4. Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur
disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang,
pengembangan kurang sempurna karena dinding thorax masih lemah, produksi
surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada
alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan
fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari
normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi
hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah
diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein,
lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar
alveoli tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi
udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan
tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya
atelektasis yang luas dari rongga udara bagian distal menyebabkan edema
interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari
epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik
karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif
dengan barotrauma atau volutrauma dan keracunan oksigen, menyebabkan
kerosakan pada endothelial dan epithelial sel jalan pernafasan bagian distal
sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran
hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir.
Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah
lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan
mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan
chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD).
5. Manifestasi klinis
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi
oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia
kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditujukan. Manifestasi dari RDS
disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerosakan sel dan selanjutnya
menyebabkan kebocoran serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat
fungsi surfaktan. Gejala klinikal yang timbul yaitu : adanya sesak nafas pada bayi
prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/minit),
pernafasan cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan
gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir. Berdasarkan foto thorak,
menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu:
a. Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara.
b. Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran
airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer
menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru.
c. Alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih
opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih
luas. keempat, seluruh thorax sangat opaque (white lung) sehingga jantung
tak dapat dilihat.
Tanda dan gejala yang muncul dari RDS adalah:
a. Pernapasan cepat
b. Pernapasan terlihat parodaks
c. Cuping hidung
d. Apnea
e. Murmur
f. Sianosis pusat
6. Pemeriksaan penunjang
a. Foto rontgen thorak
Untuk mengetahui kemungkinan adanya kardiomegali bila sistim lain bila
terkena.
B. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
1) Anamnesa :
1. Data Demografi
a. Nama
b. Usia : bayi yang lahir sebelum gestasi 29 minggu.
c. Jenis Kelamin
d. Suku / Bangsa
e. Alamat
2. Keluhan Utama :
Pasien dengan RDS didapatkan keluhan seperti sesak, mengorok
ekspiratori, pernapasan cuping hidung, lemah, lesu, apneu, tidak
responsive, penurunan bunyi napas.
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada pasien RDS, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih,
dispnea, sianosis, bradikardi, hipotensi, hipotermi, tonus otot menurun,
edema terutama di daerah dorsal tangan atau kaki, retraksi supersternal/
epigastrik/ intercosta, grunting expirasi. Perlu juga ditanyakan mulai kapan
keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan
atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Perlu ditanyakan apakah pasien mengalami prematuritas dengan paru-paru
yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu), gangguan surfactan, lahir
premature dengan operasi Caesar serta penurunan suplay oksigen saat
janin saat kelahiran pada bayi matur atau premature, atelektasis, diabetes
mellitus, hipoksia, asidosis
5. Riwayat Maternal
Meliputi riwayat menderita penyakit seperti, kondisi seperti perdarahan
placenta, placenta previa, tipe dan lama persalinan, stress fetal
atau intrapartus, dan makrosomnia (bayi dengan ukuran besar akibat ibu
yang memiliki riwayat sebagai perokok, dan pengkonsumsi minuman
keras serta tidak memperhatikan gizi yang baik bagi janin).
6. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang terkena penyakit
-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab kelahiran premature / caesar
sehinnga menimbulakan membrane hyialin disease.
7. Riwayat psikososial
Meliputi perasaan keluarga pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku keluarga pasien terhadap tindakan
yang dilakukan terhadap bayinya.
8. Status Infant saat Lahir
a. Prematur, umur kehamilan.
b. Apgar score, apakah terjadi aspiksia.
Apgar score adalah : Suatu ukuran yang dipakai untuk mengevaluasi
keadaan umum bayi baru lahir.
c. Bayi premature yang lahir melalui operasi Caesar
2) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan takhipneu, pernafasan
mendengkur, retraksi subkostal/interkostal, pernafasan cuping hidung, sianosis
dan pucat, hipotonus, apneu, gerakan tubuh berirama, sulit bernafas dan
sentakan dagu. Pada awalnya suara nafas mungkin normal kemudian dengan
menurunnya pertukaran udara, nafas menjadi parau dan pernapasan dalam.
Pengkajian fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan pernafasan dapat dilihat
dari penilaian fungsi respirasi dan penilaian fungsi kardiovaskuler. Penilaian
fungsi respirasi meliputi:
a) Frekuensi nafas
Takhipneu adalah manifestasi awal distress pernafasan pada bayi.
Takhipneu tanpa tanda lain berupa distress pernafasan merupakan usaha
kompensasi terhadap terjadinya asidosis metabolik seperti pada syok,
diare, dehidrasi, ketoasidosis, diabetikum, keracunan salisilat, dan
insufisiensi ginjal kronik. Frekuensi nafas yang sangat lambat dan ireguler
sering terjadi pada hipotermi, kelelahan dan depresi SSP yang merupakan
tanda memburuknya keadaan klinik.
b) Mekanika usaha pernafasan
Meningkatnya usaha nafas ditandai dengan respirasi cuping hidung,
retraksi dinding dada, yang sering dijumpai pada obtruksi jalan nafas dan
penyakit alveolar. Anggukan kepala ke atas, merintih, stridor dan ekspansi
memanjang menandakan terjadi gangguan mekanik usaha pernafasan.
c) Warna kulit/ membran mukosa
Pada keadaan perfusi dan hipoksemia, warna kulit tubuh terlihat
berbercak (mottled), tangan dan kaki terlihat kelabu, pucat dan teraba
dingin.
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pembentukan membran hialin,
mengendap di alveoli
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan, peningkatan usaha
napas
c. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan, motilitas gastrik menurun, dan penyerapan
d. Resiko ketidakseimbangan temperatur tubuh berhubungan dengan BBLR, usia
kehamilan kurang, paparan lingkungan dingin/panas
e. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang
tanpa disadari
f. Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer, Prosedur invasive
3. Intervensi
Diagnosa
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
1. Gangguan Respiratory status : gas Airway Management
Pertukaran Gas exchange
Respiratory status Buka jalan nafas, gunakan
Definisi : Kelebihan ventilation teknik chin lift atau jaw thrust
atau defisit pada Vital sign status bila perlu
oksigenasi dan/atau Kriteria hasil Posisakan pasien untuk
eliminasi karbon Mengalami peningkatan memaksimalkan ventilasi
dioksida pada ventilasi dan oksiginasi Lakukan pisio trapi dada bila
membrane alveolar- yang kuat perlu
kapiler Bebas dari tanda-tanda Keluarkan secret dengan
distress pernafasan suction
Batasan Mampu bernafas dengan Auskultasi suara nafas, catat
karakteristik : mudah adanya suara tambahan
Tanda-tanda vital dalam Berikan pelembab udara kasa
pH darah arteri rentang normal basah Nacl lembab
abnormal Atur intake untuk cairan
pH arteri abnormal mengoptimalkan
pernafasan
keseimbangan
abnormal(mis.,
kecepatan, irama, Monitor respirasi dan status
kedalaman) o2
warna kulit Respiratory monitoring
abnormal ( mis., Monitor rata-rata, kedalaman,
pucat, kehitaman) irama, dan usaha respirasi
konfusi Catat pergerakan dada, amati
sianosis ( pada kesimetrisan , penggunaan
neonates saja) otot tambahan, retraksi otot
penurunan karbon supra clavicular dan
dioksida intercostal
diaphoresis Monitor suara nafas seperti
dyspnea dengkur
hiperkapnea Monitor pola nafas:
hipoksemia bradipnea, takipnea,
hipoksia kussmaul, hiperventilasi,
iritabilitas cheyne stokes, biot
nafas cuping Monitor kelelahan otot
hidung diafragma ( gerakan
gelisah
paradoksis)
samnolen
Auskultasi suara nafas, catat
takikardi
Faktor yang area penurunan/ tidak adanya
berhbungan ventilasi dan suara tambahan
perubahan Tentukan kebutuhan suction
membrane alveolar dengan mengauskultasi
kapiler crakles dan ronkhi pada jalan
ventilasi- perfusi nafas utama
Auskultasi suara paru
2. Ketidakefektifan NOC NIC
pola napas
- Respiratory status : Airway Management
Definisi : Inspirasi dan Ventilation
atau ekspirasi yang - Respiratory status : Airway - Posisikan pasien untuk
patency memaksimalkan ventilasi
tidak memberi - Identifikasi pasien perlunya
- Vital sign Status
ventilasi Kriteria Hasil : pemasangan alat jalan nafas
buatan
Batasan - Mampu bernafas dengan - Lakukan fisioterapi dada jika
Karakteristik : mudah perlu
- Menunjukkan jalan nafas - Keluarkari sekret dengan
- Perubahan yang paten (irama nafas suction
kedalaman frekuensi pernafasan dalam - Auskultasi suara nafas, catat
pernapasan rentang normal, tidak ada adanya suara tambahan
- Perubahan ekskursi suara nafas abnormal) - Berikan bronkodilator bila
dada
- Mengambil posisi - Tanda Tanda vital dalam perlu
tiga titik rentang normal - Berikan pelembab udara Kassa
- Bradipneu basah
- Penurunan tekanan - NaCl Lembab
ekspirasi - Atur intake untuk cairan,
- Penurunan ventilasi mengoptimalkan
semenit keseimbangan.
- Penurunan kapasitas - Monitor respirasi dan status
vital O2
- Dipneu Oxygen Therapy
- Pernapasan cuping
hidung - Bersihkan mulut, hidung dan
- Ortopneu secret trakea
- Fase ekspirasi - Pertahankan jalan nafas yang
memenjang paten
- Pernapasan bibir - Atur peralatan oksigenasi
- Takipneu - Monitor aliran oksigen
- Penggunaan otot - Pertahankan posisi pasien
aksesorius untuk - Observasi adanya tanda tanda
bernapas hipoventilasi
Vital sign Monitoring
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily lyn, dan linda A. sowden 2009. Keperawatan pediatric, edisi 5. Jakarta:
EGC
Dahlan A, Aminullah A. 2007. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jilid II. 11 th ed.
Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.