Anda di halaman 1dari 46

PRASARANA PERHUBUNGAN

SARANA & PRASARANA PELABUHAN


Konsep Perencanaan Alur Kapal 
Oleh:
ANNUR MA’RUF, ST., MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUS TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
POKOK‐POKOK MATERI KULIAH
• Jenis tambatan.
• Analisis kebutuhan pergerakan kapal; 
• Analisis kebutuhan prasarana navigasi; 
• Perencanaan Alura Kapal
KOLAM PELABUHAN 
DAN 
TAMBATAN KAPAL
Kolam Pelabuhan (Harbour Basins)
• The harbourbasin can be defined as the protected water area, 
which should provide safe and suitable accommodation for 
ships
• Daerah olah gerak kapal atau basin biasanya harus di daerah 
pusat kolam pelabuhan.
• Diameter minimum berikut area balik yang berlaku umum 
tanpa menggunakan kapal tunda atau bantuan tugboat harus 
sekitar 4 kali panjang kapal
• Menggunakan kapal tunda sekitar4 kali panjangkapal
Kedalaman kolam pelabuhan dan 
taraf (Niveau) dermaga
• umumnya kedalaman dasar kolam pelabuhan ditetapkan berdasarkan sarat 
maksimum (max. draft) kapal yang bertambat ditambah dengan jarak aman 
(clearance) sebesar (0,8‐1,O) m di bawah lunas kapal; 
• jarak aman ini ditentukan berdasarkan ketentuan operasional pelabuhan 
(penambatan kapal dengan/tanpa kapal tunda) dan konstruksi dermaga. 
• Taraf dermaga ditetapkan antara (0,5‐1,50 ) m di atas MHWS (Mean Low Water 
Springsadalah tinggi rata‐rata yang diperoleh dari dua air rendah berturut‐turut 
selama periode pasang purnama) sesuai dengan besar ukuran kapal (Threshold 
wave heightor freeboard)
• Mean High Water (MHW) adalah tinggi air rata‐rata pada semua pasang tinggi.
• Mean Low Water (MLW) adalah tinggi air rata‐rata pada semua surut rendah.
•Contoh: 
Elevasi Dermaga (kedalamanan Kolam) = HWS + ½ H + Freeboard
HWS  =  High Water Spring (m) 
= 1,6 m
H  =  Tinggi gelombang/wave height 
(m) 
= 3 m
Freeboard  =  Theshold Wave Height (m) 
= 0,5
Maka kedalaman minimal basin adalah
= 1,6 + ½ 3 + 0,5 =3,6 m
DAERAH SANDAR KAPAL (Berthing areas)

Posisi tanker harus sekitar 1/2 panjang kapal tanker dan dalam hal ini tidak lebih dari 3,0 m 
depan atau belakang dari 1/2 panjang kapal
ANCHORAGE AREAS 
• Daerah tambat (anchorage area) adalah tempat di mana kapal
menunggu giliran untuk berlabuh, untuk kondisi cuaca yang lebih
menguntungkan atau akan dilakukan kembali untuk pemeriksaan
karantina atau alasan lain.
• Atau tempat pelabuhan khusus yang disediakan untuk kapal yang
mengangkut kargo berbahaya, seperti bahan peledak.
• Kedalaman air pada daerah anchoring
• sebaiknya tidak melebihi 50‐60 m atau panjang rantai jangkar
kapal.
• Kondisi bawah tidak boleh terlalu keras, jika jangkar akan terseret
di sepanjang bagian bawah dan tidak merusak dasar laut.
CATATAN:
Ketika kapal berlabuh, selain mengamati lalu lintas di pelabuhan dan 
mengikuti peraturan otoritas pelabuhan, berikut ini harus dipatuhi:
• Menjaga 24 jam dan di monitor terus oleh “deck officer” berlisensi 
dan kontak monitoring radio.
• Melakukan pemeriksaan kontrol sesering mungkin untuk 
memastikan bahwa kapal tersebut tidak menyeret jangkar‐nya. 
• Ketika angin melebihi 20 m/s, segera menghidupkan mesin 
(propulsion plant on standby) dan untuk kemungkinan 
meninggalkan daerah.
• Memberitahukan 15 menit ke stasiun monitor sebelum naik‐turun 
jangkar secara langsung.
ANALISIS KEBUTUHAN 
PERGERAKAN KAPAL
SARANA OLAH GERAK KAPAL
Sarana olah gerak kapal
Adalah semua peralatan yg dipergunakan untuk mengolah gerak kapal.

Sarana tersebut meliputi:
1. Tenaga penggerak utama (mesin induk & mesin bantu )mesin induk: mesin disel,mesin 
uap/steam reciprocating engine,turbin uap dengan turbin gas sebagai tambahan .
Mesin bantu: mesin listrik/gen set , mesin pendingin , mesin kemudi

2. Steering gear (kemudi)
3. Compass
4. Penataan jangkar
5. Tali tali tambat
6. Alat alat komunikasi
7. Alat alat navigasi
Prasarana olah gerak kapal :

1. Nahkoda dan ABK
2. Pandu (pilot)
3. Kapal tug (tunda) dan kapal kepil
4. Peta dan buku‐buku navigasi
5. Data data olah gerak kapal
ANALISIS KEBUTUHAN 
PRASARANA NAVIGASI
PERENCANAAN ALURA KAPAL
IV. ALUR PELAYARAN

Deskipsi
Menjelaskan Alur Pelayaran meliputi Alur
Pelayaran, Bagian-bagian alur pelayaran, arah
alur pelayaran, kedalaman alur pelayaran,
gerakan kapal karena gelombang, lebar dan
panjang alur pelayaran.
1. Alur Pelayaran

digunakan untuk :
 mengarahkan kapal yang akan masuk dan keluar 
pelabuhan. 
 menjamin keselamatan kapal dalam 
perjalanannya masuk ke pelabuhan melalui di 
alur pelayaran sampai kemudian berhenti di 
dermaga
 untuk mendapatkan navigasi yang aman
Perencanaan alur pelayaran dan kolam pelabuhan 
ditentukan oleh : 
kapal terbesar yang akan masuk ke pelabuhan 
untuk itu perlu survey tipe dan jumlah kapal yang 
keluar‐masuk Pelabuhan, 
kondisi meteorologi terutana arah dan kecapatan
angin,  kondisi laut meliputi batimetri, oseanografi 
terutama arah dan tinggi gelombang
2. Bagian – bagian alur pelayaran

• Kapal dalam perjalanan masuk ke kolam pelabuhan 
melalui alur Pelayaran , akan mengurangi 
kecepatannya sampai kemudian berhenti di Dermaga. 

• Alur ini ditandai oleh alat bantu pelayaran yang 
berupa pelampung  atau lampu‐lampu.
Secara umum ada beberapa daerah yang dilewati
selama perjalanan tersebut yaitu : 

 Daerah tempat kapal melempar sauh  di luas


Pelabuhan
 Derah Pendekatan  di luar alur masuk
 Daerah Alur masuk  di luar pelabuhan yang 
berada didalam daerah terlindung
 Daerah kolam putar
Lay out dan Penampang
Alur Pelayayaran
Daerah tempat kapal membuang sauh
Kedalaman air tidak boleh kurang dari 1,15
dari draft maksimum kapal terbesar atau tidak
lebih dari 100 m
Daerah pendekatan,

Daerah alur masuk

Daerah kolam pelabuhan


3. Arah alur pelayaran

Dalam perencanakan arah alur pelayaran yang  harus 
memperhatikan, yaitu : 
 Alur pelayaran harus dibuat selurus mungkin, 
 Arah alur pelayaran dibuat sedemikian rupa sehingga
searah dengan arah angin dan gelombang dominan.
 Pada alur pelayaran dekat alur masuk dibuat bersudut
tertentu ( 30o – 60o) terhadap arah angin dan
gelombang dominan, 
• Disamping itu ababila keadaan memungkinkan, 
alur masuk dibuat lurus
4. Lengkungan / Tikungan alur pelayaran

 Meskipun lebih baik mempunyai alur yang lurus, 


pembuatan tikungan sering kali diperlukan dalam
perencanaan layout dermaga dan kebutuhan untuk
ketenangan kolam pelabuhan.

 Dalam pembuatan tikungan, 


sudut persinggungan dari
garis tengah alur harus tidak
boleh lebih dari 30o atau
radius lengkung sekitar 4 kali 
atau lebih dari panjang
keseluruhan kapal
5. Kedalaman alur pelayaran

Kedalaman air di alur pelayaran yang ideal harus :
 cukup besar untuk memungkinkan pelayaran pada 
muka air terendah (LWL) dengan kapal bermuatan 
maksimum atau 
 memperhatikan jarak toleransi dari gerakan kapal
yang disebabkan oleh gelombang, angin dan arus
Kedalaman alur pelayaran secara umum dapat ditentukan
sbb :

H H H
h
Daerah saluran / kolam
Daerah Daerah alur Masuk H>H
Pendekatan h = 0 0<h<H
Perbandingan h/H = 0,4
Kedalaman alur pelayaran secara umum dapat
ditentukan sbb :
H = d + G + R + P + S + K

Dengan :
LWL  d  = draft kapal
 G  = gerak vertikal kapal karena
Draf kapal gelombang
Gerak vertikal  R  =  ruang kebebasan unt. Kolam
kapal Ruang kebebasan 7%‐15% dari draft kapal unt. 
brotto Alur 10%‐15% dari draft kapal
 P  =  Ketelitian pengukuran
Ketelitian pengukuran
Elevasi dasar  s  =  Pengendapan sedimen antara
Sedimen ant. Dua pengerukan pengerukan
Alur nominal
 K  = toleransi pengerukan
Tolenransi pengerukan

Elevasi pengerukan alur


6. Gerakan kapal karena pengaruh gelombang

• Gerakan kapal relatif terhadap posisinya pada saat 
tidak bergerak di air diam adalah paling penting 
didalam perencanaan alur pelayaran dan mulut 
pelabuhan.
• Gerakan vertikal kapal digunakan untuk menentukan 
kedalaman alur, 
• Gerakan horizontal kapal terhadap sumbu alur untuk 
menentukan lebar alur
Beberapa gerakan kapal karena pengaruh gelombang, 
yaitu heaving (angkatan), pitching (anggukan), rolling ( 
oleng), swaying ( goyangan), surging (sentakan) dan 
yawing (oleng kesamping).

Kenaikan draf kapal yang disebabkan oleh gerakan 
tersebut kadang‐kadang sangat besar misalnya pada 
kapal‐kapal yang besar, pengaruh rolling sangat besar, 
terutama bila frekwensi rolling kapal sama dengan 
frekwensi gelombang
7. Lebar alur

Lebar alur tergantung pada beberapa faktor, yaitu  : 


Lebar, kecepatan dan gerakan kapal, 
Trafik kapal, apakah alur direncanakan untuk satu atau dua
jalur
Kedalaman alur
Stabilitas tebing alur
Angin, gelombang, arus dan arus melintang dalam alur

Lebar alur dapat ditetapkan dengan berdasarkan pada 
lebar kapal. 

• Untuk lebar alur pelayaran satu jalur (tidak ada 
persimpangan) adalah tiga sampai empat kali lebar 
kapal, sedangkan untuk lebar alur dengan dua jalur (ada 
persimpangan) adalah enam sampai tujuh kali lebar 
kapal.

Lebar keamanan
Lebar keamanan

Lebar keamanan

Lebar keamanan

Lebar keamanan
Jalur gerak

Jalur gerak
Jalur gerak

B
1.5B 1.8B 1.5B 1.5B 2B 1.8B 1.5B
4.8 B
• Cara lain untuk menentukan lebar alur ( OCDI, 
1991), yaitu :
Panjang Alur Kondisi Pelayaran Lebar 
Kapal sering bersimpangan 2 Loa
Relatif panjang
Kapal tidak sering bersimpangan 1.5 Loa
Selain dari alur  Kapal sering bersimpangan 1.5 Loa
diatas Kapal tidak sering bersimpangan Loa
8. Panjang alur Pelayaran

 Panjang alur pelayaran dari alur masuk sampai dengan Kolam


Pelabuhan atau tempat tambat untuk jangkar, berdasarkan
potensial setiap kapal.

 Kapal yang masuk Pelabuhan tanpa bimbingan kapal penarik


(kapal tandu) dengan kecepatan relatif tinggi (6 knot), akan
menempuh 4 kali panjangnya sampai benar‐benar berhenti.

 Dengan adanya penambahan panjang kapal dan jarak


berhenti maka panjang alur dari alur masuk sampai dengan
kolam atau tempat tambat memerlukan lebih
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
9. Tes Formatif

1. Jelaskan tentang prinsip umum perencanaan Alur 
Pelayaran.
2. Sebutkan bagian‐bagian dari alur pelayaran disertai 
gambar.
3. Bagaimana menentukan arah dan lengkungan  alur 
pelayaran, Jelaskan !
4. Faktor – faktor apa saja yang diperhitungkan dalam 
perencanaan kedalaman, lebar dan panjang alur 
pelayaran. Jelaskan !

Anda mungkin juga menyukai