Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Remaja

1. Pengertian

Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain,

seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence

berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah

pematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan kematangan fisik

saja tetapi juga kematangan sosial dan psikologi (Kumalasari dan

Andhyantoro, 2015). Masa remaja adalah masa peralihan dari masa

kanak-kanak menuju masa dewasa, di mana pada masa itu terjadi

pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga

mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik,

mental, maupun peran sosial (Surjadi, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah

penduduk dalam rentang usia 10 hingga 19 tahun. Menurut Peraturan

Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk

dalam rentang usia 10-18 tahun. Sementara itu, menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), rentang usia

remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah (Kusumaryani, 2017).

10
2. Tahap perkembangan remaja

Tahap perkembangan remaja di bagi menjadi tiga tahapan, namun

ada perbedaan kriteria usia untuk laki-laki dan perempuan (Thalib, 2015).

a. Remaja awal.

Usia pada masa remaja awal pada perempuan yaitu pada usia

13-15 tahun sedangkan pada laki-laki yaitu usia 15-17 tahun. Secara

fisik remaja awal mengalami banyak perubahan, semakin matangnya

fungsi organ dalam dan seks serta memiliki proporsi tubuh yang

seimbang. Sementara perkembangan psikologi remaja awal

dimulaidari sikap penerimaan pada perubahan kondisi fisik, mulai

berkembangnya cara berfikir, menyadari perbedaan pontensi

individual, bersikap over estimate, seperti meremehkan masalah,

kemampuan orang lain sehingga terkesan sombong, gegabah, kurang

waspada, bertindak kanak-kanak, namun kritis, sikap dan moralitas

bersifat egosentris (Janiwarty & Pieter, 2013).

b. Remaja pertengahan.

Usia remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan

untuk laki-laki yaitu 17-19 tahun. Bentuk fisik makin sempurna dan

mirip dengan orang dewasa, perkembangan sosial dan intelektual

lebih sempurna, semakin berkembang keinginan untuk mendapat

status, ingin mendapatkan kebebasan sikap, pendapat dan minat serta

memiliki keinginan untuk menolong dan ditolong orang lain,

pergaulannya sudah mengarah ke heteroseksual, mulai bertanggung

11
jawab serta bersikap apatis akibat di tentang sehingga malas

menggulanginya dan berprilaku agresif akibat diperlakukan seperti

anak-anak (Janiwarty & Pieter, 2013).

c. Remaja akhir.

Kriteria untuk masa remaja akhir pada perempuan yaitu 18-21

tahun sedangkan untuk laki-laki usia 19-21 tahun. Disebut juga

sebagai dewasa muda karena dia mulai meninggalkan kehidupan

kanak-kanak dan berlatih mandiri, terutama saat membuat keputusan.

Dia mulai memiliki kematangan emosi dan belajar mengendalikan

emosi sehingga bisa berpikir objektif dan bersikap sesuai situasi

dengan belajar menyesuaikan diri pada norma-norma (Janiwarty &

Pieter, 2013).

3. Aspek perkembangan remaja

a. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh,

otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Perubahan pada

tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,

pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan

fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-

kanak menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya ialah kematangan

(Jahja, 2014).

12
1) Seks primer

Tanda-tanda seks primer yang dimaksud adalah yang

berhubungan langsung dengan organ seks (Kumalasari dan

Andhyantoro, 2015). Pertumbuhan seks primer sebagai tanda

kematangan organ reproduksi.

a) Remaja laki-laki

Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi

bila telah mengalami mimpi basah yang terjadi pada usia

normal laki-laki antara 10-15 tahun (Kumalasari dan

Andhyantoro, 2015).

b) Remaja perempuan

Tanda seks primer pada perempuan adalah datangnya

haid. Menarche adalah menstruasi pertama yang menandai

babak baru kehidupan seorang wanita, normal pada usia 12-16

tahun. Menstruasi adalah penumpahan lapisan uterus yang

terjadi pada setiap bulan yang berupa darah dan jaringan, juga

perdarahan vagina secara berkala secara berkala akibat

terlepasnya lapisan endometrium (Kumalasari dan

Andhyantoro, 2015).

2) Seks sekunder

Perkembangan seksual sekunder pada remaja ditandai

dengan, (Wijaya, 2014) :

13
a) Remaja perempuan

Pinggul lebar, bulat, membesar, puting susu menonjol

dan membesar, berkembangnya kelenjar air susu dan payudara

membesar, kulit menjadi lebih kasar, tebal, pucat dan pori-pori

bertambah, Suara menjadi lebih merdu dan penuh, otot pada

bahu, lengan dan tungkai semakin kuat.

b) Remaja laki-laki

Pertumbuhan testis, penis, mulai terdapat rambut pubis,

rambut di ketiak, di kumis dan janggut, terdapat perubahan

suara, masa otot lebih meningkat, bertambahnya tinggi badan

secara cepat.

b. Perkembangan kognitif

Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena

perilaku adaptasi secara biologis. Seorang remaja tidak saja

mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja

mampu mengolah cara berpikir sehingga memunculkan suatu ide

baru. Perkembangan kognitis adalah perubahan kemampuan mental

seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa (Jahja, 2014).

c. Perkembangan kepribadian dan sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu

berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosis secara unik;

sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam

berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang

14
terpenting pada masa remaja ialah pencarian identitas diri. Pada diri

remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui

cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan

kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun

penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh

tekanan dari kelompok teman sebaya. Kelompok teman sebaya diakui

dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja

tentang perilakunya (Jahja, 2014).

B. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Kesehatan Reproduksi

1. Perilaku

a. Pengertian

Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam

berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling

nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai paling

yang tidak dirasakan (Okviana, 2015).

Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman

serta interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam

bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan

respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari

luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo, 2014). Perilaku

merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai

frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.

15
Perilaku adalah kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi

(Wawan, 2014).

b. Jenis-jenis perilaku

Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana (2015), yaitu :

1) Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan

saraf.

2) Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif.

3) Perilaku tampak dan tidak tampak.

4) Perilaku sederhana dan kompleks.

5) Perilaku kognitif, afektif, konatif

c. Bentuk-bentuk perilaku

Menurut Notoatmodjo (2014), dilihat dari bentuk respons

terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.

1) Bentuk pasif /Perilaku tertutup (covert behavior).

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus

ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau

kesadaran dan sikap yang terjadi pada seseorang yang menerima

stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang

lain.

16
2) Perilaku terbuka (overt behavior).

Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau

dilihat orang lain.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut teori Green dalam Notoatmodjo (2014), menyatakan

bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu

faktor perilaku (behaviorcauses) dan faktor diluar perilaku (non

behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau

terbentuk dari 3 faktor yaitu antara lain :

1) Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan

sebagainya.

a) Pengetahuan apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi

perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan,

kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan

bersifat langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang dalam hal ini pengetahuan yang tercakup

dalam domain kognitif mempunyai tingkatan (Notoatmodjo,

2014).

17
b) Sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh)

terhadap seseorang, ide atau obyek yang berisi komponen-

komponen cognitive, affective dan behavior (Linggasari,

2014). Terdapat tiga komponen sikap, sehubungan dengan

faktor-faktor lingkungan kerja, sebagai berikut : 1). Afeksi

(affect) yang merupakan komponen emosional atau perasaan.

2). Kognisi adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinan-

keyakinan evaluatif, dimanifestasi dalam bentuk impresi atau

kesan baik atau buruk yang dimiliki seseorang terhadap objek

atau orang tertentu. 3). Perilaku, yaitu sebuah sikap

berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk

bertindak terhadap seseorang atau hal tertentu dengan cara

tertentu.

2) Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-

sarana keselamatan kerja, misalnya ketersedianya alat pendukung,

pelatihan dan sebagainya.

3) Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi

undang-undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya

menurut Notoatmodjo (2014).

Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku menurut

Hariyanti (2015) dibagi menjadi 2 yaitu :

1) Faktor Genetik atau Faktor Endogen

18
Faktor genetik atau faktor keturunan merupakan konsep

dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku

makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam individu

(endogen), yaitu :

a) Jenis Ras

Semua ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling

berbeda dengan yang lainnya, ketiga kelompok terbesar yaitu

ras kulit putih (Kaukasia), ras kulit hitam (Negroid) dan ras

kulit kuning (Mongoloid).

b) Jenis Kelamin

Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara

berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria

berperilaku berdasarkan pertimbangan rasional. Sedangkan

wanita berperilaku berdasarkan emosional.

c) Sifat Fisik

Perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat fisiknya.

d) Sifat Kepribadian

Perilaku individu merupakan manifestasi dari kepribadian

yang dimilikinya sebagai pengaduan antara faktor genetik dan

lingkungan. Perilaku manusia tidak ada yang sama karena

adanya perbedaan kepribadian yang dimiliki individu.

19
e) Bakat Pembawaan

Bakat menurut Notoatmodjo (2014) adalah kemampuan

individu untuk melakukan sesuatu lebih sedikit sekali

bergantung pada latihan mengenai hal tersebut.

f) Intelegensi

Intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu,

oleh karena itu kita kenal ada individu yang intelegensi tinggi

yaitu individu yang dalam pengambilan keputusan dapat

bertindak tepat, cepat dan mudah. Sedangkan individu yang

memiliki intelegensi rendah dalam pengambilan keputusan

akan bertindak lambat.

2) Faktor Eksogen atau Faktor Dari Luar Individu

Faktor yang berasal dari luar individu antara lain :

a) Usia

Menurut Sarwono (2014), usia adalah faktor terpenting

juga dalam menentukan sikap individu, sehingga dalam

keadaan diatas responden akan cenderung mempunyai perilaku

yang positif dibandingkan umur yang dibawahnya.

b) Pendidikan

Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus

pada proses belajar dengan tujuan agar terjadi perubahan

perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak

mengerti menjadi mengerti dan tidak dapat menjadi dapat.

20
Menurut Notoatmodjo (2014), pendidikan mempengaruhi

perilaku manusia, apabila penerimaan perilaku baru didasari

oleh pengetahuan, kesadaran, sikap positif maka perilaku

tersebut akan bersifat langgeng. Dengan demikian semakin

tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin tepat

dalam menentukan perilaku serta semakin cepat pula untuk

mencapai tujuan meningkatkan derajat kesehatan.

c) Pekerjaan

Bekerja adalah salah satu jalan yang dapat digunakan

manusia dalam menemukan makna hidupnya. Dalam berkarya

manusia menemukan sesuatu serta mendapatkan penghargaan

dan pencapaian pemenuhan diri menurut. Pekerjaan umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu dan kadang

cenderung menyebabkan seseorang lupa akan kepentingan

kesehatan diri (Azwar, 2013).

d) Agama

Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk dalam

konstruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam

cara berpikir, bersikap, bereaksi dan berperilaku individu.

e) Sosial ekonomi

Lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku

seseorang adalah lingkungan sosial, lingkungan sosial dapat

menyangkut sosial. Menurut Nasirotun (2013) status sosial

21
ekonomi adalah posisi dan kedudukan seseorang di masyarakat

berhubungan dengan pendidikan, jumlah pendapatan dan

kekayaan serta fasilitas yang dimiliki. Menurut Sukirno (2014)

pendapatan merupakan hasil yang diperoleh penduduk atas

kerjanya dalam satu periode tertentu, baik harian, mingguan,

bulanan atau tahunan. Pendapatan merupakan dasar dari

kemiskinan. Pendapatan setiap individu diperoleh dari hasil

kerjanya. Sehingga rendah tingginya pendapatan digunakan

sebagai pedoman kerja.

f) Kebudayaan

Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat-istiadat atau

peradaban manusia, dimana hasil kebudayaan manusia akan

mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.

3) Faktor-Faktor Lain

Faktor ini dapat disebutkan antara lain sebagai berikut :

susunan saraf pusat, persepsi dan emosi. Green dalam

Notoatmodjo (2014) berpendapat lain tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku, antara lain :

a) Faktor lain mencakup pengetahuan dan sikap seseorang

terhadap kesehatan tradisi dan kepercayaan seseorang terhadap

hal-hal yang terkait dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

seseorang tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan

sebagainya.

22
b) Faktor pemungkin (enabling factors). Faktor ini mencakup

ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi

masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan. Hal

ini sesuai dengan teori Azwar (2013), bahwa berbagai bentuk

media massa seperti : radio, televisi, majalah dan penyuluhan

mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan

kepercayaan seseorang. Sehingga semakin banyak menerima

informasi dari berbagai sumber maka akan meningkatkan

pengetahuan seseorang sehingga berperilaku ke arah yang baik.

c) Faktor penguat (reinforcing factors). Faktor ini meliputi sikap

dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama termasuk juga

disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat atau

pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan manurut

Novita (2015).

e. Pengukuran perilaku

Menurut Azwar (2013), pengukuran perilaku yang berisi

pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji reabilitas dan

validitasnya maka dapat digunakan untuk mengungkapkan perilaku

kelompok responden. Kriteria pengukuran perilaku yaitu :

1) Perilaku positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari

kuesioner> T mean.

2) Perilaku negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari

kuesioner < T mean.

23
3) Subyek memberi respon dengan dengan empat kategori ketentuan,

yaitu: selalu, sering, jarang, tidak pernah.

2. Kesehatan reproduksi

a. Pengertian

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik,

emosional, mental dan sosial yang utuhberhubungan dengan

reproduksi, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan namun

dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,

fungsi serta prosesnya. Individu yang sehat secara reproduksi

memiliki cara pendekatan yang positif dan penuh rasa hormat

terhadap seksualitas dan hubungan seksual, mereka juga berpotensi

untuk merasakan kesenangan dan pengalaman seksual yang aman,

bebas dari paksaan, diskriminasi dan kekerasan (Triwibowo &

Pusphandani, 2015).

Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan fisik, mental,

dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan,

tetapi dalam segala aspek yang berhubungan dengan proses

reproduksi, fungsi, dan sistem dalam semua tahap kehidupan (Rohan,

2013). Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang

menyangkut sistem, fungsi, komponen, dan proses reproduksi yang

dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak hanya bebas dari

penyakit atau bebas dari kecacatan, namun juga sehat secara mental

dan sosial budaya (Fauzi, 2016).

24
b. Anatomi fisiologi sistem reproduksi

1) Alat reproduksi

a) Alat reproduksi wanita

Alat reproduksi wanita terdiri dari bagian luar dan bagian

dalam. Alat reproduksi wanita bagian luar terdiri dari : 1) bibir

kemaluan/labia mayora, 2) bibir dalam kemaluan/labia minora,

3) kelentit/clitoris dan 4) vulva. Sedangkan alat reproduksi

wanita bagian dalam terdiri atas : 1) vagina, 2) leher

rahim/cervik, 3) rahim/uterus, 4) saluran telur/tuba falopii, dan 5)

dua buah indung telur/ ovarium (Irianto, 2015).

Gambar 2.1 Alat reproduksi wanita bagian luar


Sumber: Irianto, 2015.

Gambar 2.2 Alat reproduksi wanita bagian dalam


Sumber : Irianto, 2015

25
b) Alat reproduksi pria

Alat reproduksi laki-laki terdiri dari testis, epididimis, vas

deferens, saluran ejakulasi, uretra, vesikula seminalis, kelenjar

prostat, kelenjar cowper/kelenjar bulbourethra, penis, skrotum

(Irianto, 2015).

Gambar 2.3 Alat reproduksi pria


Sumber : Irianto, 2015.

2) Fungsi alat reproduksi

Fungsi alat reproduksi menurut Manuaba dalam Irianto (2015) :

a) Reproduksi wanita meliputi : 1) Labia mayora; berbentuk

lonjong menjurus ke bawah dan bersatu di bagian bawah.

Fungsi labia mayora untuk menutupi lubang vagina. 2) Labia

minora; merupakan lipatan kecil di bagian dalam labia mayora.

Labia ini analog dari kulit skrotum pria. 3) Klitoris:

merupakan bagain yang erektil, mengandung banyak

pembuluh darah dan sangat sensitif. 4) Himen (Selaput darah);

merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang

vagina. Pada umumnya himen berlubang sehingga menjadi

26
saluran aliran darah menstruasi. Pada hubungan seks pertama

himen akan robek dan mengeluarkan darah. 5) Vagina;

merupakan saluran yang menghubungkan rahim dengan dunia

luar. 6) Rahim; bentuk rahim seperti buah pir dengan berat

sekitar 30 gram dan sebagai tempat berkembangnya janin. 7)

Tuba fallopi; merupakan saluran lurus, yang ujungnya

berbentuk seperti rumbai-rumbai dan sebagai tempat

terjadinya pembuahan sperma dan ovum. 8) Ovarium;

merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama,

sehingga mempunyai dampak pengatur proses menstruasi.

Ovarium mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan. Pada saat

telur dikeluarkan wanita mengalami masa subur.

b) Reproduksi pria meliputi : 1) Testis; berjumlah sepasang dan

berfungsi untuk memproduksi sperma dan hormon seks pria

seperti testoteron. 2) Epididimis; berjumlah sepasang dan

merupakan saluran yang keluar dari testis, berkelok-kelok

diluar permukaan testis kurang lebih 6 cm dan berfungsi

sebagai tempat pematangan sperma. 3) Vas deferens;

berjumlah sepasang. Saluran lurus mengarah ke atas

merupakan kelanjutan epididimis dan ujung salurannya berada

dalam kelenjar prostat yang berperan sebagai saluran jalannya

sperma dari epididimis menuju vesikula seminalais (kantung

semen/kantung mani). 4) Saluran ejakulasi; jumlah sepasang.

27
Berupa saluran pendek menghubungkan duktus vesikula

seminalis dan uretra. 5) Uretra; jumlah satu buah. Merupakan

saluran yang terdapat disepanjang penis, memiliki lubang

keluar diujung penis. Berfungsi sebagai saluran keluar urine

dan saluran keluar air mani. 6) Vesikula seminalis; jumlah

sepasang. Kantung ini juga merupakan kelenjar yang berlekuk-

lekuk. Dindingnya mensekresikan cairan kental berwarna

kekuning-kuningan dan bersifat basa. 7) Kelenjar Prostat;

jumlah satu buah. Terdapat dibawah kandung kemih.

Berfungsi mensekresikan getahnya secara langsung kedalam

uretra berupa cairan encer berwarna putih seperti susu

mengandung enzim antikoagulan dan asam sitrat (nutrisi bagi

sperma). 8) Kelenjar Cowper/kelenjar bulbourethra; berjumlah

satu pasang. Terletak dibawah kelanjar prostat. Melalui saluran

mensekresikan getahnya ke dalam uretra berupa mukus jernih

bersifat basa yang dapat menetralisir urine asam yang

tertinggal di sepanjang uretra. 9) Penis; alat kopulasi. 10)

Skrotum; merupakan kantung yang didalamnya berisi testis.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja

Menurut Irianto (2015), kesehatan reproduksi remaja dapat

dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kebersihan alat-alat genital, akses

terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah, penyakit

menular seksual (PMS), pengaruh media massa, akses terhadap

28
pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan hubungan yang

harmonis antara remaja dengan keluarganya.

1) Kebersihan organ-organ genital

Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana

remaja tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat

genitalnya. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka

keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan

jamur. Remaja perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila

tidak menjaga kebersihan alat-alat genitalnya karena organ vagina

yang letaknya dekat dengan anus (Irianto, 2015).

2) Akses terhadap pendidikan kesehatan

Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang

kesehatan reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang

seharusnya dilakukan dan hal-hal yang seharusnya dihindari.

Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar

tentang kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus berasal

dari sumber yang terpercaya. Agar remaja mendapatkan informasi

yang tepat, kesehatan reproduksi remaja hendaknya diajarkan di

sekolah dan di dalam lingkungan keluarga. Hal-hal yang diajarkan

di dalam kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja

mencakup tentang tumbuh kembang remaja, organ-organ

reproduksi, perilaku berisiko, penyakit menular seksual (PMS),

dan abstinesia sebagai upaya pencegahan kehamilan. Dengan

29
mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, kita

dapat menghindari dilakukannya hal-hal negatif oleh remaja.

Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja tersebut berguna

untuk kesehatan remaja tersebut, khususnya untuk mencegah

dilakukannya perilaku seks pranikah, penularan penyakit menular

seksual, aborsi, kanker mulut rahim, kehamilan diluar nikah,

gradasi moral bangsa, dan masa depan yang suram dari remaja

tersebut (Irianto, 2015).

3) Hubungan seksual pranikah

Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan

mortalitas yang lebih besar pada remaja dibandingkan pada wanita

yang berusia lebih dari 20 tahun. Remaja putri yang berusia

kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko kematian

dibandingkan dengan wanita yang berusia 18-25 tahun akibat

persalinan yang lama dan macet, perdarahan, dan faktor lain.

Kegawatdaruratan yang berhubungan dengan kehamilan juga

sering terjadi pada remaja yang sedang hamil misalnya, hipertensi

dan anemia yang berdampak buruk pada kesehatan tubuhnya

secara umum (Irianto, 2015).

4) Penyalahgunaan NAPZA

NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol,

psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Contoh obat-obat NAPZA

tersebut yaitu : opioid, alkohol, ekstasi, ganja, morfin, heroin,

30
kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan

mempengaruhi sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut

adalah penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri,

ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar biasa dan

pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan NAPZA ini berisiko

terhadap kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan

berpengaruh terhadap meningkatnya perilaku seks bebas.

Pengguna NAPZA jarum suntik juga meningkatkan risiko

terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat menular melalui

jarum suntik yang dipakai secara bergantian (Irianto, 2015).

5) Pengaruh media massa

Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai

peranan yang cukup berarti untuk memberikan informasi tentang

menjaga kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja.

Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa,

remaja akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan

dihindari untuk menjaga kesehatan reproduksinya (Irianto, 2015).

6) Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi

Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan

tindakan preventif dan tindakan kuratif. Pelayanan kesehatan

dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu, dan

tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan akses yang

mudah terhadap pelayanan kesehatan, remaja dapat melakukan

31
konsultasi tentang kesehatannya khususnya kesehatan

reproduksinya dan mengetahui informasi yang benar tentang

kesehatan reproduksi. Remaja juga dapat melakukan tindakan

pengobatan apabila remaja sudah terlanjur mendapatkan masalah-

masalah yang berhubungan dengan organ reproduksinya seperti

penyakit menular seksual (Irianto, 2015).

7) Hubungan harmonis dengan keluarga

Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang

berpengaruh dengan perilaku remaja. Remaja dapat berbagi

dengan kedua orangtuanya tentang masalah keremajaan yang

dialaminya. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling

dini bagi seorang anak sebelum mendapatkan pendidikan di

tempat lain. Remaja juga dapat memperoleh informasi yang benar

dari kedua orangtua mereka tentang perilaku yang benar dan moral

yang baik dalam menjalani kehidupan. Di dalam keluarga juga,

remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan yang

harus dihindari. Orang tua juga dapat memberikan informasi awal

tentang menjaga kesehatan reproduksi bagi seorang remaja

(Irianto, 2015).

8) Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya

terutama melalui hubungan seksual. Cara penularannya tidak

hanya terbatas secara genital-genital saja, tetapi dapat juga secara

32
oro-genital, atau ano-genital. Sehingga kelainan yang timbul

akibat penyakit kelamin ini tidak hanya terbatas pada daerah

genital saja, tetapi juga pada daerah-daerah ekstra genital.

Penyakit menular seksual juga dapat terjadi dengan cara lain yaitu

kontak langsung dengan alat-alat seperti handuk, pakaian,

termometer dan lain-lain. Selain itu penyakit menular seksual

dapat juga ditularkan oleh ibu kepada bayinya ketika di dalam

kandungan (Irianto, 2015).

d. Masalah kesehatan reproduksi pada remaja

Dalam konteks kesehatan reproduksi, remaja masa kini

menghadapi sejumlah masalah diantanya yaitu, usia pubertas lebih

dini, hubungan seks pranikah, risiko hamil di luar nikah, aborsi,

kurang memadai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja

serta penyebaran PMS dan HIV/AIDS.

1) Masalah perilaku berisiko remaja

Menurut Novita (2015), perilaku berisiko pada remaja

mengacu pada segala sesuatu yang berkaitan dengan

perkembangan kepribadian dan adaptasi sosial dari remaja.

Beberapa perilaku yang berisiko saling berkaitan dan terjadi tidak

secara terpisah misalnya merokok, penyalahgunaan narkoba,

kenakalan remaja, minum alkohol, melakukan hubungan seks

pranikah.

33
Perubahan dan perkembangan seksual remaja harus

diperhatikan dan dipelihara baik secara biologis, fisiologis

maupun psikis. Kematangan seks disertai dengan gejolak yang

bersumber pada dorongan timbulnya seks akan mengganggu

ketenangan dan konsentrasi belajar. Perubahan pandangan dan

perilaku seksual yang terjadi pada remaja dapat dipengaruhi oleh

kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua, pola pergaulan

semakin bebas, semakin banyak hal-hal yang memberikan

rangsangan seksual dan sangat mudah dijumpai, serta fasilitas

yang mendukung (Pangkhaila, 2015). Perilaku seksual pada

remaja meliputi : 1) Bersentuhan (touching) : mulai dari

berpegangan tangan sampai berpelukan. 2) Berciuman (kissing) :

mulai dari berciuman singkat sampai berciuman bibir dengan

mempermainkan lidah (deep kissing). 3) Berhubungan kelamin :

masuknya penis ke dalam vagina dengan menggunakan pengaman

(kondom) maupun tidak.

2) Penyakit menular seks (PMS)

Penyakit menular seks adalah penyakit yang mengenai organ

reproduksi pria atau wanita yang penularannya melalu hubungan

seksual. Jenis-jenis penyakit meular seks yaitu : gonorhae

(kencing nana), sifilis, herpes, dan klamidia (Santina, 2014).

34
3) HIV/AIDS

HIV/AIDS juga digolongkan kedalam penyakit menular seks

karena salah satu penularannya melalui hubungan seksual.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan

kumpulan gejala penyakit yang diakibatkan oleh hilangnya sistem

pertahanan atau kekebalan tubuh yang disebabkan oleh Human

Immunodeficiency Virus (HIV). Cara penularan HIV/AIDS

ditularkan melalui cairan tubuh karena kuman HIV terdapat dalam

darah, cairan vagina dan cairan sprema, serta di dalam air susu ibu

(ASI) yang terinfeksi HIV/AIDS. Untuk mencegah agar tidak

tertular HIV/AIDS adalah menghindari hubungan seksual dengan

penderita HIV/AIDS, hindari pemakaian jarum suntik bersama,

setia pada atu pasangan atau hindari banyak pasangan seksual

dengan penggunaan kondom (Santina, 2014).

4) NAPZA

NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiptif lain) atau

narkoba adalah zat/obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia

akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,

sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis dn fungsi

sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta

ketergantungan (depensi) (Santina, 2014).

35
C. Tinjauan Umum Tentang Peran Orang Tua

1. Pengertian

Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan atau dimiliki

oleh orang yang berkecukupan dimasyarakat peran terutama ditentukan

oleh ciri-ciri individual yang bersifat khas atau istimewa. Dalam

pendidikan seks, peran orang tua sangat diperlukan untuk menerangkan

sehingga timbul pengertian dan penghayatan pada remaja tentang

identitas seksnya yang ditampilkan di dalam sikap dan perilakunya sesuai

dengan jenis seks masing-masing. Dengan demikian anak akan dapat

merasakan kesesuaian diri pribadinya dengan kehidupan lingkungannya

(Moeljono, 2015).

Orang tua mempunyai peran yang sangat penting sebagai sumber

informasi sehingga harus memberikan informasi yang sejelas-jelasnya dan

terbuka mengenai permasalahan yang dialami oleh anak-anak remaja dan

lingkungan sekitarnya terhadap kesehatan reproduksi (Gunarsa, 2014).

2. Macam-macam peran orang tua

Menurut Gunarsa (2014), peran orang tua terdiri dari peran sebagai

pendidik, pendorong, panutan, peran sebagai teman, sebagai pengawas

dan sebagai konselor.

a. Sebagai pendidik

Sebagai pendidik, orang tua perlu menanamkan kepada remaja

arti penting dari pendidikan dan imlu pengetahuan yang didapatkan

dari sekolah. Selain itu, nilai agama dan moral perlu ditanamkan

36
kepada anak sebagai bekal dan benteng untuk menghadapi perubahan-

perubahan yang terjadi.

b. Sebagai pendorong

Sebagai anak yang sedang menghadapi masa peralihan, remaja

membutuhkan dorongan dari orang tua untuk menumbuhkan

keberanian dan rasa percaya diri dalam menghadapi masalah.

c. Sebagai panutan

Orang tua perlu memberi contoh dan teladan bagi remaja baik

dalam menjalankan nilai-nilai agama maupun norma yang berlaku di

masyarakat.

d. Sebagai teman

Dalam menghadapi anak yang sedang berada pada masa remaja,

orang tua perlu lebih sabar dan mengerti tentang perubahan pada

remaja. Orang tua dapat menjadi sumber informasi, teman bicara atau

teman bertukar pikiran tentang kesulitan atau masalah yang dihadapi

remaja, sehingga remaja merasa nyaman dan terlindungi.

e. Sebagai pengawas

Kewajiban orang tua adalah melihat dan mengawasi sikap

maupun perilaku remaja agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas

dan tindakan yang merugikan diri sendiri.

f. Sebagai konselor

37
Orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan nilai

positif dan negatif sehingga remaja mampu mengambil keputusan

yang baik.

3. Peran orang tua dalam pendidikan kesehatan reproduksi remaja

Orang tua mempunyai peran dalam memberikan pendidikan

kesehatan tentang kesehatan reproduksi sesuai dengan usia anak. Dalam

memberikan pendidikan tentang kesehatan reproduksi, orang tua juga

harus memberikan contoh yang baik. Orang tua harus bersikap terbuka

dan selalu siap dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan anak

sesuai dengan kemampuannya (Dianawati, 2016).

Orang tua dikatakan berperan jika mampu memberikan atau

menyampaikan informasi tentang kesehatan reproduksi kepada anak

remajanya dan tidak berperan jika sama sekali orang tua tidak

memberikan pendidikan atau informasi tentang kesehatan reproduksi pada

remaja (Azwar, 2013).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran orang tua.

Menurut Dianawati (2016), faktor yang mempengaruhi peran orang

tua dalam pendidikan tentang kesehatan reproduksi yaitu :

a. Faktor pendidikan

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi dalam memberikan pendidikan pada anak, karena

tingginya jenjang pendidikan yang dimiliki orang tua merupakan salah

satu pendukung luasnya pengetahuan yang diikuti orang tua.

38
b. Faktor budaya

Banyak orang tua yang masih menganggap bahwa memberikan

informasi atau pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja

merupakan hal yang aneh dan tidak biasa dilakukan oleh orang tua.

D. Tinjauan Umum Tentang Peran Media

1. Pengertian

Media massa menurut Cangara (2014) adalah alat yang digunakan

dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima)

dengan menggunakan alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film,

radio, dan televisi.

2. Jenis-jenis media massa

Jenis-jenis media massa menurut Sutisna (2016) adalah :

a. Media Cetak

Media cetak meliputi koran, majalah, buku, juga leaflet dan

pemflet. Tujuan utama media cetak ini adalah sebagai komunikasi

publik.

b. Media Elektronik

Media elektronik meliputi televisi, radio, video compact disc

(VCD) dan digital video disc (DVD).

c. Media Online

39
Media online meliputi website internet dan merupakan media

yang paling banyak dipakai remaja untuk memperoleh informasi.

3. Macam-macam media massa

a. Koran

Koran dapat dikatakan sebagai media massa tertua sebelum

ditemukan film, radio dan televisi. Koran memiliki keterbatasan

karena hanya bisa dinikmati oleh mereka yang mengerti huruf, serta

lebih banyak disenangi oleh orang tua daripada kaum remaja dan

anak-anak. Salah satu kelebihan koran ialah mampu memberi

informasi yang lebih lengkap, bisa dibawa kemana-mana,

terdokumentasi dan mudah diperoleh (Cangara, 2014).

b. Majalah

Majalah juga harus berusaha keras menyesuaikan diri dengan

kondisi-kondisi baru. Sama halnya dengan koran, banyak majalah

raksasa yang sangat tertekan. Tidak sedikit majalah mingguan atau

bulanan yang sudah puluhan tahun dan berjangkauan luas terpaksa

tutup (Rivers, 2014).

c. Radio

Radio semakin terdesak oleh televisi, namun masih memiliki

banyak penggemar. Kecenderungannya adalah jangkauan siaran radio

semakin menyempit sehingga yang paling mampubertahan adalah

radio yang hanya melayani suatu wilayah kecil saja (Rivers, 2014).

Salah satu kelebihan radio dibanding dengan media lainnya, ialah

40
cepat dan mudah dibawa kemana-mana. Radio bisa dinikmati sambil

mengerjakan pekerjaan lain seperti memasak, menulis, menjahit dan

semacamnya (Cangara, 2014).

d. Televisi

Televisi saat ini merupakan media dominan komunikasi massa

di seluruh dunia, dan sampai sekarang masih terus berkembang

(Rivers, 2014). Televisi menyita banyak perhatian tanpa mengenal

usia, pekerjaan dan pendidikan. Hal ini disebabkan karena televisi

memiliki sejumlah kelebihan terutama kemampuannya dalam

menyatukan antara fungsi audio dan visual ditambah dengan

kemampuannya dalam memainkan warna. Penonton leluasa

menentukan saluran mana yang mereka senangi. Selain itu, televisi

juga mampu mengatasi jarak dan waktu, sehingga penonton yang

tinggal di daerah-daerah terpencil dapat menikmati siaran televisi

(Cangara, 2014).

e. Film

Film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam

kajian para ahli komunikasi. Film dengan lebih mudah dapat menjadi

alat komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalamiunsur-unsur

teknik, politik, ekonomi, sosial dan demografi (Sobur, 2015). Film

dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar melalui layar lebar,

tetapi dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang

disiarkan televisi. Memang sejak televisi menyajikan film-film seperti

41
yang diputar di gedung-gedung bioskop, terdapat kecenderungan

penonton lebih senang menonton dirumah, karena selain lebih praktis

juga tidak perlu membayar (Rivers, 2014).

f. Buku-buku

Kontras dengan film, buku terus tubuh pesat, meskipun di masa

sebelumnya bisnis buku tidak pernah populer (Rivers, 2014).

g. Pamflet/leaflet

Pamflet adalah terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu

hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan

selesai dalam sekali terbit. Leaflet adalah lembaran kertas berukuran

kecil mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum

sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa. Pamflet/leaflet

biasanya berisi informasi singkat organisasi atau lembaga

kesehatan, ,mengenai layanan jasa kesehatan, tentang alat-alat

kesehatan, gejala suatu penyakit, obat dan pengobatannya, serta

tentang pendidikan maupun pelatihan dalam bidang kesehatan

(Liliweri, 2013).

h. DVD/VCD

Pada DVD (digital video disc) dapat juga dimuat beberapa video

dengan mutu lebih rendah. DVD adalah sejenis cakram optik yang

dapat digunakan untuk menyimpan data termasuk film dengan

kualitas video dan audio yang lebih baik dari kualitas VCD. VCD

berarti video compact disk yang merupakan format gambar

42
terkompresi. Penggunaan DVD/VCD dalam bidang kesehatan antara

lain pesan atau informasi kesehatan, promosi kesehatan, kampanye

kesehatan, hiburan yang mendorong perubahan sikap dalam bidang

kesehatan maupun untuk tutorial dalam mengajar (Liliweri, 2013).

i. Internet

Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan

besar yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari

suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana didalamnya

terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga

yang dinamis dan interaktif (Bungin, 2016).

4. Pengaruh media massa

Pengaruh Media Massa menurut Bungin (2016) adalah sebagai :

a. Kognitif

Media massa dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

b. Afektif

Media massa dapat mengubah emosi dan perasaan sehingga dapat

membentuk sikap masyarakat.

c. Perilaku

Efek perilaku yang dibentuk oleh media massa adalah hasil perluasan

dari efek kognitif dan afektif.

5. Peran media massa

Peran media massa menurut Liliweri (2013) adalah :

43
a. Sebagai institusi sosial yang merupakan seperangkat peran untuk

menyebarluaskan informasi.

b. Sebagai agen sosial merupakan proses pembentukan diri berkaitan

dengan dunia sosial yang luas.

E. Kerangka Konsep

Penelitian tentang hubungan peran orang tua dan peran media dengan

perilaku kesehatan reproduksi pada remaja putri di SMK Negeri 7 Ambon,

melakukan penelitian dengan kerangka berpikir sebagai pedomannya.

Variabel Independen Variabel dependen

Peran orang tua


Perilaku kesehatan
reproduksi
Peran media

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Keterangan :

: variabel independen

: variabel dependen

: penghubung

F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ha :

a. Ada hubungan peran orang tua dengan perilaku kesehatan reproduksi

pada remaja putri di SMK Negeri 7 Ambon.

44
b. Ada hubungan peran media dengan perilaku kesehatan reproduksi

pada remaja putri di SMK Negeri 7 Ambon.

2. Ho :

a. Tidak ada hubungan peran orang tua dengan perilaku kesehatan

reproduksi pada remaja putri di SMK Negeri 7 Ambon.

b. Tidak ada hubungan peran media dengan perilaku kesehatan

reproduksi pada remaja putri di SMK Negeri 7 Ambon.

45

Anda mungkin juga menyukai