Anda di halaman 1dari 13

ESTIMASI PRODUKSI BASAH DAUN MINYAK KAYU PUTIH

(Studi Kasus BKPH Sukun KPH Madiun)

Martin Lukito 1
1
adalah Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun

Abstract
Kayu putih (Mellaleuca leucadendron Linn) plantations including non timber
forest products (NTFP) is the flagship product of Perum Perhutani very important both
in the review of economic and ecological aspects. Through the cultivation of kayu putih
is expected to be achieved two advantages, first the ecological benefits of conservation-
shaped one contribute to the global carbon cycle. from the existence of stands of kayu
putih. The second economic advantage through the processing of kayu putih leaves into
cajuputi oil as important source of income other than forest products such as wood
products. The purpose of this study is to estimated production plant organ wet leaves
and twigs of eucalyptus plants, especially in the areas of production / age Cutting
The research was conducted at the kayu putih plantation forests in the area BPKH
Sukun KPH Madiun. Estimation of potency was conducted by using forest inventory of
the various age class. Measurements of fresh weight of leaves and twigs, biomass of
leaves, twigs and branches was done by using destructive sampling
Research result showed the estimated production of wet leaf and twig samples of
mixed ages range from an average of 2:16 -3.87 or 2.99 kg / tree based on the broad
average of 23.17 ha sample plots ranged from 27.01 to 150.7 tons per year or an
average of 3.5 tons / ha / year

Key words: Kayu putih, estimated production

PENDAHULUAN pemangkasan daun akibatnya perlu


Latar Belakang jangka waktu yang lama untuk
Hutan tanaman kayu putih membentuk tajuk baru untuk kemudian
termasuk Hasil Hutan Bukan Kayu di pangkas guna diambil daun kembali
(HHBK) karena Produk utama tegakan Kemampuan produksi daun kayu
ini adalah untuk menghasilkan minyak putih dapat dilakukan dengan intensive
kayu putih melalui proses penyulingan pemeliharaan melalui silvikultur hutan
daun kayu putih. Melalui budidaya pangkas (coppice system), dari kegiatan
diharapkan dapat diraih dua keuntungan, ini akan muncul cabang-cabang baru yang
pertama keuntungan ekologis berbentuk akan menghasilkan daun yang akan
konservasi lahan dari adanya tegakan menambah produksi daun. Pencapaian
kayu putih, kedua keuntungan ekonomis target pungutan daun selama ini masih
melalui pengolahan daun kayu putih menggunakan metode konvensional yaitu
menjadi minyak kayu putih. Hutan kayu dengan inventarisasi menggunakan
putih dibangun dengan tujuan dipanen produksi daun rata rata sehingga perlu
daunya dengan demikian secara fisiologis dicarikan alternative atau metoda lain
akan terjadi eksport material yang besar dalam penaksiran daun dan ranting salah
terutama dalam hal fotosintesis karena satunya dengan pendekatan diameter
proses pemanenan dengan cara batang tanaman kayu putih pendekatan ini

Agritek Volume 12 Nomor 1 Maret 2011 ESTIMASI PRODUKSI .................. 36


di dasarkan pada pemikiran bahwa tumbuh di dataran rendah dan rawa
semakin besar diameter, semakin luas tapi jarang ditemukan di daerah
bidang dasarnya sehingga memungkinkan pegunungan (Ketaren dan Djatmiko,
semakin banyak cabang yang tumbuh 1978). Menurut Bailey (1963) dalam
karena tersedianya ruang tumbuh yang Ketaren dan Djatmiko, (1978), pohon
akhirnya meningkatkan produksi daun kayu putih tumbuh baik di daerah air
dan ranting, Laily D. (2009) yang bergaram, angin bertiup kencang
Saat ini pasokan bahan baku untuk berhawa panas dan sedikit dingin.
pabrik kayu putih PMKP Sukun berasal Pohon kayu putih paling baik
dari BKPH Sukun KPH MAdiun, tumbuh di daerah yang mempunyai
ketidakmampuan BKPH Sukun dalam ketinggian tempat kurang dari 400
menyediakan bahan baku, oleh karena itu meter dari permukaan laut (Kasmudjo,
perlu diketahui potensi daun kayu putih 1992). Di Indonesia umumnya tanaman
di BKPH Sukun. kayu putih berwujud sebagai hutan
alam dan hutan tanaman. Hutan alam
Tujuan Penelitian terdapat di Maluku (pulau Buru, Seram,
Tujuan dari penelitian ini adalah Nusa Laut dan Ambon), Sulawesi
mengetahui estimasi produksi basah Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Timur,
organ tanaman daun dan ranting tanaman dan Irian Jaya, sedangkan yang
kayu putih terutama pada areal produksi / merupakan hutan tanaman terdapat di
umur pangkas Jawa Timur (Ponorogo, Kediri,
Madiun), Jawa Tengah (Solo dan
Manfaat Penelitian Gundih), Daerah Istimewa Yogyakarta
Penelitian ini diharapkan dapat dan Jawa Barat (Banten, Bogor,
memberikan informasi mengenai estimasi Sukabumi, Indramayu, Majalengka).
kandungan basah daun dan ranting dalam Soetrisno (1990), menyebutkan
hubungan dengan diameter batang bahwa pulau Buru merupakan sumber
sebagai aspek ekonomi di dalam produksi tanaman kayuputih, tumbuh dalam
daun kayu putih bentuk belukar yang bergerombol
dengan diselingi pohon-pohon yang
TINJAUAN PUSTAKA menjulang tinggi. Belukar itu sendiri
Tanaman Kayu Putih tumbuh dari tunas-tunas yang tingginya
Kayu putih dalam bahasa latin tudak lebih dari 30 sampai 40 cm. Hal
dikenal dengan nama Melaleuca ini terjadi karena perladangan yang
leucadendron Linn, termasuk dalam berpindah-pindah sehingga merupakan
familia Myrtaceae dan tergolong keluarga hutan sekunder. Pohon kayuputih
Melaleuca, dalam bahasa sunda dan merupakan pohon yang bertunas dari
jawa dikenal dengan nama Gelam, tonggak-tonggak, oleh karena itu
tetapi nama tersebut jarang digunakan meskipun hutan sering mengalami
yang lebih umum dugunakan adalah kayu kerusakan akan segera tumbuh kembali.
putih. Beberapa species sudah diketahui Beberapa varietas tanaman kayu
dan dibudidayakan secara komersial putih ada yang kayunya berwarna
antara lain Melaleuca leucadendron merah dan ada juga yang berwarna
Linn., Melaleuca cajaputi Roxb, dan putih. berapa species yang sudah
Melaleuca viridiora Corn. (Ketaren, diketahui dapat menghasilkan minyak
1985). Melaleuca leucadendron Linn, kayu putih dan telah dibudidayakan
berasal dari Australia dan tersebar ke manusia diantaranya adalah Melaleuca
Asia Tenggara (Anonim, 1997), leucadendron Linn., dengan ciri daun

Agritek Volume 12 Nomor 1 Maret 2011 ESTIMASI PRODUKSI .................. 37


kecil Annonimous (2007), Melaleuca Helaian daun (lamina)
Cajaputi Roxb, dengan ciri daun lebar Helaian daun kayu putih bercirikan
dan Melaleuca viridiflora Corn, dari berwarna hijau muda untuk daun muda
ketiga jenis ini yang banyak digunakan dan hijau tua untuk daun tua karena
untuk industri minyak kayu putih adalah mengandung zat warna hijau atau
Melaleuca leucadendron Linn, khlorofil. Selain itu daun kayu putih
tanaman ini dikembangkan dengan stek memiliki tulang daun dalam jumlah yang
akar batang maupun biji. bervariasi antara 3 -5 buah, tepi daun rata
Kayu putih (Melaleuca dan permukaan daun dilapisi oleh bulu-
leucadendron Linn.) merupakan tanaman bulu halus. Ukuran lebar daun kayu putih
yang tidak asing bagi masyarakat di berkisar antara 0,66 cm – 4,30 cm dan
Indonesia karena dapat menghasilkan panjangnya antara 5,40 – 10,15 cm.
minyak kayu putih (cajuput oil) yang Daun-daun tumbuh pada cabang-cabang
berkhasiat sebagai obat, insektisida dan tanaman secara selang-seling, pada satu
wangi-wangian. Selain itu pohon kayu tangkai daun terdapat lebih dari satu helai
putih dapat digunakan untuk konservasi daun (sehingga disebut sebagai jenis daun
lahan kritis dan kayunya dapat digunakan majemuk). Kayu putih mempunyai daun
untuk berbagai keperluan (bukan sebagai yang sempit, tipis permukaan rata, tangkai
bahan bangunan). Dengan demikian, kayu pendek, kuat mempunyai lebar antara 0,5-
putih memiliki nilai ekonomi cukup tinggi 1 inchi dan panjang daun antara 2-4 inchi.
(Sunanto,2003). Tanaman kayu putih Bentuk daun berbeda beda walau satu
berasal dari Australia dan saat ini telah jenis. Ada tiga macam bentuk daun yaitu
tersebar di Asia Tenggara, terutama lonjong, lansit dan oval. Dilihat dari
Indonesi dan Malaysia. Tanaman ini warna kuncup daunnya kayu putih
dapat tumbuh di daerah dataran rendah mempunyai variasi warna merah, putih
dan di pegunungan. dan kuning. Jika daun di remas
mempunyai aroma yang khas karena
Daun kayu putih mengandung minyak atsiri atau yang
Daun merupakan bagian tumbuhan lebih dikenal dengan minyak kayu putih
yang terpenting karena dari daun inilah (Kasmudjo, 1992).
akan dihasilkan minyak kayu putih. Selanjutnya Kasmudjo (1992)
Tanaman kayu putih termasuk jenis mengatakan bahwa minyak kayu putih
tumbuhan kormus karena tubuh tanaman yang dikeluarkan dari daun diperoleh
secara nyata memperlihatkan diferensiasi melalui penyulingan (distilasi). Minyak
dalam 3 bagian pokok, yaitu akar (radix), kayu putih tersebut mempunyai
batang (caulis) dan daun (folium). Daun kandungan antrara lain Sinoep (kayu
kayu putih terdiri atas dua bagian yaitu putol), yang diperoleh pada suhu didih
tangkai daun (petiolus) dan helaian daun 1740C – 1770 C, sedangkan pada suhu
(lamina). dibawahnya diperoleh pinenen (156 –
Tangkai daun (petiolus) 1600C) dan pada suhu diatasnya akan
Tangkai daun merupakan bagian diperoleh Benzildehid (1790C), terpinol
daun yang mendukung helaian daun, yang (218 0C) dan Sesquesterpen pada suhu
berfungsi untuk menempatkan helaian diantara 230 – 2770C.
daun pada posis yang tepat, sehingga
dapat memperoleh cahaya matahari Batang kayu putih
sebanyak-banyaknya. Tangkai daun Batang kayu putih terbungkus
berbentuk bulat kecil, sedangkan panjang kulit yang tebal, berlapis-lapis putih ke
tangkaunya bervariasi. kuning kuningan warnannya dan dapat

Agritek Volume 12 Nomor 1 Maret 2011 ESTIMASI PRODUKSI .................. 38


dilepas dengan mudah tanpa mengganggu Pemangkuan Hutan(RPH) yaitu RPH
batang atau pohonnya. Annonim (1976) Sukun seluas 734,2 Ha, RPH Tambaksari
Kulit berlapis-lapis ini kering dan seluas 663.9 Ha, RPH Nglayan seluas
mempunyai sifat seperti gabus. Batang 856,4 Ha, RPH Sidoharjo Seluas 692,8
kayu putih tidak dapat digunakan sebagai Ha dan RPH Depok seluas 753,7 Ha.
konstruksi kayu karena kayunya relative Secara Administratif termasuk wilayah
kecil dan mudah lapuk . Batang kayu kecamatan pulung, Siman, Mlarak Dan
putih mudah dibelah dan mudah retak, Jenangan. Kabupaten Ponorogo Propinsi
banyak digunakan sebagai kayu bakar. Jawa Timur.
Waktu penelitian dilakukan pada
Bunga kayu putih bulan Juli 2010 s/d September 2010.
Bunga kayu putih terdapat di dengan pembagian waktu penelitian
pucuk pucuk ranting tangkai pohon dan menjadi dua tahap, yaitu :
hampir tiap pucuk ranting terdapat punga.1. Tahap persiapan berupa pegumpulan data
Bunga berwarna putih, bentu buah bulat dan informasi mengenai lokasi spesifik
berlubang yang tua berwarna keabu Hutan tanaman kayu putih, luas areal
abuan.Dalam buah terdapat beberapa biji tanaman untuk jenis yang ditanam,
yang sangat halus dan ringan (dalam 1 metode silvikultur yang diterapkan (jarak
gram biji kayu terdapat +- 12,000 butir) tanam), kelas umur tanaman
Budidaya tanaman kayu putih2. Tahap 2 kegiatan Inventarisasi tegakan
dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui pembuatan plot yaitu pada areal
cara pertama adalah dengan penanaman yang produktif (dipangkas daunnya)
yang berasal dari benih yang telah yaitu meliputi kelas umur sampel pada
disemai dan cara kedua adalah lokasi produksi, dan plot sampel pada
menggunakan bibit dari stump. areal yang tidak dilakukan pemangkasan
Keuntungan menggunakan cara ke dua daun. Data primer yang di ambil di
adalah bibit srump lebih tahan terhadap lapangan yaitu data dari pohon berdiri dan
kekeringan, tidak mudah rusak serta dapat pohon rebah. Pada pohon berdiri
diangkut dalam jumlah besar. Tanaman parameter yang digunakan adalah
kayu putih dapat tumbuh pada kondisi diameter, tinggi total, tinggi bebas
tanah kurang baik dan tandus tetapi untuk cabang. Sedangkan pada pohon rebah
memperoleh produksi daun yang optimal adalah data diameter dan panjang setiap
perlu dilakukan pengolahan lahan, batang utama, cabang beraturan, tunggak,
penggunaan bibit unggul, penanaman berat daun, ranting dan cabang tidak
pada saat yang tepat dan pemeliharan beraturan.
yang terus menerus sepanjang tahun
Alat Penelitian
METODE PENELITIAN Alat yang digunakan dalam peneltian ini
Lokasi dan Waktu Penelitian adalah sebagai berikut :
Lokasi penelitian dilaksanakan1. 1. Hagameter, berfungsi sebagai pengukur
pada areal BKPH Sukun, KPH Madiun tinggi pohon
memfokuskan pada pembagian lokasi plot2. 2. Pita meter, untuk pengukur keliling
sampel berdasarkan umur dan sebaran pohon.
kelas diameter tanaman. BKPH Sukun 3. Meteran gulung, untuk mengukur
temasuk Bagian Hutan Ponorogo timur panjang/tinggi sampel pohon setelah
yang merupakan kelas perusahaan Kayu rebah dan pengukur luas sampel.
Putih yang terletak di sebelah barat 4. Tali rafia, sbagai pembatas plot yang
Gunung wilis, yang teridiri dari 5 Resort telah dibuat.

Agritek Volume 12 Nomor 1 Maret 2011 ESTIMASI PRODUKSI .................. 39


5. Parang, untuk memotong Variabel Penelitian
dahan/ranting pohon. Variabel yang digunakan dan
6. Timbangan (dengan berbagai dicari informasinya dalam penelitian ini
kapasitas), berfungsi untuk mengetahui adalah :
berat Basah atau berat kering sampel. 1. 1. Umur pohon atau tegakan
7. Program komputer (software) SPSS 2. 2. Diameter batang setinggi dada (dbh 1,3
16. m dari permukaan tanah)
3. 3. Tinggi total pohon
Bahan Penelitian 4. 4. Tinggi atau panjang batang pokok
Bahan penelitian yang digunakan5. 5. Tinggi pohon bebas cabang
adalah sebagai berikut : 6. 6. Bilangan bentuk
1. Tanaman Kayu Putih yang ditanam dari7. 7. Berat basah tiap-tiap organ pohon
berbagai variasi kelas umur pada BKPH (daun dan ranting)
Sukun, BH Ponorogo Timur KPH Madiun 8. Berat basah sampel tiap-tiap organ
2. Pohon pohon contoh diambil secara pohon (disk)
purposif berdasarkan keefisienan 9. Data curah hujan dan ketinggian
pekerjaan lapangan dan memenuhi syarat tempat (faktor lingkungan)
uji statistik, banyaknya pohon yang Dalam memudahkan untuk
diambil di lapangan sebanyak ± 30 pohon menganalisis semua informasi dari
pada areal produksi (KU I – KU X) variabel-variabel tersebut, maka harus
dengan sampel masing masing KU dibuat persamaan allometriknya
sebanyak 3 pohon dan ± 15 Pohon pada berdasarkan literatur-literatur yang
areal bukan untuk produksi. Pohon berhubungan dengan penelitian ini.
tersebut mewakili ketersebaran diameter
dan kelas umur Metoda Analisis
3. Register tegakan dan data sebaran Berbagai data yang telah
tegakan. didapatkan seperti, Tinggi pohon,
4. Peta-peta yang menyajikan informasi diameter setinggi dada (dbh), diameter
kawasan hutan tanaman Tanaman Kayu pangkal, diameter tinggi batang bebas
Putih yang ditanam dari berbagai variasi cabang, dan umur tanaman, dicari
kelas umur pada BKPH Sukun, BH hubungan /korelasinya dengan berat
Ponorogo Timur KPH Madiun basah daun dan ranting, biomassa,
5. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan kandungan karbon, dan penyerapan CO2
Kelas Perusahaan kayu Putih Kesatuan untuk kemudian dibuat dalam suatu
Pemangkuan Hutan Madiun, Bagian persamaan allometrik dengan model
Hutan Sukun, BKPH Sukun jangka regresi. Pembuatan model regresi
Perusahaan 2006 sampai dengan bertujuan untuk memperkirakan atau
Desember 2010. menaksir besarnya efek kuantitatif dari
satu parameter terhadap parameter yang
lain. Secara umum model regresi
mempunyai bentuk persamaan regresi dan
transformasinya disajikan pada Tabel-1.
sebagai berikut (Sulaiman, 2004) :

Agritek Volume 12 Nomor 1 Maret 2011 ESTIMASI PRODUKSI .................. 40


Tabel-1. Model Persamaan Regresi dan Transformasinya
Bentuk Persamaan Bentuk Linier
Linear Y = a + bx Y = a + bx
Quadratic Y = a + bx + cx2 Y = a + bx + cx2
2 3
Cubic Y = a + bx + cx + dx Y = a + bx + cx2 + dx3
Logarithm Y = a + b ln x Y = a + b ln x
Inverse Y = a + b/x Y = a + b/x
Compound Y = abx ln Y = ln a + x ln b
Power Y = axb ln Y = ln a + b ln x
Sigmoid Y = e a+b/t ln Y = a + b/t
Growth Y = e a+bx ln Y = a + bx
Eksponensial Y = a (ebx ) ln Y = ln a + bx
x -1
Logistic Y = (1/u + ab ) ln (1/Y – 1/u) = ln a + x ln b

Pemilihan model regresi di regresi dengan menggunakan uji varian


dasarkan pada nilai koefisien determinasi untuk mengetahui taraf signifikansi dari
(R2), tertinggi serta jumlah kuadrat error masing-masing persamaan yang
(residual sum of square) yang terkecil. dihasilkan.
Selain itu juga dilakukan pengujian model

Bagan Alir Penelitian


Gambar -1 Diagram Alir untuk Mengetahui Estimasi Produksi Basah Daun dan
Ranting Tanaman Kayu Putih

Sampel tanaman kayu putih

Non Destructive Desrtructive sample


sample
Batang Berat basah Daun dan ranting

Diameter (mencari hubungan)


 Pangkal (Dpkl) Model model allometrik
 Tinggi batang bebas cabang
(Dtbbc)

Persamaan Allometrik

Agritek Volume 12 Nomor 1 Maret 2011 ESTIMASI PRODUKSI .................. 41


GAMBARAN LOKASI PENELITIAN (Resort Polisi Hutan) yaitu RPH Sukun,
Letak dan Luas Wilayah RPH Tambaksari, RPH Nglayang, RPH
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Sidoharjo dan RPH Depok yang terbagi
(BKPH) Sukun termasuk ke dalam menjadi beberapa kelas hutan yaitu kelas
Bagian Hutan (BH) Ponorogo Timur, hutan Produktif seluas 2.307 ha dan kelas
Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun hutan tidak produktif seluas 1.429 ha.
masuk kelas perusahaan kayu putih.
Secara geografis wilayah BKPH Sukun Rencana Dan Realisasi Produksi Daun
terletak pada posisi antara 111o30’ - Kayu Putih (DKP)
111o36’ Bujur timur dan 7o50’ - 7o54’ Kegiatan produksi daun kayu
Lintang selatan dan terletak pada putih di BKPH Sukun keseluruhannya di
ketinggian tempat ± 200 – 350 m di atas pergunakan untuk mensuplai kebutuhan
permukan laut bahan baku di pabrik minyak kayu putih
Batas wilayah BKPH Sukun terletak (PMKP) Sukun. Rata-rata produksi setiap
± 10 km ke arah timur kota Ponorogo, tahun sebanyak 219 hari per tahun proses
atau 45 km ke arah KPH Madiun dan produksi dengan setiap proses 4 shift per
sebelah barat daya Gunung Wilis, Secara hari dengan kebutuhan daun per shift
administratif masuk ke dalam wilayah sebanyak 10 ton maka produksi
kecamatan Pulung, Siman, Mlarak dan Kebutuhan bahan baku pabrik di lihat dari
Jenangan Kabupaten Ponorogo, Provinsi kapasitas terpasang Pabrik adalah ± 8.760
Jawa Timur. ton per tahun.
Batas batas BKPH Sukun KPH Peningkatan produksi tertinggi
Madiun secara administrati terletak : selama 9 tahun terakhir yaitu dari tahun
Sebelah utara adalah kecamatan 2001 hingga tahun 2009 terjadi pada
Jenangan, sebelah barat kecamatan tahun 2009 dimana realisasi produksi
Siman, sebelah selatan kecamatan Mlarak tercapai sebesar 155 % dari target yaitu
dan sebelah timur kecamatan Pulung. dari rencana 4.953 ton terealisasi sebesar
Aksesibilitas desa desa tersebut 7,721 ton pada luas areal pungut sebesar
baik ke BKPH Sukun ataupun ke ibukota 2.529.7 Ha,
kabupaten Ponorogo sudah baik dan
hampir sebagian besar sudah ber aspal Topografi
bahkan dengan kondisi jalan yang sangat Topografi di wilayah BKPH Sukun
baik seperti yang terletak di kecamatan masuk kedalam kawasan pegunungan
Pulung dimana akses jalan Pulung – yang berbukit bukit dengan kelerengan
Ponorogo membelah di tengah tengah yang beragam mulai dari datar,
kawasan BKPH Sukun. Pada Akses jalan bergelombang ringan hingga agak curam
ini terdapat beberapa infrasturkutr dengan punggung membujur ke arah
PERHUTANI yaitu Pabrik Minyak Kayu barat. Beberapa sungai yang ada di
Putih, Pabrik Gondorukem Terpentin dan wilayah BKPH Sukun seperti sungai
kantor ASPER BKPH Sukun yang Jurang Awang sampai Sungai Cimanuk
letaknya tepat di tepi jalan yang dan sungai Plosorejo yang mengalir dari
menghubungkan Ponorogo Pulung. timur ke barat

Kondisi Hutan Tanah


Berdasarkan RPKH jangka 2006- Berdasarkan RPKH kelas perusahaan
2010 KPH Madiun, Bagian hutan Sukun, kayu putih KPH Madiun, Bagian Hutan
BKPH sukun terbagi ke dalam lima RPH (BH) Sukun, BKPH Sukun tahun 2006-

Agritek Volume 12 Nomor 1 Maret 2011 ESTIMASI PRODUKSI .................. 42


2010, Jenis jenis tanah yang terdapat di Sedang (D), akan tetapi dilihat dari
wilayah ini adalah Margalit Coklat, hitam periode pencatatan curah hujan terlihat
dan abu-abu, merah dan hitam dengan bahwa nilai Q cenderung naik bahkan
dengan kondisi agak dalam dan agak tertinggi mencapai nilai 77.77 % pada
sarang mantap sedikit berbatu dan periode 1999 sampai 2009, dengan rata
berhumus. Budiadi et all (2006) rata curah hujan tahunan sebesar 2.150
mengatakan kondisi tanah di areal BKPH mm/tahun dan jumlah hari hujan rata-rata
Sukun adalah abu vulkanik yang terdiri 121 hari hujan per tahun. Bulan Januari
dari struktur liat/lempung sebesar 48.7 – dan Desember merupakan bulan dengan
62.6 %, pasir 22,6 -35.6 % dan endapan intensitas curah hujan tertinggi sedang
lumpur (silt) 9.8 – 20.3 %. Kandungan bulan Juli Agustus merupakan bulan
humus sebesar 5 % kandungan air tanah dengan intensitas hujan terendah selama
sebelum musim kering sebesar 8,4 – 11.5 29 tahun terakhir dengan demikian
% dan pH tanah mendekati / hampir intensitas curah hujan memegang peranan
netral (6,1 – 6.6). yang penting dalam kegiatan perencanaan
pengelolaan kelas perusahaan kayu putih
Iklim terutama dihubungkan dengan kegiatan
Tipe iklim di wilayah BKPH pemanenan serta penanaman daun kayu
Sukun mulai tahun 1980 sampai tahun putih.
2009 berdasarkan nilai Q adalah Tipe

HASIL DAN PEMBAHASAN


Estimasi Produksi Basah Daun dan Dkn dan di taksir produksi daun setiap
Ranting Tanaman Kayu Putih pohonnya.
Minyak kayu putih di hasilkan dari Data produksi diketahui setelah
produksi daun tanaman kayu putih, daun kayu putih tersebut di timbang di
demikian pula di BKPH Sukun KPH pabrik penyulingan kayu putih. Prianto
Madiun dimana produksi daun merupakan Ds (1994) . Target dan realisasi produksi
produk primer dari keberadaan hutan basah daun dari tahun 2007 – 2009
tanaman kayu putih. Disamping itu berdasarkan data di BKPH Sukun KPH
digunakan juga organ tanaman ranting Madiun terlihat bahwa pada tahun 2007
dalam proses pemasakan. Organ ranting realisasi produksi daun tercapai 102 %,
ini dapat meningkatkan kandungan tahun 2008 sebesar 116 % dan tahun 2009
rendemen minyak di bandingkan bila naik mencapai 150 % pada luasan yang
hanya menggunakan organ daun saja sama untuk setiap tahunnya.
Anonimous (2006). Penggunaan variabel diamater
Estimasi produksi basah daun dimungkinkan dapat digunakan sebagai
kayu putih Di BKPH Sukun KPH Madiun salah satu cara dalam menaksir potensi
selama ini dilakukan dengan cara berat basah daun dan ranting di BKPH
inventarisasi, yang bertujuan untuk Sukun KPH Madiun, yaitu pada variable
mengetahui berapa potensi daun kayu diameter pangkal (Dpkl) dan diameter
putih yang tersedia di lapangan. Cara tinggi batang bebas cabang (Dtbbc) yang
inventarisasi tegakan kayu putih kemudian di buat model persamaan
dilakukan dengan membuat plot ukur allometrik untuk dapat menaksir produksi
(PU) dengan Intensitas sampling 2.5 % basah dengan menggunakan variabel
dengan luas petak 0.1 hektar, kemudian bebas diameter pangkal (Dpkl) dan
setiap PU di hitung berapa jumlah diameter tinggi batang bebas cabang.
tanaman kayu putih untuk memperoleh Hasil pengujian dengan menggunakan

Agritek Volume 12 Nomor 1 Maret 2011 ESTIMASI PRODUKSI .................. 43


SPSS 16 pada 30 sampel tanaman kayu bebas diameter pangkal dan Tabel-3
putih tanpa memperhatikan umur tanaman untuk diameter tinggi batang bebas
di sajikan pada Tabel-2, untuk variable cabang (Dtbbc)

Tabel-2. Hubungan Diamater Pangkal (Dpkl) dengan Berat Basah Daun dan Ranting
No. Model Persamaan R2 JKE Std Error
1. Linier Y = 732.533 + 250.593 Dpkl 0,285 9798461 11.186
2. Pangkat (Power) Y = 457.766 Dpkl 0.843 0,347 0.737 0.162
3. Sigmoid (S) Y = e8,968 – 8,950 / Dpkl 0,366 0.716 0.160
4. Pertumbuhan Y = e 7.300 – 0.766 Dpkl 0,321 0.766 0.165
(Growth)
5. Logaritma Y = -3097.94 +2757.7 ln Dpkl 0,306 9521745 583.149
6. Kuadrat Y = -4676.521 + 1261.461 Dpkl – 46.395 0,333 9152786 582.230
Dpkl2

Pada Tabel-2 di atas terlihat eror 0,165. Berdasarkan hasil analisis


hubungan diameter pangkal (Dpkl) varian untuk menguji signifikansi
sebagai variabel bebas terhadap produksi hubungan tersebut, dapat terlihat bahwa
basah daun dan ranting tanpa hubungan antara tinggi batang bebas
memperhatikan umur tanaman produktif, cabang terhadap berat basah daun dan
diperoleh model yang paling tepat adalah rating memiliki korelasi yang positif
model Siqmoid dengan nilai square R2 lemah. Dari uji ANOVA didapat F hitung
0,366. Nilai jumlah kuadrat eror (residual sebesar 16.148 dengan tingkat
sum of square) adalah 0.716 dan standar signifikansi 0,001 (<0,05),.

Tabel-3. Hubungan Diamater Tinggi Batang Bebas Cabang (Dtbbc) Dengan Berat
Basah Daun dan Ranting
No. Model Persamaan R2 JKE Std Error
1. Linier Y = 708.183 + 272.191 Dtbbc 0,324 9271308 575.429
2. Pangkat Y = 614.731 Dtbbc 0.742 0,350 0.734 0.162
(Power)
3. Sigmoid (S) Y = e 8,791 – 6,542 / Dtbbc 0,343 0.742 0.163
4. Pertumbuhan Y = e 7.304 – 0.082 Dtbbc 0,355 0.728 0.161
(Growth)
5. Logaritma Y = -2190.2 +2452.8 ln Dtbbc 0,315 9399361 579.389
6. Kuadrat Y = -3523.6 – 347.357Dtbbc + 33.138 0,335 9123697 581.304
Dtbbc2

Tabel-3 di atas menunjukkan ranting tanaman kayu putih memiliki


hubungan diameter tinggi batang bebas korelasi yang positif lemahi. Dari uji
cabang (Dtbbc) sebagai variabel bebas ANOVA didapat F hitung sebesar 13.263
terhadap produksi basah daun dan ranting dengan tingkat signifikansi 0,001 (<0,05).
diperoleh model yang paling tepat adalah Berdasarkan Tabel V-2 dan Tabel
model Growth dengan nilai square R2 V-3 didapatkan bahwa variabel diameter
0,355. Nilai jumlah kuadrat eror (residual Dpkl dan Dtbbc tanpa memperhitungkan
sum of square) adalah 0.728 dan standar umur tanaman tidak menujukkan adanya
erornya 0,161. Berdasarkan hasil analisis hubungan yang nyata (positif lemah)
varian untuk menguji signifikansi terhadap produksi basah daun dan ranting
hubungan tersebut, dapat terlihat bahwa tanaman kayu putih. Budiadi et all
hubungan antara tinggi batang bebas (2005) di BKPH Sukun KPH Madiun
cabang terhadap berat basah daun dan yang mengatakan diameter pangkal (D0)

Agritek Volume 12 Nomor 1 Maret 2011 ESTIMASI PRODUKSI .................. 44


tidak dapat digunakan untuk produktif terhadap produksi basah daun
mengestimasi produksi biomassa daun dan ranting kayu putih di sajikan pada
dan ranting secara general. (R2 0,345, P < Tabel V-4. yang menunjukkan bahwa
0.01) akan tetapi diameter pangkal berdasarkan uji signifikasi persamaan
mungkin dapat digunakan untuk tersebut variabel bebas (Dpkl) hanya
mengestimasi produksi biomassa berpengaruh nyata/signifikan pada
berdasarkan lokasi dan umur tegakan. tanaman kayu putih umur 10, 30 dan 36
Hasil pengujian diameter pangkal (Dpkl) tahun sedangkan umur tanaman 17. 23
pada berbagai variasi umur tanaman dan 42 tahun tidak signifikan .

Tabel V-4. Penaksiran Berat Basah Daun dan Ranting Tanaman Kayu Putih dengan
Variable Bebas Diameter Pangkal (Dpkl) pada Berbagai Umur Produksi
Berat Basah Daun Dan Ranting (Y)
Diameter Pangkal (Dpkl)
Umur
No (thn) Model Persamaan R2 SE Est JKE Fhitung Signifikan
1.587
1 10 Power Y = 89.028 Dpkl 0.846 0.064 0.012 16.429 0.027 *)
2 17 Power Y= 198.833Dpkl1.213 0.405 0.165 0.082 2.045 0.248 **)
3 23 Power Y= 542.224Dpkl0.877 0.530 0.072 0.016 3.386 0.163**)
4 30 Power Y= 429.782Dpkl0.818 0.792 0.052 0.008 11.425 0.043 *)
5 36 Growth Y= e 6.084 + 0.192 Dpkl 0.776 0.087 0.023 10.364 0.049 *)
6 42 Siqmoid Y= e 9.978 -22.091/Dpkl 0.226 0.145 0.063 0.877 0.418 **)
*)
Keterangan : Signifikan α 0,05
**)
: tidak Signifikan α 0.05

Estimasi produksi daun dan cabang (Dtbbc) pada berbagai variasi


ranting tanaman kayu putih umur tanaman terhadap produksi basah
menggunakan variable diameter tinggi daun kayu putih di sajikan pada Tabel V-
batang bebas cabang (Dtbbc) Hasil 5. sebagai berikut :
analisis diameter tinggi batang bebas

Tabel-5. Model Penaksiran Berat Basah Daun dan Ranting Tanaman Kayu Putih
dengan Variabel bebas Diameter Tinggi Batang Bebas Cabang (Dtbbc) pada
Berbagai Umur
Berat Basah Daun Dan Ranting (Y)
Diameter Tinggi Batang Bebas cabang (Dtbbc)
Umur
No (thn) Model Persamaan R2 SE Est JKE Fhitung Signifikan
1.299 *)
1 10 Power Y = 203.928 Dtbbc 0.826 0.068 0.014 14.238 0.033
2 17 Power Y= 24432.797 Dtbbc-0.910 0.223 0.189 0.107 0.859 0.422 **)
3 23 Power Y= 62.558 Dtbbc1.796 0.840 0.042 0.005 15.738 0.029 *)

4 30 Siqmoid Y = e 9.188-11.266/Dtbbc 0.513 0.079 0.019 3.155 0.174 **)


5 36 Siqmoid Y = e10.053 – 20.784/Dtbbc 0.800 0.820 0.020 12.062 0.040 *)

6 42 growth Y = e6.229 + 0.169 Dtbbc 0.492 0.117 0.041 2.983 0.183 **)
*)
Keterangan : Signifikan α 0,05
**)
tidak Signifikan α 0.05

Agritek Volume 12 Nomor 1 Maret 2011 ESTIMASI PRODUKSI .................. 45


Hasil penaksiran produksi basah produksi potensi daun menggunakan
daun ranting dengan variable bebas persamaan yang diperoleh pada umur
diameter tinggi batang bebas cabang tanaman yang signifikan, sedangkan pada
(Dtbbc) seperti pada Tabel-5. di atas umur tanaman yang tidak signifikan
menunjukkan bahwa berdasarkan uji digunakan pendekatan pada persamaan
signifikasi persamaan tersebut variabel yang memperoleh nilai R2 yang paling
bebas (Dtbbc) hanya berpengaruh tinggi
nyata/signifikan pada tanaman kayu putih Estimasi produksi basah daun dan
umur 10, 23 dan 36 tahun sedangkan ranting di BKPH Sukun digunakan
umur 3, 17, 30 dan umur 42 tahun tidak model persamaan sesuai tingkat
signifikan . signifikan variable Dpkl atau Dtbbc yaitu
Laily D (2009) melakukan pada umur tanaman, 10, 23, 30 dan 36
penelitian inventory produksi daun dan tahun. Sedangkan pada umur tanaman
ranting kayu putih berdasarkan ukuran yang tidak signifikan pendekatan
batang di BDH Playen mengatakan penaksiran produksi basah daun dan
penggunaan variable bebas diameter ranting digunakan persamaan dengan nilai
bebas cabang (dbc) pada tanaman umur R2 yang tertinggi Laily D (2009), Model
31 dan 36 tahun tidak signifikan, penaksiran produksi basah daun dan
sedangkan pada umur tanaman 12, 19 ranting tanaman kayu putih di sajikan
dan 34 tahun signifikan . Perhitungan pada Tabel-6 sebagai berikut :

Tabel-6. Model Penaksiran Berat Basah Daun dan Ranting Tanaman Kayu Putih
dengan Variabel bebas Diameter pangkal (Dpkl) dan atau Diameter Tinggi
Batang Bebas Cabang (Dtbbc) pada Berbagai Umur
Berat Basah Daun Dan Ranting (Y)
Diameter Tinggi Batang Bebas cabang (Dtbbc)
Umur
No (thn) Variabel Persamaan R2 SE Est JKE Fhitung Signifikan
1.587
1 10 Dpkl Y = 89.028 Dpkl 0.846 0.064 0.012 16.429 0.027
1.587
2 17 Dpkl Y = 89.028 Dpkl 0.846 0.064 0.012 16.429 0.027
3 23 Dtbbc Y= 62.558 Dtbbc1.796 0.840 0.042 0.005 15.738 0.029
4 30 Dpkl Y= 429.782Dpkl0.818 0.792 0.052 0.008 11.425 0.043
5 36 Dtbbc Y = e10.053 – 20.784/Dtbbc 0.800 0.820 0.020 12.062 0.040
6 42 Dpkl Y = 89.028 Dpkl1.587 0.846 0.064 0.012 16.429 0.027

Estimasi produksi basah daun dan ranting berdasarkan persamaan di atas di jelaskan
pada berbagai umur tanaman kayu putih pada Tabel-7 sebagai berikut :

Agritek Volume 12 Nomor 1 Maret 2011 ESTIMASI PRODUKSI .................. 46


Tabel-7. Estimasi Produksi Basah Daun dan Ranting Tanaman Kayu Putih pada
Berbagai Umur

Tahun Umur Diameter Estimasi Produksi Basah daun Dan Ranting


Tanam Tanaman
Tahun Dpkl Dtbbc N/ha Daun Ranting Luas Baku Tot Prod
cm cm Kg/pohon ton/ha ha ton/tahun
1999 10 8.55 7.36 1660 2.16 3.59 32.70 117.49
1992 17 10.43 9.28 1620 3.68 5.96 11.50 35.13
1986 23 11.21 10.95 1620 3.87 6.26 6.80 27.01
1979 30 12.44 10.70 1440 2.68 3.85 17.00 65.10
1973 36 11.33 10.56 1760 3.24 5.71 24.40 91.51
1967 42 12.58 11.20 1220 2.32 2.83 46.60 150.70
Rerata 11.09 10.01 1553 2.99 4.65 23.17 81.16

KESIMPULAN DAN SARAN Annonymous, 2007. Tanaman Obat


Kesimpulan Indonesia. Kayu Putih,
Estimasi produksi basah daun dan ranting WWW.Iptek.net.id/ind/pd_tano
berbagai umur sampel berkisar 2.16 –3.87 bat/view.php.id=79. Browsing
atau rata rata 2.99 kg/pohon berdasarkan tanggal 26 September 2009
luas rata-rata petak sampel 23,17 ha Budiadi,., Ishii H.T., Sabarnudi M.S,
berkisar 27,01 – 150,7 ton per tahun atau Suryanto P., and Kanazawa Y.
rata-rata 3.5 ton/ha/tahun 2006. Biomass Cycling And
Soil Properties in an
Saran Agroforestry-Based Plantation
Perlunya digunakan pengukuran dengan System Of kayu putih
metode lain guna membadingkan Berat (Mellaleuca leucadendron
daun tanaman kayu putih selain dengan LIIN) in East Java, Indonesia.
metode Allometri Agrofor. Syst
Budiadi, Kanazawa Y., Ishii H.T.,
DAFTAR PUSTAKA Sabarnudi M.S and Suryanto P.
Annonymous, 1976. Acasia mangiun- 2005. Produstivity of kayu
Melaleuca leucadendron, putih (Mellaleuca leucadendron
Yayasan Pembina Fakultas LIIN) Plantation Managed in
Kehutanan, UGM, Yogyakrata Non-Timber Forest Production
Annonymous, 2006. Rencana Pengaturan Systems in Java, Indonesia.
Kelestarian Hutan Kelas Agrofor. Syst
Perusahaan Kayu Putih. KPH Haygreen, JG dan JL. Bowyer, 1989.
Madiun. BH Sukun. BKPH Hasil Hutan Dan Ilmu Kayu
Sukun. Buku Model RPKH – (Suatu Pengantar)
PDE 2,3,10,12,14. Jangka Universitas Gadjah Mada
Perusahaan 01 Januari 2006 s/d Press
31 Desember 2010. Luas Kasmudjo, 1992. Dasar-dasar
3.736,10 Ha . Lembar Ke 1. Pengelolaan Minyak Kayu
DPH Madiun. Perum Perhutani Putih, Yayasan Pembina
Unit II Jawa Timur. Fakultas Kehutanan UGM.
Yogyakarta

Agritek Volume 12 Nomor 1 Maret 2011 ESTIMASI PRODUKSI .................. 47


Ketaren, S. 1987. Minyak Astiri, Jilid I Simon, H. 2007. Motede Inventore
terjemahan, Ketaren, S. Hutan. Pustaka Pelajar.
Universitas Indonesia Jakarta. Yogyakarta

Agritek Volume 12 Nomor 1 Maret 2011 ESTIMASI PRODUKSI .................. 48

Anda mungkin juga menyukai