05-10-2017 MateriKuliah PrasaranaPerhubungan03
05-10-2017 MateriKuliah PrasaranaPerhubungan03
Pelabuhan laut PP NO.61 tahun 2009 secara hierarki
terdiri atas:
a. pelabuhan utama;
b. pelabuhan pengumpul; dan
c. pelabuhan pengumpan.
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
A. LOKASI PELABUHAN UTAMA
kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar internasional
memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang
memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang
berdekatan dengan pusat pertumbuhan wilayah ibukota provinsi dan
kawasan p
pertumbuhan nasional
mampu melayani kapal dengan kapasitas tertentu
>>>>>> Lanjut
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
LOKASI RENCANA PELABUHAN >>>>> Lanjutan
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi rekomendasi dari
Gubernur;
Rencana Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Kepentingan
Pelabuhan DLKp);
Lokasi pelabuhan dalam peta sesuai titik geografis berdasarkan
laut;
Hasil studi kelayakanHasil studi kelayakan:
kelayakan teknis;
>>>>>> Lanjut
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
LOKASI RENCANA PELABUHAN >>>>> Lanjutan
Hasil studi kelayakanHasil studi kelayakan: >>>>> Lanjutan
kelayakan ekonomi;
kelayakan lingkungan;
pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial;
keterpaduan intra dan antar moda;
adanya aksesibilitas terhadap hinterland
keamanan dan keselamatan pelayaran;
pertahanan dan keamanan negara.
Rekomendasi terkait keamanan pelayaran dari otoritas pelabuhan terdekat
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
PEMILIHAN LOKASI PELABUHAN
Pemilihan Lokasi Pelabuhan didasarkan studi kelayakan teknis yang
memuat hasil studi kelayakan teknis yang memuat hasil survey
hidrooceanografi skala 1:1000 dan topografi skala 1:1000 pada lokasi
rencana pelabuhan.
Tinjauan kondisi hidrooceanografi dan bathimetric mencakup pasang
surut, angin dan gelombang, termasuk pelayaran, sedimentasi, serta
kedalaman air.
Topografi meliputi darat dan laut (bathimetri). Memungkinkan untuk
dibangun dan dikembangkan serta tinjauan geologi mencakup
pengerukan minimum, tanah yang memenuhi kriteria teknis.
>>>>>> Lanjut
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
PEMILIHAN LOKASI PELABUHAN >>>>> Lanjutan
Tinjauan pelayaran yaitu mudah dilalui kapal, dipengaruhi angin,
gelombang dan arus.
Tinjauan Sedimentasi menyangkut sedimntasi yang terjadi sesedikit
mungkin.
Pengerukan awal (capital dredging) maupun pengerukan untuk
perawatan (maintenance dredging) seminimum mungkin.
Tinjauan Gelombang meliputi gelombang menimbulkan gaya‐ gaya
terhadap kapal dan bangunan‐bangunan pelabuhan serta arus yang
mempengaruhi gerak kapal dan sedimentasi.
>>>>>> Lanjut
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
PEMILIHAN LOKASI PELABUHAN >>>>> Lanjutan
Tinjauan Kedalaman Air yang harus memungkinkan untuk
melayani kapal rencana terutama pengaruhi pasang surut.
Lay‐out fasilitas pelabuhan yang akan dibangun juga merupakan
kelayakan teknis.
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
Lay‐out
PELABUHAN
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
ASPEK TEKNIK SIPIL
Penyelidikan yang dilakukan, studi fisik dan pengaruhnya (UNCTAD,
1985), meliputi :
• Hydrography dan topography;
• Pengaruh meteorologi dan oceanographi
• Hidrolika laut (Coastal hydraulics), di sekitar perairan yang akan
di bangun fasilitas pelabuhan
• Eksplorasi bawah permukaan baik di darat maupun laut.
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
DAFTAR PENYELIDIKAN UNTUK LOKASI
PERENCANAAN PELABUHAN
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
• Tinjauan hidro‐oseanografi adalah menyangkut tinjauan
pengaruh hidrodinamika perairan laut.
• Parameter utama yang biasanya diperhitungkan adalah
pasang surut, gelombang dan angin.
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
Pasang Surut
Pasang surut adalah perubahan elevasi muka air laut akibat adanya gaya tarik
benda‐benda dilangit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut
di bumi. Perubahan elevasi muka air laut tersebut berlangsung secara
periodik (Teknik Pantai, 1999).
Ada tiga macam elevasi muka air antara lain:
Elevasi muka air tertinggi atau High Water Surface (HWS)
Elevasi muka air rata‐rata atau Mean Sea Level (MSL)
Elevasi muka air terendah atau Low Water Surface (LWS)
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
Pasang Surut
Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Secara umum pasang
surut di berbagai daerah dapat dibedakan menjadi empat tipe yaitu:
Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan
tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan dan
teratur. Periode pasang surut rata‐rata adalah 12 jam 24 menit.
Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode
pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di
perairan selat Karimata.
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
Pasang Surut
Pasang surut campuran condong ke harian ganda
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi
mempuyai tinggi dan periode yang berbeda. Pasang surut jenis ini banyak
terdapat di perairan Indonesia bagian timur. Pasang surut tipe ini dapat
dilihat pada Gambar 2.2.b.
Pasang surut campuran condong ke harian tunggal
Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi tinggi
dan periodenya sangat berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat di
selat Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
Persebaran Tipe
Pasang Surut di
Indonesia (Teknik
Pantai, 1999)
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
Tipe Pasang Surut
(Teknik Pantai,
1999)
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
Pasang Surut
Pengamatan pasang surut dilaksanakan selama 15 hari dengan pembacaan
ketinggian air setiap satu jam.
Pengamatan pasut dilaksanakan menggunakan peilschaal dengan interval skala 1
(satu) cm.
Elevasi Nol Peilschaal = T.P + BT.1 – BT.2
dimana:
T.P = Tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal
BT.1 = Bacaan benang tengah di patok
BT.2 = Bacaan benang tengah di peilschaal
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
BT. 2 BT. 1
Patok
Peilschaal
Gambar Pengikatan (levelling) peilschaal.
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
Karakteristik Hidrooseanografi
Penentuan jenis pasang surut menurut rumus
berikut:
K 1 O1
NF
M2 S2
K 1 O1 Tabel Harga Elevasi‐elevasi Acuan di Lokasi
F 1, 51 Pekerjaan Terhadap LLWL
M 2 S2
Elevasi
Jumlah
Elevasi Acuan Terhadap
No Kejadian
LLWL (cm)
Lf i
Lf . cos
i i
cos i
dimana:
Lfi = Panjang fetch ke‐i
i = Sudut pengukuran fetch ke‐i
i = Jumlah pengukuran fetch
Tabel Perhitungan Fetch Efektif di Perairan
Lepas Pantai Pelabuhan Bengkuna
Arah Sudut (α) Panjang Fetch, F Fetch Efektif Arah Sudut (α) Panjang Fetch, F Fetch Efektif
F.Cosα F.Cosα
Utama ( o ) (m) (m) Utama ( o ) (m) (m)
Tenggara 0 0 0 842.346 Barat 20 1.354.291.39 1.272.617.63 1.361.042
‐5 0 0 15 1.417.321.50 1.369.027.44
‐10 1.497.979.64 1.475.221.96 10 1.498.465.86 1.475.700.80
‐15 1.416.942.28 1.368.661.14 5 1.565.172.21 1.559.216.26
‐20 1.353.998.72 1.272.342.61 0 1.444.805.39 1.444.805.39
Selatan 20 1.305.925.64 1.227.168.69 1.258.993 ‐5 1.351.178.66 1.346.037.02
15 1.270.486.78 1.227.195.99 ‐10 1.278.082.91 1.258.665.96
10 1.246.153.92 1.227.222.04 ‐15 1.177.945.82 1.137.808.29
5 1.231.935.20 1.227.247.31 ‐20 1.145.979.95 1.076.868.90
0 1.227.272.19 1.227.272.19 Barat Laut 20 0 0 811.507
‐5 1.231.985.15 1.227.297.07 15 1.124.031.70 1.085.731.25
‐10 1.246.255.77 1.227.322.34 10 1.111.206.39 1.094.324.67
‐15 1.270.644.57 1.227.348.41 5 1.111.251.45 1.107.022.8
‐20 1.306.145.96 1.227.375.72 0 1.124.123.56 1.124.123.56
Barat Daya 20 1.231.985.15 1.157.687.35 1.370.694 ‐5 1.146.122.27 1.141.760.93
15 1.246.255.77 1.203.790.63 ‐10 1.178.144.55 1.160.245.89
10 1.270.644.57 1.251.340.62 ‐15 232.147.83 224.237.585
5 1.306.145.96 1.301.175.68 ‐20 193.782.77 182.096.239
0 1.354.291.39 1.354.291.39
‐5 1.417.321.50 1.411.928.16
‐10 1.498.465.86 1.475.700.80
‐15 1.565.172.21 1.511.840.26
‐20 1.444.805.39 1.357.672.96
Gambar Peta fetch untuk contoh kawasan
perairan Pelabuhan Bengkunat
Gambar Windrose bulan September‐
Desember kawasan perairan Pelabuhan
Bengkunat.
Contoh gambar
Windrose .
Gelombang rencana didapat Tabel Tinggi Gelombang Maksimum
dengan memprediksikan dari Tahun 2001‐2005
kejadian angin maksimum T ahun U TL T TG S BD B BL M ax
2001 1 .1 2 2 .1 3 3 .7 1 .6 2 1 .8 8 0 0 0 3 .7
dengan periode tertentu. Dari 2002 2 .4 6 1 .9 3 2 .6 3 1 .9 3 1 .1 8 0 0 0 2 .6 3
hasil hindcasting didapat 2003 1 .1 5 2 .9 6 2 .8 6 1 .3 6 0 .8 7 0 0 0 2 .9 6
2004 0 .5 2 1 .6 1 2 .5 7 0 .8 8 0 .8 7 0 0 0 2 .5 7
gelombang maksimum tiap 2005 0 .5 6 1 .9 3 2 .7 9 1 .8 2 0 .7 7 0 0 0 2 .7 9
arah selama tahun 2001‐ M ax 2 .4 6 2 .9 6 3 .7 1 .9 3 1 .8 8 0 0 0
2005.
Grafik peramalan gelombang
Peramalan tinggi
gelombang dan
periode gelombang
dapat dihitung dengan
menggunakan grafik
peramalan gelombang,
setelah fetch efektif
dan tegangan akibat
kecepatan angin
diketahui.
Didapat nilai tinggi gelombang tiap‐
tiap perioda ulang seperti yang
disajikan pada Tabel Tabel Nilai tinggi gelombang tiap‐tiap
perioda ulang
Periode Ulang Nilai Ekstrim
(tahun) Tinggi Gel. (m)
1 2.71
2 2.90
3 3.09
5 3.30
10 3.53
25 3.80
50 3.98
100 4.15
200 4.31
Adapun langkah‐langkah dalam perhitungan gelombang adalah sebagai
berikut:
1. Memasukkan kecepatan maksimum yang terjadi pada setiap hari.
Contoh : Pada Tahun 2001, kecepatan angin maksimal pada tanggal 1 Januari
arah Barat Laut adalah 4 knot (kolom 4 pada Tabel)
2. Kecepatan angin pada kolom 4 di konversi dari satuan knot menjadi m/d (1 knot
= 0,514 m/d)
Contoh : Kecepatan angin 4 knot = 2,058 m/d (kolom 5 Tabel 4.8)
Adapun langkah‐langkah dalam perhitungan gelombang adalah sebagai
berikut:
3. Menghitung kecepatan angin
di laut dengan menggunakan
grafik hubungan antara
kecepatan angin di laut dan di
darat
Contoh :
Kecepatan di darat (UL) 2,058
m/d. Dari grafik
didapat RL=1,36.
UW = UL x RL
= 2,058 x 1,36
= 2,798 m/d
(kolom 7 Tabel)
Adapun langkah‐langkah dalam perhitungan gelombang adalah sebagai
berikut:
4. Menghitung tegangan kecepatan angin dengan rumus UA=0,71 UW1,23
Contoh : UA = 0,71 UW 1,23
= 0,71 x 2,7981,23
= 2,517 m/d (kolom 8 Tabel )
5. Berdasarkan nilai UA dan fetch, tinggi dan periode gelombang dapat dicari
dengan menggunakan grafik peramalan gelombang (Grafik peramalan
gelombang). Penentuan gelombang selain dibatasi oleh fetch, juga oleh
durasi kejadian angin. Karenamenggunakan data angin harian, maka durasi
diasumsikan selama 2 jam.
Contoh : Pada tanggal 1 Januari 2001 akibat angin dari arah Barat Laut,
dengan UA = 3,339 m/detik, fetch = 625 km, dibatasi durasi waktu
selama 2 jam, dihasilkan gelombang dengan tinggi (H) 0,13 m dan
periode (T) 1,71 detik (kolom 10 dan 11 Tabel ).
Tabel Perhitungan
Tegangan Angin,
Tinggi Dan Periode
Gelombang
Keterangan:
U : Utara T : Timur
S : Selatan B : Barat
TL : Timur Laut Tg : Tenggara
BD: Barat Daya BL : Barat Laut
Untuk keperluan perencanaan bangunan pantai, perlu dipilih tinggi
dan periode gelombang tunggal yang dapat mewakili suatu spektrum
gelombang.
Bentuk yang paling banyak digunakan adalah Gelombang 33% (H33)
atau tinggi rata‐rata dari 1/3 nilai tertinggi dari pencatatan gelombang.
Nilai tersebut dapat juga disebut tinggi Gelombang Signifikan
(Triatmodjo, 1996).
Perhitungan gelombang signifikan tiap tahun dilakukan dengan
mengurutkan tinggi gelombang, mulai dari gelombang tertinggi hingga
terendahtiap tahun.
Pada Tahun 2001 terdapat sebanyak 175 data gelombang, maka
1/3 dari jumlah data adalah 58 data. Maka nilai Hs (H33) pada
tahun 2001:
CONTOH: Tabel Gelombang
Dan Periode Yang Telah
Diurutkan Tahun 2001
Keterangan:
Ho = Tinggi gelombang
T = Periode gelombang
Selanjutnya perhitungan dengan cara
yang sama dilakukan pada data
gelombang dari Tahun awal data
sampai tahun akhir.
Periode Ulang Gelombang
Digunakan dua metode yang digunakan untuk
gelombang dengan periode ulang tertentu, yaitu
distribusi Gumbel (Fisher‐Tippett Type I) dan distribusi
Weibull.
Periode Ulang Gelombang
• Metode Fisher‐Tippett Type I
Dalam metode
Fisher‐Tippett Type I,
data probabilitas
ditetapkan untuk
setiap tinggi
gelombang sebagai
berikut (Triatmodjo,
1999):
Periode Ulang Gelombang
• Metode Fisher‐Tippett Type I
Tinggi gelombang signifikan
untuk berbagai periode
ulang dihitung dari fungsi
distribusi probabilitas
dengan rumus sebagai
berikut dengan  dan B
adalah perkiraan dari
parameter skala dan lokal
yang diperoleh dari analisis
regresi linear (Triatmodjo,
1999):
Periode Ulang Gelombang
• Metode Fisher‐Tippett Type I
Tabel Hasil Hitungan Gelombang
Dengan Periode Ulang (Metode
Fisher Tippett
Type I)
Keterangan:
1. Kolom 1 menunjukkan jumlah
tahun yang ditinjau (1996‐2006)
2. Kolom 2 merupakan tinggi
gelombang signifikan (H33) yang
terjadi tiap tahun dari 1996‐2006,
dan diurutkan dari nilai terbesar
sampai terkecil.
4. Kolom 4 dihitung
3. Kolom 3 dihitung dengan rumus dengan rumus
Dari Tabel, didapat beberapa parameter berikut ini:
N (jumlah data tinggi gelombang signifikan) = 11
NT (jumlah kejadian gelombang selama pencatatan) = 11
PERENCANAAN
KAWASAN PELABUHAN
Daerah yang perlu di lakukan penyelidikan tanah untuk data
pada perencanaan pelabuhan (Thoresen, 2014)