Anda di halaman 1dari 12

Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 1

Clinical Science Session

Limfadenopati

Oleh:
Dimas Candra Kusworo
1840312780

Preseptor :
dr. Novialdi, Sp. THT-KL (K), FICS

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMIL PADANG
2019
Clinical Science Session

LIMFADENOPATI
Dimas Candra Kusworo1

Affiliasi penulis : 1. Profesi Dokter FK UNAND (Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

A. PENDAHULUAN

Tubuh manusia memiliki sekitar 600 kelenjar limfe. Lien, tonsil, adenoid, dan patch Peyer
adalah bagian dari jaringan limfoid, yang berperan untuk membersihkan antigen dari cairan
ekstrasel.1 Kelenjar limfe berbentuk seperti kacang yang diatur dalam sirkulasi seluruh tubuh,
terkonsentrasi di sekitar leher, ketiak, pangkal paha, dan juga bagian atas dada dan perut. kelenjar
limfe terhubung satu sama lain dengan saluran limfatik. 2
Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar
dari 1 cm. Kepustakaan lain mendefi nisikan limfadenopati sebagai abnormalitas ukuran atau
karakter kelenjar getah bening.3 Sedangkan limfadenitis adalah inflamasi atau pembesaran dari
nodus limfatikus yang terasa nyeri dan panas. 5 Penyebab limfadenopati ada 5 yaitu, infeksi,
malignansi, obat – obatan, autoimun, dan miscellaneous.7 Sedangkan pada limfadenitis
penyebabnya adalah infeksi virus maupun bakteri. 5
Pembesaran kelenjar limfa dapat berasal dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang
berasal dari kelenjar getah bening itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit atau
karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening
(limfadenitis), infiltrasi sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit metabolite macrophage (gaucher
disease). Dengan mengetahui lokasi pembesaran kelenjar getah bening maka kita dapat
mengarahkan kepada lokasi kemungkinan terjadinya infeksi atau penyebab pembesaran kelenjar
getah bening. Benjolan, bisa berupa tumor baik jinak atau ganas, bisa juga berupa pembesaran
kelenjar getah bening. Kelenjar ini ada banyak sekali di tubuh kita, antara lain di ujudaerah leher,
ketiak, dalam rongga dada dan perut, di sepanjang tulang belakang kiri dan kanan sampai mata kaki.
Kelenjar getah bening berfungsi sebagai penyaring bila ada infeksi lokal yang disebabkan bakteri
atau virus. Jadi, fungsinya justru sebagai benteng pertahanan tubuh. Jika tidak terjadi infeksi,
kemungkinan adalah tumor. Apalagi bila pembesaran kelenjar didaerah-daerah tersebut di atas,
pertumbuhannya cepat dan mudah membesar. Bila sudah sebesar biji nangka, misalnya, bila ditekan
tidak sakit, maka perlu diwaspadai. Jalan terbaik, adalah dilakukan biopsy di kelenjar tersebut.
Diperiksa jenis sel-nya untuk memastikan apakah sekedar infeksi atau keganasan. Jika tumor dan
ternyata ganas, pembesaran kelenjar akan cepat terjadi. Dalam sebulan, misalnya sudah membesar
dan tak terasa sakit saat ditekan. Beda dengan yang disebabkan infeksi, umumnya tidak bertambah

besar dan jika daerah di sekitar benjolan ditekan,terasa sakit.6

B. TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi dan Fisiologi Sistem Limfa

Sistem limfatik terbagi atas jaringan limfatik, dan pembuluh limfatik. Jaringan limfatik merupakan
jenis jaringan ikat yang benyak mengandung sel limfosit. Jaringan limfosit banyak di dapatkan pada organ
yaitu thymus , nodus lymphaticus , lien, dan nodulus lymphaticus. Jaringan limfatik sangat penting untuk
pertahanan imunologik tubuh terhadap bakteri dan virus. 7

1
Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 2

Pembuluh limfatik ditemukan di seluruh jaringan dan organ pada tubuh, kecuali pada sistem saraf
pusat, bola mata, telinga dalam, epidermis kulit, cartilago dan tulang. Dalam pembuluh limfatik terdapat
cairan jaringan yang disebut limfa. Limfa dialirkan lebih terpatnya pada anyaman pembuluh-pembuluh
imfatik yang disebut kapiler limfa, kapiler ini selanjutnya mengalirkan limfa ke pembuluh limfa kecil yang
akan bergabug membentuk pembuluh limfa besar.7

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Lmfatik5

Anatomi7

1. Pembuluh Limfatik

Pembuluh Limfatik berasal dari kantong tertutup mikroskopik yang disebut kapiler
limfatik.(Kantong ini berasal dari vilus usus halus yang disebut lakteal).Kapiler limfatik berukuran lebih
besar dan lebih tidak beraturan dibandingkan kapiler darah,tetapi struktur dasarnya sama. Pembuluh
Limfatik terbagi menjadi.

 Pembuluh Limfatik Aferen : pembuluh yang membawa limfe masuk kelenjar limfe

 Pembuluh Limfatik Eferen : pembuluh yang membawa limfe keluar kelenjar limfe

2. Saluran Limfe

Saluran Limfe terbagi menjadi :

 Ductus Thoracicus atau Ductus Limfaticus Sinister ( mengumpulkan cairan limfe dari sisi kiri
kepala dan leher serta lengan kiri )

 Ductus Limfaticus Dexter (mengumpulkan cairan limfe dari sisi kanan kepala dan leher serta
lengan kanan )
Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 3

3. Kelenjar Limfe / Limfonodi

Bentuk kelenjar ini ialah lonjong atau seperti kacang dan terdapat di sepanjang pembuluh
limfe.Fungsinya ialah untuk menyaring limfe.Kelenjar ini terdapat di dalam leher,axial, thorax, abdomen,
dan lipatan paha.

4. Tonsil

Tonsil merupakan kelenjar limfe yang terdapat cavum oris dan faring (tonsila fariangalis,tonsila
palatina, dan tonsila lingualis ).Tonsil merupakan garis depan pertahanan infeksi yang terjadi di
mulut,hidung,dan tenggorokkan.

5. Limpa / Lien

Limpa merupakan kelenjar yang terletak di regiohipogastrium sinistra,yang berisi banyak jaringan
limfe dan sel darah. Fungsinya ialah membentuk eritrosit, memisahkan eritrosit mati dari sirkulasi darah,
menghasilkan limfosit (antibodi),serta menghancurkan leukosit dan trombosit.

6. RES (Retikulo Endotelial Sitema)

RES merupakan sistem dalam jaringan dan organ. Fungsinya ialah memakan benda asing dan
bakteri yang masuk tubuh. RES terdiri dari kelenjar limfe,limpa,hati dan sum-sum tulang.

7. Sirkulasi limfe

Limfe mengalir dari kapiler limfatik utama menuju limfatik penampung,selanjutnya masuk ke
pembuluh yang lebih besar yang akan bergabung untuk membentuk trunkus limfatik utama.

 Duktus Toraks adalah trunkus limfatik utama yang mengumpulkan cairan dari seluruh tubuh,
kecuali untuk kuadran kanan atas.Duktus ini memasuki vena subklavia kiri pada sisi pertemuan
vena tersebut dengan vena jugularis interna;berasal dari sisterna chyli yang menyerupai kantong
terdilatasi pada regia lumbar rongga abdomen.Sisterna chyli adalah duktus pengumpul untuk
semua limfatik yang berasal dari hati,usus,pelvis, dan tungkai bawah.

 Duktus Limfatik Kanan

 Trunkus Bronkomediastinal Kanan;menampung limfe dari struktur mediastinal dan paru –
paru,kemudian menyatu dengan duktus limfatik kanan.
Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 4

Fisiologi8

Gambar 2.2 Fisiologi Sistem Limfa8

1. Fungsi Sistem Limfatik


 Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan kedalam sirkulasi darah

 Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah

 Membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah

 Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme (oleh kelenjar limfe)

 Apabila ada infeksi,kelenjar limfe menghasilkan zat imun(antibodi)

 Mengembalikan kelebihan cairan jaringan yang keluar dari kapilar


2. Mekanisme aliran limfe
 Gerakan otot rangka yang bersebelahan dengan pembuluh limfe akan mengerakkan limfe
ke arah trunkus limfatik

 Cara kerja kontaraksi periodik pembuluh limfatik seperti cara kerja pompa limfe

 Tekanan negatif intratoraks yang terjadi saat inspirasi memberi efek pengisapan pada limfe
dalam duktus toraks

Definisi

Limfadenopati adalah pembesaran kelenjar limfa. Kelenjar limfa normlanya berukuran < 1 cm.
Terdapat 2 macam limfadenopati, terlokalisata jika < 3 kelenjar limfa dan generalisata jika ≥ 3 kelenjar
limfa.1,2 75 % limfadenopati merupakan limfadenopati terlokalisata dan 25 % merupakan limfadenonapti
generalisata.1 50% limfadenopati merupakan tuberculosis limfadenopati dan 50% lainnya adalah
limfadenopati non TB.9

Limfadenitis adalah inflamasi atau pembesaran dari nodus limfatikus yang terasa nyeri dan panas. Nodus
limfatikus membesar beberapa milimeter sampai 2 cm. Nodus limfatikus tersebar di sekitar pembuluh
darah diseluruh tubuh yang berfungsi sebagai penyaring dari mikroorganisme dan sel sel abnormal yang
terkumpul di cairain limfa. Pembengkakan dari nodus limfatikus menggambarkan adanya suatu penyakit
yang mendasari. Hal ini merupakan respon yang normal untuk infeksi sistemik atau infeksi yang
Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 5

terlokalisasi. Limfadenitis tersering pada kelenjar servikal, aksila, dan inguinal. Apabila infeksi yang
mendasari bersifat lokalisata maka limfadenitis yang terjadi unilateral sedangkan apabila infeksi bersifat
sistemik limfadenitis yang terjadi adalah limfadenitis bilateral.5

Etiologi

Terdapat 5 penyebab limfadenopati , yaitu 4,10 :

1. Malignansi
2. Infeksi ; M. Tuberculosis, measles, chickenpox, toxoplasmosis, HIV, sifilis, Cytomegalovirus, E.Barr,
Herpes simplex, hepatitis B
3. Obat – obatan ; Cotrimoxazol, Phenytoin, allopurinl, atenolol, dan penisilin
4. Autoimun ; SLE, rheumatoid arthritis, dan juvenile arthtritis
5. Miscellaneous ; sarcoidosis, hystocytosis, hypotiroid

Lokasi Limfadenopati :3

1. Limfadenopati daerah kepala dan leher


Kelenjar getah bening servikal teraba pada sebagian besar anak, tetapi ditemukan juga pada
56% orang dewasa. Penyebab utama limfadenopati servikal adalah infeksi; pada anak, umumnya berupa
infeksi virus akut yang swasirna. Pada infeksi mikobakterium atipikal, cat-scratch disease, toksoplasmosis,
limfadenitis Kikuchi, sarkoidosis, dan penyakit Kawasaki, limfadenopati dapat berlangsung selama
beberapa bulan. Limfadenopati supraklavikula kemungkinan besar (54%-85%) disebabkan oleh
keganasan.3 Kelenjar getah bening servikal yang mengalami infl amasi dalam beberapa hari, kemudian
berfl uktuasi (terutama pada anak-anak) khas untuk limfadenopati akibat infeksi stafi lokokus dan
streptokokus.
Kelenjar getah bening servikal yang berfl uktuasi dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan
tanpa tanda-tanda infl amasi atau nyeri yang signifi kan merupakan petunjuk infeksi mikobakterium,
mikobakterium atipikal atau Bartonella henselae (penyebab cat scratch disease). Kelenjar getah bening
servikal yang keras, terutama pada orang usia lanjut dan perokok menunjukkan metastasis keganasan
kepala dan leher (orofaring, nasofaring, laring, tiroid, dan esofagus). Limfadenopati servikal merupakan
manifestasi limfadenitis tuberkulosa yang paling sering (63-77% kasus), disebut skrofula. Kelainan ini
dapat juga disebabkan oleh mikobakterium nontuberkulosa.

2. Limfadenopati epitroklear
Terabanya kelenjar getah bening epitroklear selalu patologis. Penyebabnya meliputi infeksi di
lengan bawah atau tangan, limfoma, sarkoidosis, tularemia, dan sifi lis sekunder.

3. Limfadenopati aksila
Sebagian besar limfadenopati aksila disebabkan oleh infeksi atau jejas pada ekstremitas atas.
Adenokarsinoma payudara sering bermetastasis ke kelenjar getah
bening aksila anterior dan sentral yang dapat teraba sebelum ditemukannya tumor
primer. Limfoma jarang bermanifestasi sejak awal atau, kalaupun bermanifestasi, hanya di kelenjar getah
bening aksila. Limfadenopati antekubital atau epitroklear dapat disebabkan oleh limfoma atau melanoma
di ekstremitas yang bermetastasis ke kelenjar getah bening ipsilateral.
Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 6

4. Limfadenopati supraklavikula
Limfadenopati supraklavikula mempunyai keterkaitan erat dengan keganasan. Pada penelitian,
keganasan ditemukan pada 34% dan 50% penderita. Risiko paling tinggi ditemukan pada penderita di atas
usia 40 tahun.1 Limfadenopati supraklavikula kanan berhubungan dengan keganasan di mediastinum,
paru, atau esofagus. Limfadenopati supraklavikula kiri (nodus Virchow) berhubungan dengan keganasan
abdominal (lambung, kandung empedu, pankreas, testis, ovarium, prostat).

5. Limfadenopati inguinal
Limfadenopati inguinal sering ditemukan dengan ukuran 1-2 cm pada orang normal, terutama
yang bekerja tanpa alas kaki. Limfadenopati reaktif yang jinak dan infeksi merupakan penyebab tersering
limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal jarang disebabkan oleh keganasan. Karsinoma sel
skuamosa pada penis dan vulva, limfoma, serta melanoma dapat disertai limfadenopati inguinal.
Limfadenopati inguinal ditemukan pada 58% penderita karsinoma penis atau uretra.

6. Limfadenopati generalisata
Limfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi serius, penyakit autoimun, dan
keganasan, dibandingkan dengan limfadenopati lokalisata. Penyebab jinak pada anak adalah infeksi
adenovirus. Limfadenopati generalisata dapat disebabkan oleh leukemia, limfoma, atau penyebaran
kanker padat stadium lanjut. Limfadenopati generalisata pada penderita luluh imun (immunocompromised)
dan AIDS dapat terjadi karena tahap awal infeksi HIV, tuberkulosis, kriptokokosis, sitomegalovirus,
toksoplasmosis, dan sarkoma Kaposi. Sarkoma Kaposi dapat bermanifestasi sebagai limfadenopati
generalisata sebelum timbulnya lesi kulit.

Patofisiologi dan Patogenesis

Limfadenopati

Kelenjar limfa berperan dalam filtrasi dari mikroorganisme, pembentukan antibodi, dan
pembentukan limfosit. Ketika ada organ yang mengalami infeksi, maka kelenjar limfa terdekat akan
berekasi untuk membunuh mikroorganisme tersebut. Kelenjar limfa membesar karena proliferasi dari
limfosit atau hiperplasia makrofag. Selain mikroorganisme, sel keganasan, dan interaksi antigen juga
dapat menyebabkan limfadenopati. Limfadenopati akut biasanya terjadi karena proses inflitrasi bakteri

sedangkan limfadenopati kronis biasanya terjadi karena ssebuah keganasan atau autoimun. 10

Kelenjar Getah Bening Kelenjar getah bening (KGB) adalah agregat nodular jaringan limfoid yang
terletak sepanjang jalur limfe di seluruh tubuh. Sel dendritik membawa antigen mikroba dari epitel dan
mengantarkannya ke kelenjar getah bening yang akhirnya dikonsentrasikan di KGB. Dalam KGB
ditemukan peningkatan limfosit berupa nodus tempat proliferasi limfosit sebagai respons terhadap
antigen.6

Sistem limfatik-resirkulasi limfosit Sirkulasi darah ada dibawah tekanan dan komponennya
(plasma) masuk dinding kapiler yang tipis ke jaringan sekitar. Cairan ini disebut cairan interstisial yang
membasahi semua jaringan dan sel. Bila cairan ini tidak dikembalikan ke sirkulasi dapat terjadi edema,
pembengkakan progresif yang dapat mengancam nyawa. Hal itu tidak terjadi oleh karena cairan
dikembalikan ke darah melalui dinding venul. Jadi system tersebut menampung cairan yang dari pembuluh
darah dan masuk ke dalam jaringan dan mengembalikannya ke pembuluh darah. Sel limfosit, SD,
makrofag dan sel lainnya juga dapat masuk melalui dinding tipis sel endotel yang longgar dari pembuluh
limfe primer dan masuk ke dalam arus limfe. Antigen asing yang masuk ke dalam jaringan akan ditangkap
Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 7

oleh sel system imun dan dibawa ke berbagai jaringan limfoid regional yang teroganisasi seperti KGB. Jadi
system limfatik juga berperan sebagai alat transport limfosit dan antigen dari jaringan ikat ke jaringan
limfoid yang teroganisasi, tempat limfosit diaktifkan. 11

Keuntungan dari resirkulasi limfosit ialah bahwa sewaktu terjadi infeksi non-spesifik, banyak
limfosit akan terpajan dengan antigen/kuman. Keuntungan lain dari resirkulasi limfosit ialah bahwa bila ada
organ limfoid misalnya limfa yang deficit limfosit karena infeksi, radiasi atau trauma. Limfosit dari jaringan
limfoid lainnya melalui sirkulasi akan dapat dikerahkan kedalam organ limfoid tersebut dengan mudah. Sel
T naïf (Sel matang yang belum terpajan dengan antigen dan belum berdiferensiasi) cenderung
meninggalkan sirkulasi darah dan menuju kelenjar getah bening dalam daerah sel T. SD/APC dari
berbagai bagian tubuh yang membawa antigen juga berimigrasi dan masuk ke dalam kelenjar getah
bening dan mempresentasikan antigen ke sel T. sel T yang diaktifkan SD/APC tersebut keluar dari kelenjar
limfoid dan melalui aliran darah bergerak ke tempat infeksi dan bekerja sebagai sel efektor. Tidak seperti

leukosit, limfosit terus menerus di resirkulasikan melalui darah dan limfe ke berbagai organ limfoid. 11

1. HEV-tempat ekstravasasi limfosit

Beberapa tempat di endotel vaskular dalam venul poskapilar berbagai organ limfoid terdiri atas sel
khusus, gemuk dan tinggi yang disebut HEV. Sel-selnya berlainan sekali dengan sel endotel yang gepeng
yang membatasi kapiler lainnya. Setiap organ limfoid sekunder, kecuali limpa mengandung HEV.1 HEV
mengekspresikan sejumlah besar molekul adhesi. Seperti sel endotel vascular lainnya, HEV
mengekspresikan CAM family selektin (selektin E dan P), family musin (GlyCAM-1 dan CD34) dan
superfamily immunoglobulin (ICAM-1, ICAM-2. ICAM-3, VCAM-1 dan MAdCAM-1) beberapa molekul
adhesi disebut adresin vascular, oleh karena berperan dalam mengarahkan ekstravasasi berbagai

populasi limfosit dalam resirkulasi ke organ limfoid khusus. 11

2. Homing atau trafficking

Pada keadaan normal terjadi lintas arus limfosit aktif terus menerus melalui kelenjar getah
bening, tetapi bila ada antigen masuk, arus limfosit dalam kelenjar getah bening akan berhenti sementara.
Sel yang antigen spesifik akan ditahan dalam kelenjar getah bening. Dalam menghadapi antigen tersebut,
kelenjar dapat membengkak seperti yang sering ditemukan pada infeksi. Hal tersebut merupakan hal yang
esensial untuk respons imun yang efektif terhadap antigen asing. Limfosit cenderung berimigrasi ke
tempat-tempat yang selektif. Homing mukosa adalah kembalinya sel limfoid reaktif imunologis ke asalnya
di folikel mukosa. Hal tersebut terjadi melalui ikatan antara molekul adhesi dan kemokin, reseptor yang
mengarahkan berbagai populasi limfosit ke jaringan limfoid khusus atau inflamasi yang disebut dengan
reseptor homing. L-selektin atau CD62L adalah molekul pada permukaan limfosit yang berperan pada
homing limfosit. Adresin mukosa adalah salah satu adresin yang mengikat integrin pada sel T yang
memilih homing di saluran cerna. Reseptor pada permukaan limfosit tersebut akan memberikan arah dan
tujuan kembali ke plak peyer. Limfosit yang awalnya disensitasi oleh antigen di plak peyer akan diaktifkan

dan memproduksi sel memori yang akan berimigrasi kembali ke tempat yang semula mensensitasinya. 11

Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh
yang berasal dari kelenjar getah bening itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit atau
karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening
(limfadenitis), infiltrasi sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit metabolite macrophage (gaucher
Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 8

disease). Dengan mengetahui lokasi pembesaran kelenjar getah bening maka kita dapat mengarahkan
kepada lokasi kemungkinan terjadinya infeksi atau penyebab pembesaran kelenjar getah bening.
Benjolan, bisa berupa tumor baik jinak atau ganas, bisa juga berupa pembesaran kelenjar getah bening.
Kelenjar ini ada banyak sekali di tubuh kita, antara lain di ujudaerah leher, ketiak, dalam rongga dada dan
perut, di sepanjang tulang belakang kiri dan kanan sampai mata kaki. Kelenjar getah bening berfungsi
sebagai penyaring bila ada infeksi lokal yang disebabkan bakteri atau virus. Jadi, fungsinya justru sebagai
benteng pertahanan tubuh. Jika tidak terjadi infeksi, kemungkinan adalah tumor. Apalagi bila pembesaran
kelenjar didaerah-daerah tersebut di atas, pertumbuhannya cepat dan mudah membesar. Bila sudah
sebesar biji nangka, misalnya, bila ditekan tidak sakit, maka perlu diwaspadai. Jalan terbaik, adalah
dilakukan biopsy di kelenjar tersebut. Diperiksa jenis sel-nya untuk memastikan apakah sekedar infeksi
atau keganasan. Jika tumor dan ternyata ganas, pembesaran kelenjar akan cepat terjadi. Dalam sebulan,
misalnya sudah membesar dan tak terasa sakit saat ditekan. Beda dengan yang disebabkan infeksi,

umumnya tidak bertambah besar dan jika daerah di sekitar benjolan ditekan,terasa sakit. 6

Selain karena respon dari adanya mikroorganisme, limfadenopati juga bisa terjadi akibat
penggunaan obat – obatan. Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptoms (DRESS) Syndrom
adalah kondisi yang menyebabkan terjadinya limfadenopati setelah penggunaan beberapa obat. Faktor
genetik merupakan penyebab utama pada kasus DRESS ini, defisiensi dari enzim yang berfungsi untuk
membuang zat – zat metabolit menyebabkan adanya akumulasi dari zat tersebut yang menyebabkan
kematian sel atau menginduksi fenomena imunologis dimana terjadi aktivasi eosinofil yang diaktifkan oleh
IL-5 yang dilepaskan oleh sel T spesifik terhadap obat salah satu dampak yang akan terjadi adalah
limfadenopati.12Anticonvulsant Hypersensitivity Syndrome adalah keadaan alergi terhadap obat yang
salah satu manifestasi klinisya adalah limfadenopati. Keadaan ini muncul setelah pemberian antikonvulsan
seperti phenytoin selama 8 minggu.13

Manifestasi klinis

Pada limfadenopati manifestasi klinisnya hanya pembesaran kelenjar limfa. Pembesaran tersebut
dapat dibedakan menjadi limfadenopati maligna atau benigna sesuai ciri – ciri berikut ini10 :

Tabel 2.1 Ciri-ciri limfadenopati maligna dan benigna

Maligna Benigna

Ukuran >2 cm < 2 cm

Konsistensi Keras Lunak

Durasi >2 minggu <2 minggu

Lokasi Supraclavicula, Ingunal,


epitrochlear, dan submandibular,
generalisata axillary, cervical, dll

)
Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 9

Diagnosis

Limfadenopati dapat didiagnosa berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang, dari pemeriksaan
fisik ditemukan pembesaran kelenjar limfa >1cm tanpa ras nyeri dan panas. Pemeriksaan penunjang
dilakukan jika pembesaran tersebut sudah > 3 minggu. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah
hitung jenis darah tepi, cek LDH dan asam urat, rontgen thorax, dan tuberculosis skin test. 1,8 Karena
50% limfadenopati merupakan limfadenopati TB, maka penyakit Tuberculosis sangat diperhatikan, berikut
merupakan algoritma yang membedakan limfadenopati Tb dan non TB. 7 Penegakan diagnosis
limfadenopati dan limfadenitis melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada limfadenopati
didapatkan pembesran kelenjar limfa >2cm tanpa rasa nyeri, sedangkan pada limfadenitis tedapat
pemebesaran kelenjar limfa disertai nyeri tekan dan gejala sistemik infeksi. Pemeriksaan penunjang
limfadenopati dilakukan jika pembesaran kelenjar > 3 minggu sedangkan pemeriksaan penunjang
limfadenitis dapat dilakukan tanpa mnunggu masa kronis.

Penatalaksanaan limfadenopati biasanya bersifat invasif jika etiologi malignansi, jika etiologinya
infeksi atau autoimun penatalaksanaannya adalah pengobatan penyakit primernya.

Gambar 2.3 Diagnosis Limfadenopati


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Mohseni, Shaherzahd, Abolfahzl Shojaiefard, Zhamark Khorgani, Shariar alinejard et.al. Peripheral
Lymphadenopathy: Approach and Diagnostic Tools. Iran. 2013
2. West H, Jin J. Lymph Nodes and Lymphadenopathy in Cancer. JAMA Oncology. Vol.2 (7). 2016
3. Oehadian A. Pendekatan Diagnosis Limfadenopati. Sub Bagian Hematologi-Onkologi Medik, Bagian Ilmu
Penyakit Dalam,RS Hasan Sadikin/Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Indonesia. 2013
4. Abba, Abdullah A dan Mohammed Khalil. Clinical Approach to Lymphadenophaty. Saudi Arabia. 2012
5. Partirge, Elizabeth. Lymphadenitis Clinical Presentation. Rusia. 2016
6. Limfadenitis. Available at: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16862/4/Chapter%20II.pdf.
Diunduh pada 2 Februari 2018
7. Snell, Richard S. Anatomi Klinik ed. 6. EGC : Jakarta. 2006.
8. Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC
9. Thajjar, Kharan, Saket Mukund, Manmohand Singh. Lymphadenopathy: Differentiation between
Tuberculosis and Other non-Tuberculosis Causes like Follicular Lymphoma. Israel. 2016
10. Khanwar, Vikramjit S. Lymphadenophaty. Rusia. 2017
11. Baratawidjaja. G. K, Rengganis Iris. 2012. Imunologi Dasar, Jakarta, Balai Penerbit FKUI
12. Choudary, Sonal, Michael McLeod, Daniele Thorchila, Paolo Romaneli. DrugReaction with Eosinophilia
and Systemic Symptoms (DRESS) Syndrome. Florida 2015
13. Chouksy, Ankita, Varudhkar, dan Arti Julka. Drug Induced Lymphadenopathy . Singapura. 2016
14. Ioachim HL, Ratech H.(2002). Ioachim's Lymph Node Pathology. 3rd edition, Lippincott Williams & Wilkins,
from, http://moon.ouhsc.edu/kfung/JTY1/HemeLearn/CapsuleSumary/Lymphadenopathy-M.htm. Diunduh
pada 2 Februari 2018
15. Limfadenitis. Available at: PDPI. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia
2006. Indah Offset Citra Grafika, 2006. In site http://www.scribd.com/doc/81071297/Limfadenitis-
Tuberkulosis. I=Diunduh pada 2 Februari 2018
16. Partirge, Elizabeth. Lymphadenitis. Rusia. 2016
17. Z, Wiler, Nelly P., Baruchin AM, dan Olle S. Diagnosis and treatment of cervical tuberculous lymphadenitis.
UK. 2016
18. Partridge E.(2012).Lymphadenitis. from http://emedicine.medscape.com/article/960858-overview Diunduh
pada 2 Februari 2018

Anda mungkin juga menyukai