Anda di halaman 1dari 9

Nama : Palupi Wahyuning Fajar

Nim : P27833319056

1. Saran yang diberikan sebagai seorang sanitarian


a. Berdasarkan permasalahan tersebut, sebagai seorang sanitarian saran
yang dapat saya berikan adalah melengkapi sistem pengolahan air
limbah sebelum air limbah tersebut masuk ke drainase kota karena
akan berdampak buruk pada lingkungan atau biota air yang
disebabkan karena karakteristik air limbah yang dihasilkan masih
banyak yang melebihi baku mutu untuk memenuhi syarat sesuai
dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 68
Tahun 2016. Pengolahan air limbah yang memungkinkan untuk
dipakai adalah menambah metode filtrasi menggunakan filtrasi pasir
silika, adsorpsi karbon aktif, serta gabungan pengolahan filtrasi pasir
aktif dan adsorpsi. Namun, terdapat metode pengolahan air limbah
yang lebih efisien untuk menurunkan BOD, COD, Phospat dan
surfaktan yaitu menggunakan metode Moving Bed Biofilm Reactor
(MBBR).
Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) merupakan proses pengolahan
yang sederhana dan membutuhkan luas lahan yang lebih sedikit
daripada sistem pengolahan air limbah tradisional. Moving Bed
Biofilm Reactor (MBBR) dapat digabungkan dengan lumpur aktif
konvensional (convensional active sludge) untuk meningkatkan
performa sistem yang telah ada.
Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) sebagai media untuk
tumbuhnya lumpur aktif atau mikroorganisme yang kemudian
mendegradasi bahan organik dari air limbah. Mikroorganisme
tumbuh di permukaan media dan membentuk lapisan film yang
berfungs sebagai filter pada air limbah. Moving Bed Biofilm Reactor
(MBBR) terbuat dari sejenis plastik (biocarrier) yang didesain
sedemikian rupa sehingga memiliki kepadatan unsur yang lebih
rendah dibandingkan air, serta terdapat luas permukaan yang besar
untuk tempat tumbuhnya mikroorganisme. Salah satu biocarrier yang
seringkali digunakan dalam sistem ini adalah media biofilm kaldnes
1 (K1), media ini dibuat dari bahan High Density Polyethylene
(HDPE) yang berbentuk silinder kecil, menyilang di dalamnya dan
menyerupai sirip di luarnya. Di dalam reaktor Moving Bed Biofilm
Reactor (MBBR), media plastik biocarrier akan berada dalam posisi
bergerak, pergerakan ini disebabkan oleh energi sistem aerasi buatan
yang berasal dari mesin blower atau aerator ataupun dengan
pengadukan mekanik secara konvensional. Kemampuan sistem ini
sangat baik pada kondisi pengadukan secara turbulensi, sehingga
proses penyerapan oksigen pada substrat akan lebih optimal.
Pengadukan yang lebih merata dapat meningkatkan performa dari
sitem pengolahan air limbah yang telah ada menjadi semakin efektif.
Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) menggunakan saringan untuk
memisahkan media biocarrier bergerak dalam reaktor dengan air
olahan yang keluar sebagai overflow dari reaktor. Waktu tinggal
media di dalam reaktor yang cukup, ditambah lagi dengan
pengadukan substrat yang merata dalam air limbah mendorong
seleksi dan pengayaan mikroba untuk tumbuh sesuai dengan
konsentrasi substrat yang diterima oleh mikroba di dalam kondisi
reaktor yang stabil.
Menggunakan teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) bisa
dikatakan cukup murah, tidak terlalu membutuhkan biaya yang besar
dan perawatannya sangat mudah karena teknologi Moving Bed
Biofilm Reactor (MBBR) mampu memproses secara alamiah
merawat bakterinya sendiri pada level yang optimum dari biofilm
yang produktif, dan juga tidak perlu melakukan pengembalian
lumpur.
Setelah melalui proses di Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR),
selanjutnya bisa ditambahkan clarifier. Calrifier merupakan tempat
untuk menjernihkan air buangan yang keruh dengan cara
pengendapan. Ini dilakukan jika air limbah laundry tersebut akan
digunakan kembali menjadi air baku.
Jadi, saran untuk industry laundry tersebut adalah menggunakan
teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) karena dianggap
efektif untuk menghasilkan limbah yang aman untuk dibuang ke
badan sungai dan tidak membutuhkan lahan yang luas.
b. Sebuah manajemen industry laundry tidak mengetahui bahwa kualitas
air buangan limbah cair usahanya telah diatur dalam Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 68 Tahun 2016 dan
hanya menyediakan bak penampungan yang dilengkapi grease trap
lalu air limbah dibuang ke saluran drainase kota, padahal karakteristik
limbahnya tidak memenuhi syarat untuk BOD, COD, TSS, Amonia,
sulfida dan phospat. Maka sebagai seorang sanitarian, saran yang
dapat saya berikan adalah sebaiknya adanya kerjasama yang baik
antara pemerintah dengan para pengusaha industri. Sebelum
menjalankan usaha sebaiknya mengajukan atau membuat surat ijin
lingkungan seperti UKL – UPL, Amdal, dan sebagainya.

Manajemen industri tersebut tidak mengetahui peraturan yang berlaku


dikarenakan kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh yang
bersangkutan. Juga karena tidak adanya kerjasama dari pihak Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan berupa pengecekan dan
pengawasan langsung terhadap usaha laundry tersebut. Dan pihak
manajemen laundry pun kurang kesadaran dengan lingkungan sekitar
karena tidak mengolah limbah cairnya.
Sarannya, sebaiknya ada kesinambungan dari kedua belah pihak. Dari
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan sebaiknya melakukan
sosialisasi dengan pihak-pihak terkait agar mengetahui pentingnya
mengurangi pencemaran lingkungan salah satunya melakukan
pengecekan serta pengawasan. Untuk pihak industri, sebaiknya
memiliki tenaga kerja yang berwawasan luas dan mengikuti
pelatihan-pelatihan tentang limbah cair, harus rajin membaca
peraturan-peraturan daerah terbaru juga menambah sarana dan
prasarana untuk dapat meningkatkan hasil kinerja, seperti
dilengkpainya sarana pengolahan air limbahnya agar kualitasnya
dapat memenuhi syarat baku mutu dan aman untuk lingkungan. Untuk
semua kalangan, agar lebih peduli terhadap lingkungan.

2. Resume
‒ Judul artikel : Perbandingan busa poliuretan dan biodegradable polimer
sebagai carrier dalam Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) untuk
mengolah limbah cair dengan C / N ratio rendah
‒ Identitas Jurnal :
Nama Jurnal : Chemosphere 83 (2011) 63-68
Alamat Web :
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0045653510014979
DOI : https://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2010.12.077
‒ Latar Belakang :
Menghilangkan total nitrogen (TN), yaitu amonium, nitrat, nitrit,
merupakan tujuan yang saat ini menjadi penting dalam instalasi
pengolahan air limbah kota dan industri. Namun, biaya dan kurangnya
luas lahan seringkali menjadi permasalahan. Metode Moving Bed Biofilm
reactor (MBBR) menjadi solusinya. Reaktor MBBR menggabungkan
pertumbuhan tersuspensi dan proses pertumbuan lekat (attached growth)
dengan menambahkan biofilm carrier di dalam tangki aerasi, merupakan
proses biologis yang sangat efektif dan banyak diminati untuk pengolahan
air limbah. Keunggulan dari metode MBBR ini adalah rendah headloss,
perawatannya sangat mudah karena teknologi MBBR mampu memproses
secara alamiah merawat bakterinya sendiri pada level yang optimum dari
biofilm yang produktif, dan juga tidak perlu melakukan pengembalian
lumpur/ backwash.
Biofilm carrier yang digunakan berupa poliuretan (PU), adalah media
pertumbuhan yang ideal dengan porositas tinggi untuk imobilisasi
mikroorganisme dan biayanya yang rendah. Dalam beberapa tahun
terakhir, polimer biodegradable baru termasuk polycaprolactone (PCL),
poli butilena suksinat dan asam poli laktat sebagai sumber karbon organik
padat telah dikembangkan. Koefisien laju nitrifikasi dan denitrifikasi dari
reaktor pertumbuhan biologis PU yang ditangguhkan masing-masing
adalah 1,5 dan 1,6 kali, lebih tinggi daripada yang dari reaktor lumpur
aktif konvensional.
‒ Tujuan :
1. untuk mengetahui seberapa besar efisiensi teknologi biofilm dengan
membandingkan dua bahan berbeda sebagai carrier yaitu busa PU
inert dan partikel Polycaprolactone (PCL) polimer untuk
menghilangkan organik dan nitrogen dari air limbah dengan C/N rasio
rendah.
2. Untuk mengetahui karakteristik penghilangan nitrogen dan struktur
mikroorganisme yang melekat pada kedua jenis carrier
‒ Metodologi
1. Metode Penelitian
Dua MBBR, Reaktor 1 diisi dengan carrier PCL, Reaktor 2 diisi
dengan carrier PU didirikan pada skala laboratorium. Setiap reaktor
berisi zona aerasi 6,0 L dan zona pengendapan 3,5 L. Di aerasi untuk
memasok oksigen ke massa mikroba sebagai aktivitas biologis dan
untuk mencampur carrier. Aliran udara yang disediakan dikendalikan
pada laju 160-180 L h1. Reaktor dioperasikan pada 19-27 °C, dari
Maret hingga Juli 2010 (selama 4 bulan).
2. Air Limbah dan Prosedur Penelitian
Air limbah terus menerus diumpankan ke reaktor menggunakan
pompa peristaltik. MBBR beroperasi terus menerus secara paralel
selama 4 bulan. Periode operasional jangka panjang dibagi menjadi
tiga fase. Langkah pertama adalah periode permulaan dan terdiri dari
penurunan Hidraulic Retention Time (HRT) bertahap dari 40, ke 24
dan ke 16, dan kemudian hingga 14 jam di kedua sistem. Kemudian
kedua MBBR dioperasikan pada HRT 14 jam dan rasio COD / TN
dari influen dipertahankan sekitar 4,2. Akhirnya, pada fase ketiga,
rasio COD / TN yang berpengaruh meningkat dengan meningkatkan
konsentrasi COD untuk menyelidiki efek rasio COD / TN pada
penghilangan TN. Kinerja pengobatan dipantau dengan mengamati
NH4, NO2 dan NO3, serta nilai TN, TOC dan pH dalam limbah tiga
hingga lima kali seminggu.
3. Kumpulan Percobaan
Pada hari ke-90, sekitar 70 mL carrier PCL dan PU dengan biofilm
diambil dari dua MBBR untuk percobaan batch untuk menentukan
kinetika organik dan pembuangan nitrogen pada 26 ± 2 C. Sebelum
percobaan ini, carrier dengan lembut dibilas dengan air deionisasi
untuk menghilangkan sisa senyawa terlarut di dalam reaktor.
Percobaan aerob dilakukan dalam dua labu erlenmeyer 500 mL yang
masing-masing diisi dengan carrier PCL dan PU. Sekitar 200 mL air
limbah sintetis (glukosa, NH4Cl dan jejak elemen yang diencerkan
dalam air ledeng) 20 mg L1 dari TOC, 42 mg L1 dari NH4 dan 15 mg
L1 dari NO3 ditambahkan ke termos. Aerasi disuplai melalui diffuser
udara dipasang di bagian bawah reaktor.
4. Metode Analitik
TOC (Total Organik Carbon) dievaluasi oleh penganalisa TOC.
Oksigen terlarut (DO) diukur dengan DO meter. Untuk mengevaluasi
TSS pada carrier, sampel elemen carrier diambil dari reaktor,
dikeringkan pada 105 C selama 24 jam dan ditimbang. Nilai ini
kemudian dibandingkan dengan rata-rata ‘‘ nol ’dari carrier kontrol,
sehingga memperoleh jumlah TSS yang melekat pada carrier PU.
‒ Hasil dan Diskusi
1. Kinerja kedua MBBRs
Nilai pH berada pada 7,2 ± 0,4 di kedua reaktor. Efisiensi
penghapusan TOC dan amonium adalah 72% dan 56% untuk reaktor
1 diisi dengan carrier PCL, dibandingkan dengan 90% dan 65% untuk
reaktor 2 diisi dengan carrier PU pada HRT rata-rata 14 jam. COD
efluen dipertahankan pada 45-87 mg L1 dalam reaktor 1 dan 27-50
mg L1 dalam reaktor 2. Nitrit efluen rata-rata adalah 0,2 mg L1 dalam
reaktor 1 dan 1,0 mg L1 dalam reaktor 2. Perubahan rasio COD / TN
dalam influen tidak mempengaruhi TOC dan efisiensi penghilangan
amonium di kedua reaktor.
2. Perubahan struktur carrier dan morfologi mikrobiologi dari biofilm
Konsentrasi lumpur yang tersuspensi tetap pada 868 mg L1 dalam
reaktor 1 dan 661 mg L1 dalam reaktor 2. Rasio VSS / TSS di reaktor
1 adalah 21-26% lebih tinggi dari pada di reaktor 2. Biofilm PCL
sebagian besar terdiri dari bakteri coccal dan rod, sedangkan jamur
jamur lebih banyak dengan beberapa bakteri rod pendek dalam
biofilm PU.
3. Kinetika organik dan pemindahan nitrogen dari tahap percobaan
Dengan carrier PCL, amonium menurun secara bertahap, sementara
nitrat dipertahankan hampir konstan dalam waktu 7 jam dan
kemudian menurun. Penghapusan TN sebesar 58% tercapai. Dengan
carrier PU, amonium menurun tajam, sementara nitrat meningkat
karena karbon organik tidak cukup untuk denitrifikasi. Penghapusan
TN sebesar 14% dicapai dalam waktu 3 jam operasi dan hampir
konstan pada periode berikutnya. Efisiensi menghilangkan amonium
dari carrier PU lebih tinggi dari pada carrier PCL (58% di awal dan
77% setelahnya), yang sesuai dengan hasil dari dua MBBR.
Dalam penelitian ini, TOC efluen dalam reaktor 1 diisi dengan carier
PCL polimer yang dapat terdegradasi lebih tinggi daripada di reaktor
2 yang diisi dengan carier PU inert. Dari analisis EEM, efluen dari
reaktor 1 terutama terdiri dari zat-zat seperti protein dan SMP. SMP
adalah senyawa organik yang secara biologis berasal dari
metabolisme substrat selama pertumbuhan biomassa dan yang
dilepaskan dari lisis sel selama peluruhan biomassa.
Dari percobaan ini, dapat dilihat bahwa zat organik terlarut dengan
cepat dikonsumsi oleh oksidasi aerob selama tahap perawatan awal,
tetapi tidak berfungsi sebagai sumber karbon untuk denitrifikasi.
Rasio COD / TN yang lebih tinggi dalam influen diperlukan untuk
menyediakan sumber karbon untuk denitrifikasi. Oleh karena itu,
dalam reaktor 2 diisi dengan carier PU, pemindahan TN rendah pada
C/N rasio yang lebih rendah, dan meningkat ketika C/N rasio dua kali
lipat. Namun, ketika zat organik padat seperti PCL bertindak sebagai
carrier biofilm sendiri, mereka dapat diakses untuk denitrifikasi hanya
dengan serangan enzimatik. Dari percobaan dengan carier PCL,
amonium menurun secara bertahap, tetapi nitrat tidak meningkat
dalam 7 jam. Ini menunjukkan bahwa nitrat yang dihasilkan oleh
oksidasi amonium didenitrifikasi in situ. Sumber karbon padat adalah
substrat yang efektif untuk SND (Simultaneous Nitrification
Denitrification) karena mendegradasi lebih lambat daripada substrat
yang larut yang cepat teroksidasi menjadi CO₂ pada tahap awal aerasi,
alih-alih memberikan pengurangan daya untuk denitrifikasi.
Dalam penelitian ini, MBBR dengan carrier PU menunjukkan kinerja
yang baik dalam TOC (Total Organik Carbon) dan penghapusan
amonium karena terbukti bahwa banyak mikroorganisme
terperangkap di pori-pori carrier PU yang meningkatkan nitrifier
untuk dihuni.

Anda mungkin juga menyukai