Firani Zofiroh
The Faculty of Teacher Training and Education Sebelas Maret University
ABSTRAK
2. METODOLOGI
3. PEMBAHASAN
Dalam menggunakan layanan penerbangan, biasanya ada tarif
penerbangan atau tarif yang digunakan untuk transportasi udara yang
merupakan biaya yang harus ditanggung oleh penumpang. Konsumen
biasanya cenderung lebih memilih untuk membeli atau membayar pada
tarif yang relatif lebih menguntungkan dirinya atau bisa dibilang tarif
yang lebih murah. Pada umumnya mereka jarang sekali memperhatikan
hal-hal yang berkenaan dengan kelebihan-kelebihan dari suatu produk
maupun jasa, melainkan mereka hanya mencari tarif yang mempunyai
perbedaan yang menurut mereka memberikan keuntungan bagi mereka
atau bisa dibilang mereka akan akan mencari tarif dengan perbedaan
yang cukup tinggi atau cukup signifikan. Hingga saat ini, kebanyakan
dari para pelanggan atau Customer yang memiliki pendapatan cukup
rendah adalah konsumen yang sangat memperhatikan harga dalam
mengambil suatu keputusan. Maksudnya secara statistik ternyata
terbukti bahwa favorable price difference akan mengakibatkan
kepuasan penumpang dan terbukti pula bahwa unfavorable price
difference akan mengakibatkan ketidakpuasan penumpang.
Data berikut diperoleh dari Badan Pusat Statistik, dalam grafik di atas
dapat dilihat bahwa sebenarnya pertumbuhan transportasi udara sudah
mengalami perlambatan dari tahun 2018, sempat meningkat dari 9.37% ke
9.58%, namun setelah itu turun drastis ke 2.27% masih di tahun yang sama
yaitu 2018, setelah dari penurunan yang sangat drastis itu, pertumbuhan
transportasi udara kembali mengalami kenaikan, namun sayangnya
kenaikan yang dialami tidak begitu signifikan, dan pada akhirnya di tahun
2019 ini transportasi udara mengalami penurunan yang sangat drastis
kembali melebihi penurunan drastis yang terjadi di tahun 2018. Penurunan
yang terjadi bahkan hingga ke titik minus 10,15% (-10,15%).
Dikutip dari Indonesiainside.id, dikatakan oleh Tenaga Analisis
Kemenko Perekonomian bahwa transportasi udara ternyata memang sudah
cenderung mengalami perlambatan pertumbuhan di 2018, dan penurunan
pertumbuhan pada Kuartal pertama (Q1) di tahun 2019 cukup
memprihatinkan yakni hingga mencapai -10,15%. Kemenko Perekonomian
pun mencatat permintaan yang tinggi harga mengakibatkan tiket pesawa
mulai naik sejak menjelang natal 2018 dan menjelang tahun baru 2019, dan
harga pun sebenarnya sudah sempat turun di Bulan Januari 2019 namun
sangat disayangkan harga pun kembali “mahal” hingga saat ini.
Dikutip dari Liputan6.com, dikatakan oleh Peneliti Center for
Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman bahwa salah satu
faktor yang sangat berperan dalam melambatnya pertumbuhan ekonomi di
Indonesia yakni dikarenakan adanya kenaikan harga tarif penerbangan/tiket
pesawat, menurutnya harga tarif penerbangan yang cukup tinggi ini
sangatlah perlu untuk segera diatasi. Sektor transportasi udara ini tidak
hanya berperan sebagai pendorong mobilitas masyarakat antar daerah
kepulauan di dalam suatu negara kepulauan seperti Indonesia ini, namun
juga sangat berperan dan sama pentingnya terhadap sektor pariwisata di
Indonesia.
Menurut Peneliti Center for Indonesia (CIPS) Assyifa Szami Ilman
mengatakan bahwa pertumbuhan PDRB di Bali dan Nusa Tenggara masih
berada di bawah capaian nasional padahal kedua daerah tersebut merupakan
daerah yang notabenenya menjadi destinasi atau tujuan utama pariwisata
saja ternyata memiliki tingkat pertumbuhan sebesar 4,64%. Kenaikan tiket
pesawat ini tentunya memiliki hubungan terhadap performa sektor
pariwisata.
Menurut Tempo.co, terdapat hal yang menjadi kekhawatiran bagi Bank
Indonesia perwakilan Provinsi Riau. Hal yang dikhawatirkan tersebut tidak
lain adalah tarif pesawat yang tinggi dan mengalami kenaikan yang
signifikan ini akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi di suatu daerah,
khususnya seperti industri yang memiliki korelasi langsung dengan
transportasi udara. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia atau BI
Provinsi Riau mengutarakan bahwa kenaikan tarif penerbangan ini akan
nantinya dapat berdampak pada industri seperti logistik dan juga industri
perdagangan elektronik (E-Commerce).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau juga
mengatakan bahwa Bank Indonesia sudah mengetahui bahwa ternyata tarif
transportasi menjadi salah satu penyumbang inflasi terbesar bagi inflasi
Riau sejak bulan Desember tahun 2018.
Berikut adalah data pembatalan penerbangan yang dialami oleh
beberapa maskapai penerbangan yang berasal dari Indonesia.
4. KESIMPULAN.