Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sri Ayu Ratnasari

NIM : 181141034

Mutiara Bandung

Dr. H. Mochamad Ridwal Kamil, S.T., M.U.D atau yang sering di panggil Kang Emil
ini adalah salah satu tokoh yang kreatif dan menginspirasi di Indonesia. Beliau lahir di
Bandung, 04 Oktober 1971. Sejak masih anak-anak, beliau sudah sangat menyukai dunia
animasi dan hal-hal yang berbau visual. Buku favorit dari Kang Emil adalah Komik, beliau
juga suka mengamati foto-foto dari berbagai kota di luar negeri, sejak kecil Kang Emil sudah
terlihat minatnya akan dunia desain ataupun yang berhubungan dengan visual. Jiwa wirausaha
yang sudah diasah sejak duduk dibangku SD, beliau tidak malu ataupun segan untuk berjualan
es saat bersekolah di SDN Banjarsari III Bandung. Di sekolah, Kang Emil terkenal salah satu
murid yang cerdas, aktif, dan kreatif. Beliau juga aktif di beberapa kegiatan ekstrakulikuler
seperti OSIS, Paskibra, dan juga dalam olahraga.

Pendidikan Kang Emil berlanjut sampai kebangku perkuliahan, lima tahun Kang Emil
menggeluti dunia mahasiswa dan selepas itu Kang Emil memilih untuk bekerja di di negeri
Paman Sam. Kang Emil hanya bertahan selama empat bulan karena adanya krisis moneter yang
melanda Indonesia. Tetapi Kang Emil tetap memilih untuk bertahan di negeri Paman Sam
hingga akhirnya mendapat beasiswa master di University of California, Berkeley dengan
mengambil jurusan Urban Desaign. Di sana Kang Emil juga bekerja di Departemen
Perencanaan Kota Berkeley agar mendapatkan biaya tambahan untuk hidup disana bersama
istrinya. Pada tahun 2001 studi master Kang Emil selesai, beliau sempat bekerja di firma arsitek
Amerika kemudian pada 2002 beliau memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan menetap
bersama istrinya.

Sebelum menjabat sebagai wali kota Bandung pada tahun 2013 lalu, Kang Emil
memiliki karier sebagai seorang arsitek yang merangkap dosen di Institut Teknologi Bandung.
Kang Emil biasa diundang untuk menjadi pembicara dalam event-event yang membahas
tentang kreatif, salah satunya di event Indonesia Creative Cities Conference (ICCC) pada tahun
2016 yang diadakan di kota Malang bersama Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan
Munaf. Dalam kesempatan itu Kang Emil memaparkan bahwa kota kreatif adalah tempat
pertemuan dari 3T yaitu : telenta, teknologi, dan toleransi. Upaya mewujudkan 3T bisa
dilakukan dengan memperbanyak ruang interaksi social, baik itu berupa tempat nongkrong
maupun taman. Menurut Kang Emil tempat-tempat seperti itu bisa memunculkan ide-ide baru.

Kota Bandung mendapat julukan kota kembang dan juga kota orang kreatif, anak muda
di bandung banyak mendirikan komunitas-komunitas kreatif dimana mereka mengadakan
kegiatan-kegiatan yang kreatif pula. Banyaknya komunitas kreatif yang ada tetapi masih
terfragmentasi juga menjadi pendorong untuk Kang Emil membentuk Bandung Creative City
Forum (BCCF) yaitu gerakan bersama dalam mengembangkan kota Bandung agar
kekreatifannya tetap terjaga dan semakin berkembang bisa menjadi contoh kota-kota lain di
Indonesia.

Didalam buku yang berjudul “Ridwan Kamil, Pemimpin Kreatif Era Milenial” salah
satu bab dalam buku tersebut menjelaskan tentang bagaimana perjuangan atau ide-ide kreatif
Kang Emil muncul, sebagai seorang arsitek Kang Emil meyakini bahwa arsitek itu sama seperti
seniman. Butuh inspirasi, ilham, dan ide-ide segar sebelum berkarya. Menurut Kang Emil
dalam buku tersebut bahwa ide-ide kreatif dan inovasinya muncul deras karena ada ritual
khusus yang dilakukan beliau, yaitu :

1. Membaca

Melihat perkembangan dunia melalui banyak cara, dari berbagai tempat.


Sebagai arsitek, beliau tidak hanya berkutat dengan bidang ilmu arsitek saja. Beliau
kerap meminjam teori-teori lain, seperti filsafat dan sastra, untuk memperkaya
karyanya. Beliau melihat arsitektur mengikuti pergerakan peradaban. Intinya,
semakin rajin membaca, melihat perubahan paradigma dunia, maka akan semakin
memahami perubahan arsitektur, Jeli, peka, dan gigih untuk terus belajar.

2. Hobi Jalan-Jalan
Traveling adalah salah satu kegiatan hiburan yang sering dilakukan Kang
Emil. Bukan hanya sekedar jalan-jalan biasa. Ini adalah jalan-jalan untuk mencari
inspirasi. Beliau sering mendapatkan inspirasi baru dari traveling. Alasannya, dari
berjalan-jalan ini beliau bisa menemukan gaya-gaya arsitektur baru, bisa
membandingkan karya yang satu dengan karya yang lain. Kemudian muncullah
inspirasi baru.

3. Mencermati Sekitar

Beliau mengaku pernah mendapatkan ide dari botol parfum. Botol parfum
mampu menginspirasi beliau membuat sebuah karya arsitektur ketika melihat ada
kemiripan antara botol parfum dan arsitektur. beliau membutuhkan suasana rileks
sebelum menghasilkan ide-ide cemerlang. Sebaliknya, jika ada tekanan, hal itu
seperti mimpi buruk bagi orang kreatif. Orang kreatif kalau under pressure, idenya
sering tidak maksimal. Hal ini pula yang menjadi alasan mengapa Kang Emil lebih
memilih berkantor di Bandung ketimbang di Jakarta. Kalau orang kreatif bisa lebih
rileks dan banyak merenung, dia malah akan lebih produktif.

Banyak sekali karya-karya dari pria yang akrab disapa Kang Emil ini, mungkin jika
dijelaskan/dituliskan akan menjadi berlembar-lembar. Semangat, etos kerja, kegigihan beliau
patut ditiru oleh pemuda-pemuda di zaman milenial ini.

Bibliography
Fitriyana, F. (2017). Pengembangan Bandung Kota Kreatif Melalui Kekuatan Kolaboratif Komunitas.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 1-8.

Wicaksana, A. W. (2018). Ridwan Kamil Pemimpin Kreatif Era Milenial. Tanggerang Selatan: C-Klik
Media.

Anda mungkin juga menyukai