Anda di halaman 1dari 17

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

“Fasilitasi Pembinaan Prilaku Yang Berhubungan


Dengan Masalah Kebidanan Komunitas”

DISUSUN OLEH :

1. Bella Mutiara A.
2. Devi Utari
3. Maya
4. Melanda Puspita A.
5. Nera Marensa
6. Pinky Cindy Cindora
7. Rahmi Sundari

DOSEN PEMBIMBING :

Epti Yorita SST, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI DIV KEBIDANAN BENGKULU
T.A 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-
Nya kepada kita sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “fasilitasi pembinaan
prilaku yang berhubungan dengan masalah kebidanan komunitas“Makalah ini disusun untuk
memenuhi mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat atas terselesainya makalah ini tidak terlepas
dari bantuan semua pihak yang tidak bisa disebut satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
keterbatasan pengetahuan penulis oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah dimasa yang akan datang. Namun demikian
penulis berharap, semoga apa yang sudah penulis persembahkan ini dapat bermanfaat
khususnya pada penulis dan pembaca pada umumnya.

Bengkulu, Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................i


DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................2
C. Tujuan .........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pembuatan program pemberdayaan masyarakat komunitas ......3
a. Tabulin .................................................................................5
b. Donor Darah Berjalan ..........................................................6
c. Ambulance Desa ..................................................................10
d. Peran Aktif Suami ................................................................11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................14
B. Saran .............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fasilitasi Promosi TABULIN,donor darah berjalan dan ambulance desa, suami
SIAGA,berperan aktif dalam kegiatan SATGAS GSI Desa/Kelurahan Siap, Antar, Jaga
(Siaga) adalah Desa/Kelurahan yang melaksanakan/menjalankan program GSI dan
mempunyai/melaksanakan langkah sebagai berikut :
1. Mempunyai SK tentang Satgas Revitalisasi GSI Desa/Kel termasuk rencana kerja
Satgas tersebut
2. Mempunyai data dan peta bumil yang akurat dan selalu diperbaharui
3. Telah terbentuknya pengorganisasian Tabulin/Dasolin
4. Telah terbentuknya pengorganisasian ambulans desa
5. Telah terbentuknya pengorganisasian donor darah desa
6. Telah terbentuknya pengorganisasian kemitraan dukun bayi dengan bidan
7. Telah terbentuknya pengorganisasian penghubung/liason (kader penghubung)
8. Adanya mekanisme/tata cara rujukan
9. Adanya pengorganisasian : Suami Siaga, Warga Siaga, Bidan Siaga
10. Adanya/telah terbentuknya Pondok Sayang Ibu
11. Terlaksananya penyuluhan kepada tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga, suami
dan ibu hamil tentang peningkatan kualitas hidup perempuan, pencegahan kematian
ibu, kematian bayi, ASI eksklusif, kesehatan reproduksi dan wajib belajar bagi
perempuan
12. Tersedianya/terlaksananya pencatatan dan pelaporan. (Misnaniarti, 2011).

Dalam upaya mencapai tujuan negara untuk mensejahterakan masyarakat telah


dilakukan berbagai upaya pembangunan di daerah sampai tingkat
desa/kelurahan. Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia
adalah melalui penurunan Angka Kematian Ibu saat hamil, melahirkan dan masa nifas
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Sejak tahun 1996 telah diluncurkan suatu
gerakan yaitu Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang pencanangannya dilakukan oleh
Presiden RI pada tangal 22 Desember 1996 di Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa
Tengah.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pembuatan program pemberdayaan masyarakat di komunitas
tentang tabulin, donor darah, ambulance, dan suami siaga?

C. Tujuan
Untuk mengetahui pembuatan program pemberdayaan masyarakat di komunitas
tentang tabulin, donor darah, ambulance, dan suami siaga
BAB II
PEMBAHASAN

Pembinaan prilaku yang berhubungan dengan masalah kebidanan komunitas


A. Pembuatan program pemberdayaan masyarakat dikomunitas
Fasilitasi Promosi TABULIN,donor darah berjalan dan ambulance desa, suami
SIAGA,berperan aktif dalam kegiatan SATGAS GSI Desa/Kelurahan Siap, Antar, Jaga
(Siaga) adalah Desa/Kelurahan yang melaksanakan/menjalankan program GSI dan
mempunyai/melaksanakan langkah sebagai berikut :
1. Mempunyai SK tentang Satgas Revitalisasi GSI Desa/Kel termasuk rencana kerja
Satgas tersebut
2. Mempunyai data dan peta bumil yang akurat dan selalu diperbaharui
3. Telah terbentuknya pengorganisasian Tabulin/Dasolin
4. Telah terbentuknya pengorganisasian ambulans desa
5. Telah terbentuknya pengorganisasian donor darah desa
6. Telah terbentuknya pengorganisasian kemitraan dukun bayi dengan bidan
7. Telah terbentuknya pengorganisasian penghubung/liason (kader penghubung)
8. Adanya mekanisme/tata cara rujukan
9. Adanya pengorganisasian : Suami Siaga, Warga Siaga, Bidan Siaga
10. Adanya/telah terbentuknya Pondok Sayang Ibu
11. Terlaksananya penyuluhan kepada tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga, suami
dan ibu hamil tentang peningkatan kualitas hidup perempuan, pencegahan kematian
ibu, kematian bayi, ASI eksklusif, kesehatan reproduksi dan wajib belajar bagi
perempuan
12. Tersedianya/terlaksananya pencatatan dan pelaporan
Dalam upaya mencapai tujuan negara untuk mensejahterakan masyarakat telah
dilakukan berbagai upaya pembangunan di daerah sampai tingkat
desa/kelurahan. Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia
adalah melalui penurunan Angka Kematian Ibu saat hamil, melahirkan dan masa nifas
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Sejak tahun 1996 telah diluncurkan suatu
gerakan yaitu Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang pencanangannya dilakukan oleh
Presiden RI pada tangal 22 Desember 1996 di Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa
Tengah.
Gerakan Sayang Ibu (GSI) adalah gerakan bersama antara pemerintah dan
masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan utamanya dalam percepatan
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dalam rangka
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Penurunan AKI dan AKB berkontribusi
dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) daerah dan Negara yang
salah satu indikatornya adalah derajat kesehatan. Upaya percepatan penurunan AKI dan
AKB juga merupakan komitmen internasional dalam rangka target mencapai target
Millenium Development Goal’s (MDG’s). Adapun target penurunan AKB adalah
sebesar dua per tiga dan AKI sebesar tiga perempatnya dari 1990-2015.
Dalam pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI), Kecamatan merupakan lini
terdepan untuk mensinergikan antara pendekatan lintas sektor dan masyarakat dengan
pendekatan sosial budaya secara komprehensif utamanya dalam mempercepat
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Sebagai
suatu gerakan, Gerakan Sayang Ibu (GSI) telah memberikan kontribusi yang dirasakan
manfaatnya dengan adanya data,
- Panduan penilaian
- Kecamatan sayang ibu
- Panduan penilaian
- Kecamatan sayang ibu
Berkurangnya jumlah kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas, serta
meningkatnya rujukan yang berhasil ditangani. Dengan adanya perubahan sistem
pemerintahan dan kebijakan sektor pemerintah, maka pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu
(GSI) perlu disesuaikan agar dapat bersinergi dan terintegrasi dengan program dan
kegiatan lain yang ada pada daerah. Oleh karena itu diperlukan Revitalisasi Gerakan
Sayang Ibu (GSI). Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) adalah upaya pengembangan
Gerakan Sayang Ibu (GSI) melalui upaya ekstensifikasi, intensifikasi dan
institusionalisasi.
Untuk mendorong pelaksanaan Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) perlu
dilaksanakan berbagai upaya termasuk melalui penilaian untuk mengetahui
keberhasilan pelaksanaan Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) terutama di tingkat
Kecamatan. Dengan adanya penilaian Kecamatan Sayang Ibu diharapkan peran
pembinaan dan fasilitasi Kab./Kota dan Provinsi Menjadi lebih optimal.
1. Tabulin
a. Definisi Tabulin
Tabulin adalah tabungan yang dipersiapkan untuk persalinan yang dilakukan pada
pasangan suami istri yang merencanakan kehamilannya.

b. Manfaat Tabulin
Manfaat tabulin diantaranya sebagai tabungan/simpanan itu yang digunakan untuk
persalinan atau sesudah persalinan.Ibu dan keluarga tidak mersa terbebani biaya
persalinan.

c. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam tabulin :


· Pengalokasian / pemanfaatan pembiayaan kesehatan.
· Identifikasi sumber dana yang sudah ada dan yang akan dikembangkan.
· Cara pengelolaan dan pembelajaran perlu kejelasan dalam hal mekanisme
pengumpulan dana, kesempatan pengelolaan dan sistem kontrak.
· Kesiapan keluarga dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembiayaan
kesehatan yang telah dan akan dikembangkan.

d. Indikator keberhasilan dalam tabulin :


· Dana terhimpun, masyarakat yang berpartisipasi dalam pembiayaan kesehatan
masyarakat.
· Pengalokasian tepat sasaran sesuai berbagai kebutuhan kesehatan (promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif).
· Pengelolaan dan pemanfaatan tertib, mudah, lancar.
· Kegiatan yang berkesinambungan.
Tabulin atau tabungan ibu bersalin merupakan bagian dari program yang ada,
dimana Ikatan Bidan Indonesia (IBI) selaku mitra Depkes dan BKKBN turut membina
masyarakat untuk sosialisasi program ini. Selain itu utk biaya melahirkan, Tabulin juga
bisa dipakai sebagai penunjang biaya pasca persalinan. Beragam penyuluhan yang
menjadi program penting dalam siaga ini, karena dalam penyuluhan warga selalu
diingatkan akan biaya kehamilan akan 3 TERLAMBAT, yaitu terlambat mengenali
tanda bahaya , terlambat sampai RS dan terlambat mendapat pertolongan bidan / dokter.
Juga bahaya 4 TERLALU yaitu : terlalu sering, terlalu muda, terlalu tua,terlalu banyak.
Yang merupakan faktor resiko terjadinya komplikasi persalinan.
Sebelum ada desa siaga sudah dimulai dengan tabungan Ibu bersalin (Tabulin).
Jadi kita menerangkan ke Ibu hamil dan keluarganya, meskipun kaya. Justru orang kaya
tersebut memberikan contoh kepada orang-orang yang tidak mampu untuk menabung.
Dan Ibu hamil di berikan buku yang dibawa setiap pemeriksaan.

e. Mekanisme Tabulin
Tabungan itu terbentuk berdasarkan RW atau Posyandu, bila Posyandunya
empat, maka tabungannya ada empat di desa itu.
Ada pun manfaat dari tabulin antara lain :
· Sebagai tabungan / simpanan itu yang digunakan untuk biaya persalinan atau sesudah
persalinan.
· Ibu dan keluarga tidak merasa terbebani terhadap biaya persalinan.

2. Donor darah berjalan


a. Definisi Donor darah Berjalan
Donor darah berjalan adalah donor yang dilakukan tiap hari. Donor darah
berjalan ini adalah program PMI untuk memenuhi pasokan darah di PMI karena PMI
sering mengalami kekurangan pasokan darah sedangkan yang membutuhkan donor
darah sangat banyak.
Donor darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakukan Departemen
Kesehatan dalam hal ini direktorat Bina Kesehatan Ibu. Melalui program
pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, dalam upaya mempercepat
penurunan AKl.
Donor darah berjalan adalah para donor aktif yang kapan saja bisa dipanggil.
Termasuk kerja mobil ambulance dilapangan yang mendatangi instansi pemerintahan
dan swasta terkait sediaan darah lewat program yang mereka buat.
Untuk menguatkan program tersebut Menteri Kesehatan Dr.dr. Siti Fadilah
Supari, Sp.JP(K) mencanangkan dimulainya penempelan stiker perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) secara nasional. Dengan pencanangan ini, semua
rumah yang di dalamnya terdapat ibu hamil akan ditempeli stiker berisi nama, tanggal
taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan,
transportasi dan calon pendonor darah. Dengan demikian, setiap kehamilan sampai
dengan persalinan dan nifas dapai dipantau oleh masyarakat sekitar dan tenaga
kesehatan sehingga persalinan tersebut berjalan dengan aman dan selamat.
Kebutuhan akan darah dari tahun ke tahun semakin meningkat yaitu mencapai
3 juta kantong per tahun. Sementara PMI setiap tahunnya hanya dapat mengumpulkan
sekitar 1.2 juta kantong. Masih kurangnya jumlah kantong darah yang harus
dikumpulkan disebabkan masih minimnya geliat masyarakat untuk mendonorkan darah
mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan penggalangan Donor Darah Sukarela (DDS).

b. Manfaat Donor Darah


Selain segi sosial dan derma yang dapat dijadikan dorongan mengapa kita perlu
mendonorkan darah secara rutin, terdapat beberapa manfaat medis dari donor darah
secara teratur. Donor darah terutama baik bagi mereka yang memiliki kandungan besi
dalam darah berlebihan karena besi yang berlebih cenderung akan menumpuk pada
berbagai organ vital seperti jantung, liver, ginjal dan mengganggu fungsinya
(hemokromatosis). Selain itu, beberapa penelitian medis, walaupun belum sempurna
dijelaskan secara medis, mengemukakan bahwa donor darah rutin akan membantu
kelancaran aliran darah (sistem kardiovaskular). Pengurangan kekentalan darah
sehingga menjamin kelancaran suplai darah bagi tubuh tersebut ditengarai
menyebabkan efek positif bagi jantung, sehingga pernah ada penelitian yang
menyatakan bahwa donor darah rutin mampu membantu mengurangi angka kejadian
serangan jantung pada pria.
Mungkin kekhawatiran efek samping dari donor darah seperti yang dijadikan
alasan bagi kebanyakan dari kita adalah benar, namun angka kejadiannya jarang.
Dengan berbagai tahapan persiapan dan skrining sebelum mendonor maka semua efek
samping tersebut nyaris tidak akan terjadi. Kekhawatiran akan terjadinya kekurangan
darah (anemia) misalnya. Dengan pemeriksaan kadar Hb sebelumnya maka hal tersebut
dapat dicegah. Selama Hb orang dewasa diatas 12, donor darah relatif aman untuk
dilakukan, malah dianjurkan. Memar dapat terjadi pada bekas tusukan jarum, namun
jarang luas dan hilang sempurna tidak lebih dari setengah minggu. Salah satu yang
lumayan sering dijumpai adalah terjadinya reaksi hipovolemia yang berupa tekanan
darah turun mendadak pasca donor sehingga membuat si pendonor merasa pusing,
lemas dan mual.
Hal ini dapat dicegah misalnya dengan menanyakan sebelumnya adakah
riwayat kejadian tersebut pada donor sebelumnya, atau apakah ada riwayat penyakit
tertentu, memeriksa tekanan darah sebelumnya, sesudah donor maka berbaring sekitar
10 menit lebih dulu sebelum berdiri dan berjalan, serta dengan diberikannya makanan
dan minuman manis segera setelah donor. Kekhawatiran untuk terinfeksi penyakit
serius seperti HIV misalnya, adalah berlebihan. Selama peralatan seperti jarum yang
dipakai adalah steril dan masih baru, hal tersebut pastinya dapat dicegah. Justru resiko
terinfeksi lebih besar terjadi pada mereka yang menerima transfusi darah ketimbang si
pendonor karena beberapa ketidaksempurnaan dalam skrining darah.
Dari sudut medis tindakan menyumbang darah merupakan kebiasaan baik bagi
kesehatan pendonor. Salah satunya, dengan berdonor darah secara teratur secara tidak
langsung pendonor telah melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur pula. Karena
sebelum mendonorkan darah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara
lengkap.
Darah yang disumbangkan dapat expired (kedaluwarsa) bila tidak terpakai. Sel-
sel darah merah harus digunakan dalam 42 hari. Platelet harus digunakan dalam 5 hari,
dan plasma dapat dibekukan dan digunakan dalam jangka waktu 1 tahun. Selain itu,
donor darah akan membantu menurunkan risiko terkena serangan jantung dan masalah
jantung lainnya. Penelitian menunjukkan, mendonorkan darah akan mengurangi
kelebihan zat besi dalam tubuh. Walau masih perlu penelitian lagi untuk
memastikannya, kelebihan zat besi diduga berperan menimbulkan kelainan pada
jantung. Kelebihan itu akan membuat kolesterol jahat (LDL) membentuk ateros/derosis
(plak lemak yang akan menyumbat pembuluh darah).
Jika donor darah dilakukan 2-3 kali setahun, atau setiap 4 bulan sekali,
diharapkan kekentalan darah berkurang sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya
penyumbatan pembuluh darah. Sistem produksi sel - sel darah juga akan terus terpicu
untuk memproduksi sel-sel darah baru yang akan membawa oksigen keseluruh jaringan
tubuh. Sirkulasi darah yang baik akan meningkatkan metabolisme dan merevitalisasi
tubuh.
Siklus pembentukan sel-sel darah baru yang lancar dan metabolisme tubuh yang
berjalan baik, membuat berbagai penyakit dapat dihindarkan. Selama 24 jam setelah
berdonor maka volume darah akan kembali normal. Sel-sel darah akan dibentuk
kembali dalam waktu 4-8 minggu.
Merupakan salah satu kegiatan yang diadakan didesa-desa yang ingin
menyukseskan program Desa Siaga. Kegiatan ini dilaksanakan dalam upaya
menurunkan angka kematian ibu melalui penyaluran donor darah untuk ibu hamil atau
ibu bersalin yang membutuhkannya. Kegiatan donor darah berjalan melibatkan peran
serta masyarakat, khususnya keluarga dari ibu hamil dan ibu bersalin. Masyarakat
diharapkan dapat membangun sistem jaringan donor darah dalam suatu kelompok
masyarakat desa, sehingga dalam situasi darurat donor secepatnya dapat diberikan
kepada ibu melahirkan.
Secara umum proses pembentukan donor darah berjalan hampir sama dengan
pembentukan dana sehat hanya saja pada tahap sosialisasi memerlukan bantuan dari
palang merah indonesia ( PMI ) untuk menjelaskan masalah donor darah agar
masyarakat bertambah pengetahuannya. Dengan demikian diharapkan dapat terjadi
peningkatan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan donor darah. Pelaksanaan
kegiatan donor darah berjalan melibakan seluruh anggota masyarakat termasuk ibu
hamil. Pada tahap awal, setiap ibu hamil diharapkan memiliki lima orang dewasa dalam
keluarganya untuk diikutsertakan dalam proses pemeriksaan kehamilan dan pemberian
konseling mengenai segala persiapan kehamilan dan dalam menghadapi persalinan.
Kelima orang tersebut diperiksa golongan darahnya untuk persiapan sebagai pendonor
apabila terjadi perdarahan apabila sewaktu-waktu, seorang ibu hamil atau ibu bersalain
memerlukan donor darah, bidan dapat segera menghubungi anggota keluarganya yang
memiliki golongan darah yang sama. Sistem sederhanai ini diharapkan dapat
memberikan dampak besar terhadap keberhasilan program Desa Siaga terutama untuk
menurunkan angka kematian ibu hamil, bersaln, nifas , serta bayi.

c. Tahapan Donor Darah Berjalan


Adapun donor darah dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Fasilitasi warga untuk menyepakati pentingnya mengetahui golongan darah.
2. Jika warga belum mengetahui golongan darahnya, maka perlu dilakukan
pemeriksaan golongan darah bagi seluruh warga yang memenuhi syarat untuk menjadi
donor darah.
3. Hubungi pihak Puskesmas untuk menyelenggarakan pemeriksaan darah. Jika
Puskesmas tidak mempunyai layanan pemeriksaan darah, maka mintalah Puskesmas
melakukan rujukan. Jika diperlukan hubungi unit tranfusi darah PMI terdekat.
4. Buatlah daftar golongan darah ibu hamil dan perkiraan waktu lahir, kumpulkan
nama warga yang mempunyai golongan darah yang sama dengan ibu hamil. Catat nama
dan alamat mereka ataupun cara menghubungi yang tercepat dari semua warga yang
bergolongan darah sama dengan ibu hamil.
5. Usahakan semua ibu hamil memiliki daftar calon donor darah yang sesuai dengan
golongan darahnya.
6. Buatlah kesepakatan dengan para calon donor darah untuk selalu siap 24 jam,
sewaktu-waktu ibu hamil memerlukan tranfusi.
7. Buat kesepakatan dengan Unit Tranfusi darah, agar para warga yang telah bersedia
menjadi pendonor darah diprioritaskan untuk diambil darahnya, terutama tranfusi bagi
ibu bersalin yang membutuhkannya.
8. Kader berperan memotivasi serta mencari sukarelawan apabila ada salah seorang
warganya yang membutuhkan darah.

3. AMBULANCE DESA
a. Definisi Ambulance Desa
Ambulans desa adalah mobil milik warga yang secara sukarela disiagakan
untuk membantu ibu hamil yang telah tiba masa persalinannya atau ibu hamil yang
diharuskan untuk memeriksakan diri ke fasilitas yang lebih memadai dari apa yang ada
di tempat ia tinggal.
Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong dan saling
peduli sesama warga desa dalam sistem rujukan dari desa ke unit rujukan kesehatan
yang berbentuk alat transportasi.
Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk
mengantarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat
pelayanan kesehatan.

b. Tujuan Ambulance Desa


Tujuan Umum
Membantu mempercepat penurunan AKI karena hamil, nifas dan melahirkan.
Tujuan Khusus
Mempercepat pelayanan kegawat daruratan masa1ah kesehatan, bencana serta
kesiapsiagaan mengatasi masalah kesehatan yang terjadi atau mungkin terjadi.

c. Sasaran Ambulance Desa


Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perubahan prilaku individu dan
keluarga yang dapat menciptakan iklim yang kondusif terhadap perubahan prilaku
tersebut. Semua individu dan keluarga yang tanggap dan peduli terhadap permasalahan
kesehatan dalam hal ini kesiapsiagaan memenuhi sarana transportasi sebagai ambulan
desa.

d. Kriteria Ambulance Desa


· Kendaraan yang bermesin yang sesuai standart ( mobil sehat ).
· Mobil pribadi, perusahaan, pemerintah pengusaha .
· ONLINE (siap pakai)

4. Peran Aktif Suami Dalam SATGAS GSI


Desa/Kelurahan Siap, Antar, Jaga (Siaga) adalah Desa/Kelurahan yang
melaksanakan/menjalankan program GSI dan mempunyai/melaksanakan langkah
sebagai berikut :
1. Mempunyai SK tentang Satgas Revitalisasi GSI Desa/Kel termasuk
rencana kerja Satgas tersebut
2. Mempunyai data dan peta bumil yang akurat dan selalu diperbaharui
3. Telah terbentuknya pengorganisasian Tabulin/Dasolin
4. Telah terbentuknya pengorganisasian ambulans desa
5. Telah terbentuknya pengorganisasian donor darah desa
6. Telah terbentuknya pengorganisasian kemitraan dukun bayi dengan bidan
7. Telah terbentuknya pengorganisasian penghubung/liason (kader
penghubung)
8. Adanya mekanisme/tata cara rujukan
9. Adanya pengorganisasian : Suami Siaga, Warga Siaga, Bidan Siaga
10. Adanya/telah terbentuknya Pondok Sayang Ibu
11. Terlaksananya penyuluhan kepada tokoh masyarakat, tokoh agama,
keluarga, suami dan ibu hamil tentang peningkatan kualitas hidup perempuan,
pencegahan kematian ibu, kematian bayi, ASI eksklusif, kesehatan reproduksi
dan wajib belajar bagi perempuan
12. Tersedianya/terlaksananya pencatatan dan pelaporan

Dalam upaya mencapai tujuan negara untuk mensejahterakan masyarakat telah


dilakukan berbagai upaya pembangunan di daerah sampai tingkat desa/kelurahan. Salah
satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui
penurunan Angka Kematian Ibu saat hamil, melahirkan dan masa nifas (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB). Sejak tahun 1996 telah diluncurkan suatu gerakan yaitu
Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang pencanangannya dilakukan oleh Presiden RI pada
tangal 22 Desember 1996 di Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah.
Gerakan Sayang Ibu (GSI) adalah gerakan bersama antara pemerintah dan
masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan utamanya dalam percepatan
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dalam rangka
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Penurunan AKI dan AKB berkontribusi
dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) daerah dan Negara yang
salah satu indikatornya adalah derajat kesehatan. Upaya percepatan penurunan AKI dan
AKB juga merupakan komitmen internasional dalam rangka target mencapai target
Millenium Development Goal’s (MDG’s). Adapun target penurunan AKB adalah
sebesar dua per tiga dan AKI sebesar tiga perempatnya dari 1990-2015.
Dalam pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI), Kecamatan merupakan lini
terdepan untuk mensinergikan antara pendekatan lintas sektor dan masyarakat dengan
pendekatan sosial budaya secara komprehensif utamanya dalam mempercepat
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Sebagai
suatu gerakan, Gerakan Sayang Ibu (GSI) telah memberikan kontribusi yang dirasakan
manfaatnya dengan adanya data,
· Panduan penilaian
· Kecamatan Sayang Ibu
· Panduan penilaian
Berkurangnya jumlah kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas, serta
meningkatnya rujukan yang berhasil ditangani.
Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan dan kebijakan sektor
pemerintah, maka pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI) perlu disesuaikan agar dapat
bersinergi dan terintegrasi dengan program dan kegiatan lain yang ada pada daerah.
Oleh karena itu diperlukan Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI). Revitalisasi
Gerakan Sayang Ibu (GSI) adalah upaya pengembangan Gerakan Sayang Ibu (GSI)
melalui upaya ekstensifikasi, intensifikasi dan institusionalisasi.
Untuk mendorong pelaksanaan Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) perlu
dilaksanakan berbagai upaya termasuk melalui penilaian untuk mengetahui
keberhasilan pelaksanaan Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) terutama di tingkat
Kecamatan. Dengan adanya penilaian Kecamatan Sayang Ibu diharapkan peran
pembinaan dan fasilitasi Kab./Kota dan Provinsi menjadi lebih optimal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tabulin adalah tabungan yang dipersiapkan untuk persalinan yang dilakukan
pada pasangan suami istri yang merencanakan kehamilannya.
Donor darah berjalan adalah donor yang dilakukan tiap hari. Donor darah
berjalan ini adalah program PMI untuk memenuhi pasokan darah di PMI karena PMI
sering mengalami kekurangan pasokan darah sedangkan yang membutuhkan donor
darah sangat banyak.
Ambulans desa adalah mobil milik warga yang secara sukarela disiagakan
untuk membantu ibu hamil yang telah tiba masa persalinannya atau ibu hamil yang
diharuskan untuk memeriksakan diri ke fasilitas yang lebih memadai dari apa yang ada
di tempat ia tinggal.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaa. Penulis akan memperbaiki makalah trsebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu pnulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah di atas.

Anda mungkin juga menyukai