Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK

Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Anak I

Dosen pengampu: Ns. Herlina, M.Kep, Sp.Kep.An

Disusun oleh:
Jihan Almira (1810711036)
Gabriell Regina Solagracia Massie (1810711064)
Della Yunita (1810711066)
Ezzah Najlalya (1810711075)
Elfrida Juniartha (1810711093)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
S1 KEPERAWATAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun) terbesar
didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena diare. Diare sering
kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta
menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia setiap
tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab
kematian ke 2 terbesar pada balita,
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dari Kementerian Kesehatan, tingkat
kematian bayi berusia 29 hari hingga 11 bulan akibat diare mencapai 31,4 persen. Adapun pada
bayi usia 1-4 tahun sebanyak 25,2 persen. Bayi meninggal karena kekurangan cairan tubuh.
Diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah
menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi. Kematian akibat penyakit diare di
Indonesia juga terukur lebih tinggi dari pneumonia (radang paru akut) yang selama ini
didengungkan sebagai penyebab tipikal kematian bayi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi diare?
2. Apa yang menyebabkan diare pada anak?
3. Apa tanda dan gejala diare pada anak?
4. Bagaimana proses terjadinya diare pada anak?
5. Pemeriksaan apa saja untuk menunjang terjadinya diare pada anak?
6. Bagaimana cara menangani diare pada anak?
7. Bagaimana asuhan keperawatan untuk menangani diare pada anak?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi diare.
2. Mengetahui penyebabkan diare pada anak.
3. Mengetahui tanda dan gejala diare pada anak.
4. Mengetahui proses terjadinya diare pada anak.
5. Mengetahui pemeriksaan apa saja untuk menunjang terjadinya diare pada anak.
6. Mengetahui cara menangani diare pada anak.
7. Mengetahui asuhan keperawatan untuk menangani diare pada anak.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Diare adalah peradangan pada mukosa lambung dan usus halus yang menyebabkan
meningkatnya frekuensi bab dan berkurangnya konsistensi feses. Diare merupakan penyakit
yang ditandai dengan frekuensi yang lebih dari biasa ( > 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah dan lendir.

B. Etiologi

1. Diare Akut
Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri maupun adanya infeksi.
a. Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli dan Salmonella serta
Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile dapat diberikan terapi antibiotik.
b. Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis) yang paling sering.
c. Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus urinarius dan
pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan, antibiotik, toksin yang teringesti,
iriitable bowel syndrome, enterokolitis, dan intoleransi terhadap laktosa.
d. Malabsorpsi
e. Kelainan Mekanik atau penyakit sistemik
2. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini:
a. Sindrom malabsorpsi
b. Defek anatomis
c. Reaksi alergik
d. Intoleransi laktosa
e. Respons inflamasi
f. Imunodefisiensi
g. Gangguan motilitas
h. Gangguan endokrin
i. Parasit
j. Diare nonspesifik kronis
3. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi, penyakit kronis,
penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi atau higiene buruk, pengolahan dan
penyimpanan makanan yang tidak tepat.
a. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam
saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa
intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya
perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi
intestinal dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan
menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami
iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak.
2) Infeksi bakteri: oleh bakteriVibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas
3) Infeksi virus: oleh virus Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, poliomyelitis),
Adenovirus, Ratavirus, Astrovirus.
4) Infestasi parasit: oleh cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida
albicans).
5) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti
Otitis media akut (OMA),Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,Ensifalitis, keadaan
ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik
meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
1) Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (Intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa),
munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
tersering ialah intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan dapat terjadi
peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk
menyerap makanan seperti makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang dapat mempengaruhi
proses penyerapan makanan seperti : rasa takut dan cemas.

C. Tanda dan Gejala

1. Dehidrasi

2. Pernafasan cepat dan dalam

3. Syok hipovolemik

4. Turgor kulit jelek

5. Kelemahan

6. Sel sertia

7. Demam
8. Nyeri, pusing

9. Peningkatan suhu tubuh

10. Kejang

D. Komplikasi

1. Dehidrasi Hiponatremik
Diare menyebabkan kehilangan sejumlah besar air dan elektrolit terutama natrium
dan kalium. Pada sekitar 70% penderita, kehilangan air dan natrium sebanding sehingga
terjadi dehidrasi isonatremik. Dehidrasi hiponatremik dijumpai pada sekitar 10-15%
penderita diare. Hal ini terjadi bila sejumlah besar elektrolit, terutama natrium, hilang dari
tinja melebihi kehilangan cairan. Hiponatremia dapat diperberat atau ditimbulkan bila
selama masa diare diberikan sejumlah besar masukan cairan rendah atau bebas elektrolit
peroral.
2. Dehidrasi Hipernatremik
Hilangnya sejumlah lebih besar air disbanding kehilangan elektrolit mengakibatkan
dehidrasi hipernatremik. Hal ini dapat dijumpai sekitar 15-20% penderita diare dan dapat
terjadi bila selama diare diberikan larutan elektrolit rumah tangga dengan konsentrasi garam
tinggi, atau bayi diberikan susu skim mendidih yang menimbulkan beban solut ginjal yang
tinggi dan peningkatan kehilangan urin. Potensi terjadinya hipernattremia juga meningkat
bila ada demam, suhu lingkungan yang itnggi dan hiperventilasi. Semua hal tersebut
meningkatkan kehilangan air melalui evaporasi secara bermakna, serta penurunan
kemampuan mendapatkan air bersih yang bebas
E. Patofisiologi
F. Penatalaksanaan Medis
Prisip penatalakanaan diare, yaitu cairan, seng, nutrisi,antibiotic, yang tepat dan eddukasi :

a. Cairan
Diare cair membutuhkan pengganti cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Jumlah
cairan yang diberi harus sama dengan jumlah yang telah hilang melalui diare dan atau
muntah, ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urine, pernapasan,
dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih
terus berlangsung. Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing-
maing anak atau golongan umur.
1) Tanpa dehidrasi
 Cairan rehidrasi oral (CRO) dengan menggunakan New Oralit diberikan 5-
10ml/kg BB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur <1tahun
sebanyak 50-100 mL, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200mL dan umur di atas
5 tahun semuanya. Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan
anak . ASI harus diberikan.
2) Dehidrasi Ringan-Sedang
 Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75ml/kgBB
dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telag terjadi dan
sebanyak 5-10 ml/kgBB setiap diare cair.
 Rehidrasi parenteral (intratena) diberikan apabila anak muntah setiap diberi
minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau
melalui NGT. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer laktat atau
KaLEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat
badan.
 Berat badan 3-10kg : 200 ml/kgBB/hari
 Berat badan 10-15 kg : 175 ml/kgBB/hari
 Berat badan >15 kg : 135 ml/kgBB/hari
3) Dehidrasi Berat
Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer asetat
100ml/kgBB dengan cara pemberian :
 Umur kurang dari 12 bulan : 30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan
70 ml/kgBB dalam 5 jam berikutnya.
 Umur diatas 12 bulan : 30 ml/kgBB dalam 1/2jam pertama, dilanjutkan 70
ml/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya.
 Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum,
dimulai dengan 5ml/kgBB selama proses rehidrasi.
b. Seng
Seng terbuktisecara alamiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang air besar dan
volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Seng Zinc
elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare.
Cara pemberian obat Zinc :
1) Pastikan semua anak yang menderita diare mendapatkan obat zinc selama 10 hari
berturut-turut.
2) Dosis obat zinc (1tablet = 20mg)
 Umur <6 bulan : ½ tablet/hari.
 Umur >6 bulan : 1tablet/hari.
3) Lanjutkan tablet dalam satu sendok air matang atau ASI (tablet mudah larut 30detik),
segera berikan kepada anak.
4) Bila anak muntah sekitar setengah jam pemberian obat zinc, ulangi pemberian
dengan cara memberikan potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga satu
dosis penuh.
5) Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan obat
zinc segera setelah anak bias minum atau makan.
c. Nutrisi
Makanan harus diberikan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk
pada status bayi. Agar pemberian diet pada anak dengan diare akut dapat memenuhi
tujuannya, serta memperhatikan factor yang mempengaruhi gizi anak, maka diperlukan
persyaratan diet sebagai berikut yakni pasien segera diberikan makanan oral setelah
rehidrasi yakni 24 jam pertama, maknan cukup energy dan protein, makanan diberikan
dalam porsi kecil dengan frekuensi sering. Pemberian ASI diutamakan pada bayi, pemberian
cairan dan elektolit sesuai kebutuhan, pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang
cukup.

d. Medikamentosa
Antibiotic dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, obat-obat anti diare meliputi
antimotilitas seperti loperamid, difenoksilat, opium, anti muntah termasuk prometazin dan
kloropomazin. Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dibagi
menjadi tiga yaitu rencana terapi A, B, dan C yang diuraikan sebagai berikut :

Rencana Terapi A
Rencana terapi A digunakan untuk mengatasi diare tanpa dehidrasi, meneruskan terapi diare
di rumah, memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi. Cairan rumah tangga yang
dilanjutkan dengan oralit, makanan cair.
Kebutuhan oralit per kelompok umur
Umur 3jam pertama/tidak haus/sampai tidak gelisah Selanjutnya tiap kali
(tahun) lagi mencret
<1 1 ½ gelas ½ gelas
1-5 3 gelas 1 gelas
>5 6 gelas 3 gelas

Rencana Terapi B
Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat ringan dan sedang (tanda-gejala: gelisah,
rewel, ingin minum terus, ada rasa haus, turgor kulit tidak elastis) dengan cara 3 jam
pertama diberikan 75 ml/kgBB.
Jumlah oralit yang diberikan pada 3 jam pertama
Umur 4 bulan 4-12 bulan 12-25 bulan 2-5 tahun
Berat Badan <6 kg 6-10kg 10-12 kg 12-19kg
Jumlah cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400

Rencana Terapi C
Rencana terapi c digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat berat, yaitu apabila
terdapat dua tanda atau lebuh : lesu, lunglai/tidak sadar, mata cekung, malas minum.
Pertama-tama berikan cairan intravena, nilai setelah 3jam. Jika keadaan anak sudah cukup
baik maka berikan oralit. Setelah 1-3jam berikutnya nilai ulang anak dan pilihlah rencana
pengobatan yang sesuai.

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Rusepno (2005: 286), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien diare
adalah:

1. Kultur tinja
2. Analisa tinja
 Makroskopis dan mikroskopis: untuk menentukan diagnosa pasti
 PH dan kadar gula darah tinja
 Uji bakteri: untuk mengetahui penyebab dengan pembiakan
3. Pemeriksaan lab
 Pemeriksaan darah: untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah sel darah putih
 Pemeriksaan darah tepi
4. Analisa gas darah/elektrolit
5. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin: untuk mengetahui faal ginjal
6. Pemeriksaan elektronik terutama kadar natrium, kalium dan fosfat dalam serum (terutama
pada penderita diare yang disertai kejang)
7. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum: untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif, terutama dilakukan pada diare kronik

H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE

a) DIAGNOSA
1. Diare b.d proses infeksi pada mukosa lambung dan usus
2. Kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d kehilangan cairan aktif
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
4. Hambatan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit

b) INTERVENSI
No. Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi keperawatan
keperawatan
1. diare b.d proses 1) Pola eliminasi  Kaji penyebab
infeksi pada kembali normal (1- yang
mukosa lambung 2 hari) mempengaruhi
dan usus 2) Konsistensi bab  Observasi bising
lembek usus, abdomen ,
Do : 3) Bab 1-2x/hari bab
 Diare >3x/hari  Ukur intake –
 Bising usus output pershift
>30x/menit  Hentikan makanan
 Bab berubah padat
warna dan  Tingkatkan
encer masukan cairan
Ds :  Hindari makanan
 Diare >3x/hari dan minuman yang
 Perut mules merangsang
 Motivasi klien
untuk
meningkatkan
asupan cairan
 Beri penyuluhan
upaya pencegahan
diare
 Kolaborasi dengn
dokter untuk terapi
2. Kekurangan 1) Kebutuhan cairan  Kaji dan observasi
volume cairan dan dan elektrolit kekurangan cairan
elektrolit b.d terpenuhi (1-2 hari) dan elektrolit :
kehilangan cairan 2) Intake-output muntah, diare,
aktif seimbang demam
3) Turgor kulit elastis  Monitor tada-tanda
Do : 4) Membrane mukosa dehidrat :
 Diare >3x/hari lembab penurunan
 Mual muntah 5) Kadar elektrolit kesadaran,
 Turgor tidak dalam batas normal takikardi, tensi
elastis dan 6) Tanda vital dalam turun, anuria,
mukosa bibir batas normal keadaan
kering kulit/turgor
 Ubun-ubun dan  Rencanakan dan
mata cekung berikan asupan
 Elektrolit tidak cairan sesuai
seimbang kebutuhan
 Output urine <  Monitor dan ukur
0,5 cc/kg intake-output tiap
BB/menit shift
 Anak rewel  Pantau kadar
elektrolit darah
Ds :  Kolaborasi dengan
 Diare >3x/hari dokter untuk
 Haus dan lemas pemberian terapi
dan pemeriksaan
laboratorium
3. Ketidakseimbangan 1) Kebutuhan nutrisi  Tentukan
nutrisi: kurang dari terpenuhi (1-2 hari) kebutuhan kalori
kebutuhan tubuh 2) Tidak terjadi harian yang
b.d penurunan berat realistis dan
ketidakmampuan badan adekuat, k/p
mengabsorpsi 3) Mual dan muntah konsulkan pada
nutrient (-) ahli gizi
4) Selera makan  Jelaskan
Do : meningkat pentingnya nutrisi
 Penurunan 5) Makan sesuai porsi yang adekuat
berat badan  Ciptakan suasana
 Muntah, diare yang
 Makan tidak membangkitkan
habis/tidak mau selera makan :
sajian dalam
Ds : keadaan hangat,
 Tidak selera suasana tenang,
makan lingkungan yang
 mual bersih
 Pertahankan
kebersihan mulut
sebelum dan
sesudah makan
 Anjurkan klien
yang mengalami
penurunan nafsu
makan untuk
makan kapan saja
bila ditoleransi,
makan dalam porsi
kecil tapi sering
 Pantau asupan
makan klien
 Kolaborasi dengan
dokter untuk terapi
medis dan
pemeriksaan
laboratorium
Hambatan rasa 1) Posisi yang  Gunakan
nyaman b.d gejala nyaman pendekatan yang
terkait penyakit 2) Gelisah tidak ada tenang dan
3) Tidak ada nyeri di meyakinkan
Do : anus  Berada di sisi klien
 Merasa tidak 4) Mual & muntah (-) untuk
nyaman 5) Diare (-) meningkatkan rasa
 Tidak rileks aman dan
 Merintih mengurangi
 Gelisah ketakutan
 Menangis  Berikan aktifitas
pengganti yang
Ds: bertujuan
 Gelisah mengurangi
 Tidak nyaman tekanan
 Sakit di daerah  Dukung istirahat
anus tidur untuk
 Mual & muntah membantu
penurunan nyeri
 Kolaborasi dengan
pasien, orang
terdekat dan timkes
untuk memilih
tindakan
penurunan nyeri
nonfarmakologi
sesuai kebutuhan
 Kolaborasikan dg
dokter pemberian
obat-obatan
penurun nyeri yang
adekuat
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan frekuensi yang lebih dari biasa ( > 3
kali/hari ) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah dan lendir.
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti
di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 di Indonesia, diare
adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan setiap
100.000 balita meninggal karena diare. Prevalensi diare dalam Riskesdas 2013, diare tersebar di
semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu
16,7%. Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama yaitu
8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan. Diare akut dapat disebabkan karena adanya
bakteri, nonbakteri maupun adanya infeksi
B. Saran
Diharapkan makalah dapat bermanfaat bagi pembaca dan makalah ini dapat dimengerti serta
dapat memperluas wawasan tentang diare serta asuhan keperawatan pada anak dengan diare.
Kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk kemajuan makalah ini karena makalah
ini sangat jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Alvin.2000. .Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.1.Jakarta : EGC

Fahrunnisa dan Arulita Ika Fibriana. 2017. PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA
KALENDER “PINTARE” (PINTAR ATASI DIARE). Journal of Health Education. 2(1

Heryani, Reni. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bay, Balita, Dan Anak Pra Sekolah.
Jakarta : CV. Trans Info Media

Nugroho, Taufan. Buku Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam

Rusepno. 2005. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, jilid I. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta: Trenggalek.

Susana Surya Sukut, Yuni Sufyanti Arif, dan Nuzul Qur'aniati. 2015. Faktor Kejadian Diare pada
Balita dengan Pendekatan Teori Nola J. Pender di IGD RSUD Ruteng. Jurnal Pediomaternal.
3(2)

Anda mungkin juga menyukai