhg RR : 28 x/mnt
4. Disability
Keadaan umum lemah, GCS = 7 (E: 1 M:4 V: 2) kesadaran : sopor, reaksi pupil
(+/+ )isokor
5. Eksposure
Terdapat hematoma periorbital pada mata kiri, tidak ada luka atau jejas di bagian
tubuh klien lainya.
E. Pengkajian Sekunder
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dibawa ke IGD RSUD Ambarawa pada tgl 3 Januari 2020 pada pukul
10.00 wib dengan penurunan kesadaran, sebelum masuk IGD klien post jatuh 3
hari yang lalu dari tempat tidur, keluarga klien mengatakan sejak klien jatuh
klien tidak mau makan apapun dan hanya mau minum air putih, muntah
sebanyak 2x
2. Riwayat kesehatan terdahulu
Keluarga klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien mengatakan di dalam anggota keluarganya tidak ada yang
mempunyai penyakit keturunan seperti Hipertensi ,DM, jantung
4. Anamnesa singkat (AMPLE)
a. Allergies
Keluarga klien mengatakan klien tidak memiliki alergi terhadap obat,
makanan dan minuman.
b. Medikasi
Keluarga klien mengatakan klien tidak mengkonsumsi obat dalam jangka
panjang
c. Past illnes
Keluarga klien mengatakan klien memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
d. Last meal
Keluarga klien mengatakan klien tidak makan apapun.
e. Event of injury
Klien mengalami punurunan kesadaran post jatuh dari tempat tidur, klien
tampak pucat kaku dan tak mampu beraktifitas seperti biasanya.
5. Pemeriksaan Head to toe
a. Kepala :
Bentuk kepala mesoseval, tidak ada hematom atau luka pada kepala rambut
tersebar ,merata
b. Mata :
Terdapat hematoma periorbital pada mata kiri dan tampak memar biru reaksi
pupil (+/+) isokor, sklera tidak ikterik.
c. Hidung :
Tampak simetris dan bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung.
d. Telingan :
Tampak simetris dan bersih, tidak ada penumpukan serumen di telingan.
e. Mulut :
Tidak ada stomatitis, mukosa bibir kering, pangkal lidah jatuh kebelakang
menutupi saluran pernapasan
f. Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan pembesaran JVP.
g. Thorax :
I : gerakan dada simetris, ada retraksi dinding dada
A : snoring, gurgling
P : tidak ada krepitasi
P : sonor
h. Jantung
I : ictus cordis tidak tampak
P : teraba ictus cordis di ICS 5 mid clavicula sinistra, HR : 86 x/mnt
P : pekak
A : terdengar bunyi jantung lub dub Bj1 reguler dan Bj2 reguler,
murmur (-), gallop (-).
i. Abdomen
I : bentuk datar, tidak ada jejas dibagian perut
A : peristaltik usus 18 x/menit
P : thympani
P : tidak ada nyeri tekan
j. Genitalia :
tampak bersih, tidak terdapat kelainan, klien terpasang kateter
k. Ekstremitas :
- Tampak luka lecet pada eketremitas atas bagian sinistra
- Capilary refill : ≤2 detik
- Luka : tidak ada luka
- Kekuatan otot : 4 4
4 4
TINJAUAN PUSTAKA
Otak merupakan organ yang palik aktif secara metabolik. Otak hanya memiliki
sekitar 2% massa tubuh akan tetapi otak membutuhkan 15-20% kardiak output untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan glukosanya. Secara anatomis, pembuluh darah serebral
terdiri dari dua sistem yaitu sistem karotis dan sistem vertebrobasiler. Jatah darah ke otak
1/3 disalurkan melalui lintasan vaskuler vertebrobasiler dan 2/3 melalui arteri karotis
interna.
Stroke memiliki tanda klinik yang spesifik, tergantung dengan daerah otak yang
mengalami inskemik atau infark. Walaupun telah terdapat pngelompokkan stroke
berdasarkan patologi anatominya, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Stadium Akut
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL, perdarahan
intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung memburuk. Tekanan
darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik
>180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma bertambah.
Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10
mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300
mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika
didapatkan tanda tekanan intracranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 30º, posisi kepala
dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat penanganan stroke iskemik), dan
hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg). 4,5,16
Terapi umum:
Letakkan kepala pasien pada posisi 30º, kepala dan dada pada satu bidang; ubah
posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah
stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai
didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasi
dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari penyebabnya; jika kandung
kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan kateter intermiten).
Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000 mL
dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin
isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika
didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui selang
nasogastrik.
Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150
mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama.
Hipoglikemia (kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) diatasi
segera dengan dekstrosa 40% iv sampai kembali normal dan harus dicari
penyebabnya.
Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan sesuai
gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik
≥220 mmHg, diastolik ≥120 mmHg, Mean Arterial Blood Pressure (MAP) ≥ 130
mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan
infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan
darah maksimal adalah 20%, dan obat yang direkomendasikan: natrium
nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium.
Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik ≤ 90 mm Hg, diastolik ≤70 mmHg,
diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan
500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum terkoreksi,
yaitu tekanan darah sistolik masih < 90 mmHg, dapat diberi dopamin 2-20
μg/kg/menit sampai tekanan darah sistolik ≥ 110 mmHg.
Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit, maksimal
100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral (fenitoin,
karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan antikonvulsan
peroral jangka panjang.
Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus intravena
0,25 sampai 1 g/ kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau
keadaan umum memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam
selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (<320 mmol); sebagai
alternatif, dapat diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%) atau furosemid.
Pemeriksaan Penunjang
CT scan
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan stroke infark
dengan stroke perdarahan.
Pada stroke karena infark, gambaran CT scannya secara umum adalah didapatkan
gambaran hipodens sedangkan pada stroke perdarahan menunjukkan gambaran
hiperdens.
Intracranial Hemorrhage
Pada intracranial hemorrhage, pada fase akut (<24 jam), gambaran radiologi akan
terlihat hyperdense, sedangkan jika fase subakut (24 jam 5 hari) akan terlihat isodense,
sedangkan pada fase kronik (> 5hari) akan terlihat gambaran hypodense. Perdarahan
terjadi di intracerebral sehingga gambaran CSF akan terlihat jernih.
Subarachnoid Hemorrhage
Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak (sangat
sensitif). Secara umum juga lebih sensitif dibandingkan CT scan, terutama untuk
mendeteksi pendarahan posterior.
Pemeriksaan Angiografi
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem karotis
atau vertebrobasiler, menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi atau aneurisma pada
pembuluh darah.
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini untuk menilai pembuluh darah intra dan ekstra kranial, menentukan
ada tidaknya stenosis arteri karotis.
Pemeriksaan ini digunakan apabila tidak ada CT scan atau MRI. Pada stroke
perdarahan intraserebral didapatkan gambaran LCS seperti cucian daging atau berwarna
kekuningan. Pada perdarahan subaraknoid didapatkan LCS yang gross hemorragik. Pada
stroke infark tidak didapatkan perdarahan (jernih).
DAFTAR PUSTAKA
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2013. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI.
Misbach J, Jannis J, Soertidewi L. 2011. Epidemiologi Stroke, dan Anatomi Pembuluh
Darah Otak dan Patofisiologi Stroke dalam Stroke Aspek Diagnostik, Patofisiologi,
Manajemen. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Morgenstern, Lewis B., Hemphill J.C., et al. 2010.Guidelines for the Management of
Spontaneous Intracerebral Hemorrhage: A Guideline for Healthcare Professionals From the
American Heart Association / American Stroke Association. Journal of the American Heart
Association. (http://stroke.ahajournals.org/content/41/9/2108. Diakses Maret 18, 2017).
Misbach, dr.H. Jusuf. 1999. Stroke: Aspek Diagnotik, Patofisiologi, Manajemen. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, Indonesia.