PENDAHULUAN
Paleontologi merupakan salah satu dari cabang ilmu geologi. Paleontologi itu
sendiri berasal dari kata paleo yang artinya masa lalu atau lampau, onto artinya
kehidupan dan logos artinya ilmu, jadi paleontologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang sejarah kehidupan bumi, termasuk didalamnya hewan, tumbuhan yang hidup
pada zaman lampau dan telah menjadi fosil. Pada mata kuliah ini akan dibahas
beberapa fosil invertebrata yang berasal dari beberapa filum dua diantaranya adalah
untuk bisa mendeskripsikan setiap fosil dan mengeidentifikasi fosil dari filum
Protozoadan Bryozoa. Maka dari itu diadakannya praktikum ini sehingga dapat
Protozoadan Bryozoa.
fosil dari filum Protozoa dan Bryozoa, serta dapat mengetahui ciri khusus yang ada
TINJAUAN PUSTAKA
Fosil berasal dari kata fossilis atau forderer yang artinya menggali atau sesuatu
yang digali.Fosiladalah sisa-sisa organisme yang telah menjadi batu dan harus
alamiah, pada umumnya padat /kompak/keras, dan berumur lebih dari 11.000 tahun.
1. Organisme atau sisa kehidupannya harus tertutup dengan segera oleh sedimen,
2. Organisme atau sisa kehidupannya harus berada pada kondisi dimana tidak
3. Memiliki rangka yang kuat atau keras, berbahan dasar carbon, silika, aragonit,
khitin, dll.
Selain 3 syarat utama tadi, banyak juga faktor lain yang mempengaruhi proses
1. Lingkungan atau lokasi pengawetan fosil dan keadaan lapisan sedimen yang
membungkus fosil itu sendiri, contohnya seperti kasar atau halusnya butiran
sedimen penutup.
2. Organisme yang mati tidak boleh terkena proses perusak seperti oksidasi-
penimbunan hewan atau tumbuhan dalam sedimen, yang terakumulasi & mengalami
seperti:
a. Silika (SiO2), berasal dari ledakan gunung api, dapat berupa abu. Jika
b. Kolofan, zat yang terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3), sulfat (SO4) dan
air (H2O). Proses pemfosilan oleh kolofan sama seperti yang terjadi pada
c. Kalsium karbonat (CaCO3), zat yang berasal dari kapur yang terlapukkan
dan terlarut dalam air yang bercampur dengan bagian keras dari suatu
maupun kompresi sehingga komponen gas dan air dalam tubuhnya hilang dan
a. Destilasi, proses dimana sutu tumbuhan atau bahan organik lainnya yang
lapisan tanah, maka air dan gas yang terkandung dalam suatu organisme
organisme oleh mineral yang lebih tahan terhadap prose pelapukan. Meski
material yang menyusun organisme telah digantikan oleh mineral, struktur sel
mikroskop.
4. Proses mineralisasi dapat terjadi dengan tiga cara, yaitu:
menjadi mineral yang lebih stabil. Perubahan ini terjadi karena atom-atom
berubah.
terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau oksida besi. Maka, unsur-
dan digantikan oleh mineral yang lain. Selama proses ini, volume dan
mengalami perubahan.
material lunak dan meninggalkan tapak yang sangatlah jelas disebut track.
8. Fake fosil, fosil rekayasa yang sengaja dibentuk oleh manusia sebagai
peraga.
tersebut.
10. Gastrolit, batu yang permukaannya halus yang ditemukan di dalam badan
2.4. Protozoa
digambarkan sebagai organisme mirip hewan karena dapat bergerak dan mengambil
juga berfungsi sebagai alat untuk menangkap mangsa. Kaki semu tersebut merupakan
penjuluran protoplasma sel. Habitatnya di air tawar atau air laut, di tempat basah atau
Gambar 3.1Rhizopoda
Rhizopoda yang mudah diamati adalah Amoeba. Bentuk tubuh Amoeba tidak
tetap. Bagian luar tubuhnya terdapat membran sel yang berfungsi sebagai pelindung
isi sel, pengatur pertukaran zat atau gas, penerima rangsang kimia dari lingkungan,
dan sebagai alat gerak dengan cara membentuk pseudopodia. Bagian dalam tubuh
Amoeba terdapat sitoplasma. Sitoplasma pada Amoeba dapat dibedakan menjadi dua,
beredar di dalam sitoplasma. Pada saat itu, makanan dicerna dan sari makanan masuk
dalam sitoplasma.
2. Filum Actinopoda
Actinopoda mempunyai pseudopodia ramping dan menyebar yang disebut
3. Filum Foraminifera
Foraminifera memiliki cagkang yang terdiri dari zat kapur dan silika. Cangkang
Gerakan organisme ini sangat lambat. Hidupnya di laut dan menempel di bebatuan
Gambar 3.3Foraminifera
batuan sedimen laut. Hal ini dikarenakan cangkang Foraminifera ditemukan di semua
lapisan batuan. Rangka Foraminifera yang telah mati akan mengendap di dasar laut
dan dalam waktu yang lama akan hancur menjadi tanah globigerina. Berikut ini
air tawar atau air laut dan tempat basah atau parasit dalam tubuh hewan dan manusia.
Kebanyakan Zooflagellata hidup soliter, tetapi ada yang berkoloni. Ada Zooflagellata
yang hidup bersimbiosis dan ada yang hidup sebagai parasit dalam tubuh hewan atau
Myxotricha yang hidup di dalam usus rayap. Spesies ini menghasilkan enzim selulase
yang berguna untuk mencerna selulosa dalam kayu yang dimakan rayap. Contoh
Zooflagellata yang bersifat parasit dan dapat mengakibatkan penyakit sebagai berikut.
Gambar 3.4Zooflagellata
Gambar 3.5Ciliata
Ciliata merupakan Protista bersel satu yang seluruh permukaan tubuhnya
ditumbuhi rambut atau bulu getar (silia) yang berjumlah banyak. Beberapa Ciliata
bentuk tubuh yang tetap, tidak berubah dengan bentuk dasar oval. Habitatnya di
daerah yang mengandung banyak bahan organik dan ada yang hidup sebagai parasit.
bagian mulut dikelilingi silia dan bagian tangkainya melekat pada dasar.
4. Nyctoterus ovalis, merupakan organisme bersel satu yang hidup di dalam usus
kecoak. Organisme ini berbentuk oval dan dapat bergerak karena pada
6. Balantidium coli, sebagai parasit dalam tubuh manusia dan hewan ternak,
Semua anggota filum Sporozoa bersifat parasit dan tidak mempunyai alat gerak
yang spesifik. Pada fase zigot mampu bereproduksi membentuk spora. Contoh
Sporozoa adalah Plasmodium sp. Jenis Sporozoa ini dapat mengakibatkan penyakit
2.5. Bryozoa
Dahulu Bryozoa dianggap oleh masyarakat awam sebagai salah satu jenis
mikroskopis yang hidup berkoloni di perairan. Dalam bahasa Yunani, Bryozoa, bryon
berarti lumut dan zoon berarti hewan. Sehingga Bryozoa dikatakan juga sebagai
sekumpulan hewan yang menyerupai lumut. Selain disebut dengan Bryozoa, hewan
ini biasa disebut juga Polyzoa yang berarti binatang laut atau air tawar yang
membentuk koloni dari zooid dan Ectroprocta yang berarti hewan dengan anus berada
di luar.
Bryozoa dapat ditemukan di laut dan beberapa jenis dapat ditemukan di
perairan dangkal yang subur dan jernih. Bryozoa hidup dengan cara menempelkan
diri pada batu, benda, atau tumbuhan lain yang berada di perairan.
berfungsi sebagai alat penangkap makanan bersuspensi dan terdapat tentakel bersilia
Phylactolaemata adalah salah satu kelas dari filum Bryozoa yang memiliki
bentuk lophophore seperti tapal kuda dan salah satu jenis Bryozoa yang hidup di air
tawar. Selain itu, kelas ini hanya memiliki satu ordo yaitu Plumatellina. Ciri lain yang
a. Memiliki epistoma
Kelas Phylactolaemata membentuk koloni atas bentuk yang sama. Hal ini
Gymnolaemata adalah kelas yang kedua pada filum Bryozoa. Pada kelas ini
Tidak seperti kelas sebelumnya, kelas ini tidak memiliki epistoma dan tidak berotot
pada dinding tubuhnya. Selain itu, saat membentuk koloni kelas Gymnolaemata
cenderung memiliki bentuk yang beragam. Hewan ini terdiri lebih dari 3000 spesies
dan kebanyakan hidup di laut. Kelas Gymnolaemata memiliki dua ordo, yaitu
c. Koloni berbentuk lapisan tipis pada batu, cangkang moluska atau ganggang
Contonya : Paludicella (di air tawar) dan Alcyonidium (di air laut)
c. Mempunyai operculum
kelas ini hanya dapat ditemukan di laut dan koloni berbentuk seperti terumbu karang.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1. LKP
2. Pensil
3. Pensil warna
4. Penghapus
5. HCl
sampel fosil. Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan dalam praktikum kali ini
yaitu :
1. Memersipakan kelengkapn praktikum seperti pensil, penghapus, HCl, Pensil
2. Menyiappkan LKP sebagai tempat untuk mencatat hasil deskripsi pada fosil.
3. Sampel fosil.
4. Fosil yang telah disiapkan oleh asisten akan dideskripsi oleh praktikan dengan
cara mengganti fosil lain setelah dilakukan deskripsi pada waktu 5 menit. Setiap
5 menit fosil akan digantikan pada setiap praktikan, sampai telah dideskripsi 8
5. Fosil dideskripsi taksonominya mulai dari filum, kelas, ordo, famili, genus dan
6. Untuk dapat mengetahu bentuk serta bagian-bagian yang tampak pada fosil
maka dilakuakan penggambaran terhadap bagian fosil yang bisa dilihat serta
8. Mengetahui komposisi kimia pada fosil dengan cara meneteskan HCl, apabila
bereaksi maka fosil tersebut mengandung CaCO3, dan apabila tidak bereaksi
4.1. Sampel 1
Sampel dengan nomor peraga 948 ini termasuk dalam Filum Protozoa, dengan
transportasi pada daerah cekungan oleh media geologi berupa air, es dan angin.
sedimen semakin bertambah banyak maka tekanan dari atasakan semakin tinggi
berupa proses mineralisasi, yaitu proses penggantian seluruh bagian tubuh organisme
dengan mineral-mineral lain. Organisme ini lalu mengalami proses litifikasi oleh
adanya bahan-bahan seperti silika, karbonat dan mineral-mineral lainnya. Bahan itu
masuk serta mengisi lubang dan pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati.
Gaya endogen yang bekerja pada lapisan sedimen yang berada dibawah
berupa air, angin ataupun es membuat lapisan sedimen tererosi sehingga fosil yang
Fosil ini memiliki bentuk plate. pada saat ditetesi HCl, fosil ini bereaksi sehingga
dapat disimpulkan bahwa fosil ini berkomposisi kimia CaCO3 dan lingkungan
pengendapannya yaitu Laut dangkal. Dari iniformasi yang didapatkan fosil ini
4.2. Sampel 2
Foto 4.2. Peraga 645
Sampel dengan nomor peraga 645 ini termasuk dalam Filum Coelenterata,
dengan Kelas Anthozoa, Ordo Hexacorallia, Famili Coralinidae, Genus Coral, dan
Spesies Coral limestone. Pada fosil ini tidak sesuai dengan materi praktikum karena
terjadi kesalahan, karena tertukarnya kotak penyimpanan fosil.
Proses pemfosilan dimulai ketika organisme ini mati, kemudian mengalami
transportasi pada daerah cekungan oleh media geologi berupa air, es dan angin.
sedimen semakin bertambah banyak maka tekanan dari atasakan semakin tinggi
berupa proses mineralisasi, yaitu proses penggantian seluruh bagian tubuh organisme
dengan mineral-mineral lain. Organisme ini lalu mengalami proses litifikasi oleh
adanya bahan-bahan seperti silika, karbonat dan mineral-mineral lainnya. Bahan itu
masuk serta mengisi lubang dan pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati.
Stellispongia, dan Spesies Stellispongia glomerata.Pada fosil ini tidak sesuai dengan
fosil.
transportasi pada daerah cekungan oleh media geologi berupa air, es dan angin.
sedimen semakin bertambah banyak maka tekanan dari atasakan semakin tinggi
berupa proses mineralisasi, yaitu proses penggantian seluruh bagian tubuh organisme
dengan mineral-mineral lain. Organisme ini lalu mengalami proses litifikasi oleh
adanya bahan-bahan seperti silika, karbonat dan mineral-mineral lainnya. Bahan itu
masuk serta mengisi lubang dan pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati.
Gaya endogen yang bekerja pada lapisan sedimen yang berada
eksogen berupa air, angin ataupun es membuat lapisan sedimen tererosi sehingga
Fosil ini memiliki bentuk Branching. Pada saat ditetesi HCl, fosil ini tidak
bereaksi sehingga dapat disimpulkan bahwa fosil ini berkomposisi kimia SiO 2 dan
lingkungan pengendapannya yaitu Laut dalam. Dari iniformasi yang didapatkan fosil
4.4. Sampel 4
Sampel dengan nomor peraga 664 ini termasuk dalam Filum Bryozoa, dengan
transportasi pada daerah cekungan oleh media geologi berupa air, es dan angin.
Seiring berjalannya waktu organisme tersebut tertimbun oleh material-material
sedimen semakin bertambah banyak maka tekanan dari atasakan semakin tinggi
berupa proses mineralisasi, yaitu proses penggantian seluruh bagian tubuh organisme
dengan mineral-mineral lain. Organisme ini lalu mengalami proses litifikasi oleh
adanya bahan-bahan seperti silika, karbonat dan mineral-mineral lainnya. Bahan itu
masuk serta mengisi lubang dan pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati.
Gaya endogen yang bekerja pada lapisan sedimen yang berada dibawah
berupa air, angin ataupun es membuat lapisan sedimen tererosi sehingga fosil yang
Fosil ini membentuk bentuk Branching. Pada saat ditetesi HCl, fosil ini bereaksi
sehingga dapat disimpulkan bahwa fosil ini berkomposisi kimia CaCO3 dan
4.5. Sampel 5
Foto 4.5. Peraga 530
Sampel dengan nomor peraga 530 ini termasuk dalam Filum Echinodermata,
Genus Lepidocentrus, dan Spesies Lepidocentrus mülleri . Pada fosil ini tidak sesuai
penyimpanan fosil.
transportasi pada daerah cekungan oleh media geologi berupa air, es dan angin.
sedimen semakin bertambah banyak maka tekanan dari atasakan semakin tinggi
berupa proses mineralisasi, yaitu proses penggantian seluruh bagian dari tubuh
Gaya endogen yang bekerja pada lapisan sedimen yang berada dibawah
berupa air, angin ataupun es membuat lapisan sedimen tererosi sehingga fosil yang
Fosil ini memiliki bentuk Plate. Pada saat ditetesi HCl, fosil ini bereaksi
sehingga dapat disimpulkan bahwa fosil ini berkomposisi kimia CaCO3 dan
4.6. Sampel 6
Sampel dengan nomor peraga 89 ini termasuk dalam Filum Bryozoa, dengan
transportasi pada daerah cekungan oleh media geologi berupa air, es dan angin.
sedimen semakin bertambah banyak maka tekanan dari atasakan semakin tinggi
Gaya endogen yang bekerja pada lapisan sedimen yang berada dibawah
berupa air, angin ataupun es membuat lapisan sedimen tererosi sehingga fosil yang
Fosil ini memiliki bentuk Plate. Pada saat ditetesi HCl, fosil ini bereaksi
sehingga dapat disimpulkan bahwa fosil ini berkomposisi kimia CaCO3 dan
lingkungan pengendapannya yaitu Laut dangkal. Dari informasi yang didapatkan fosil
4.7. Sampel 7
Foto 4.7. Peraga 90
Sampel dengan nomor peraga 90 ini termasuk dalam Filum Bryozoa, dengan
transportasi pada daerah cekungan oleh media geologi berupa air, es dan angin.
sedimen semakin bertambah banyak maka tekanan dari atasakan semakin tinggi
Gaya endogen yang bekerja pada lapisan sedimen yang berada dibawah
berupa air, angin ataupun es membuat lapisan sedimen tererosi sehingga fosil yang
bentuk Plate. Pada saat ditetesi HCl, fosil ini bereaksi sehingga dapat
4.8. Sampel 8
Sampel dengan nomor peraga 766 ini termasuk dalam Filum Colenterata ,
dengan Kelas Anthozoa, Ordo Favostivida, Famili Coenitesidae, Genus Coenites, dan
Spesies Coenites clathratus. Pada fosil ini tidak sesuai dengan materi praktikum
transportasi pada daerah cekungan oleh media geologi berupa air, es dan angin.
sedimen semakin bertambah banyak maka tekanan dari atasakan semakin tinggi
berupa proses mineralisasi, yaitu proses penggantian seluruh bagian dari tubuh
Gaya endogen yang bekerja pada lapisan sedimen yang berada dibawah
berupa air, angin ataupun es membuat lapisan sedimen tererosi sehingga fosil yang
Fosil ini memiliki bentuk Branching. Pada saat ditetesi HCl, fosil ini bereaksi
sehingga dapat disimpulkan bahwa fosil ini berkomposisi kimia CaCO3 dan
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
b) Eukariotik
d) Heterotrof
a) Berkoloni
c) autotrof
3. Pada praktikum ini, pada filum Protozoa ditemukan antara lain Nummulites
millecaput, dan pada filum Bryozoa ditemukan antara lain Pseudohornera bifida,
5.2. Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini adalah :
praktikum.