Anda di halaman 1dari 9

SAVE OUR MANUFACTURE

Kenyamanan Suhu dan Faktor Iklim Pada Ruang Kerja

PENDAHULUAN
Indor climate adalah kondisi fisik sekeliling dimana kita melakukan aktifitas tertentu
yang meliputi hal-hal sebagai berikut : temperatur udara, temperatur permukaan
sekeliling, kelembaban udara, dan aliran perpindahan udara.
Untuk menunjang pembahasan mengenai indoor climate, berikut dianalisa tentang
keteraturan panas dalam tubuh manusia yang meliputi : temperature badan,
pengendalian proses panas, transportasi panas oleh aliran darah, berkeringat, gerakan
otot cepat, dan pertukaran panas

Temperatur Badan
Temperatur tubuh manusia selalu tetap (konstan). Dalam otak, jantung, dan didalam
perut, temperature berfluktuasi  ± 37 o C. Temperatur ini disebut temperatur inti ( core
temperature). Lawan dari core temperature yaitu temperature yang terdapat didalam
otot, tangan, kaki, dan diseluruh bagian kulit ( shell temperature).

Pengendalian Proses Panas


Pengendalian proses panas yang melalui tubuh manusia amat penting untuk menjaga
agar temperature inti selalu tetap kosntan. Ditunjukkan pada gambar dibawah.
Keterangan:
1. Pusat panas yang terletak pada bagian otak yangmengatur aliran darah melalui
pembuluh-pembuluh kulit seperti misalnya keluarnya keringat. Mekanisme antara kedua
hal tesebut mengatur keseimbangan panas didalam tubuh.
2. Sel-sel syaraf dari pusat pengendali pans menerima informasi tentang temperature
yang melalui tubuh. Selanjutnya mengirim impuls yang diperlukan untuk pengendalian
mekanisme pengaturan untuk menjaga agar core temperature tetap konstan.
3. Gelombang rangsangan secara fisiologis melalui sel syaraf yang akan menghasilkan
suatu gerakan,misal gerakan otot.
4. Impuls akan mengendalikan produksi panas dalam tubuh, sistem sirkulai panas dan
panas hilang dengan keluarnya keringat.

Transportasi panas oleh aliran darah


Hal penting dalam  mekanisme  pengaturan panas tubuh adalah fungsi transportasi
panas oleh darah melalui pembuluh darah, terutama pembuluh kapiler, yang bertidnak
sebagai distributor panas, memindahkan panas dari jaringan yang hangat ke jaringan
yang dingin. Dalam hal ini darah memindahkan padas dari bagian dalam tubuh ke
daerah permujkaan kulit yang telah didinginkan oleh temperature luar
tubuh/lingkungan kerja. Sebaliknya jika temperature luar tubuh lebih tinggi, makan
panas akan dipindahkan ke bagian dalam tubuh. Kunci dari mekanisme ini adalah
pengendalian sirkulasi darah didalam kulit.

Berkeringat
Mekanisme pengaturan yang kedua yang diatur oleh pusat pengendali panas adalah
keluarnya keringat melalui kulit.

Gerakan Otot Cepat


Pengaturan yang ketiga adalah meningkatnya panas yang diproduksi oleh tubuh.
Peningkatan ini ditandai dengan meningkatnya metabolisme panas pada otot dan organ
lain.

Pertukaran Panas
Tubuh manusia merubah energi kimia menjadi energi mekanis dan panas. Tubuh
menggunakan panas ini untuk menjaga core temperature tetap kosntant dan
mengurangi keluarnya panas yang berlebihan pada lingkungan luar tubuh. Pertukaran
panas ini dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: 1) Konduksi, 2) Konveksi, 3) Evaporasi, 4)
Radiasi.

Konduksi  panas
Pertukaran panas oleh konduksi bergantung pada konduktivitas obyek dan material
yang bersentuhan dengan kulit. Konduktivitas panas sangat penting didalam pemilihan
material untuk keperluan perancangan  alat dan ruang kerja. Misalnya : lantai, rak,
handle, dll.

Konveksi
Pertukaran panas melalui proses konveksi tergantung pada perbedaan temperature
antara kulit dan udara sekeliling tubuh, dan juga pada aliran gerakan udara. Kondisi
normal, porses ini mempengaruhi 25-30% dari total proses perpindahan panas dalam
tubuh manusia.
Pertukaran panas melalui proses Konveksi
Evaporasi Keringat
Hilangnya panas dengan proses keluarnya keringat terjadi karena keringat dibagian
kulit tersebut menguap/evaporasi. Menguapnya keringat akan mengkonsumsi energi
panas laten.
Panas laten atau kalor laten adalah energi yang dibutuhkan oleh kuantitas substansi
untuk mengubah fase dari padat ke cair (panas fusi) atau dari cair ke gas (panas
penguapan). Panas laten merupakan panas yang dilepaskan atau diserap oleh tubuh.
Pada kondisi normal setiap orang akan menguapkan sebanyak 1 liter/hari. Berarti akan
kehilangan 600 Kcal atau ± ¼ dari total panas yang hilang perharinya. Akan tetapi jika
temperatur sekeliling melebihi ambang batas kenyamanan maka kulit akan
merefleksikan berupa proses keluarnya keringat yang disertai hilangnya panas.

Evaporasi

Radiasi Panas
Radiasi ialah pemindahan panas atas dasar gelombang-gelombang elektromagnetik.
Misalnya tubuh manusia akan mendapat panas pancaran dari setiap permukaan dari
suhu yang lebih tinggi dan ia akan kehilangan panas atau memancarkan panas kepada
setiap obyek atau permukaan memiliki suhu lebih rendah  dari tubuh manusia itu.
Panas pancaran yang diperoleh atau hilang, tidak dipengaruhi oleh gerakan udara, juga
tidak oleh suhu udara antara permukaan-permukaan atau obyek-obyek
yang memancar, sehingga radiasi dapat terjadi di ruang hampa. Proses pertukaran
pans melalui radiasi terjadi antara tubuh manusia dan sekelilingnya ( dinding, benda
mati, manusia ), dalam dua aah sepanjang waktu. Perpindahan panas tergantung dari
perbedaan temperature diantara kulit dan medium yang berdekatan denagn kulit.
Jumlah panas  radian yang hilang dalam sehari oleh seseorang ( berpakaian
lengkap/sempurna) sangat bervariasi . Rata-rata panas yang hilang sebesar 1000-1500
Kcal/hari, atau 40-60% dari total panas yang hilang dari tubuh manusia dalam sehari.

Radiasi
Pertukaran Panas Total
Faktor fisik yang menentukan ( decisive ) terjadinya proses pertukaran panas tubuh
manusia dan lingkungan sekitarnya :
1. Temperature Udara ( pertukaran panas melalui proses konveksi )
2. Aliran Udara ( konveksi )
3. Temperature yang berdekatan dengan tubuh manusia, seperti dinding, plafon, floor,
dll ( pertukaran panas secara radiasi )
4. Kelembaban udara relatif  ( hilangnya panas karena evaporasi keringat )
Human Thermal Simulation

KENYAMANAN SUHU ( Thermal Comfort )


Kenyamanan suhu terdiri dari dasar fisiologi suatu kenyaman,efek sampingan dari suatu
ketidak nyamanan,daerah temperatur secara fisiologi,rentang temperatur yang
nyaman,empat faktor klimatik dan kenyamanan

ketidaknyamanan merupakan suatu proses biologi yang sederhana untuk semua jenis
mahluk yang berdarah panas untuk menstimulasi agar melakukan suatu langkah utama
untuk meretorasi kembali suatu proses pertukaran pana yang benar. ketidaknyamanan
akan mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh
manusia.

jika seseorang ditempatkan pada suatu ruangan dan diberikan temperatur yang
berbeda maka akan terjadi rentang pertukaran panas yang menyatakan kondisi tubuh
dalam keadaan setimbang karena dalam rentang ini pertukaran panas akan dapat
dijaga dengan mengalirnya darah keseluruh organ tubuh. rentang temperatur dimana
manusia merasakan kenyamanan adalah sangat bervariasi bergantung pada,pertama
dari jenis pakaian yang dipakai,kedua dari aktivitas fisik yang telah dilakukan

Basaria Talarosa dalam abstraksi yang dimuat dalam Jurnal Sistem Teknik Industri
Volume 6, No. 3 Juli 2005, yang berjudul “ Menciptakan kenyamanan thermal dalam
bangunan”, menulis :
Secara geografis Indonesia berada dalam garis khatulistiwa atau tropis, namun secara
thermis (suhu) tidak semua wilayah Indonesia merupakan daerah tropis. Daerah tropis
menurut pengukuran suhu adalah daerah tropis dengan suhu rata-rata 20oC,
sedangkan rata-rata suhu di wilayah Indonesia umumnya dapat mencapai 35oC dengan
tingkat kelembaban yang tinggi, dapat mencapai 85% (iklim tropis panas lembab).
Keadaan ini terjadi antara lain akibat posisi Indonesia yang berada pada pertemuan dua
iklim ekstrim (akibat posisi antara 2 benua dan 2 samudra), perbandingan luas daratan
dan lautannya, dan lain-lain. Kondisi ini kurang menguntungkan bagi manusia dalam
melakukan aktifitasnya sebab produktifitas kerja manusia cenderung menurun atau
rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman seperti halnya terlalu dingin atau terlalu
panas. Suhu nyaman thermal untuk orang Indonesia berada pada rentang suhu 22,8°C
- 25,8°C dengan kelembaban 70%. Langkah yang paling mudah untuk mengakomodasi
kenyamanan tersebut adalah dengan melakukan pengkondisian secara mekanis
(penggunaan AC) di dalam bangunan yang berdampak pada bertambahnya
penggunaan energi (listrik). Cara yang paling murah memperoleh kenyamanan thermal
adalah secara alamiah melalui pendekatan arsitektur, yaitu merancang bangunan
dengan mempertimbangkan orientasi terhadap matahari dan arah angin, pemanfaatan
elemen arsitektur dan material bangunan, serta pemanfaatan elemen-elemen lansekap.

Sejalan dengan teori Humphreys dan Nicol, Lipsmeier (1994) menunjukkan beberapa
penelitian yang membuktikan batas kenyamanan (dalam Temperatur Efektif/TE)
berbeda-beda tergantung kepada lokasi geografis dan subyek manusia (suku bangsa)
yang diteliti seperti pada tabel di bawah ini:

Menurut penelitian Lippsmeier, batas-batas kenyamanan manusia untuk daerah


khatulistiwa adalah 19°C TE (batas bawah) – 26°C TE (batas atas). Pada temperatur
26°C TE umumnya manusia sudah mulai berkeringat. Daya tahan dan kemampuan
kerja manusia mulai menurun pada temperatur 26°C TE – 30°C TE. Kondisi lingkungan
yang sukar mulai dirasakan pada suhu 33,5°C TE– 35,5 °C TE, dan pada suhu 35°C TE
– 36°C TE kondisi lingkungan tidak dapat ditolerir lagi. Produktifitas manusia cenderung
menurun atau rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman seperti halnya terlalu
dingin atau terlalu panas. Produktifitas kerja manusia meningkat pada kondisi suhu
(termis) yang nyaman (Idealistina , 1991).

Berbagai penelitian kenyamanan suhu yang dilakukan di daerah iklim tropis basah,
seperti halnya Mom dan Wiesebron di Bandung, Ellis, de Dear di Singapore, Busch di
Bangkok, Ballabtyne di Port Moresby, kemudian Karyono di Jakarta, memperlihatkan
rentang suhu antara 24_C hingga 30_C yang dianggap nyaman bagi manusia yang
berdiam pada daerah iklim tersebut.
Sementara itu, Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada
Bangunan Gedung yang diterbitkan oleh Yayasan LPMB-PU membagi suhu nyaman
untuk orang Indonesia atas tiga bagian sebagai berikut:

Basaria, menyimpulkan bahwa bukanlah hal yang mustahil untuk menciptakan


kenyamanan termal di dalam bangunan walaupun Indonesia memiliki iklim yang berada
di atas garis kenyamanan suhu tubuh. Arsitek hanya perlu memberikan perhatian yang
‘lebih’ terhadap penyelesaian masalah iklim ini.

Kondisi ideal yang harus dibuat untuk menciptakan bangunan nyaman secara termal
adalah sebagai berikut:
                        a. Teritis atap/Overhang cukup lebar

                        b. Selubung bangunan (atap dan dinding) berwarna muda (memantulkan

cahaya)
                        Terjadi Ventilasi Silang

                        c. Bidang –bidang atap dan dinding mendapat bayangan cukup baik

d. Penyinaran langsung dari matahari dihalangi (menggunakan solar shading devices)


untuk menghalangi panas dan silau.
Semoga  artikel ini bermanfaat dalam  merancang stasiun kerja yang ideal bagi 
manusia. 
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai