Anda di halaman 1dari 6

JPII 1 (2) (2012) 198-203

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia


http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii

REMEDIASI MISKONSEPSI MAHASISWA CALON GURU FISIKA PADA


KONSEP GAYA MELALUI PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR
(LEARNING CYCLE) 5E

Muhamad Taufiq*

Program Studi Pendidikan IPA, Fakultas Matematik dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Diterima: 4 Mei 2012. Disetujui: 24 Juli 2012. Dipublikasikan: Oktober 2012

ABSTRAK

Penelitian ini mengenai upaya identifikasi miskonsepsi mahasiswa berkaitan dengan konsep gaya menggunakan
Certainty of Response Index (CRI) dan Wawancara. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa mahasiswa me-
ngalami miskonsepsi berkaitan dengan konsep gaya dengan berbagai tingkatan yang berbeda-beda yaitu tingkat
tinggi, sedang, dan rendah. Penggunaan tes model Certainty of Response Index (CRI) dalam penelitian ini sangat
membantu peneliti khususnya untuk memetakan tingkat miskonsepsi yang dialami oleh mahasiswa. Implemen-
tasi model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) 5E mampu menurunkan proporsi siswa yang mengalami
miskonsepsi mahasiswa pada konsep gaya, yakni dari 46% menjadi 2,8%. Dengan demikian ada peningkatan
proporsi penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi sebanyak 43,2%, Hal ini menunjukkan bahwa
model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) 5E efektif mampu untuk meningkatkan proporsi penurunan
jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi.

ABSTRACT

This research is about identification of student misconceptions related to the concept of force using Certainty of
Response Index (CRI) and Interview. From the analysis of the data showed that students had misconceptions re-
lated to the concept of force with a variety of different levels, are: high, medium, and low. The use of model tests
Certainty of Response Index (CRI) in this study greatly helps researchers to map the particular misconceptions
experienced by students. The implementation result of the learning cycle instructional model 5E able to reduce
the proportion of students who have misconceptions in the concept of force, from 46% to 2.8%. Thus, there is an
increase in the proportion of reduction in the number of students who have misconceptions as much as 43.2%,
This result shows that the model of the learning cycle model 5E effectively able to decrease the proportion of
students who have misconceptions.

© 2012 Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNNES Semarang

Keywords: Misconception; Certainty of Response Index (CRI), Interview, Remedial, Learning Cycle Model

PENDAHULUAN rumus-rumus, mereka hanya memahami sedikit


konsep-konsep dasar gaya. Pada umumnya mere-
Beberapa keadaan dalam perkuliahan ka memiliki sedikit kemampuan untuk menghu-
fisika dijumpai penguasaan konsep mahasis- bungkan konsep yang mereka pelajari dari buku
wa calon guru fisika dalam konsep gaya masih ajar maupun dengan lingkungannya. Taufiq, et
rendah. Walaupun mahasiswa dapat mengingat al. (2010), melaporkan hasil identifikasi konsepsi
fakta-fakta, proses-proses, prinsip-prinsip, dan mahasiswa yang menunjukkan tingginya kesala-
han konsep yang dialami oleh mahasiswa calon
*Alamat korespondensi: guru fisika semester enam, dan letak kesalahan-
Email: tooopiq_djibrill80@yahoo.com
Muhamad Taufiq / JPII 1 (2) (2012) 198-203 199

nya tidak pada perhitungan matematika saja (Dykstra, 1992).


namun juga mahasiswa mengalami miskonsepsi Nama lain dari istilah miskonsepsi yang
berkaitan dengan konsep gaya dengan tingkatan digunakan oleh para peneliti diantaranya adalah
yang berbeda-beda. intuisi (intuitions), konsepsi alternatif (alternati-
Kondisi demikian tentu saja sangat berba- ve conceptions), kerangka alternatif (alternative
haya mengingat mahasiswa calon guru ini akan frame), dan teori naif. Istilah-istilah tersebut di-
melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan gunakan untuk menghindari label salah, karena
(PPL) mengajar di sekolah latihan pada semes- miskonsepsi mahasiswa sering merupakan ba-
ter berikutnya. Tidak bisa kita bayangkan bagai- gian dari teori siswa (children theories) dalam
mana jadinya jika guru praktikan ini mengajar, (Gunstone, 1990; Gilbert, Osborne & Fensham,
namun yang diajarkan konsepnya ternyata salah 1992) yang tampaknya cukup logis dan cukup
(miskonsepsi) atau berkebalikan dengan konsep konsisten, meskipun tidak cocok dengan konsep-
ilmuan. Miskonsepsi berbahaya karena memberi- si ilmuwan.
kan murid-murid pemikiran /rasa (sense) yang Ada tiga cara yang dapat digunakan un-
salah dalam mengetahui sehingga membatasi tuk mengetahui pengetahuan awal mahasiswa
usaha mental yang mereka investasikan dalam dan miskonsepsi-miskonsepsi yang terdapat pada
belajar, dan terjadi interferensi antara konsep diri mahasiswa yaitu: (1) tes diagnostik melalui
yang telah dipelajari (salah) dengan yang sedang tes tertulis dan memberi alasan, (2) wawancara
dipelajari (benar). Miskonsepsi juga dapat bersi- klinis, dan (3) penyajian peta konsep. Berdasar-
fat menetap saat tidak terbukti salah atau menda- kan jawaban dan argumentasi yang dikemuka-
pat tantangan konsep lain. kan mahasiswa pada lembar tes, dapat ditelusuri
Berdasarkan kondisi di atas sangat pen- pengetahuan awal dan miskonsepsi mahasiswa
ting untuk dilakukan remediasi miskonsepsi serta latar belakangnya. Dengan menggunakan
yang dialami oleh mahasiswa calon guru fisika wawancara klinis dapat diungkapkan pengeta-
ini. Miskonsepsi dapat diubah melalui pemberi- huan awal dan miskonsepsi mahasiswa secara
an pertanyaan, eksperimen (hukum alam selalu lebih mendalam dan lebih orisinil. Cara ketiga
benar), situasi hipotetis tanpa didasari hukum ialah dengan menggunakan peta konsep. Kon-
fisika, dan eksperimen atau demonstrasi untuk sepsi mahasiswa juga dapat diperkirakan dengan
menguji hipotesis. Model siklus belajar (Lear- peta konsepsi yang bentuknya tentu saja berbeda
ning Cycle) 5E dapat mengakomodasi keseluru- dengan tingkat pemahaman masing-masing ma-
han kegiatan yang dihraapkan dapat meremedia- hasiswa terhadap suatu konsep. Oleh karena itu
si miskonsepsi. penelusuran pengetahuan awal (prior knowledge)
Ketika mahasiswa datang ke ruang kuliah, mahasiswa dapat dilakukan dengan bantuan peta
dalam pikirannya sudah penuh dengan penga- konsep.
laman dan pengetahuan yang berkaitan dengan Teknik lain yang dapat digunakan untuk
listrik ataupun peristiwa fisis yang ada di seki- menelusuri keadaan miskonsepsi mahasiswa ten-
tarnya. Konsepsi awal yang dimiliki mahasiswa tang konsep-konsep tentang gaya yaitu dengan
secara substansial mengakui berbeda dengan merancang dan menyusun seperangkat tes ber-
gagasan yang diajarkan dan konsepsi ini akan bentuk pilihan benar (B) atau salah (S) dengan
mempengaruhi belajar dan bisa menghambat menggunakan model CRI (Certainty of Response
perubahan untuk selanjutnya. Konsepsi yang Index). Model ini dapat menggambarkan keyaki-
dimiliki mahasiswa kadangkala cukup kuat dan nan mahasiswa (responden) terhadap kebenaran
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pe- alternatif jawaban yang direspons. Berdasarkan
ngembangan konsep-konsep tentang gaya yang petunjuk dalam mengerjakan soal, mahasiswa
didapat dari pengalaman belajarnya (Hasan, et diminta merespons setiap pilihan pada masing-
al., 1992). Namun dalam kenyataannya konsepsi masing item tes pada tempat yang telah disedia-
mahasiswa sering bertentangan dengan konsep- kan. Berdasarkan tabulasi data untuk setiap ma-
si ilmuwan, yang dapat menyebabkan kesulitan hasiswa, demikian juga untuk setiap item soal
bagi mahasiswa dalam belajar. tes yang berpedoman pada kombinasi jawaban
Konsepsi mahasiswa yang berbeda dengan yang benar dan yang salah serta CRI yang tinggi
konsepsi ilmu pengetahuan disebut miskonsepsi dan CRI yang rendah, sehingga mahasiswa yang
(Suparno, 2005). Berbagai pengertian lain ten- mengalami miskonsepsi dapat terungkap.
tang miskonsepsi yaitu: suatu konsep yang diper- Pedoman wawancara dibuat berdasarkan
caya orang walaupun secara obyektif salah. Ide respons mahasiswa dalam menjawab tes dan di-
atau pemikiran yang salah; Kesalahan konsepsi, maksudkan untuk menelusuri konsistensi jawa-
pendapat yang salah, pemahaman yang keliru ban mahasiswa. Melalui wawancara mahasiswa
200 Muhamad Taufiq / JPII 1 (2) (2012) 198-203

dapat mengemukakan alasan tentang keputusan-


nya memberikan pilihan pada pilihan jawaban
yang didasarkan pada konsepsi yang telah mere-
ka miliki.
Miskonsepsi dapat diubah melalui pembe-
rian pertanyaan, eksperimen (hukum alam sela-
lu benar), situasi hipotetis tanpa didasari hukum
fisika, konflik kognitif, dan eksperimen atau
demonstrasi untuk menguji hipótesis (Dykstra,
et al., 1992). Model learning cycle (siklus belajar)
5E dapat mengakomodasi keseluruhan kegiatan
yang dihrapkan dapat meremidiasi miskonsepsi. Gambar 1. Bagan ALur Pembelajaran Siklus
Model learning cycle (siklus be- (Learning Cycle) Tipe 5E
lajar) merupakan salah satu
strategi mengajar yang menerapkan model kon- Fase engage (menarik perhatian) meru-
struktivis. Menurut paradigma konstruktivistik, pakan fase awal. Pada fase ini dosen mencipta-
belajar merupakan proses regulasi diri dalam me- kan situasi teka-teki yang sesuai dengan topik
nyelesikan konflik kognitif yang sering muncul yang akan dipelajari mahasiswa. Dosen dapat
melalui pengalaman konkrit, wacana kolaboratif, mengajukan pertanyaan dalam rangka mengga-
dan interpretasi. Oleh karena itu, belajar adalah li prekonsepsi mahasiswa berkaitan dengan pe-
kegiatan aktif pebelajar untuk membangun pe- mahamannya terhadap materi yang akan atau
ngetahuannya, dimana pebelajar sendiri yang sedang dipelajari, dan jawaban mahasiswa digu-
bertanggung jawab atas peristiwa belajar dan ha- nakan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang
sil belajarnya. Pebelajar sendiri yang melakukan telah diketahui oleh mereka. Fase ini dapat pula
penalaran melalui seleksi dan organisasi penga- digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi
laman serta mengintegrasikannya dengan apa mahasiswa dengan memberikan pertanyaan dan
yang telah diketahui. Belajar merupakan proses paparan konsep yang membangkitkan konflik
negosiasi makna berdasarkan pengertian yang di- kognitif.
bangun secara personal. Belajar bermakna terjadi Fase explore (eksplorasi), dalam fase ini
melalui refleksi, resolusi konflik kognitif, dialog, mahasiswa harus diberi kesempatan untuk be-
penelitian, pengujian hipotesis, pengambilan ke- kerja sama dengan teman-temannya tanpa ara-
putusan, yang semuanya ditujukan untuk mem- han langsung dari dosen. Fase ini menurut teori
perbaharui tingkat pemikiran individu sehingga Piaget merupakan fase “ketidakseimbangan” di-
menjadi semakin sempurna. Dengan demikian mana mahasiswa harus dibuat bingung. Fase ini
ada upaya optimalisasi pengalaman belajar siswa merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk
melalui penerapan model siklus belajar. menguji hipotesis atau prediksi mereka, mendis-
Model learning cycle pertama kali dikem- kusikan dengan teman sekelompoknya dan me-
bangkan oleh Robert Karplus dari Universitas netapkan keputusan.
California, Barkley tahun 1970-an. Karplus me- Fase explain (menjelaskan), pada fase ini
ngidentifikasi adanya tiga fase yang digunakan dosen mendorong mahasiswa untuk menjelas-
dalam model pembelajaran ini yaitu preliminary kan konsep dengan kalimat mereka sendiri. Do-
exploration, invention, dan discovery. Berkaitan de- sen memberikan kesempatan kepada mahasiswa
ngan tiga fase dalam learning cycle, Charles Bar- secara individu maupun kelompok untuk me-
man dan Marvin Tolman menggunakan istilah ngungkapkan penjelasan terhadap suatu fenome-
exploration, concept introduction, dan concept appli- na atau konsep yang diutarakan.
cation. Walaupun disebutkan dengan istilah yang Fase extend (perluasan), pada fase ini ma-
berbeda, namun pada dasarnya mempunyai mak- hasiswa harus mengaplikasikan konsep dan keca-
na yang sama. Bahkan, model siklus belajar yang kapan yang telah mereka miliki terhadap situasi
terdiri dari tiga fase tersebut selanjutnya dikem- lain. Dosen mendesain kegiatan yang serupa te-
bangkan dan diperinci kembali sehingga mun- tapi tidak sama dengan apa yang telah dilakukan
cullah model learning cycle lima fase (5E) yang sebelumnya, dan sifatnya merupakan pengem-
meliputi: engagement, exploration, explanation, bangan atau aplikasi dari konsep yang dipelajari.
elaboration/extension, dan evaluation. Berikut Pada fase evaluate (evaluasi) dilaksana-
adalah bagan siklus belajar dan penjelasan ring- kan selama pembelajaran dilangsungkan atau
kas dari tiap siklus: pada tiap siklus belajar yang sebelunya telah di-
sebutkan. Dosen bertugas untuk mengobservasi
Muhamad Taufiq / JPII 1 (2) (2012) 198-203 201

pengetahuan dan kecakapan mahasiswa dalam Diagram berikut ini menyajikan tingkat
mengaplikasikan konsep dan perubahan berfikir miskonsepsi mahasiswa pada konsep gaya untuk
mahasiswa. masing-masing pertanyaan tentang konsep gaya
secara urut dari pertanyaan konsep nomor 1 sam-
METODE pai nomor 12.

Tahap penelitian pendahuluan dilakukan Miskonsepsi (%)

untuk mempersiapkan dan merancang instrumen


penelitian. Kemudian dilakukan penelusuran
miskonsepsi dimulai dengan meminta maha-
siswa mengerjakan pretest sebagai tahap identifi-
kasi miskonsepsi.
Untuk menelusuri keadaan miskonsepsi
mahasiswa tentang konsep tentang gaya, diran-
cang dan disusun seperangkat tes sebanyak 12
item. Tes berbentuk pilihan benar (B) atau sa- Nomor urut pertanyaan
lah (S). Pada tes ini digunakan model Certainty
of Response Index (CRI) yang menggambarkan Gambar 2. Diagram tingkat miskonsepsi tiap
keyakinan mahasiswa (responden) terhadap ke- pertanyaan konsep gaya
benaran alternatif jawaban yang direspons.
Berdasarkan tabulasi data untuk setiap Dari data yang diperoleh miskonsepsi pa-
mahasiswa, demikian juga untuk setiap item soal ling tinggi adalah pada pertanyaan ke-9 “Gaya
tes yang berpedoman pada kombinasi jawaban gesek selalu menghambat gerak benda?” yaitu
yang benar dan yang salah serta CRI yang tinggi sebanyak sebanyak 70,3%, yang terbagi tingkat
dan CRI yang rendah, sehingga mahasiswa yang rendah 6,2%, tingkat sedang 22,1%, dan tingkat
mengalami miskonsepsi dapat teridentifikasi. tinggi 41,4%. Sedangkan miskonsepsi dengan
Langkah berikutnya yaitu melakukan wawancara persentase terendah pada pertanyaan konsep ke-
klinis terhadap beberapa mahasiswa untuk me- 12 “Gaya gravitasi hanya berlaku bagi obyek yang
ngetahui miskonsepsi secara mendalam. lebih kecil, karena itu bulanlah yang ditarik bumi
Setelah dilakukan identifikasi miskon- dan tidak sebaliknya atau dengan kata lain bulan
sepsi, selanjutnya dilakukan remediasi terhadap mengelilingi bumi dan tidak sebaliknya?” yaitu
miskonsepsi yang dialami mahasiswa melalui sebesar 22,1%, yang terbagi tingkat rendah 9,7%,
pembelajaran dengan model siklus belajar. Pada tingkat sedang 5,5%, dan tingkat tinggi 5,5%.
akhir pembelajaran diberikan posttest miskonsepsi Dari tes diagnosa miskonsepsi menunjuk-
mahasiswa pada konsep gaya dan kemudian data kan bahwa mahasiswa mengalami miskonsep-
yang diperoleh ditabulasikan untuk dianalisis si yang beragam tingkatan, yaitu tingkat tinggi,
berkaitan dengan perubahan pemahaman kon- sedang dan rendah. Miskonsepsi yang dialami
sep dan efektivitas model siklus belajar (Learning setiap mahasiswa dapat berlainan dengan penye-
Cycle) dalam meremidiasi miskonsepsi mahasis- bab yang berbeda-beda. Pada satu kelas dapat
wa. terjadi bermacam-macam miskonsepsi dengan
penyebab miskonsepsi berbeda pula. Oleh kare-
HASIL DAN PEMBAHASAN na itu, sangat penting bagi guru untuk mengenali
miskonsepsi dan penyebabnya yang terjadi pada
Miskonsepsi mahasiswa tentang konsep mahasiswa.
gaya diidentifikasi perangkat tes sebanyak 12 bu- Menurut filosofi konstruktivisme, pengeta-
tir soal konsep tentang gaya. Tes berbentuk pili- huan mahasiswa dikontruksi atau dibangun oleh
han benar (B) atau salah (S) menggunakan model mahasiswa sendiri. Proses konstruksi tersebut
Certainty of Response Index (CRI) untuk menggam- diperoleh melalui interaksi dengan benda, keja-
barkan respon keyakinan mahasiswa terhadap dian dan lingkungan. Pada saat mahasiswa be-
kebenaran jawaban yang disampaikan. Berdas- rinteraksi dengan lingkungan belajarnya, maha-
arkan tes penelusuran miskonsepsi mahasiswa siswa mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan
tentang konsep gaya menggunakan model Cer- pengalamannya. Oleh karena itu, ketika proses
tainty of Response Index (CRI) tampak bahwa siswa kontruksi pengetahuan terjadi pada mahasiswa,
sudah memiliki gagasan awal berkaitan dengan sangat besar kemungkinan terjadinya kesalahan
materi atau konsep gaya, namun sebagian besar dalam proses mengkontruksi karena secara ala-
masih berlabel miskonsepsi. mi mahasiswa belum terbiasa mengkontruksi pe-
202 Muhamad Taufiq / JPII 1 (2) (2012) 198-203

ngetahuan sendiri secara tepat. Apalagi jika tidak baik). Bila dibandingkan dengan kreteria keber-
didampingi sumber informasi yang jelas dan aku- hasilan tindakan, maka rata-rata hasil belajar
rat. yang dicapai mahasiswa sudah memenuhi kret-
Konstruksi pengetahuan mahasiswa tidak ria keberhasilan tindakan, meskipun belum 100%
hanya dilakukan sendiri tetapi juga dibantu oleh menghilangkan miskonsepsi mahasiswa pada
konteks dan lingkungan mahasiswa, diantara- konsep gaya. Hasil penelitian ini selengkapnya
nya teman-teman di sekitar mahasiswa, buku dirangkum pada tabel 1.
teks, guru dan lainnya. Jika aspek-aspek tersebut Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
memberikan informasi dan pengalaman yang sebelum mempelajari materi gaya, siswa telah
berbeda dengan pengertian ilmiah maka sangat memiliki gagasan atau ide-ide tentang konsep
besar kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada yang dipelajari. Hal ini dapat dilihat dari profil
mahasiswa tersebut. Oleh karena itu, aspek-aspek konsepsi siswa yang cukup beragam pada pre-test
tersebut merupakan penyebab terjadinya miskon- menggunakan model CRI dan juga ketika pembe-
sepsi pada mahasiswa. Aspek-aspek yang dapat lajaran dengan model siklus belajar 5E pada fase
menyebabkan terjadinya miskonsepsi adalah engage (menarik perhatian) yang merupakan fase
mahasiswa itu sendiri, guru, dan metode pembe- awal dalam pembelajaran yang dilakukan dosen.
lajaran yang digunakan dosen di kelas. Dengan Pada fase engage ini dosen menciptakan si-
menggunakan wawancara secara intensif peneli- tuasi teka-teki yang sesuai dengan konsep gaya.
ti memperoleh data penyebab miskonsepsi yang Dosen mengajukan pertanyaan dalam rangka
dialami oleh mahasiswa yaitu ada yang karena menggali prekonsepsi mahasiswa berkaitan de-
ketidak tahuan, kesalahan bahasa, tayangan film, ngan pemahamannya terhadap materi gaya, dan
kemampuan berfikir, latar belakang keluarga, jawaban mahasiswa digunakan untuk menge-
konsepsi parallel, dan kesalahan konsepsi awal tahui hal-hal apa saja yang telah diketahui oleh
mahasiswa. mereka. Pada fase inilah dosen mengidentifika-
Dari analisis miskonsepsi sebelum dan si miskonsepsi mahasiswa dengan memberikan
sesudah pembelajaran ditemukan bahwa pem- pertanyaan dan paparan konsep yang membang-
belajaran dengan mengimplementasikan model kitkan konflik kognitif. Hasil yang dapat disam-
siklus belajar dapat menurunkan rata-rata persen- paikan peneliti ternyata konsepsi awal mahasis-
tase jumlah mahasiswa yang mengalami miskon- wa pada umumnya cukup bervariasi dan masih
sepsi. Setelah dilakukan remediasi miskonsepsi bersifat miskonsepsi.
yang masih dialami mahasiswa adalah pada per- Pada fase explain (menjelaskan), dosen
tanyaan ke-9 dan ke-10 yaitu “Gaya gesek selalu mendorong mahasiswa untuk menjelaskan kon-
menghambat gerak benda?” yaitu sebanyak seba- sep dengan kalimat mereka sendiri. Dosen mem-
nyak 2,1%, masing-masing untuk tingkat sedang berikan kesempatan kepada mahasiswa secara
sebanyak 1,4%, dan tingkat tinggi 0,7%, kemu- individu maupun kelompok untuk mengungkap-
sian “Gaya gravitasi hanya berlaku bagi obyek kan penjelasan terhadap suatu fenomena atau
yang lebih kecil, karena itu bulanlah yang ditarik konsep tentang gaya.
bumi dan tidak sebaliknya atau dengan kata lain Selanjutnya pada fase extend (perluasan),
bulan mengelilingi bumi dan tidak sebaliknya?”, mahasiswa mengaplikasikan konsep dan kecaka-
yaitu miskonsepsi hanya pada tingkat rendah se- pan yang telah mereka miliki terhadap situasi lain
besar 0,7% dari total mahasiswa. tentang aplikasi konsep gaya. Dosen mendesain
kegiatan yang serupa tetapi tidak sama dengan
Tabel 1. Hasil remediasi miskonsepsi dengan apa yang telah dilakukan sebelumnya, dan sifat-
model siklus belajar (learning cycle) 5E nya merupakan pengembangan atau aplikasi dari
konsep yang dipelajari. Sehingga pada fase inilah
Sebelum Sesudah perubahan konsepsi mahasiswa dimantapkan,
Hasil penelitian dari miskonsepsi ke konsepsi yang sesuai dengan
remediasi remediasi
konsepsi para ilmuan.
Tingkat iskonsepsi 46,00% 2,80%
Pada fase evaluate (evaluasi) dilaksanakan
Rata-rata hasil oleh dosen selama pembelajaran dilangsungkan
54,00 99,80
belajar atau pada tiap siklus belajar yang sebelumnya
telah disebutkan. Dosen mengobservasi penge-
Analisis statistik deskriptif terhadap hasil tahuan dan kecakapan mahasiswa dalam me-
belajar mahasiswa pendidikan fisika pada konsep ngaplikasikan konsep gaya dan perubahan berfi-
gaya menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kir mahasiswa.
setelah remediasi adalah 99,80 (katagori sangat Implementasi model pembelajaran siklus
Muhamad Taufiq / JPII 1 (2) (2012) 198-203 203

belajar (learning cycle) 5E mampu menurunkan siswa yang mengalami miskonsepsi mahasiswa
proporsi siswa yang mengalami miskonsepsi ma- pada konsep gaya, yakni dari 46% menjadi 2,8%.
hasiswa pada konsep gaya, yakni dari 46% men- Dengan demikian ada peningkatan proporsi pe-
jadi 2,8%. Dengan demikian ada peningkatan nurunan jumlah siswa yang mengalami miskon-
proporsi penurunan jumlah siswa yang mengala- sepsi sebanyak 43,2%, Hal ini menunjukkan bah-
mi miskonsepsi sebanyak 43,2%, Hal ini menun- wa model pembelajaran siklus belajar (learning
jukkan bahwa model pembelajaran siklus belajar cycle) 5E efektif mampu untuk meningkatkan
(learning cycle) 5E mampu meningkatkan proporsi proporsi penurunan jumlah siswa yang mengala-
penurunan jumlah siswa yang mengalami mis- mi miskonsepsi.
konsepsi. Peneliti memberikan saran pentingnya di-
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil laksanakan tes miskonsep untuk konsep fisika
penelitian yang dilakukan oleh Taufiq, . (2010), yang lain, karena peneliti menduga rendahnya
bahwa pembelajran siklus belajar (learning cycle) hasil belajar mahasiswa selama ini bisa jadi pe-
5E merupakan salah satu model pembelajaran nyebabnya adalah miskonsepsi yang menjangkiti
yang efektif untuk meremediasi miskonsepsi fisi- pemahaman mereka selama ini. Kemudian mo-
ka. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penda- del pembelajaran siklus belajar (learning cycle) 5E
pat yang dikemukakan oleh Euwe van den Berg dapat diterapkan sebagai alternatif model pem-
bahwa siswa tidak memasuki pelajaran fisika belajaran untuk meremediasi miskonsepsi maha-
dengan kepala kosong yang dapat diisi dengan siswa.
pengetahuan fisika, tetapi sebaliknya kepala sis-
wa sudah penuh dengan pengalaman dan penge- DAFTAR PUSTAKA
tahuan yang berhubungan dengan fisika, namun
sebagian besar masih berlabel miskonsepsi. Dykstra, et al. (1992). “Studying Coceptual Change in
Learning Physics”. Journal Research in Science-
PENUTUP Teaching, 74 (5)
Gilbert, J.K. Osborne, R.J and Fensham, P.J. (1992).
“Children’s Science dan it’s Consequences for
Hasil penelitian ini menunjukkan bah- Teaching”. Journal of Science Education, 65 (4):
wa mahasiswa mengalami miskonsepsi berkai- 623-633.
tan dengan konsep gaya dengan tingkatan yang Gunstone, R.F. (1990). “Children’s Science A Decade
berbeda-beda yaitu tingkat tinggi, sedang, dan of Development in Constructivist View of Sci-
rendah. Hasil wawancara secara intensif me- ence Teaching and Learning”. ASTJ, Vol. 36,
ngungkapkan penyebab miskonsepsi yang diala- No. 4.
mi mahasiswa pada konsep gaya adalah karena Hasan , S. Bagayoko, D. and Kelly, E. L. (1992). Mis-
kesalahan bahasa, tayangan film, kemampuan conception and The Certainty of Response In-
dex”. Journal of Physics Education, 30.
berfikir, latar belakang keluarga, konsepsi para-
Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep
llel, dan kesalahan konsepsi awal mahasiswa. Pendidikan Fisika. Jakarta: Gramedia.
Penggunaan tes model Certainty of Respon- Taufiq, M. et.al., 2010. Student’s Science Misconceptions
se Index (CRI) dalam penelitian ini sangat mem- Concerning The State Changes of Water and
bantu peneliti khususnya untuk memetakan ting- Their Remediation Using Three Different Learning
kat miskonsepsi yang dialami oleh mahasiswa. Models In Elementary School. Prosiding Seminar
Implementasi model pembelajaran siklus belajar Nasional Fisika Unnes 2010. Universitas Neg-
(learning cycle) 5E mampu menurunkan proporsi eri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai