Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

...........

OLEH

NI PUTU RISKA PUTRI KUMALA

KELAS : XII IPA 5 / 27

NISN. 0023342393

SMA NEGERI 1 KUTA


TAHUN PELAJARAN 2019/ 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha  Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia hingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul                 “TRI HITA KARANA”.  Makalah ini disusun dengan berbagai
sumber yaitu media cetak dan media pendukung lainnya.  Makalah ini dibuat berbagai
tujuan yaitu sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Agama , untuk menambah
pengetahuan dan wawasan.
         Lahir sebagai manusia sungguh mulia, sebab dapat memperbaiki karma.
Semasih ada kesempatan banyaklah berbuat Dharma. Membudayakan Tri Hita Karana
akan dapat memupus pandangan yang mendorong konsumerisme, pertikaian dan
gejolak. Dengan menerapkan Tri Hita Karana secara kreatif dan dinamis akan
terwujudlah kehidupan harmonis yang meliputi pembangunan manusia seutuhnya
yang astiti bakti terhadap Sanghyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, cinta
kepada kelestarian lingkungan serta rukun dan damai dengan sesamanya
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

                                                           
                                                                                    Kuta,  10 Februari 2020

                                                                                                    
                                                                                                     Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Tujuan.............................................................................................................
C. Manfaat..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................

A. Pengertian Tri Hita Karana.............................................................................


B. Bagian-Bagian Tri Hita Karana......................................................................
C. Tri Hita Karana dalam Kehidupan Sehari-Hari..............................................
D. Tri Hita Karana Dalam Perkembangan Peradaban Manusia..........................
E. Tri Hita Karana Kaitannya Dengan Panca Mahabhuta..................................
F. Tri Hita Karana Kaitannya Dengan Nyepi.....................................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................

A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Konsep kosmologi TRI HITA KARANA merupakan falsafah hidup tangguh.
Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keanekaragaman budaya
dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi.  Pada dasarnya hakikat ajaran tri hita
karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini.  Ketiga
hubungan itu meliputi hubungan dengan ke Tuhanan, hubungan dengan sesama
manusia, dan hubungan dengan alam sekeliling, dan hubungan dengan sesama
manusia  yang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan memiliki pedoman
hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip pelaksanaannya harus
seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai, manusia
akan hidup dengan mengekang dari pada segala tindakan berakses buruk. Hidupnya
akan seimbang, tenteram, dan damai. Hubungan antara manusia dengan alam
lingkungan perlu terjalin secara harmonis, bilamana keharmonisan tersebut di rusak
oleh tangan-tangan jahil, bukan mustahil alam akan murka dan memusuhinya.
            Oleh karena itu keberadaan sumber daya manusia menjadi penentu
terhadap kondisi lingkungan hidupnya, baik secara individu maupun secara kolektif
melalui suatu sistem kelembagaan seperti Desa Adat. Untuk itulah perlu adanya
tuntutan tentang kesimbangan hidup syang disebut Tri Hita Karana. Ajaran ini begitu
terkenal di Indonesia, khususnya bagi umat Hindu di Bali. Dan konsepnya pun begitu
ideal.

B. Tujuan

a. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh pebimbing Pendidikan Agama


Hindu.

b. Untuk menambah wawasan tentang Tri Hita Karana.

c.  Untuk mengetahui cara menerapkan Tri Hita Karana dalm kehidupan sehari-
hari.

d. Untuk mengetahui sebab akibat hubunga dari Tri Hita Karana.

e.  Untuk membangun rasa ingin tahu lebih mendalam mengenai Tri Hita


Karana.
C. Manfaat
a.       Dapat mengapresiasi Tri Hita Karana dalam kehidupan.
b.      Dapat menjaga kelestarian Tri Hita Karana.
c.       Dapat membangun  hubungan harmoni dengan konsep Tri Hita Karana.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tri Hita Karana


Istilah Tri Hita Karana pertama kali muncul pada tanggal 11 November 1966,
pada waktu diselenggarakan Konferensi Daerah l Badan Perjuangan Umat Hindu Bali
bertempat di Perguruan Dwijendra Denpasar. Konferensi tersebut diadakan
berlandaskan kesadaran umat Hindu akan dharmanya untuk berperan serta dalam
pembangunan bangsa menuju masyarakat sejahtera, adil dan makmur berdasarkan
Pancasila. Kemudian istilah Tri Hita Karana ini berkembang, meluas, dan
memasyarakat.
Kata Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sanskerta, dimana kata Tri artinya
tiga, Hita artinya sejahtra atau bahagia dan Karana artinya sebab atau penyebab. Jadi
Tri Hita Karana artinya tiga hubungan yang harmonis yang menyebabkan
kebahagiaan bagi umat manusia. Untuk itu ketiga hal tersebut harus dijaga dan
dilestarikan agar dapat mencapai hubungan yang harmonis. Sebagaimana dimuat
dalam ajaran Agama Hindu bahwa ” kebahagiaan dan kesejahteraan ” adalah tujuan
yang ingin dicapai dalam hidup manusia, baik kebahagiaan atau kesejahteraan fisik
atau lahir yang disebut ” Jagadhita ” maupun kebahagiaan rohani dan batiniah yang
disebut ”Moksa ”
Dalam ajaran Tri Hita Karana yang artinya tiga penyebab kebahagiaan.
Menurut Wiana (2004) bahwa hakekat Tri Hita Karana adalah sikap hidup yang
seimbang antara memuja Tuhan dengan mengabdi pada sesama manusia serta
mengembangkan kasih sayang pada alam lingkungan. Ajaran tentang kesimbangan
hidup sangat penting artinya dalam kehidupan manusia, baik untuk menata kehidupan
sekarang maupun untuk menata kehidupan yang akan datang. Ajaran keseimbangan
hidup menuntun manusia agar memperoleh kehidupan yang aman, damai dan
sejahtera.

B. Bagian-Bagian Tri Hita Karana


Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan. (Tri = tiga,
Hita = sejahtera, Karana = penyebab). Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung
pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan
antara:

a)    Manusia dengan Tuhannya ( Prahyangan)

Kata Parahyangan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Hyang”, yang
berarti  Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Jadi, kata parahyangan berarti hubungan yang
harmonis dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan demikian kita harus menjalin
hubungan yang harmonis dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dengan cara
menjalankan perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA.

b)    Manusia dengan alam lingkungannya ( Palemahan)

            Kata palemahan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Lemah”, yang
berarti lingkungan sekitar/alam semesta. Jadi, kata palemahan berarti hubungan yang
harmonis antara manusia dengan lingkungan sekitar/alam semesta. Dengan demikian
selain menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan dan sesama manusia kita juga
harus menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitar/alam
semesta dengan cara menjaga lingkungan sekitar dari kerusakan.

c)    Manusia dengan sesamanya ( Pawongan).

Kata Pawongan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Wong”, yang berarti
orang atau manusia. Jadi, kata pawongan berarti hubungan yang harmonis antara
manusia dengan sesama manusia. Dengan demikian kita harus menjalin hubungan
yang harmonis dengan sesama manusia, dengan cara saling menghormati dan saling
menghargai satu sama lain.

  
Untuk bisa mencapai kebahagiaan yang dimaksud, kita sebagai umat manusia
perlu mengusahakan hubungan yang harmonis ( saling menguntungkan ) dengan
ketiga hal tersebut diatas. Karena melalui hubungan yang harmonis terhadap ketiga
hal tersebut diatas, akan tercipta kebahagiaan dalam hidup setiap umat manussia. Oleh
sebab itu dapat dikatakan hubungan harmonis dengan ketiga hal tersebut diatas adalah
suatu yang harus dijalin dalamhidup setiap umat manusia. Jika tidak, manusia akan
semakin jauh dari tujuan yang dicita-citakan atau sebaliknya ia akan menemukan
kesengsaraan.
C. Tri Hita Karana Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Tri Hita Karana dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dengan
cara sebagai berikut:
a.         Parahyangan
Parahyangan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa. Cara menjalin hubungan yang harmonis dengan Ida Sang
Hyang Widhi Wasa adalah sebagai berikut:
1.         Sembahyang Tri Sandya 3 kali sehari;
2.         Bertirta yatra;
3.         Menyanyikan kidung suci;
4.         Membaca, memahami dan menjalankan isi kitab suci Veda;
5.         Mebanten setiap hari raya nityakarma maupun naimitika karma;
6.         Beryajna secara tulus ikhlas (nitya yajna maupun naimitika yajna);
7.         Melakukan tapa/semadhi;
8.         Membersihkan tempat suci;
9.         Tidak meminum minuman keras;
10.     Tidak mencuri;
11.     Tidak membunuh;
12.     Dan lain-lain sebagainya.

b.    Pawongan 
Pawongan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia
dengan sesama manusia. Cara menjalin hubungan yang harmonis dengan sesama
manusia adalah sebagai berikut:
1)      Saling menghormati satu sama lain
2)      Saling menghargai satu sama lain
3)      Sopan santun
4)      Ramah tamah
5)      Gotong royong(saling membantu)
6)      Kasih sayang yang tulus
7)      Berani berkorban demi teman
8)      Tidak iri hati dengan orang lain
9)      Tidak dengki dengan orang lain
10)  Dan lain-lain sebagainya

c.       Palemahan
Palemahan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan
lingkungan sekitar/alam semesta. Cara menjalin hubungan yang harmonis
denganlingkungan sekitar/alam semesta adalah sebagai berikut:
1)   Rajin membersihkan kamar tidur saat bangun tidur
2)   Membersihkan kamar mandi
3)   Membersihkan halaman rumah(depan,samping maupun belakang
rumah)
4)   Membuang sampah pada tempatnya
5)   Menjaga kebersihan taman
6)   Menjaga kebersiahan sekolah maupun kampus
7)   Merawat tanaman(menyiram, memupuk,dan menjaga keindahan
tanaman)
8)   Melakukan penghijauan
9)   Tidak menebang hutan sembarangan
10)    Dan sebagainya.

Jika semua itu sudah dilakukan, astungkara akan tercipta hubungan yang
harmonis dalam kehidupan  ini. Serta akan terwujudnya kehidupan yang damai,
tentram, aman dan sejahtera. Dengan demikian sangatlah penting  menjalin hubungan
yang harmonis kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, kepada sesama manusia serta
dengan alam semesta.

D. Tri Hita Karana Dalam Perkembangan Peradaban Manusia


Tri Hita Karana telah diaplikasikan di seluruh dunia, dalam berbagai bentuk
aktivitas baik oleh perorangan, kelompok, negara bahkan oleh Perserikatan Bangsa –
Bangsa. Tentu saja tidak menggunakan istilah bakunya: Tri Hita Karana. Tetapi yang
penting bahwa manusia sedunia telah menyadari bahwa kebenaran konsep itu telah
terbukti.
Berbagai organisasi tingkat regional, nasional, dan internasional telah
dibentuk untuk mewujudkan Tri Hita Karana baik secara keseluruhan maupun
sektoral. Kita mengenal adanya WHO, Red Cross, Green Peace, Dewan Keamanan
PBB, Pasukan perdamaian PBB, dan lain-lain.
Banyak pertanyaan yang bisa timbul karena ketidakterkaitan . Ini disebabkan
karena setiap unsur Tri Hita Karana ciptaan Mpu Kuturan terjalin dan terkait satu
dengan lain. Misalnya kiprah manusia untuk menjaga kelestarian alam haruslah
didasarkan pada rasa bhakti kepada Ida Sanghyang Widhi, dengan tujuan pencapaian
kesejahteraan bagi sesama krama Desa Pakraman.
Dalam aplikasi Tri Hita Karana secara global, belum tentu unsur-unsurnya
berkaitan erat seperti itu. Misalnya kelompok pencinta penyu, melindungi populasi
penyu agar tidak punah, tetapi perlu ditanyakan, apakah kegiatannya itu didasari oleh
rasa bhakti kepada Tuhan YME, serta untuk mewujudkan kesejahteraan umat manusia
?

E.  Tri Hita Karana Kaitannya Dengan Panca Mahabhuta


Dalam Lontar “Buana Kosa” disebutkan bahwa tubuh manusia diciptakan oleh
Yang Maha Esa dari unsur-unsur alam semesta yang disebut panca mahabhuta, yaitu:
pertiwi, apah, bayu, teja, dan akasa. Oleh karena itu pengertian panca mahabhuta ada
dua, yakni panca mahabhuta yang berbentuk tubuh manusia disebut buana alit, dan
panca mahabhuta yang berbentuk alam semesta disebut buana agung.
            Analogi pemikiran Mpu Kuturan adalah: tubuh manusia sebagai stana
sanghyang atma (Brahman) adalah sakral dan wajib dijaga dan dipelihara dengan
sebaik-baiknya. Dengan demikian maka alam semesta juga wajib dijaga dan
dipelihara, karena tubuh manusia (buana alit) adalah juga alam semesta (buana
agung).

F. Tri Hita Karana  Kaitannya Dengan  Nyepi


            Nyepi yang dilaksanakan oleh pemeluk Hindu-Bali setiap penanggal ping
pisan sasih kadasa (tanggal satu bulan ke-10 menurut kalender Saka-Bali) dalam
rangka merayakan tahun baru Saka, adalah salah satu pelaksanaan Tri Hita Karana.
Sehari sebelum Nyepi dilaksanakan upacara tawur kasanga (bhuta yadnya pada akhir
bulan ke-9). Bhuta Yadnya dalam kaitan ini berarti “korban yang diadakan untuk
memohon keseimbangan dan keharmonisan alam”. Pada saat Nyepi, umat Hindu-Bali
melaksanakan catur berata (empat pantangan), yaitu:
a)      Amati karya (tidak bekerja);
b)      Amati gni (tidak menyalakan api atau membakar sesuatu);
c)      Amati lelungaan (tidak bepergian); dan
d)     Amati lelanguan (tidak menghibur diri atau bersenang-senang).
            Dengan demikian, aplikasi Tri Hita Karana  dalam perayaan Nyepi terlihat
dengan jelas, baik dari aspek pahrayangan, pawongan, maupun palemahan:
1.    Aspek parhyangan terlihat di saat Nyepi, umat Hindu-Bali melakukan samadi,
dan bersembahyang memuja kebesaran Ida Sanghyang Widhi.
2.    Aspek pawongan terlihat adanya kegiatan dharma santih, yakni saling berkunjung
dan bermaaf-maafan.
3.    Aspek palemahan terlihat dari tujuan tawur kesanga seperti yang diuraikan di
atas, dan dengan adanya catur berata, manusia tidak mengotori udara dengan gas-gas
buangan hasil pembakaran atau dikenal dengan istilah emisi gas rumah kaca.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat saya simpulkan bahwa sangatlah penting untuk
kita mempelajari konsep Hubungan yang harmonis(Tri Hita Karana) dalam kehidupan
ini. Karena dengan menjalin hubungan yang harmonis dalam kehidupan ini
merupakan dasar untuk mencapai kehidupan yang damai, tentram, aman dan
sejahtera.
Dengan mengetahui konsep Tri Hita Karana, kita jadi lebih paham dan
mengerti tentang konsep ini. Sehingga kita akan berusaha untuk mengamalkan dan
menjalankan konsep Tri Hita Karana sebagai mana mestinya untuk mencapai
kebahagiaan lahir dan bhatin baik secara skala dan niskala.

B. Saran
Saya menyarankan agar selalu belajar tentang konsep-konsep agama khususnya
konsep Tri Hita Karana. Karena konsep ini sangat berguna dalam kehidupan ini untuk
mencapai kebahagiaan secara lahir maupun bhatin. Kepada masyarakat umum,
jagalah selalu keamanan desa pada khususnya dengan cara menjalin hubungan yang
harmonis kepada semua yang terlibat disana. Bangunlah masyarakat yang aman,
damai, dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai