Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikantugas makalah
manajemen pasien sefety yang berjudul early warning score. tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun
guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua kalangan.
Amin
Penyusun
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) (2011) bahwa penyakit jantung
merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dan 60 % dari seluruh penyebab
kematian penyakit jantung adalah penyakit iskemik dan sedikitnya 17,5 juta atau setara
dengan 30 % kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung. Diperkirakan
tahun 2030 bahwa 23,6 juta orang di dunia akan meninggal karena penyakit kardiovaskular.
Prevalensi Penaykit jantung di Indonesia berdasarkan wawancara terdiagnosis sebesar
0,5%, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5%. Prevalensi penyakit
jantung meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65-
74 tahun yaitu 2,0% dan 3,6%, menurun sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun (Depkes,
2013)
Ruang perawatan cenderung memiliki jumlah pasien banyak dengan pasien sakit berat dengan
periode penyakit kritis. Akibat dari masalah ini adalah peningkatan jumlah komplikasi atau efek
samping seperti serangan jantung dan tidak diragukan lagi hal ini akan berdampak pada kematian
pasien (Georgaka, D; Mparmparousi, M & Vitos, N, 2012). Kejadian henti jantung selama
perawatan di rumah sakit di Amerika Serikat diperkirakan 192.000 pasien setiap tahunnya dan
survei American Hospital Association memperkirakan 211.000 pasien henti jantung setiap
tahunnya (Merchant et al, 2012).
Pada dasarnya penyakit henti jantung di rumah sakit biasanya didahului oleh tanda-tanda yang
dapat diamati, yang sering muncul 6 sampai dengan 8 jam sebelum henti jantung tersebut terjadi.
Studi menunjukkan banyak pasien memperlihatkan tanda-tanda dan gejala kerusakan medis yang
tidak ditangani sebelum serangan jantung terjadi (Duncan & McMullan, 2012).
Salah satu strategi untuk deteksi dini kegawatan pasien jantung adalah dengan penerapan Early
Warning Score (EWS). EWS adalah sebuah sistem peringatan dini yang menggunakan penanda
berupa skor untuk menilai pemburukan kondisi pasien dan dapat meningkatkan pengelolaan
perawatan penyakit secara menyeluruh. Skor peringatan dini (EWS) yang direkomendasikan
sebagai bagian dari pengkajian awal dan respon terhadap kerusakan organ pasien. EWS dapat
mengidentifikasi keadaan pasien yang beresiko lebih awal dan menggunakan multi parameter.
Salah satu parameter yang dinilai adalah perubahan tanda-tanda vital. Para ahli mengatakan
bahwa, sistem ini dapat menghasilkan manfaat lebih bagi pasien dan rumah sakit dengan
mengidentifikasi penurunan kondisi pasien (Patterson et al, 2011)
Banyak rumah sakit sekarang menggunakan skor peringatan dini (EWS) untuk mengidentifikasi
kebutuhan pemantauan atau frekuensi monitoring, pengobatan dan untuk memanggil bantuan
tenaga kesehatan lainnya .Penggunaan ini sistem telah terbukti meningkatkan frekuensi penting
untuk memantau secara dini jika kondisi pasien mengalami perburukan (Deakin et al, 2010).
Pada tahun 2010, Dewan Resusitasi Eropa menjelaskan pentingnya EWS dengan memasukkan
ke dalam pedoman resusitasi dan termasuk ke link pertama dalam rantai kelangsungan hidup
(Georgaka, D; Mparmparousi, M & Vitos, N, 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan Polly, H (2013) mengenai early warning scores in cardiac
arrest patients. Hasil penelitian menunjukkan bahwa early warning score sangat bermanfaat
pada pemantaun atau deteksi dini sebelum pasien mengalami kondisi yang lebih buruk dan
mampu menggunakan jalur rujukan atau tindakan yang sesuai. Apapun penyakit yang
mendasarinya tanda-tanda klinis perburukan kondisi bisanya serupa yang dapat dilihat dari
fungsi pernapasan, kardiovaskular dan neurologis. Pengamatan efektif pasien adalah kunci
pertama dalam mengidentifikasi kondisi pasien. Sangat penting untuk memiliki praktek
keperawatan yang lebih baik sehingga dapat memberikan laporan secepat mungkin agar bisa
menurunkan angka kesakitan dan kematian.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian early warning score ?
2. Tujuan early warning score ?
3. Aspek yang dinilai/parameter early warning score?
4. Cara penilaian dan analisis early warning score ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian early warning score
2. Untuk mengetahui Tujuan early warning score
3. Untuk mengetahui Aspek yang dinilai/parameter early warning score
4. Untuk mengetahui Cara penilaian dan analisis early warning score
BAB II
PEMBAHASAN
Penerapan Early Warning Scoring System (EWSS) bukan merupakan pendekatan yang baru
untuk bidang kedokteran. Sistem ini dirancang untuk identifikasi tepat waktu terhadap risiko
perburukan suatu penyakit. Early Warning Scoring System (EWSS) didefinisikan sebagai proses
sistemik untuk mengevaluasi dan mengukur risiko awal untuk mengambil langkah-langkah
preventif untuk meminimalkan dampak pada sistem tubuh (Georgaka., Mparmparousi., & Vitos,
2012). Warning Scoring System (EWSS) sekarang didefinisikan sebagai prosedur tertentu untuk
deteksi dini dari setiap yang berpatokan pada frekuensi normal klinis atau reaktor serologis
penyakit tertentu dengan memantau sampel dari populasi yang beresiko (Georgaka.,
Mparmparousi., & Vitos, 2012). Kyriacos, Jelsma & Jordan (2011), medefenisikan Early
Warning Scoring System (EWSS) adalah Sebuah sistem penilaian sederhana yang digunakan di
berbagai tingkat rumah sakit berdasarkan pengukuran fisiologis yang rutin dilaksanakan seperti
denyut jantung, tekanan darah, laju pernapasan, suhu dan tingkat kesadaran dengan masing-
masing skor atas dan bawah dari 0-3 poin dan hitung nilai totalnya.
Skor Peringatan Dini telah dikembangkan untuk memfasilitasi deteksi dini kerusakan dengan
mengelompokkan keparahan penyakit pasien dan mendorong staf perawat untuk meminta
tinjauan medis pada titik-titik pemicu tertentu sebagai komunikasi terstruktur untuk menyusun
rencana yang definitif (Mitchell et al., 2010).
B. Tujuan Early Warning Scoring System (EWSS)
Untuk mendeteksi terjadinya perburukan atau kegawatan kondisi pasien yang tujuan
adalah mencegah hilangnya nyawa seseorang dan mengurangi dampak yang lebih parah
dari sebelumnya. tujuan dari Early Warning Scoring System adalah dapat di
kembangkannya upaya-upaya yang tepat untuk mencegah atau paling tidak mengurangi
terjadinya permasalah dalam pelaksanaan program .
Perlu diingat bahwa secara fisiologi faktor paramater dalam penilaian NEWS ini akan
memberikan dampak kompensasi tubuh bila terjadi sesuatu hal, sehingga bisa dirunut apa yang
sekiranya menyebabkan untuk dilakukan evaluasi dan diteruskan dengan intervensi, perlu juga
diingat bahwa tanpa mengetahui faktor penyebab dan kita secara cepat memotong kompensasi
fisiologis yang terjadi bisa membahayakan tubuh penderita.
Urutan pencatatan parameter fisiologis pada NEWS 2 sedikit banyak mencerminkan bagan
urutan ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure) yang digunakan untuk
menilai pasien yang sakit akut. Berikut kami uraikan parameter fisiologi dalam penilaian NEWS
2:
1. Laju pernafasan
Pernafasan manusia adalah proses alamiah yang terjadi pada kondisi normal, dia akan
mempunyai efek kompensasi meningkat pada kondisi beberapa hal diantaranya ketakutan, nyeri,
stres, kondisi hypercapneu, asidosis metabolik, gangguan sistem saraf pusat. Bila sudah dalam
taraf lanjut maka akan diikuti penurunan laju pernafasan dan kemudian terjadinya henti jantung.
2. Saturasi oksigen
3. Suplemen Oksigen
Perlu diingat bahwa pada orang yang telah membutuhkan suplemen oksigen, berati dia sudah
dalam kondisi memerlukan perhatian atau pengawasan bukan pasien seperti pada umumnya.
Pemberian suplemen oksigen ini bertujuan untuk meningkatkan saturasi oksigen, sehingga
dianggap distribusi kebutuhan oksigen untuk metabolisme di perifer mencukupi, walaupun faktor
lain stabilnya hemodinamik juga mempengaruhi hal ini. Hati-hati pada pasien yang sudah
terbiasa dengan fungsi pernafasan dalam kondisi hiperkapni misalnya COPD / PPOK, menjaga
kisaran saturasi oksigen dalam interval 88-92% lebih bijak, hal ini dikarenakan mereka sudah
terbiasa dalam kondisi hiperkapneu. Bila diterapi dengan oksigen tinggi dalam kondisi
normokapneu maka ada kemungkinan akan terjadi gagal nafas atau apneu pada pasien ini.
Meskipun COPD adalah penyebab paling umum yang menyebabkan gagal nafas, ada beberapa
hal yang juga menyebabkan kondisi hiperkapneu misalnya: obesitas morbid, deformitas dinding
dada atau gangguan neuromuskuler. Untuk semua pasien ini, awal target pada kisaran saturasi
oksigen 88-92%, disarankan menunggu ketersediaan analisa gas darah (AGD) dengan kanul 24
% atau masker venturi 28 %. Untuk pasien lain yang kondisi normal bisa menggunakan target
saturasi antara 96-100 %.
Tekanan darah sistolik yang tinggi merupakan salah satu faktor yang mungkin akan
memunculkan kelainan kardiovaskuler, baik serangan jantung mendadak, stroke maupun kondisi
akut lainnya. Tetapi tidak kalah pentingnya menilai perburukan atau penurunan tekanan darah
sistolik juga merupakan salah satu tanda perburukan suatu penyakit. Hipotensi mungkin
menunjukkan suatu keadaan perburukan pada kekurangan cairan, gangguan pengisian jantung,
sepsis, gangguan pompa jantung, gangguan irama jantung, depresi SSP (Susunan Saraf Pusat),
hipoadreanlisme, penggunaan obat-obatan, syok anafilaktik. Oleh karena itu bila mendapati
orang dengan tensi sitolik < 100 mmHg, perlu mendapatkan perhatian sampai dipastikan semua
parameter fisiologis dalam kondisi normal. Sedangkan orang yang mempunyai tekanan sistolik >
200 mmHg perlu dinilai faktor psikologis apakah terdapat faktor kesakitan, takut, stres atau
memang mempunyai riwayat penyakit darah tinggi. Bila memang riwayat darah tinggi juga
memerlukan perhatian efek komplikasi organik pada organ yang berhubungan dengan sistem
kardiovaskuler.
Tekanan darah diastolik tidak menjadikan penilaian khusus dalam NEWS tetapi perlu mendapat
perhatian bila terjadi peningkatan yang tiba-tiba.
Heart rate atau denyut nadi mempunyai arti klinis yang penting, hal ini dikarenakan sering
memberikan gambaran kompensasi yang dilakukan oleh jantung dalam menjaga hemodinamik.
Nadi yang meningkat (takikardi) sering disebabkan karena faktor nyeri, takut, stres, kekurangan
cairan, penurunan tekanan darah, demam, sepsis, maupun kekurangan cairan. Keadaan lainnya
bisa karena aritmia, gangguan metabolik, hipertiroid, intoksikasi obat simpatomimetik,
antikholinergik narkoba. Kondisi naiknya denyut nadi perlu mendapatkan perhatian dikarenakan
akan membutuhkan oksigen yang besar untuk jantung, bila hal ini tidak terpenuhi bisa
mengakibatkan terhentinya fungsi jantung. Kondisi menurunnya denyut nadi (Bradikardi) juga
merupakan indikator yang penting, hal ini bisa diakibatkan fungsi kompensasi yang melemah
maka akan diikuti penurunan denyut jantung, bila hal ini tidak mendapatkan perhatian atau
intervensi maka bisa akan dikuti dengan berhentinya fungsi jantung. Bradikardi juga bisa
disebabkan karena faktor obat (beta blocker), neostigmin, maupun obat sedasi yang terlalu
dalam, hipotermi, depresi SSP, hipotiroidisme ataupun blokade jantung.
6. Suhu Tubuh
Temperatur mempunyai peranan yang penting dalam menilai kondisi orang, baik dia dalam
kondisi pireksia / hipertermi maupun hipotermi. Bisa disebabkan oleh faktor infeksi atau sepsis
bisa juga karena faktor kekuragan cairan pada pasien.
1. APVU respon
2. tekanan darah
3. nadi
4. suhu
5. respirasi
6. oksigenasi
EWS juga di artikan sebagai metode monitoring untuk mendeteksi perubahan kondisi pasien
secara dini
bagaimana prosedurnya:
1. Perawat mengisikan identitas pasien, tanggal, dan jam observasi
2. Perawat melakukan hand hyginene
3. Perawat mengucapkan salam kepada pasien
4. Perawat menjelaskan bahwa akan dilakukan pengukuran keadaan umum pasien
5. Perawat menilai tingkat kesadaran pasien dengan ketentuan : a. Tuliskan nilai 0 (nol) bila
pasien dalam keadaan sadar b. Tuliskan angka 3 (tiga) bila pasien dalam keadaan Alert
(A), Verbal (V) bila pasien berespon terhadap rangsnng verbal, atau Pain (P) bila pasien
berespon terhadap rangsang nyeri
6. Perawat mengukur tekanan darah pasien : a. Tuliskan angka 0 (nol) bila nilai tekanan
darah sistolik berada pada area wama putih yaitu bila nilai 1 l0-230 b. Tuliskan ane*a 1
(satu) bila nilai tekanan darah sistolik berada pada area wama biru yaitu bila nilai I 00- I
I0 c. Tuliskan aneka 2 (dua\ bila nilai tekanan darah srstolik berada pada area wama
orange yaitu bila nilai 90-100 d. Tuliskan angka 3 (tiga) bila nilai tekanan darah sistolik
berada pada area warna merah yaitu bila nilai <80 atau > 230
7. Perawat menghitung frekuensi nadi pasien dan mengisikan nilai score sesuai warna nilai
nadi a. Tuliskan angka 0 (nol) bila nilai nadi berada pada area warna putih yaitu bila nilai
50 - 90 b. Tuliskan angka 1 (satu) bila nilai nadi berada pada area wama biru yaitu bila
nilai 90-l l0 atau 40-50 c. Tuliskan angka 2 (dua) bila nilai nadi berada pada area wama
orange yaitu bila nilai I l0-130 d. Tuliskan angka 3 (tiga) bila nilai nadi berada pada area
wama merah yaitu bila nilai <40 atau > 130
8. Perawat menghitung frekuensi nafas pasien dan mengisikan nilai score sesuai wama nilai
nafas a. Tuliskan angka 0 (nol) bila nilai frekuensi nafas berada pada area warna putih
yaitu bila nilai 12-20 b. Tuliskan angka 1 (satu) bila nilai frekuensi nafas berada pada
area warna biru yaitu bila nilai 9-l I c. Tuliskan angka 2 (dua) bila nilai frekuensi nafas
berada pada area wama orange yaitu bila rilai 2l-24 d. Tuliskan angka 3 (tiga) bila nitai
fiekuensi nafas berada pada area warna merah yaitu bila nilai > 25 atau < 8
9. Perawat mengukur suhu pasien dan mengisikan nilai score sesuai warna nilai suhu a.
Tuliskan angka 0 (nol) bila nilai suhu berada pada area wama putih yaitu bila nilai 360 -
370 b. Tuliskan angka I (satu) bila nilai suhu berada pada area wama biru yaitu bila nilai
380 atau < 350 c. Tuliskan angka 2 (dua) bila nilai suhu berada pada area wama orange
yaitu bila nilai > 390
10. Perawat menambahkan nilai 2 bila pasien rnendapatkan terapi oksigen
1. Perawat menjumlahkan nilai yang didapat dan mengisikannya di kolom jumlah score 12.
Perawat menilai zona wama sesuai dengan kondisi pasien : a. Zona putih bila total score
0 (nol) b. Zona biru bila total score I - 4 c. Zona orange bila total score 5 (lima) atau 3
(tiga) dalam satu pararmeter d. Zona merah bila total skor > 7
2. Perawat melakukan pengkajian nyeri dan mengisikannya di score nyeri
3. Perawat mengisikan intake pasien
4. Perawat mengisikan output urine pasien
5. Perawat mengisikan frekuensi observasi sesuai dengan zona wama yang didapat dari total
score EWS : a. Zona putih : minimal setiap 12 jam sekali b. Zona bim : minimal setiap 4 -
6 jam sekali c. Zona orange : setiap jam sekali d. Zona merah : monitoring tanda-tanda
vital
6. Perawat menigisikan rencana tindak lanjut sesuai dengan zona wzuna yang didapat dari
total score EWS : a. Znna putih: lanjutkan observasi / monitoring secara rutin b. Zona
biru :
7. perawat pelaksana menginformasikan kepada ketua tim untuk melakukan asesmen
selanjutrrya dan membuat keputusan apakah akan meningkatkan fiekuensi
observasi/monitoring atau perbaikan asuhan yang dibutuhkan oleh pasien c. Zona
orange : - Ketua tim (perawat) segera memberikan informasi tentang kondisi pasien
kepada dokterjaga atau DPJP - Dokter jaga atau DPJP melakukan asesmen sesuai
kompetensinya dan menetukan kondisi pasien apakah dalam penyakit akut - Dokter jaga
atau DPJP menf apkan fasilitas monitoring yang lebih canggih d. Zona merah : - Ketua
tim (perawat) melaporkan kepada tim code blue - Tim code blue melakukan asesmen
segera - Stabilisasi oleh tim code blue dan pasien di rujuk ke lntermediate Care atau
lntensive Care Perawat membubuhkan paraf dan nama jelas Perawat melakukan
monitoring sesuai dengan score EWS .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejak diperkenalkan PEWS pertama kalinya sebagai alat identifikasi dini perubahan klinis pada
anak, berbagai sistem skoring telah diadaptasi, modifikasi dan dikembangkan, tetapi sistem
skoring yang ada saat ini masih memerlukan penilaian secara ketat untuk membuktikan
keuntungannya. Di sisi lain, untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pasien, perlu
mekanisme yang dapat mengenali dan merespons secara dini pasien yang berpotensi memburuk
selama dalam perawatan. Sampai saat ini belum ada konsensus tentang berapa skor yang
dianggap sebagai baku emas dalam mengidentifikasi tanda-tanda perburukan klinis pada anak,
sehingga setiap penyedia layanan kesehatan perlu mengevaluasi alat yang tersedia dan memilih
salah satu yang paling sesuai dengan kebutuhan lokal. Sebuah PEWS yang ideal dapat
mengakomodasi kebutuhan setempat, namun berasal dari penelitian yang telah divalidasi
sebelumnya. Selanjutnya, penelitian tambahan yang mengevaluasi dampak dari PEWS pada hasil
klinis akan memberikan kontribusi penting terhadap bidang medis dan keperawatan anak
DAFTAR PUSTAKA
Duncan H, Hutchison J, Parshuram CS. The pediatric early warning system score:a severity of
illness score to predict urgent medical need in hospitalized children. J Crit Care 2006;21:271–9.