Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa

kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi berbagai perubahan baik

dari segi fisik, sosial maupun emosional yang ditandai dengan datangnya haid

untuk perempuan dan mimpi basah pertama untuk laki-laki (Maradona,

2018).

Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk

dalam rentang usia 10 hingga 19 tahun. Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang

usia 10-18 tahun. Sementara itu, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan

belum menikah. Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada

kesepakatan universal mengenai batasan kelompok usia remaja. Namun

begitu, masa remaja itu diasosiasikan dengan masa transisi dari anak-anak

menuju dewasa. Masa ini merupakan periode persiapan menuju masa dewasa

yang akan melewati beberapa tahapan perkembangan penting dalam hidup.

Selain kematangan fisik dan seksual, remaja juga mengalami tahapan menuju

kemandirian sosial dan ekonomi, membangun identitas, akuisisi kemampuan

(skill) untuk kehidupan masa dewasa serta kemampuan bernegosiasi (abstract

reasoning) (Kusumaryani, 2017).

1
Menurut United State Cencus jumlah remaja di dunia tahun 2018

sekitar 1,2 milyar jiwa atau 16% dari total penduduk dunia adalah remaja.

Indonesia merupakan lima negara dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu

melebihi 250 juta jiwa. Menurut laporan Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) 2017, jumlah remaja di Indonesia sebesar 17,6% dari total

penduduk dengan jumlah remaja laki-laki 18,2% dan perempuan 16,9%

(Kemenkes, 2018).

Perkembangan yang sangat menonjol terjadi pada masa remaja adalah

pencapaian kemandirian serta identitas (pemikiran semakin logis, abstrak, dan

idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga. Remaja

pada masa perkembangannya dihadapkan pada tuntutan yang sering

bertentangan, baik dari orang tua, guru, teman sebaya, maupun masyarakat di

sekitar. Sehingga remaja sering dihadapkan pada berbagai kesempatan dan

pilihan yang semuanya itu dapat menimbulkan permasalahan. Permasalahan

tersebut salah satunya yaitu resiko-resiko kesehatan reproduksi. Risiko-risiko

itu adalah seks bebas, kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi,

penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS, kekerasan seksual, serta

masalah keterbatasan akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan

(Wijaya dkk, 2014).

Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan fisik, mental, dan

sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, tetapi

dalam segala aspek yang berhubungan dengan proses reproduksi, fungsi, dan

sistem dalam semua tahap kehidupan (Rohan & Siyoto, 2013). Menurut

2
Muslihatun & Santi (2015), kesehatan reproduksi remaja (KRR) adalah suatu

kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen dan

proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental dan sosial. Tiga

hal yang harus dihindari oleh remaja untuk mencapai kesehatan reproduksi

remaja (TRIAD KRR) adalah narkoba, perilaku seks bebas dan HIV/AIDS.

Ketiganya merupakan risiko atau masalah yang akan/sering dijumpai oleh

kaum remaja dan akan saling mempengaruhi satu sama lain.

Menurut hasil survei tahunan Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) 2017 menyatakan bahwa 3,7% remaja di

Indonesia pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Rata-rata

umur remaja Indonesia yang pernah punya pacar dan pernah melakukan

hubungan seksual adalah 17,1%. Sebanyak 7,6% remaja usia 15-19 tahun

pernah mengonsumsi narkoba. Sedangkan menurut laporan Kemenkes 2018,

menyatakan bahwa kasus HIV-AIDS pada remaja usia 15-19 tahun sebanyak

3,2%. Prevalensi merokok pada usia 10-18 tahun menurut data Riskesdas

2013 sebesar 7,2%, sementara menurut data Sirkesnas 2016 prevalensi

merokok pada usia 10-18 tahun mengalami peningkatan sebesar 8,8% dan

kembali meningkat pada tahun 2018 menurut data Riskesdas sebesar 9,1%

(Riskesdas, 2018).

Sedangkan dari hasil laporan survei demografi dan kesehatan Indonesia

(SDKI) prevalensi merokok di Provinsi Maluku untuk wanita sebesar 3,0%

dan pria sebesar 79,7% (Kemenkes, 2018). Sementara prevalensi konsumsi

alkohol usia ≥10 tahun pada tahun 2018 sebesar 3,3% hal ini mengalami

3
peningkatan dibandingkan tahun 2007 sebesar 3,0%. Sementara Provinsi

Maluku pada tahun 2007 sebesar 5,0% meningkat menjadi 10,9% pada tahun

2018 (Riskesdas, 2018).

Perilaku berisiko remaja memiliki dampak akan menurunnya kualitas

kehidupan keluarga yang terjadi saat ini maupun di masa yang akan datang.

Remaja yang memiliki kondisi fisik dan mental yang tidak sehat dapat

melahirkan keturunan yang tidak sehat pula. Kondisi-kondisi yang bisa

ditimbulkan tersebut diantaranya melahirkan bayi dengan kondisi cacat

bawaan, gizi buruk atau juga bisa dengan penyakit tertentu. Hal tersebut

membuat identifikasi masalah perilaku beresiko remaja lebih awal sangat

penting untuk mencegah masalah lain yang akan muncul (Nurtini, 2018).

Perilaku kesehatan reproduksi remaja adalah perilaku remaja yang

berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Perilaku kesehatan reproduksi

pada remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun

faktor eksternal. Faktor internal meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan

seseorang tersebut. Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan, yaitu

lingkungan keluarga, guru atau lingkungan sekolah, teman sebaya, serta

sumber informasi mengenai kesehatan reproduksi. Hubungan orang tua

remaja mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung dengan perilaku

berisiko pada remaja. Menurut Hurlock dalam Delfriana (2016), menyatakan

bahwa peran orang tua terhadap anak merupakan hal yang sangat penting

dalam proses tumbuh kembang anak. Pengasuhan atau pola asuh orang tua

dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam pembentukan kepribadian anak.

4
Sejak kecil anak sudah mendapat pendidikan dari kedua orang tuanya melalui

keteladanan dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga. Baik tidaknya

keteladanan dan kebiasaan hidup orang tua dalam keluarga mempengaruhi

perkembangan jiwa seorang anak. Orang tua tidak menginginkan anak

remajanya untuk terjerumus dalam kegiatan-kegiatan perilaku berisiko yang

tidak diinginkan. Orang tua akan mencari cara terbaik dalam mengasuh

remaja (Djamarah, 2014).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mariani

(2017), menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peran

orang tua dengan perilaku seksual pra nikah pada Siswa-Siswi SMA Negeri 1

Jamblang Kabupaten Cirebon dengan nilai p-value 0,004 (p<0,05). Sementara

penelitian Nurrahmawati (2017), juga menyimpulkan bahwa ada hubungan

antara peran orang tua dengan sikap dan perilaku terhadap kesehatan

reproduksi Remaja di SMA Muhammadiyah Sewon Bantul dibuktikan

dengan nilai p-value sebesar 0,003 (p<0,05).

Selain peran orang tua, media memegang peran penting dalam

penyebarluasan informasi tentang Kesehatan Reproduksi Remaja. Media

merupakan alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber

kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat komunikasi mekanis

seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Cangara 2014). Menurut Muktiyo

(2016), menyatakan bahwa didalam proses perubahan sosial, dapat dikatakan

bahwa media massa memiliki peran yang strategis dalam menyebarluaskan

pesan serta informasi. Komunikasi sebagai satu proses transfer informasi,

5
pesan, pengetahuan dan teknologi memiliki peran yang sangat besar didalam

membawa perubahan pikiran, sikap maupun perilaku masyarakat.

Peran media dalam membentuk perilaku remaja sangat besar. Media

massa merupakan dimensi penting dari kehidupan yang mungkin memiliki

arti khusus selama masa remaja, khususnya untuk perilaku seksual berisiko

(Solehati, 2019). Perolehan informasi melalui media akan berdampak pada

sikap dan perilaku remaja, salah satunya perilaku KRR. Dampak media bagi

sikap dan perilaku remaja dapat menimbulkan dampak positif atupun negatif.

Media yang memiliki konten informasi yang benar akan berdampak positif

bagi remaja dan sebaliknya (Solehati, 2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2016), menyimpulkan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara akses media informasi dengan perilaku

seksual Pada Siswa SMK Negeri 1 Kendari dengan nilai p-value 0,001

(p<0,05). Hasil penelitian Lou (2014) pada anak remaja 15-24 tahun di

Shanghai, Hanoi, dan Taipei, menunjukan bahwa pesan yang disajikan dalam

media merupakan faktor yang berpengaruh pada pengetahuan, sikap, dan

perilaku remaja.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, diperoleh

jumlah siswa putri kelas XI dan XII berjumlah 160 siswa. Dari hasil

wawancara dengan guru BK SMK Negeri 7 Ambon pada tanggal 24 Mei

2019 mengatakan bahwa 3 tahun belakangan terdapat 1 siswa perempuan

yang dikeluarkan dari sekolah karena hamil diluar nikah.

6
Dari hasil wawancara dengan 10 siswi tentang peran orang tua dalam

pendidikan kesehatan reproduksi, ditemukan 2 diantaranya mengatakan

pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi seperti,

menstruasi, cara membersihkan alat kelamin dan belum mendapatkan

informasi kesehatan reproduksi secara luas dari orang tua. Sedangkan 8 siswi

lain mengatakan bahwa tidak pernah mendapat informasi tentang kesehatan

reproduksi dari orang tua. Sementara dari hasil wawancara dengan 10 siswi

tentang penggunaan media massa sebagai sarana pembelajaran tentang

kesehatan reproduksi remaja, ditemukan 7 siswi mengatakan jarang untuk

mengakses media massa baik buku, majalah, maupun internet sebagai media

untuk belajar. Sedangkan 3 siswi lainnya mengatakan bahwa sering

mengakses internet sebagai media pembelajaran tentang masalah kesehatan

reproduksi pada remaja.

Berdasarkan uraian fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang hubungan peran orang tua dan peran media

dengan perilaku kesehatan reproduksi pada remaja di SMK Negeri 7 Kota

Ambon 2019.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan masalah

dalam penelitian ini adalah : “apakah ada hubungan antara peran orang tua

dan peran media dengan perilaku kesehatan reproduksi pada remaja di SMK

Negeri 7 Kota Ambon 2019?”.

7
C. Tujuan

1. Umum

Mengetahui hubungan peran orang tua dan peran media dengan

perilaku kesehatan reproduksi remaja di SMK Negeri 7 Kota Ambon

2019.

2. Khusus

a. Mengetahui hubungan peran orang tua dengan perilaku kesehatan

reproduksi pada remaja di SMK Negeri 7 Kota Ambon 2019.

b. Mengetahui hubungan peran media dengan perilaku kesehatan

reproduksi pada remaja di SMK Negeri 7 Kota Ambon 2019.

D. Manfaat

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi

perkembangan ilmu keperawatan dan menjadi pedoman dalam

meningkatkan edukasi tentang perilaku kesehatan reproduksi pada remaja.

2. Praktis

a. Bagi pihak sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukan bagi pihak sekolah agar meningkatkan pengetahuan siswa

melalui bimbingan konseling maupun penyuluhan kesehatan terkait

pentingnya kesehatan reproduksi remaja.

8
b. Bagi responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai masukan dan informasi bagi siswi dalam meningkatkan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja serta dampak

negatif yang ditimbulkan sehingga dapat terbentuk sikap dan perilaku

yang baik.

c. Bagi peneliti

Diharapkan agar melalui penelitian ini dapat bermanfaat bagi

peneliti dalam peningkatan pengetahuan tentang pentingnya kesehatan

reproduksi remaja serta perilaku berisiko yang dapat memberikan

dampak negatif bagi kehidupan masa kini maupun yang akan datang.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan referensi

bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian terkait dengan

menggunakan variabel atau metode yang lain.

Anda mungkin juga menyukai