Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ASI Eksklusif
Sebelum bayi usia 4 bulan ebaiknya tidak usah ditambah susu botol dulu. Usahakan hanya ASI eksklusif sampai minimal
4 bulan, kalau bisa 6 bulan itu bagus sekali.
Kalau bayi terlihat masih kurang kenyang, jangan segera diberi susu botol. Sebaiknya kita ibunya yang mengusahakan
produksi ASI bisa meningkat dan mencukupi si bayi.
Ini tips dari aku yang sukses ASI eksklusif sampai 4 bulan walaupun ASI-ku tidak termasuk yang berlimpah dan sukses KB
alamiah sampai si kecil 7 bulan.
1. Susui bayi sesering mungkin. Payudara kanan dan kiri. Jangan dijadwalkan. Produksi ASI mengikuti hukum permintaan,
semakin sering dihisap, maka semakin banyak berproduksi.
2. Pompa payudara sehabis menyusui. Payudara yang kosong akan semakin mempercepat produksi ASI.
3. Jangan terlalu cepat memindahkan posisi menyusui dari payudara kiri ke kanan, dan sebaliknya. ASI yang keluar
setelah 15 menit pertama justru banyak mengandung lemak yang dapat mengenyangkan bayi. Jangan lakukan posisi
menyusui tiduran sampe ketiduran kalau ibus punya kebiasaan tidur "pingsan". Bisa2 bayinya ketindihan dan gak bisa
bernafas.
4. Makan makanan yang bergizi dan minum cairan yang cukup banyak. Bisa air putih, jus buah, susu rendah lemak, kuah
makanan. Makanannya usahakan banyak sayur hijau dan makanan laut. Daun katuk segar lebih cepat menghasilkan
daripada suplemen seperti Pro ASI atawa Lancar ASI. Jangan pikirkan diet dulu. Melangsingkan tubuh bisa dilakukan
kapan saja sementara menyusui waktunya cuma sebentar sementara manfaat baiknya untuk bayi adalah untuk
kecerdasan dan daya tahan tubuhnya.
6. Ibu harus cukup istirahat dan jangan stres! Stres bikin ASI mendadak kering.
7. Kalau bayi masih tampak kurang puas juga, pompa ASI dan masukkan ke botol untuk diberikan ke bayi. Tapi
sebenarnya penggunaan dot tidak dianjurkan paling tidak sampai usia bayi 6 bulan sebab dapat mengganggu
perkembangan sistem syaraf dan struktur tulang kepala.
8. Ini yang paling penting, yaitu RASA PERCAYA DIRI bahwa kita MAMPU untuk memberikan yang terbaik untuk bayi kita
yaitu ASI.
Memberikan ASI eksklusif terutama sangat dianjurkan untuk bayi2 yang dilahirkan dengan cara caesar. Bayi "caesar"
mengalami intensitas kesakitan yang sangat tinggi dibandingkan dengan bayi lahir normal yang sudah mengalami
exercise dalam proses kelahiran sebelum khirnya muncul ke dunia dan beradaptasi dengan dunia luar. Dengan
memberikan ASI, maka dapat membantu mencegah infeksi dan mengurangi rasa akit yang diderita bayi. [Fn]
Namun Kepmenkes ini masih kurang mempunyai hasil dan hukum positif yang dapat
memberikan sanksi perdata dan atau pidana terhadap pelanggarnya tetapi hanya berupa
sanksi administrative saja, untuk itu perlu dibuatnya peraturan yang lebih tinggi dari
Kepmenkes ini agar mempunyai kekuatan hukum yang lebih mengikat lagi.
Apalagi sesuai dengan pengamatan YLKI, di Indonesia terjadi banyak pelanggaran promosi
Susu Formula dan MPASI baik disekitar pelayanan kesehatan maupun di tempat umum
lainnya. Jika ini dibiarkan terus tentunya hal ini akan membuat masyarakat mendapatkan
informasi yang tidak imbang bahkan cenderung menyesatkan.
Untuk itu masih banyak “ Pekerjaan Rumah “ yang harus dikerjakan oleh semua pihak baik
masyarakat, tenaga kesehatan, serta pemerintah untuk mendukung dan menyukseskan ASI
ekslusif ini.
Direktur Bina Gizi Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan (Depkes) Ina Hernawati
menjelaskan, fenomena semacam itu akan berimbas buruk bagi kesehatan balita. Ia merujuk pada
penelitian di Ghana, yang menunjukkan bahwa 16% kematian bayi baru lahir bisa dicegah bila
bayi disusui pada hari pertama kelahiran. ''Angka harapan hidup bayi akan meningkat menjadi
22% jika bayi disusui pada 1 jam pertama setelah kelahiran,'' kata Ina di sela-sela kampanye
pekan ASI eksklusif sedunia di Jakarta, kemarin.
The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) memperkirakan 1 juta bayi dapat
diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama kelahiran, kemudian
dilanjutkan ASI eksklusif sampai dengan enam bulan. Ina menyebutkan, sejatinya kelompok
masyarakat yang paling rentan terancam penyakit dan kekurangan gizi adalah ibu hamil, bayi,
remaja, dan usia lanjut. Depkes mencatat, dari 10 ibu hamil di Indonesia, kira-kira ada empat ibu
yang menderita anemia zat besi, dan dua ibu yang kekurangan gizi. Sementara itu, pada balita,
dari 10 balita, sekitar dua sampai tiga balita menderita kekurangan gizi.
''Bila kekurangan gizi pada balita ini tidak segera diatasi, kondisi gizi buruk akan tercipta.'' Kultur
sosial Pada kesempatan terpisah, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta
Swasono berpendapat, faktor sosial budaya ditengarai menjadi faktor utama pada pemberian ASI
eksklusif pada balita di Indonesia. Ketidaktahuan masyarakat, gencarnya promosi susu formula,
dan kurangnya fasilitas tempat menyusui di tempat kerja dan publik menjadi kendala utama.
''Seharusnya tidak ada alasan lagi bagi seorang ibu untuk tidak menyusui bayinya,'' kata Meutia.
Ia mengatakan faktor sosial budaya berupa dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif
menjadi faktor kunci kesadaran sang ibu untuk memberikan gizi terbaik bagi bayinya.
''Dukungan suami terhadap ibu untuk menyusui harus ditingkatkan. Keluarga dan masyarakat
juga harus memberikan arahan dan ruang bagi ibu menyusui,'' jelas Meutia. Pasalnya, minimnya
dukungan keluarga dan suami membuat ibu sering kali tidak semangat memberikan ASI kepada
bayinya. Tidak sedikit bayi baru berumur dua bulan sudah diberi makanan pendamping karena
ketidaktahuan ibu terhadap manfaat ASI. Berdasarkan riset yang sudah dibuktikan di seluruh
dunia, ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi hingga enam bulan, dan disempurnakan hingga
umur dua tahun.
ASI, selain mengandung gizi yang cukup lengkap, mengandung imun untuk kekebalan tubuh
bayi. Keunggulan lainnya, ASI disesuaikan dengan sistem pencernaan bayi sehingga zat gizi
cepat terserap. Berbeda dengan susu formula atau makanan tambahan yang diberikan secara dini
pada bayi. Susu formula sangat susah diserap usus bayi. Pada akhirnya, bayi sulit buang air besar.
Apabila pembuatan susu formula tidak steril, bayi pun rawan diare. Kandungan gizinya pun tidak
sama dengan kandungan gizi pada ASI.