Anda di halaman 1dari 49

PRASARANA PERHUBUNGAN

SARANA & PRASARANA PELABUHAN


KONSEP PERENCANAAN PELABUHAN
Oleh:
ANNUR MA’RUF, ST., MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUS TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
POKOK‐POKOK MATERI KULIAH
• Perencanaan Kawasan Pelabuhan; 
• Penentuan dimensi kolam pelabuhan; 
• Jenis tambatan dan penentuannya.
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN

Pelabuhan laut PP NO.61 tahun 2009 secara hierarki 
terdiri atas:
a. pelabuhan utama;
b. pelabuhan pengumpul; dan
c. pelabuhan pengumpan.
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
A. LOKASI PELABUHAN UTAMA
kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar internasional

kedekatan dengan jalur pelayaran internasional

lainnyamemiliki jarak tertentu dengan pelabuhan utama lainnya

memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang

mampu melayani kapal dengan kapasitas tertentu

berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang internasional

volume kegiatan bongkar muat dengan jumlah tertentu


PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
B. LOKASI PELABUHAN PENGUMPUL 
Pemerataan pembangunan

memiliki jarak tertentu dengan pelabuhan pengumpul lainnya

memiliki jarak tertentu dengan jalur/rute angkutan dalam negeri

memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang
berdekatan dengan pusat pertumbuhan wilayah ibukota provinsi dan
kawasan p
pertumbuhan nasional
mampu melayani kapal dengan kapasitas tertentu

volume kegiatan bongkar muat dengan jumlah tertentu.


PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
C. LOKASI PELABUHAN PENGUMPAN 
Tata Ruang dan Pemerataan pembangunan antar propinsi
tata ruang wilayah kabupaten /kota
/ serta pemerataan dan peningkatan
p
pembangunan
g pembangunan
p g kabupaten
p /kota
pusat pertumbuhan ekonomi daerah

jarak dengan pelabuhan pengumpan lainnya

Luas daratan dan perairan


pelayanan penumpang dan barang antar kabupaten /kota
/ dan/atau
/ antar
kecamatan dalam1 (satu)
( ) kabupaten/kota
p
kemampuan pelabuhan dalam melayani kapal
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
KONEKSI
PeLabuhan UTAMA dan  PeLabuhan PENGUMPAN
PENGUMPUL •  jaringan jalan Propinsi 
•  jaringan jalan nasional •  jaringan jalur kereta 
•  jaringan jalur kereta  api Propinsi 
api nasional
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
LOKASI RENCANA PELABUHAN
Lokasi pelabuhan ditetapkan berdasarkan koordinat geografis.
Penetapan lokasi pelabuhan, wajib memperhatikan aspek‐aspek
(Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 51 Tahun 2015):
 Tatanan Kepelabuhanan Nasional/Rencana Induk Pelabuhan
Nasional;
 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan rekomendasi
dari Bupati/Walikota;

>>>>>> Lanjut
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
LOKASI RENCANA PELABUHAN   >>>>> Lanjutan
 Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi rekomendasi dari
Gubernur;
 Rencana Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Kepentingan
Pelabuhan DLKp);
 Lokasi pelabuhan dalam peta sesuai titik geografis berdasarkan
laut;
 Hasil studi kelayakanHasil studi kelayakan:
 kelayakan teknis;
>>>>>> Lanjut
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
LOKASI RENCANA PELABUHAN   >>>>> Lanjutan
 Hasil studi kelayakanHasil studi kelayakan: >>>>> Lanjutan
 kelayakan ekonomi;
 kelayakan lingkungan;
 pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial;
 keterpaduan intra dan antar moda;
 adanya aksesibilitas terhadap hinterland
 keamanan dan keselamatan pelayaran;
 pertahanan dan keamanan negara.
 Rekomendasi terkait keamanan pelayaran dari otoritas pelabuhan terdekat
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
PEMILIHAN LOKASI PELABUHAN
 Pemilihan Lokasi Pelabuhan didasarkan studi kelayakan teknis yang
memuat hasil studi kelayakan teknis yang memuat hasil survey
hidrooceanografi skala 1:1000 dan topografi skala 1:1000 pada lokasi
rencana pelabuhan.
 Tinjauan kondisi hidrooceanografi dan bathimetric mencakup pasang
surut, angin dan gelombang, termasuk pelayaran, sedimentasi, serta
kedalaman air.
 Topografi meliputi darat dan laut (bathimetri). Memungkinkan untuk
dibangun dan dikembangkan serta tinjauan geologi mencakup
pengerukan minimum, tanah yang memenuhi kriteria teknis.
>>>>>> Lanjut
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
PEMILIHAN LOKASI PELABUHAN    >>>>> Lanjutan
 Tinjauan pelayaran yaitu mudah dilalui kapal, dipengaruhi angin,
gelombang dan arus.
 Tinjauan Sedimentasi menyangkut sedimntasi yang terjadi sesedikit
mungkin.
 Pengerukan awal (capital dredging) maupun pengerukan untuk
perawatan (maintenance dredging) seminimum mungkin.
 Tinjauan Gelombang meliputi gelombang menimbulkan gaya‐ gaya
terhadap kapal dan bangunan‐bangunan pelabuhan serta arus yang
mempengaruhi gerak kapal dan sedimentasi.
>>>>>> Lanjut
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
PEMILIHAN LOKASI PELABUHAN    >>>>> Lanjutan
 Tinjauan Kedalaman Air yang harus memungkinkan untuk
melayani kapal rencana terutama pengaruhi pasang surut.
 Lay‐out fasilitas pelabuhan yang akan dibangun juga merupakan
kelayakan teknis.
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
Lay‐out 
PELABUHAN
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
ASPEK TEKNIK SIPIL
Penyelidikan yang dilakukan, studi fisik dan pengaruhnya (UNCTAD,
1985), meliputi :
• Hydrography dan topography;
• Pengaruh meteorologi dan oceanographi
• Hidrolika laut (Coastal hydraulics), di sekitar perairan yang akan
di bangun fasilitas pelabuhan
• Eksplorasi bawah permukaan baik di darat maupun laut.
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
DAFTAR PENYELIDIKAN UNTUK LOKASI 
PERENCANAAN PELABUHAN
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi

• Tinjauan hidro‐oseanografi adalah menyangkut tinjauan 
pengaruh hidrodinamika perairan laut. 

• Parameter utama yang biasanya diperhitungkan adalah 
pasang surut, gelombang dan angin. 
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
Pasang Surut
Pasang surut adalah perubahan elevasi muka air laut akibat adanya gaya tarik 
benda‐benda dilangit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut 
di bumi. Perubahan elevasi muka air laut tersebut berlangsung secara 
periodik (Teknik Pantai, 1999). 

Ada tiga macam elevasi muka air antara lain: 
 Elevasi muka air tertinggi atau High Water Surface (HWS) 
 Elevasi muka air rata‐rata atau Mean Sea Level (MSL) 
 Elevasi muka air terendah atau Low Water Surface (LWS) 
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
Pasang Surut
Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Secara umum pasang 
surut di berbagai daerah dapat dibedakan menjadi empat tipe yaitu:
 Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide) 
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan 
tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan dan 
teratur. Periode pasang surut rata‐rata adalah 12 jam 24 menit. 
 Pasang surut harian tunggal (diurnal tide) 
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode 
pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di 
perairan selat Karimata. 
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
Pasang Surut

 Pasang surut campuran condong ke harian ganda 
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi 
mempuyai tinggi dan periode yang berbeda. Pasang surut jenis ini banyak 
terdapat di perairan Indonesia bagian timur. Pasang surut tipe ini dapat 
dilihat pada Gambar 2.2.b. 

 Pasang surut campuran condong ke harian tunggal 
Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi tinggi 
dan periodenya sangat berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat di 
selat Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat. 
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
Persebaran Tipe 
Pasang Surut di 
Indonesia (Teknik 
Pantai, 1999) 
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
Tipe Pasang Surut 
(Teknik Pantai, 
1999) 
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
Pasang Surut
Pengamatan pasang surut dilaksanakan selama 15 hari dengan pembacaan 
ketinggian air setiap satu jam. 
Pengamatan pasut dilaksanakan menggunakan peilschaal dengan interval skala 1 
(satu) cm. 
Elevasi Nol Peilschaal = T.P + BT.1 – BT.2

dimana:
T.P  = Tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal
BT.1 = Bacaan benang tengah di patok
BT.2 = Bacaan benang tengah di peilschaal
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
BT. 2 BT. 1

Patok

Peilschaal

Gambar Pengikatan (levelling) peilschaal.
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
Penentuan jenis pasang surut menurut rumus 
berikut:
K 1  O1
NF 
M2  S2

di mana jenis pasut untuk nilai NF:


0 - 0,25 = semi diurnal
0,25 - 1,5 = mixed type (semi diurnal dominant)
1,5 - 3,0 = mixed type (diurnal dominant)
>3,0 = diurnal
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
Tabel Komponen Pasang Surut Sesuai Hasil 
Pengamatan Dimana:
Konstituen Amplitudo Beda Fasa A : amplitudo,
g : beda fase,
M2 34.06 128.14
M2 : komponen utama bulan (semi
S2 22.91 97.44 diurnal),
N2 6.31 142.61 S2 : komponen utama matahari (semi
diurnal),
K2 16.16 -66.58 N2 : komponen eliptis bulan,
K1 6.77 77.84 K2 : komponen bulan,
O1 9.9 9.52 K1 : komponen bulan,
O1 : komponen utama bulan (diurnal),
P1 9.68 -68.22 P1 : komponen utama matahari (semi
M4 0.02 268.49 diurnal),
M4 : komponen utama bulan (kuarter
MS4 0.01 216.07
diurnal), dan
SO 19.74 MS4 : komponen utama matahari-bulan.
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
Contoh perhitungan Berdasarkan komponen yang telah didapatkan dapat 
diketahui sifat pasang surut yang terjadi dengan rumus :

K 1  O1 Tabel Harga Elevasi‐elevasi Acuan di Lokasi 
F   1, 51 Pekerjaan Terhadap LLWL
M 2  S2
Elevasi
Jumlah
Elevasi Acuan Terhadap
No Kejadian
LLWL (cm)

1 HHWL Highest High Water Level 334,78 192.78

2 MHWS Mean High Water Spring


Dari nilai F (Formazalh)  0 , 25  F  1, 5 294,44 163.95

3 MHWL Mean High Water Level


didapat berada di  240,86 133.29

4 MSL Mean Sea Level 182,23 91.8


maka pasang surut dikategorikan 
5 MLWL Mean Low Water Level 125,56 50.23
dalam pasang campuran dominan 
6 MLWS Mean Low Water Spring 64,79 22.27
Semi diurnal. 
7 LLWL Lowest Low Water Level 0 0
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
GELOMBANG RENCANA
Fetch adalah daerah pembentukan gelombang yang diasumsikan memiliki 
kecepatan dan arah angin yang relatif konstan.

Panjang fetch efektif dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Lf i 
 Lf . cos 
i i

 cos  i
dimana:
Lfi = Panjang fetch ke‐i
i = Sudut pengukuran fetch ke‐i
i = Jumlah pengukuran fetch
Tabel Perhitungan Fetch Efektif di Perairan 
Lepas Pantai Pelabuhan Bengkuna
Arah Sudut (α) Panjang Fetch, F Fetch Efektif Arah Sudut (α) Panjang Fetch, F Fetch Efektif
F.Cosα F.Cosα
Utama ( o ) (m) (m) Utama ( o ) (m) (m)
Tenggara 0 0 0 842.346 Barat 20 1.354.291.39 1.272.617.63 1.361.042
‐5 0 0 15 1.417.321.50 1.369.027.44
‐10 1.497.979.64 1.475.221.96 10 1.498.465.86 1.475.700.80
‐15 1.416.942.28 1.368.661.14 5 1.565.172.21 1.559.216.26
‐20 1.353.998.72 1.272.342.61 0 1.444.805.39 1.444.805.39
Selatan 20 1.305.925.64 1.227.168.69 1.258.993 ‐5 1.351.178.66 1.346.037.02
15 1.270.486.78 1.227.195.99 ‐10 1.278.082.91 1.258.665.96
10 1.246.153.92 1.227.222.04 ‐15 1.177.945.82 1.137.808.29
5 1.231.935.20 1.227.247.31 ‐20 1.145.979.95 1.076.868.90
0 1.227.272.19 1.227.272.19 Barat Laut 20 0 0 811.507
‐5 1.231.985.15 1.227.297.07 15 1.124.031.70 1.085.731.25
‐10 1.246.255.77 1.227.322.34 10 1.111.206.39 1.094.324.67
‐15 1.270.644.57 1.227.348.41 5 1.111.251.45 1.107.022.8
‐20 1.306.145.96 1.227.375.72 0 1.124.123.56 1.124.123.56
Barat Daya 20 1.231.985.15 1.157.687.35 1.370.694 ‐5 1.146.122.27 1.141.760.93
15 1.246.255.77 1.203.790.63 ‐10 1.178.144.55 1.160.245.89
10 1.270.644.57 1.251.340.62 ‐15 232.147.83 224.237.585
5 1.306.145.96 1.301.175.68 ‐20 193.782.77 182.096.239
0 1.354.291.39 1.354.291.39
‐5 1.417.321.50 1.411.928.16
‐10 1.498.465.86 1.475.700.80
‐15 1.565.172.21 1.511.840.26
‐20 1.444.805.39 1.357.672.96
Gambar Peta fetch untuk contoh kawasan 
perairan Pelabuhan Bengkunat 
Gambar Windrose bulan September‐
Desember kawasan perairan Pelabuhan 
Bengkunat.
Contoh gambar 
Windrose .
Gelombang rencana didapat Tabel Tinggi Gelombang Maksimum 
dengan memprediksikan dari Tahun 2001‐2005
kejadian angin maksimum T ahun U TL T TG S BD B BL M ax
2001 1 .1 2 2 .1 3 3 .7 1 .6 2 1 .8 8 0 0 0 3 .7
dengan periode tertentu. Dari 2002 2 .4 6 1 .9 3 2 .6 3 1 .9 3 1 .1 8 0 0 0 2 .6 3
hasil hindcasting didapat 2003 1 .1 5 2 .9 6 2 .8 6 1 .3 6 0 .8 7 0 0 0 2 .9 6
2004 0 .5 2 1 .6 1 2 .5 7 0 .8 8 0 .8 7 0 0 0 2 .5 7
gelombang maksimum tiap 2005 0 .5 6 1 .9 3 2 .7 9 1 .8 2 0 .7 7 0 0 0 2 .7 9
arah selama tahun 2001‐ M ax 2 .4 6 2 .9 6 3 .7 1 .9 3 1 .8 8 0 0 0
2005.
Grafik peramalan gelombang
Peramalan tinggi 
gelombang dan 
periode gelombang 
dapat dihitung dengan 
menggunakan grafik 
peramalan gelombang, 
setelah fetch efektif 
dan tegangan akibat 
kecepatan angin 
diketahui.
Didapat nilai tinggi gelombang tiap‐
tiap perioda ulang seperti yang 
disajikan pada Tabel Tabel Nilai tinggi gelombang tiap‐tiap
perioda ulang
Periode Ulang Nilai Ekstrim
(tahun) Tinggi Gel. (m)
1 2.71
2 2.90
3 3.09
5 3.30
10 3.53
25 3.80
50 3.98
100 4.15
200 4.31
Adapun langkah‐langkah dalam perhitungan gelombang adalah sebagai
berikut:

1. Memasukkan kecepatan maksimum yang terjadi pada setiap hari.
Contoh :  Pada Tahun 2001, kecepatan angin maksimal pada tanggal 1 Januari 
arah Barat Laut adalah 4 knot (kolom 4 pada Tabel)
2. Kecepatan angin pada kolom 4 di konversi dari satuan knot menjadi m/d (1 knot 
= 0,514 m/d)
Contoh :  Kecepatan angin 4 knot = 2,058 m/d (kolom 5 Tabel 4.8)
Adapun langkah‐langkah dalam perhitungan gelombang adalah sebagai
berikut:

3. Menghitung kecepatan angin 
di laut dengan menggunakan 
grafik hubungan antara 
kecepatan angin di laut dan di 
darat
Contoh : 
Kecepatan di darat (UL) 2,058 
m/d. Dari grafik 
didapat RL=1,36.
UW = UL x RL
= 2,058 x 1,36
= 2,798 m/d 
(kolom 7 Tabel)
Adapun langkah‐langkah dalam perhitungan gelombang adalah sebagai
berikut:
4. Menghitung tegangan kecepatan angin dengan rumus UA=0,71 UW1,23
Contoh : UA = 0,71 UW 1,23
= 0,71 x 2,7981,23
= 2,517 m/d (kolom 8 Tabel )
5. Berdasarkan nilai UA dan fetch, tinggi dan periode gelombang dapat dicari 
dengan menggunakan grafik peramalan gelombang (Grafik peramalan 
gelombang). Penentuan gelombang selain dibatasi oleh fetch, juga oleh 
durasi kejadian angin. Karenamenggunakan data angin harian, maka durasi 
diasumsikan selama 2 jam.
Contoh : Pada tanggal 1 Januari 2001 akibat angin dari arah Barat Laut, 
dengan UA = 3,339 m/detik, fetch = 625 km, dibatasi durasi waktu 
selama 2 jam, dihasilkan gelombang dengan tinggi (H) 0,13 m dan 
periode (T) 1,71 detik (kolom 10 dan 11 Tabel ).
Tabel Perhitungan 
Tegangan Angin, 
Tinggi Dan Periode 
Gelombang

Keterangan:
U : Utara  T : Timur 
S : Selatan B : Barat
TL : Timur Laut  Tg : Tenggara 
BD: Barat Daya BL : Barat Laut
Untuk keperluan perencanaan bangunan pantai, perlu dipilih tinggi 
dan periode gelombang tunggal yang dapat mewakili suatu spektrum 
gelombang.
Bentuk yang paling banyak digunakan adalah Gelombang 33% (H33) 
atau tinggi rata‐rata dari 1/3 nilai tertinggi dari pencatatan gelombang. 
Nilai tersebut dapat juga disebut tinggi Gelombang Signifikan 
(Triatmodjo, 1996).
Perhitungan gelombang signifikan tiap tahun dilakukan dengan 
mengurutkan tinggi gelombang, mulai dari gelombang tertinggi hingga 
terendahtiap tahun.
Pada Tahun 2001 terdapat sebanyak 175 data gelombang, maka 
1/3 dari jumlah data adalah 58 data. Maka nilai Hs (H33) pada 
tahun 2001:
CONTOH: Tabel Gelombang 
Dan Periode Yang Telah 
Diurutkan Tahun 2001

Keterangan: 
Ho = Tinggi gelombang
T = Periode gelombang

Selanjutnya perhitungan dengan cara 
yang sama dilakukan pada data 
gelombang dari Tahun awal data  
sampai tahun akhir.
Periode Ulang Gelombang
Digunakan dua metode yang digunakan untuk
gelombang dengan periode ulang tertentu, yaitu
distribusi Gumbel (Fisher‐Tippett Type I) dan distribusi
Weibull.
Periode Ulang Gelombang
• Metode Fisher‐Tippett Type I

Dalam metode 
Fisher‐Tippett Type I, 
data probabilitas 
ditetapkan untuk 
setiap tinggi 
gelombang sebagai 
berikut (Triatmodjo, 
1999):
Periode Ulang Gelombang
• Metode Fisher‐Tippett Type I
Tinggi gelombang signifikan 
untuk berbagai periode 
ulang dihitung dari fungsi 
distribusi probabilitas 
dengan rumus sebagai 
berikut dengan Â dan B 
adalah perkiraan dari 
parameter skala dan lokal 
yang diperoleh dari analisis 
regresi linear (Triatmodjo, 
1999):
Periode Ulang Gelombang
• Metode Fisher‐Tippett Type I
Tabel Hasil Hitungan Gelombang 
Dengan Periode Ulang (Metode 
Fisher Tippett
Type I)
Keterangan:
1.  Kolom 1 menunjukkan jumlah 
tahun yang ditinjau (1996‐2006)
2.  Kolom 2 merupakan tinggi 
gelombang signifikan (H33) yang 
terjadi tiap tahun dari 1996‐2006, 
dan diurutkan dari nilai terbesar 
sampai terkecil.
4.  Kolom 4 dihitung 
3. Kolom 3 dihitung dengan rumus dengan rumus
Dari Tabel, didapat beberapa parameter berikut ini:
N (jumlah data tinggi gelombang signifikan) = 11
NT (jumlah kejadian gelombang selama pencatatan) = 11
PERENCANAAN 
KAWASAN PELABUHAN
Daerah yang perlu di lakukan penyelidikan tanah untuk data
pada perencanaan pelabuhan (Thoresen, 2014)

Anda mungkin juga menyukai