Anda di halaman 1dari 9

Penyisipan gen warna pada ikan Carassius auratus .....

(Wartono Hadie)

PENYISIPAN GEN WARNA PADA IKAN Carassius auratus


MENGGUNAKAN METODE ELEKTROFORASI DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KUALITAS IKAN HIAS

Wartono Hadie *) , Eni Kusrini**) , Agus Priyadi **) , dan Alimuddin***)


*)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya
Jl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540
E-mail: tono_hadi@yahoo.com
**)
Balai Riset Budidaya Ikan Hias
Jl. Perikanan No. 13, Pancoran Mas, Depok
***)
Institut Pertanian Bogor
Jl. Lingkar Kampus, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680

(Naskah diterima: 21 Januari 2010; Disetujui publikasi: 30 September 2010)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknik rekayasa penyisipan gen warna
pada ikan hias dan pengetahuan tentang pola pewarisannya yang akan dapat
membantu perbaikan mutu ikan. Metode yang diterapkan adalah elektroforasi. Ikan
hias yang digunakan dalam penelitian adalah ikan komet (Carassius auratus)
sedangkan gen pemendar yang digunakan adalah GFP (green fluorescent protein)
dengan konstruksi DNA yang digunakan berbentuk plasmid yang dikontrol oleh
promoter β-aktin dari ikan Japanese flounder (ikan sebelah) dengan panjang fragmen
pKer-GFP 6,0 kb. Sintasan dan keberadaan gen GFP diamati mulai dari telur menetas.
Ekspresi gen dapat diamati setelah fase terbentuknya sirip dan dilakukan secara
deskriptif (performa) dan PCR. Hasil yang diperoleh gen GFP terekspresi mulai
pembentukan sirip dan hasil cek PCR semua ketiga konsentrasi DNA yang dicobakan
mempunyai ekspresi yang sama. Untuk dapat mengetahui ekspresi gen GFP sampai
pada F0 masih menunggu ikan dewasa dan matang gonad.

KATA KUNCI: elektroforasi, GFP, promoter β -actin, Carassius auratus

ABSTRACT: Insertion of green fluorescent protein to Carassius auratus using


electroporation method to increase the quality of ornamental
fish. By: Wartono Hadie, Eni Kusrini, Agus Priyadi, and
Alimuddin

This research was aimed to obtain a method for introduction of exogenous gene of
green flourescent protein (GFP) in order to improve the ornamental fish color
appearance. The method used were electroporation. The Carassius auratus were
used in this research. The construct of flourescent gene of pKer-GFP as DNA construct
of plasmid controlled by β-actin of Japanese flounder with pKer-GFP 6.0 kb in length.
Survival rate and gene expression of GFP assessed right after the eggs hatched.
Gene expression was observed using PCR product and direct observation. The result
show that the expression of GFP from all of three treatments were observed but not
significantly different. This expression however should be wait until the fish mature.

Keywords: electrophoration, GFP, promoter β -actin, Carassius auratus

335
J. Ris. Akuakultur Vol.5 No.3 Tahun 2010: 335-343

PENDAHULUAN mempunyai nilai komersial lebih tinggi (Garcia-


Pozo et al., 1998). Perkembangan teknologi
Trend perdagangan ikan hias dari sisi tujuan transgenik ikan di dunia meningkat dengan
pasar, masih menghadapi tantangan karena cepat. Keuntungan ekonomi yang potensial
ikan hias sebagai komoditas “costumer base”. dari teknologi transgenik ikan ini tidak
Artinya pola perdagangannya dipengaruhi diragukan lagi. Ikan transgenik bisa juga
oleh selera konsumen. Hasil survai terakhir di digunakan sebagai bioreaktor untuk mem-
pasar utama (AS dan UE) menunjukkan bahwa produksi bahan-bahan yang bersifat komersial
konsumen ikan hias mayoritas di kalangan maupun yang bermanfaat bagi kesehatan
remaja usia 11-15 tahun. Berdasarkan hasil ini (Collas et al., 2000).
menunjukkan bahwa kreativitas dan inovasi
diperlukan untuk menarik mayoritas konsumen Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
baik yang terkait dengan pengembangan mengetahui keberhasilan metode elektroforasi
teknologi akuarium dan perlengkapannya dalam penyisipan gen pemendar warna hijau
maupun pengembangan spesies ikan jenis (GFP) pada ikan komet.
baru. BAHAN DAN METODE
Gen pemendar warna, khususnya pemen-
Penelitian dilakukan di Balai Riset Budidaya
dar warna hijau (GFP = green fluorescent
Ikan Hias, Depok dan Laboratorium Reproduksi
protein) telah ditemukan sebagai bahan dasar
dan Genetika Organisme Akuatik, IPB. Bahan-
pemendar pada tubuh ikan. Penggunaan
bahan yang digunakan dalam penelitian ini
bahan dasar tersebut telah berhasil mengubah
antara lain: ovaprim, larutan fisiologis, dan
ikan menjadi warna yang menarik dan mem-
induk ikan hias (komet, maskoki, dan
punyai nilai jual tinggi. Setelah menyisip ke
sinodontis). Konstruksi DNA yang digunakan
genom ikan inang melalui transfer gen
berbentuk plasmid yang dikontrol oleh
(transgenesis), gen tersebut dapat diwariskan
promoter keratin dari ikan Japanese flounder
kepada generasi berikutnya melalui meka-
dengan panjang fragmen pKer-GFP-N1 6,0 kb.
nisme pewarisan sifat. Namun demikian pola
pewarisan hendaknya dipelajari sehingga Pemijahan ikan uji dilakukan dengan sistem
dapat diperhitungkan pada proses produksi buatan, induk betina dan induk jantan yang
massalnya. telah matang gonad disuntik ovaprim (dosis
0,5 mL/kg). Setelah 12 jam dari waktu penyun-
Kinoshita & Ozato (1995) mengembangkan
tikan, induk di-striping untuk mendapatkan
cara penyisipan gen adalah melalui injeksi ke
telur dan sperma dari induk jantan.
dalam nukleus oosit. Pada tikus, penyisipan
DNA ini melalui nukleus dari telur yang telah Spermatozoa dari beberapa induk jantan
dibuahi. Namun pada ikan hal ini lebih sulit dikumpulkan dalam microtube, yang selan-
karena telur ikan yang sudah dibuahi, kadang- jutnya dicampur dengan 25 μL DNA dan
kadang memiliki korion yang tebal, sehingga dimasukkan ke dalam mesin elektroforator
sulit untuk mencapai nukleus. Namun demikian untuk dilakukan kejutan dengan voltase yang
beberapa tahun terakhir, teknik injeksi berbeda. Perlakuan yang digunakan adalah
sitoplasma ke dalam telur yang telah dibuahi kejutan dengan 50 mV/s, 75 mV/s, dan 100
telah dikembangkan di beberapa laboratorium. mV/s. Spermatozoa hasil dari kejutan listrik
Metode lain yang bisa digunakan adalah tersebut langsung dicampur dengan larutan
elektroforasi dan lipofeksi (Hackett, 1993). fisiologis sebanyak 625 μL, diaduk kemudian
Dengan menggunakan kedua metode terakhir dipindahkan ke dalam tabung baru untuk
ini, transfer gen dapat dilakukan secara massal persiapan pembuahan. Telur hasil pembuahan
melalui sperma, telur, atau embrio. buatan dari sperma yang diperlakukan dengan
elektroforasi segera diinkubasikan ke dalam
Transgenesis sangat bermanfaat dalam
akuarium hingga menetas.
berbagai macam studi tentang biologi
(Jaenisch, 1988 dalam Meng et al., 1999). Motilitas sperma diamati menggunakan
Misalnya studi mengenai fungsi dan pola mikroskop, yaitu menghitung jumlah sperma-
ekspresi dari gen serta untuk memproduksi tozoa yang aktif. Spermatozoa yang diamati
produk komersial yang diinginkan (Kinoshita adalah spermatozoa sebelum dan setelah
& Ozato, 1995). Di bidang perikanan budidaya, diperlakukan dengan elektroforasi. Motilitas
transfer DNA eksogenous umumnya ditujukan spermatozoa diukur dengan menghitung
untuk memproduksi galur transgenik yang jumlahnya yang aktif bergerak.

336
Penyisipan gen warna pada ikan Carassius auratus ..... (Wartono Hadie)

Kpn I Bam HI M 1 2 3 4 N M

kb
3.0
Prom. Keratin GFP SV40 1.5
1.0

0.5
pKer-GFP (6.0 kb)
0.2

Gambar 1a. Peta plasmid pKer-GFP diper- Gambar 1b. Peta plasmid pKer-GFP (kiri), dan
banyak menggunakan bakteri E. pengecekan hasil transformasi
coli strain DH5-α. plasmid pada 4 klon bakteri meng-
Figure 1a. Map of plasmid pKer-GFP multi- gunakan PCR
pliedusing E. coli strain DH5α Figure 1b. Map of plasmid pKer-GFP. (left),
and testing of plasmid transfor-

Parameter yang diamati meliputi sintasan HASIL DAN BAHASAN


dan keberhasilan penyatuan gen warna yang
disisipkan dalam individu ikan hasil transgenik. Motilitas Spermatozoa
Pengukuran tingkat ekspresi gen GFP dilakukan
Motilitas spermatozoa setelah melalui
pada titik puncak ekspresi gen pada titik
kejutan arus sesuai perlakuan, dapat dilihat
ekspresi maksimum. Caranya adalah dengan
pada Tabel 1.
mengelompokkan potongan sirip ke dalam 3
kelas ekspresi gen GFP berdasarkan luasan dan Dari hasil pada Tabel 1, terlihat bahwa
intensitas pendaran cahaya dari setiap ikan. penggunaan voltase yang berbeda ber-
Pengelompokannya adalah: tingkat 1 dicirikan pengaruh secara nyata (P<0,05) pada motilitas
dengan ekspresi pendar hijau kurang terang, spermatozoa. Semakin tinggi voltase yang
tingkat 2 memiliki ekspresi pendar hijau digunakan, semakin rendah motilitas sperma.
terang, dan pada tingkat 3 ditunjukkan dengan Motilitas sperma yang dimaksud adalah jumlah
ekspresi pendar hijau sangat terang. Setelah spermatozoa yang masih aktif dalam satu
populasi, bukan ketangkasan gerak individu.
ikan berukuran sekitar 3 cm, sirip ekor dipotong
dan dilakukan ektraksi DNA untuk mengetahui Motilitas spermatozoa sangat dipengaruhi
individu ikan yang membawa gen GFP. Analisis oleh media (cemen) baik secara fisika maupun
data dilakukan secara dekriptif. kimiawi. Perubahan kimiawi pada cairan sperma
juga dapat mempengaruhi motilitas sperma.
Plasmid pKer-GFP yang digunakan dalam
Selain itu, motilitas sperma juga dipengaruhi
transformasi gen penelitian ini adalah dikon- oleh energi yang tersedia dan dapat di-
trol oleh promoter dari spesies ikan Japanese konversi. Menurut Billard (1978), komposisi
flounder dan dikonstruksi oleh Yazawa et al. organik milt (seminal plasma) dari catfish dan
(2005), diintroduksikan ke Indonesia pada carp mempunyai energi substrat seperti
tahun 2008 oleh Dr. Alimuddin. Peta plasmid glukosa dan fruktosa, laktase, piruvat, malat,
pKer-GFP ditunjukkan pada Gambar 1a. pKer- dan bahan lainnya dalam jumlah yang kecil
GFP diperbanyak menggunakan bakteri E. coli pada spermatozoa. Berdasarkan tipe sperma-
strain DH5α melalui transformasi dan isolasi tozoa tersebut menyebabkan adanya
plasmid sebelum digunakan untuk perlakuan. beberapa perbedaan susunan kimia yang
Gambar 1a menunjukkan 4 klon bakteri yang terkandung di dalamnya. Haubruge et al. (2000)
mengandung plasmid pKer-GFP, 1b menun- mengatakan bahwa ikan carp dan catfish
jukkan hasil pengujian transformasi plasmid mempunyai biokimia spermatozoa dan proses
menggunakan PCR. spermatogenesis yang berbeda yaitu pada

337
J. Ris. Akuakultur Vol.5 No.3 Tahun 2010: 335-343

Tabel 1. Motilitas spermatozoa dari hasil perlakuan kejutan listrik dan kadar DNA
yang berbeda
Table 1. Motility of spermatozoa resulted from different voltages and DNA
consentrations

Volt ase Konsent rasi DNA Wakt u ant ara Volt ase akt ual M ot ilit as
Volt age Consent rat ion DNA Droop Act ual Volt age Mot ilit y (%)

50.00 10.00 5.00 49.00 80.00±13.23a


50.00 25.00 5.00 49.00 86.67±12.58a
75.00 10.00 5.00 73.00 75.00±5.00ab
75.00 25.00 5.00 73.67 65.00±13.23b
100.00 10.00 5.00 98.00 41.67±7.64c
100.00 25.00 5.00 98.00 36.67±2.89c

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan
perbedaan nyata (P<0,05)
Note: Different superscripts in the same column show significant difference (P<0.05)

semen carp dapat dengan mudah dikeluarkan energi dari luar untuk melanjutkan hidupnya.
dengan cara di-stripping. Bahan utama yang dipakai sebagai sumber
energi dari luar adalah fruktosa yang akan
Medan elektromagnetik akan menyebab-
diubah menjadi asam laktat dan energi dengan
kan polarisasi ion pada cairan dan juga
bantuan enzim fruktolisin. Pemberian larutan
pada tubuh spermatozoa. Dengan demikian
fruktosa sebagai pengencer untuk spermato-
kekuatan medan elektromagnetik ini akan
zoa ikan dimaksudkan untuk memberikan
secara langsung mempengaruhi viabilitas dan
energi dan nutrisi untuk spermatozoa ikan agar
motilitasnya.
dengan energi yang berupa ATP tersebut
Dari Tabel 1, menunjukkan bahwa dosis dapat meningkatkan atau memperpanjang
DNA yang digunakan tidak memberikan waktu motilitas dan viabilitas spermatozoa.
pengaruh yang nyata (P>0,05) pada motilitas Di lain pihak kemampuan spermatozoa
spermatozoa. Pengaruh dosis DNA secara hidup secara normal setelah keluar dari testis
terpisah pada motilitas tidak terpola, yang hanya berkisar antara 1-2 menit. Menurut
menunjukkan bahwa dosis DNA tidak menye- Suquest et al. (1993) dalam Cosson et al.
babkan turunnya motilitas. Demikian pula jika (1999), bahwa di alam durasi motilitas terjadi
digabung antara dosis 10 μL dan 25 μL, rata- dalam periode yang sangat pendek pada ikan
ratanya tidak merubah nilainya secara nyata. air tawar. Billard dalam Jamieson (1990)
Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa menyatakan bahwa motilitas spermatozoa ikan
motilitas spermatozoa hanya dipengaruhi oleh dibatasi pada periode detik dan menit karena
intensitas elektromagnetis dalam voltase yang adanya osmotic injury.
digunakan (Gambar 2).
Hasil Penggabungan DNA pada
Keberhasilan pembuahan (fertilisasi) dapat Spermatozoa
didukung oleh kualitas spermatozoa yang baik,
secara fisik maupun motilitasnya. Untuk Sebagian sperma yang dihasilkan dari kejut
mengetahui tingkat fertilisasi yang lebih tinggi, listrik dianalisis untuk mengetahui inkorporasi
perlu dicari larutan fisiologis yang dapat plasmid pKer-GFP dalam sperma menggunakan
menambah daya motilitas dan viabilitas metode PCR. Sebagian besar sperma ikan yang
spermatozoa. Menurut Rustidja (1985), peng- sudah dielektroforasi selanjutnya digunakan
gunaan larutan fisiologis yang mengandung untuk membuahi telur. Hasil analisis PCR
NaCl dan urea dapat mempertahankan daya dengan DNA dari sperma ikan komet hasil
hidup spermatozoa antara 20-25 menit. elektroforasi ditunjukkan pada Gambar 3.
Menurut Soehartojo (1995), di luar testis Hasil penggabungan DNA gen warna pada
sel spermatozoa mampu memakai sumber spermatozoa dapat diketahui dengan dua cara

338
Penyisipan gen warna pada ikan Carassius auratus ..... (Wartono Hadie)

100.00 Gabungan
90.00 10 μL
80.00 5 μL

Motility of sperm
Motilitas sperma
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
50 75 100
Voltase (Voltage) (mV/cm )
2

Gambar 2. Pengaruh pemakaian voltase pada elektroforasi terhadap


motilitas spermatozoa ikan komet
Figure 2. Effect of voltage used in electroporation to the sperm
motility of Carassius auratus

M 10 25 P N

M : Marker ukuran fragmen DNA


Marker of DNA fragment
10 : Dosis (dossage) 10 ng/μL,
Voltase (voltage) 100 mV/s
25 : Dosis (dossage) 25 ng/ μL,
Voltase (voltage) 100 mV/s
P : Kontrol positif plasmid
Positive control of plasmid
N : Kontrol negatif tanpa cetakan DNA
Negative control without DNA template

Gambar 3. Hasil uji PCR DNA sperma komet yang telah dielektroforasi
Figure 3. PCR test of DNA spermatozoa treated with GFP by electrophoration

yakni menggunakan mikroskop flourescent Jumlah Ikan


dan pemindaian DNA. Pada Gambar 3 terlihat
bahwa pada DNA dengan konsentrasi 25 μL Jumlah ikan hidup yang telah diberi
dan 10 μL dengan voltage 100 volt terdeteksi perlakuan penyisipan gen GFP diamati mulai
GFP sedangkan untuk voltage 50 mV/s dan 75 saat inkubasi sampai 24 jam. Jumlah telur yang
mV/s tidak keluar potongan pitanya. Penyebab menetas bervariasi bahkan ada yang sama
tidak keluarnya pita dapat disebabkan karena sekali tidak menetas, dan ada yang menetas
proses ekstraksi yang tidak tepat atau tetapi pada saat stadium larva banyak yang
konsentrasi DNA yang terlalu tinggi sehingga mati bahkan untuk kontrol tidak ada yang
sulit annealing pada saat proses PCR. menetas. Hasil selengkapnya ditampilkan pada

339
J. Ris. Akuakultur Vol.5 No.3 Tahun 2010: 335-343

Tabel 2. Jumlah ikan yang hidup hasil penyisipan gen warna (GFP) dengan metode
elektroforasi
Table 2. Total of survived fish resulted from introduced GFP gene done with
electrophoration method

Volt ase Konsent rasi DNA Jumlah ikan yang hidup ( ekor)
Volt age (mV/s) Consent rat ion of DNA (μL) Tot al of life fish ( pcs )

50 10 84
75 10 86
75 10 104
100 10 123
50 25 36
75 25 18

Tabel 2. Pada perlakuan konsentrasi DNA 25 promoter dengan suatu gen lalu mengamati
μL dan voltasi 100 volt terjadi mortalitas 100%. ekspresi sementara (transient) yang terjadi
pada hewan uji. Selain itu, juga dapat dilihat
Telur ikan komet pada panelitian ini
ekspresi gen GFP pada sirip ikan yang
berkualitas bagus, hal ini dibuktikan dengan
membawa gen tersebut, walaupun tidak semua
derajat penetasannya yang tinggi, walaupun
yang membawa gen GFP akan terekspresi
pada fase larva banyak yang mati, kecuali pada
secara sempurna.
kontrol. Identifikasi telur adalah hal yang
penting untuk mengetahui nilai derajat Pada awalnya promoter keratin merupakan
sintasan embrio telur kontrol maupun telur promoter yang digunakan pada teknologi
yang diberi perlakuan gen (injek atau elektro- transgenesis yang terkait dengan sistem imun,
forasi). karena efektivitasnya yang tinggi pada
jaringan kulit (Gong et al., 2002). Namun
Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah
demikian efektivitas promoter keratin tidak
ikan yang hidup dari hasil perlakuan dengan
hanya terbatas pada jaringan kulit dan epitel,
konsentrasi DNA yang berbeda tidak memiliki
tapi juga terdapat pada sel yang sedang
pola yang jelas. Artinya bahwa jumlah ikan yang
berkembang dan sel saraf tertentu. Sedangkan
hidup, bukan semata-mata pengaruh dari
Yazawa et al. (2005) menjelaskan bahwa
konsentrasi DNA, tetapi ada faktor lain selama promoter keratin yang diujikan pada ikan zebra
embriogenesis maupun setelah ikan menetas. mampu bersifat dapat aktif di mana-mana
Ekspresi Gen pada Ikan atau tidak spesifik jaringan tertentu (ubiquitous)
dan dapat aktif kapan saja diperlukan (house
Ekspresi sementara pada hasil korporasi keeping). Para peneliti telah melakukan
DNA ke dalam spermatozoa melalui elektro- karakterisasi promoter keratin pada berbagai
forasi ikan komet dapat dilihat pada Gambar 4. jenis ikan, antara lain pada ikan rainbow trout
Pada Gambar 4 benih ikan komet berumur (Markl et al., 1989), ikan koki, common carp
sekitar 3 bulan yang sudah dapat dilihat bahwa (Groff et al., 1997), ikan hiu (Schaffeld et al.,
ekspresi GFP yang disisipkan jelas terekspresi. 1998), serta ikan zebra (Yazawa et al., 2005).
Untuk membuktikan dan memastikan kebe-
Houdebine & Chourrout (1991) dalam
radaan GFP (DNA) pada benih ikan komet
Dunham (2004) menjelaskan bahwa ketika
tersebut dilakukan PCR terhadap sirip ekor
DNA asing diinjeksikan ke dalam sitoplasma,
yang diambil sekitar 0,45 g. Hasil dari PCR
maka DNA asing tersebut mengalami proses
jaringan sirip menunjukkan semua positif
replikasi dan dapat terekspresi dengan baik
membawa gen, tetapi harus dianalisis lebih
seiring dengan perkembangan embrio, namun
lanjut untuk masing-masing individu.
kemudian perlahan ekspresi tersebut hilang
Menurut Purwanti (2007), untuk menge- pada fase perkembangan larva, pola ekspresi
tahui efektivitas suatu promoter, pada seperti ini pada umumnya disebut ekspresi
umumnya dilakukan dengan menyambungkan sementara (transient). Ekspresi sementara

340
Penyisipan gen warna pada ikan Carassius auratus ..... (Wartono Hadie)

A B

Gambar 4. (A) Performa benih ikan yang telah diintroduksi dengan gen GFP
menggunakan elektroforasi. (B) hasil PCR dari sirip ekor benih ikan komet yg
berumur 3 bulan. M : marker; K (-) : kontrol negatif; K (+) : kontrol positif; 1 :
dosis DNA 10 μL/50 mV/s); 2. dosis DNA 25 μL/50 mV/s); 3. dosis DNA 10
μL/75 mV/s); 4. dosis DNA 25 μL/75 mV/s); 5. dosis DNA 10 μL/100 mV/s)
Figure 4. (A) Performance of fish introduced with GFP gene by electrophoration, (B)
Result of PCR from caudal fin of 3 months old fish. M : marker; K (-) : negative
control; K (+) : positive control; 1 : dosage of DNA 10 μL/50 mV/s); 2. dosage
of DNA 25 μL/50 mV/s); 3. dosage of DNA 10 μL/75 mV/s); 4. dosage of DNA
25 μL/75 mV/s); 5. dosage of DNA 10 μL/100 mV/s)

sering terjadi pada beberapa penelitian deskriptif dilakukan bertahap mulai umur 3
transgenik, di antaranya pada ikan kakap, minggu sampai sirip sudah mulai panjang dan
Sparus auratus (Garcia-Pozo et al., 1998), ikan kemungkinan dapat dipotong untuk dilakukan
zebra (Meng et al., 1999), ikan medaka (Winkler PCR. Perbandingan yang lebih nyata sampai
et al., 1990), ikan lele (Ath-thar, 2007), dan ikan sekarang belum dapat terlihat jelas mengingat
mas (Purwanti, 2007). ikan masih kecil sehingga perpendaran warna
yang diharapkan belum optimal. Ekspresi
Ekspresi gen sementara berhubungan erat
secara morfologi ikan komet sebelum di-
dengan ketahanan dari DNA yang diinjeksikan
elektroforasi dengan setelah dielektroforasi
atau dielektroforasikan (Lyengar et al., 1996).
dapat dilihat pada Gambar 5.
Tingginya ekspresi yang terjadi pada fase
gastrula kemungkinan sebagai hasil dari Untuk mendapatkan ekspresi gen pada
akumulasi DNA yang diinjeksikan yang ber- tahap F0 dari penelitian ini masih menunggu
lanjut pada peningkatan replikasi pada fase sampai ikan komet menjadi induk dan matang
pembelahan (cleavage) dan akumulasi dari gonad sehingga akan dilihat dengan PCR
enzim (RNA polymerase II) yang menyebabkan jaringan gonadnya untuk mengetahui ikan
dimulainya transkripsi pada saat MBT (mid- yang mana yang gen GFP di gamet, yang akan
blastula transition). Lebih lanjut dijelaskan digunakan untuk memproduksi ikan transgenik
bahwa degradasi dari DNA pada saat fase keturunan pertama (F-1).
lanjutan pada pembelahan sel diperkirakan
Apabila dalam gonad ternyata terekspresi
akan menyebabkan penurunan bertahap dari
gen tersebut, maka ikan komet hasil elektro-
jumlah DNA sehingga ekspresi sementara gen
forasi nantinya akan disilangkan dengan ikan
GFP akan semakin melemah.
yang tidak diberi perlakuan dan sebaliknya.
Ekspresi sementara umumnya muncul Hal tersebut dilakukan dengan maksud untuk
setelah MBT, tergantung promoter yang mendapatkan F-1, apakah ekspresi gen GFP
digunakan. Pada penelitian ini, ekspresi yang diijeksikan dapat diwariskan, dan
sementara gen GFP pada larva mulai muncul seberapa persen nilai pewarisannya, serta
pada saat tumbuhnya sirip. Sebenarnya pada ekspresi tersebut terdapat pada jaringan apa.
fase gastrula sudah mulai muncul tetapi waktu Perlakuan tersebut berlangsung seterusnya
itu tidak diamati, karena kekhawatiran ikan F-2, F-3, dan seterusnya, dengan demikian
mengalami stres. Akhirnya pengamatan secara hasil penelitian ini merupakan penelitian dasar

341
J. Ris. Akuakultur Vol.5 No.3 Tahun 2010: 335-343

A B

Gambar 5. Pengamatan visual untuk membedakan warna ikan komet: (A) tanpa penambahan
gen GFP dan (B) sesudah dilakukan penyisipan gen GFP dengan elektroforasi
Figure 5. Visualization of fish to compare the color (A) without insertion of GFP gene, (B) fish
with insertion of GFP gene by electrophoration

yang baru dapat melihat ekspresi gen pada Cosson, J., Billard, R., Cibert, C., & Dreanno, C.
benih ikan komet. 1999. Ionic Factor regilating theMotility of
fish sperm. Villefranch. France, p. 1,238-
KESIMPULAN 1,243.
1. Metode penyisipan (induksi) gen pemendar Dunham, R.A. 2004. Aquaculture and Fisheries
warna (GFP) dapat dilakukan menggunakan Biotechnology : Genetic Approaches. CABI
metode elektroforasi pada spermatozoa. Publishing. Cambridge, MA, USA, 380 pp.
Garcia-Pozo, S., Bejar, J., Shaw, M., & Alvarez,
2. Elektroforasi untuk penggabungan DNA
M.C. 1998. Effect of exogenous DNA mi-
gen warna pada spermatozoa pada ikan
croinjection on early development re-
komet dapat dilakukan menggunakan
sponse of the seabream Sparus aurata. Mo-
voltase antara 50 dan 100 mV/cm2 dengan
lecular Marine Biology and Biotechnology,
konsentrasi DNA 10 μL dan 25 μL.
7(4): 248-257.
3. Gen pemendar warna (GFP) yang di- Gong, Z., Wan, H., Ju, B., He, J., Wang, X., & Yan,
insersikan ke dalam telur melalui sperma- T. 2002. Generation of Living Color
tozoa telah dapat diidentifikasi pada umur Transgenic Fish. In: Shimizu, N., Aoki, T.,
dua bulan dengan PCR dari ikan yang Hirono, I., & Takashima, F. (eds) Aquatic
dihasilkan. Genomics: Steps Toward a Great Future.
Springer-Verlag. New York, p. 329-339.
DAFTAR ACUAN
Groff, J.M., Naydan, D.K., Higgins, R.J., & Zinkl,
Ath-thar, M.H.F. 2007. Efektivitas promoter â- J.G. 1997. Cytokeratin filament expression
actin ikan medaka Oryzias latipes dengan in epithelial and non-epithelial tissues of
penanda gen hrGFP (Humanized Renilla the Common Carp (Cyprinus carpio). Cell
reniformis Green Fluorescent protein) pada Tissue Res., 287: 375-384.
ikan lele Clarias sp. Keturunan F0. Skripsi. Hackett, P.B. 1993. The Molecular Biology of
Departemen Budidaya Perairan. Perikanan Transgenic Fish. In: Hocachka and
dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Mommesen (Eds.). Biochemistry and Mo-
75 hlm. lecular Biology of Fishes. Elsevier Science
Billard, R. 1978. Changes in structure and fer- Publishers BV., 2: 218-221.
tilizing ability of marine and freswater fish Haubruge, E., Petit, F., & Gage, M. 2000. Re-
spermatozoa diluted in media of various duced sperm counts in guppies (Poecilia
salinities Aquaculture, 14: 187-198. reticulata) following exposure to low lev-
Collas, P., Husebeye, H., & Alestrom, P. 2000. els oftributyltin and bisphenol. Proc. R. Soc.
Transferring foreign genes into zebrafish Biol. Ser. B., 267: 2,333-2,337.
eggs by microinjection. Transgenic Animal: Jamieson, B.G.M. 1990. Fish Evolution and Sys-
Generation and Use, p. 119-122. tematics: Evidence from Spermatozoa

342
Penyisipan gen warna pada ikan Carassius auratus ..... (Wartono Hadie)

(With a survey of lophophorate, echinoderm Rustidja. 1985. Pengantar Ilmu Repoduksi Ikan.
and protochordate sperm and an account Fisheries Project Unibraw. Malang, 138 hlm.
of gamete cryopreservation. Cambridge Schaffeld, M., Lobbecke, A., Lieb, B., & Markl, J.
University Press. New York, 22 pp. 1998. Tracing keratin evolution: catalog,
Kinoshita, M. & Ozato, K. 1995. Cytoplasmic expression patterns and primary structure
microinjection of DNA into fertilized medaka of Shark (Scyliorhinus stellaris) keratins. Eur.
Oryzias latipes eggs. The Fish Biology J. J. Cell. Biol., 77: 69-80.
MEDAKA, 7: 59-64. Soehartojo, H. 1995. Ilmu Kemajiran Pada
Lyengar, A., Muller, F., & Maclean, N. 1996. Regu- Ternak. Airlangga University Press.
lation and expression of transgenes fish – Surabaya, 120 hlm.
A Review. Transgenic Research, 5: 147-166. Suquest, M., Dorange, G., Omnes, M.H.,
Markl, J., Winter, S., & Franke, W.W. 1989. The Normant, Y., Le Roux, A., & Fauvel, C. 1993.
catalog and the expression complexity of Composition of the seminal fluid and
cytokeratins in lower vertebrate: Biochemi- ulrastructure of the spermatozoon of tur-
cal identification of cytokeratins in a te- bot (Scophtalmus maximus). J. Fish Biol.,
leost fish, Rainbow trout. Eur. J. Cell. Biol., 42: 509-516.
50: 1-16. Winkler, C., Vielkind, J.R., & Schartl, M. 1990.
Meng, A., Jessen, J.R., & Lin, S. 1999. Transient expression of foreign DNA dur-
Transgenesis. Methods in Cell Biology In : ing embryonic and larval development of
Detrich HW III, Westerfield, M. & Zon, LI (eds.) the Medaka fish Oryzias latipes. Mol. Gen.
60: 133-148. Genet., 226: 129-140.
Purwanti, L.I. 2007. Uji Efektivitas Promoter â- Yazawa, R., Hirono, I., & Aoki, T. 2005. Charac-
actin Ikan Medaka Oryzias latipes dengan terization of promoter activities of four dif-
Penanda Gen hrGFP (Humanized Renilla ferent Japanese Flounder promoters in
reniformis Green Fluorescent protein). transgenic Zebrafish. Marine Biotechnol-
Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. ogy, 7: 625-633.
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor, 97 hlm.

343

Anda mungkin juga menyukai