Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PENGANTAR MANAJEMEN

“Resume bab11 mengelola tim”

KELOMPOK 7

SHARFINA GHASSANI 01011381621150

M. RIAN ZARMI NIKARDO 01011381823141

M.THORIQ HIBAHTULLAH 01011381823158

DOSEN PENGASUH:

DRS. H. M. A. RASYID HS UMRIE, MBA

DRS. YULIANSYAH M DIAH, MM

WITA FARLA WK, SE, MM

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
1.      KELOMPOK DAN PERKEMBANGAN KELOMPOK
Apakah kelompok itu?
            Kelompok (group) didefinisikan sebagai dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling
bergantung yang bekerjasama untuk meraih tujuan tertentu.
Kelompok formal merupakan kelompok kerja yang terbatas pada satu struktur organisasi dan memiliki
rancangan penugasan kerja serta tugas-tugas spesifik yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi.
Kelompok informal merupakan kelompok sosial, terbentuk di tempat kerja dan cenderung berdasarkan
pertemanan serta minat yang sama.

Tahap perkembangan kelompok


1.      Tahap pembentukan (forming)
Fase pertama: ketika orang-orang mulai bergabung dalam kelompok.
Fase kedua   : mendefinisikan tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelompok
2.      Tahap pancaroba/keributan (storming)
Terjadi konflik intrakelompok akibat perselisihan siapa yang berhak mengontrol kelompok dan apa yang
harus dilakukan kelompok.
3.      Tahap penormaan (norming)
Tahap dimana hubungan akrab mulai terjalin dan kelompok mulai menyatu. Semakin kuatnya rasa
identitas dan persahabatan dalam kelompok.
4.      Tahap pelaksanaan (performing)
Struktur kelompok telah ditetapkan dan diterima oleh anggota kelompok. Terjadi penyelesaian tugas
kelompok.
5.      Tahap penundaan (adjourning)
Terjadi pada kelompok yang bersifat temporer. Misal: tim proyek, satuan tugas, atau kelompok sejenis
yang memiliki tugas terbatas.
Pada tahap ini, kelompok bersiap membubarkan diri. Perhatian kelompok difokuskan pada penyelesaian
kegiatan ketimbang pelaksanaan tugas.

2.      KINERJA DAN KEPUASAN KELOMPOK KERJA


Faktor-faktor utama yang menentukan kinerja dan kepuasan kelompok:
a.      Kondisi eksternal yang dibebankan terhadap kelompok
Kondisi tersebut meliputi strategi organisasi, hubungan wewenang, regulasi dan aturan formal,
ketersediaan sumber daya, kriteria pemilihan karyawan, budaya dan system menajemen kinerja, serta tata
letak fisik tempat kerja kelompok tersebut.
b.      Sumber daya anggota kelompok
Sumber daya ini mencakup pengetahuan, keahlian, kemampuan, serta kepribadian, dan semua hal tersebut
sangat menentukan tugas apa yang bisa diemban para anggota dan seefektif apa mereka dalam
mengerjakannya. Kemampuan interpersonal berfungsi mengetahui manajemen resiko dan resolusinya.
c.       Struktur kelompok
Struktur akan membentuk perilaku anggotanya dan mempengaruhi kinerja kelompok. Struktur
menegaskan peran, norma, kesesuaian, sistem status, ukuran kelompok, kesatuan kelompok, dan
kepemimpinan.

Mengelola Angkatan Kerja dalam Keanekaragaman


            Tantangan dalam Mengelola Tim yang Heterogen/Beragam
Empat faktor interpersonal akan menjadi hal utama dalam menjawab tantangan mengoordinasikan tim
kerja yang heterogen. Empat faktor itu adalah pengertian, empati, toleransi, dan komunikasi.
Pengertian: memahami dan menerima perbedaan serta mendorong setiap anggota tim untuk melakukan
hal yang sama.
Empati: pemahaman mengenai sudut pandang orang lain, menempatkan diri dalam posisi anggota tim
yang lain.
Toleransi:  terbuka dan toleran terhadap perbedaan nilai, sikap, dan perilaku.
Komunikasi: komunikasi terbuka dan dua-arah, pembahasan terbuka tentang isu-isu yang berkaitan
dengan anggota tim.

Peran
Dalam hal ini peran adalah pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mengemban suatu posisi
tertentu dalam unit sosial. Konsep peran berlaku bagi seluruh karyawan dan juga kehidupan mereka diluar
organisasi. Dalam suatu kelompok, individu diharapkan untuk melakukan hal-hal tertentu karena posisi
(peran) mereka dalam suatu kelompok, di orientasikan pada penyelesaian tugas atau menjaga kebahagiaan
anggota kelompok.
Norma
Norma merupakan standar atau ekspektasi yang diterima dan dibagi oleh anggota kelompok. Norma
menjabarkan hal-hal seperti tingkat output, absen, ketepatan waktu, dan penguasaan pekerjaan. Norma-
norma organisasi berfokus pada pekerjaan dan kinerja, pakaian, serta loyalitas. Dan yang paling banyak
dianut adalah yang terkait dengan upaya kerja dan kinerja.
Kesesuaian
Penyesuaian diri individu terhadap kelompok yang diikutinya. Kesesuaian juga merupakan pendorong
yang kuat dalam kelompok. Anggota kelompok sering kali ingin dipandang sebagai bagian dari kelompok
dan tidak ingin dianggap berbeda.

Mengelola dalam Dunia Virtual


TI dan Kelompok
Sangat penting bagi anggota kelompok untuk tetap berkomunikasi dan berkolaborasi dimana informasi
merupakan hal yang penting untuk melakukan tugas. Teknologi telah memungkinkan komunikasi secara
online dan kolaborasi yang lebih baik dalam jenis kelompok apa pun. Kini, perangkat kolaboratif online
telah memberikan kelompok kerja cara yang lebih efisien dan efektif untuk menyelesaikan tugas.
Proses Kelompok
Selain sumber daya dan struktur kelompok, faktor lain yang juga menentukan kinerja dan kepuasan
kelompok adalah proses yang terjadi dalam suatu kelompok, seperti komunikasi, pengambilan keputusan,
dan manajemen konflik. Proses ini harus dipahami karena mempengaruhi kinerja dan kepuasan kelompok
secara positif dan negatif.
Dua proses kelompok yang penting adalah pengambilan keputusan kelompok dan manajemen konflik.
1.      Pengambilan Keputusan Kelompok
Keputusan kelompok mempunyai peran penting dikarenakan berfungsi untuk memfomulasikan masalah,
mengembangkan solusi, dan menentukan cara penerapan solusinya.
Keunggulan keputusan kelompok terhadap keputusan individu antara lain adalah dapat menghasilkan
informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap, menghasilkan pengalaman dan perspektif yang beragam.
Selain itu, keputusan kelompopk juga menghasilkan alternatif yang beragam karena memiliki jumlah
informasi yang banyak dan beragam. Selanjutnya keputusan kelompok membuat suatu solusi semakin
diterima. Terakhir, keputusan kelompok menambah legitimasi dimana keputusan kelompok yang
dihasilkan oleh kelompok dapat dianggap lebih pantas ketimbang yang dihasilkan satu orang.
Keputusan kelompok juga memiliki kekurangan. Salah satunya adalah keputusan kelompok selalu
memakan waktu dalam mencari solusi ketimbang secara individu. Kemudian suara minoritas yang vokal
bisa sangat mempengaruhi keputusan final kelompok. Selain itu, pemikiran kelompok juga dapat
melemahkan pemikiran kritis dalam kelompok dan mengancam kualitas keputusan terakhir. Terakhir,
dalam suatu kelompok, para anggota berbagi tanggung jawab, tetapi tanggung jawab tidak dapat
dipastikan.
Menilai apakah suatu kelompok efektif dalam membuat keputusan bergantung pada criteria yang
digunakan ketika menilai efektivitas. Apabila akurasi, kreativitas, dan derajat penerimaan menjadi
penting, maka keputusan kelompok tidak akan berjalan baik. Akan tetapi, apabila lebih dibutuhkan
kecepatan dan efisiensi, maka keputusan individu menjadi jalan terbaik. Selain itu, efektivitas keputusan
juga dipengaruhi oleh ukuran kelompok. Meskipun kelompok yang lebih besar mewakili lebih banyak
gagasan, hal ini menuntut koordinasi dan waktu bagi para anggota untuk menyumbangkan idenya.
Memiliki jumlah anggota yang ganjil dalam kelompok sangat membantu untuk menghindari jalan buntu
ketika mengambil keputusan.
2.      Manajemen Konflik
Selain pengambilan keputusan proses lainnya yang penting adalah bagaimana kelompok menangani
konflik. Konflik merupakan perbedaan yang tidak bisa diterima yang menghasilkan sejenis gangguan atau
penolakan. Apabila orang-orang dalam kelompok menganggap perbedaan itu ada, maka konflik pun akan
terjadi.
Ada tiga pandangan yang berkembang terkait dengan konflik, yaitu:
1.Konflik dari sudut pandang tradisional
Pandangan bahwa konflik apa pun harus dihindari, yang mengindikasikan masalah di dalam kelompok.
2.Konflik dari sudut pandang hubungan manusia
Pandangan bahwa konflik merupakan hal alami dan tak terhindarkan dalam kelompok apa pun serta tidak
harus dipandang negatif, tetapi bisa berpotensi menjadi pendorong positif bagi kinerja kelompok.
3.Konflik dari sudut pandang interaksionis
Pandangan bahwa konflik tidak hanya menjadi dorongan positif bagi kelompok, tetapi juga sebagian
konflik justru harus terjadi dalam suatu kelompok agar bisa berkinerja efektif.
Suatu konflik bisa bersifat fungsional dan disfungsional.
Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung tujuan kelompok dan meningkatkan kinerjanya.
Konflik disfungsional adalah konflik yang mencegah suatu kelompok untuk memenuhi tujuannya.          

Tipe konflik:
Konflik tugas  adalah konflik atas muatan dan tujuan pekerjaan.
Konflik hubungan adalah konflik akibat hubungan interpersonal.
Konflik proses adalah konflik tentang bagaimana suatu tugas harus dikerjakan.

Riset menunjukkan bahwa konflik hubungan hampir selalu bersifat disfungsional karena permusuhan
interpersonal dapat meningkatkan perselisihan dan menurunkan rasa saling pengertian, yang berimbas
pada terhambatnya tugas. Di sisi lain, konflik proses yang rendah dan konflik tugas yang rendah hingga
menengah bersifat fungsional. Agar konflik proses menjadi produktif, konfliknya harus minimal. Jika
tidak, argumentasi yang berlebihan tentang siapa yang harus mengerjakan apa bisa menjadi disfungsional
karena menghasilkan ketidakpastian akan tugas yang dikerjakan, memperlambat waktu penyelesaian
tugas, dan menyebabkan para anggota bekerja dalam tujuan yang saling bersilangan. Akan tetapi, konflik
tugas yang rendah hingga menengah secara konsisten akan berdampak positif terhadap kinerja kelompok
karena merangsang pembahasan ide yang membantu kelompok agar menjadi lebih inovatif.
Jika tingkat konflik kelompok itu tinggi, manajer bisa memilih salah satu dari lima manajemen
konflik yaitu penghindaran (avoiding), pengakomodasian (accomodating), pemaksaan (forcing),
kompromi (compromising), dan kolaborasi (collaborating).
Penghindaran (avoiding) yaitu menangani konflik dengan menarik diri atau menekan konflik.
Pengakomodasian (accomodating) yaitu menangani konflik dengan menempatkan kebutuhan dan urusan
orang lain di atas kebutuhan sendiri.
Pemaksaan (forcing) yaitu menangani konflik dengan memenuhi kebutuhan individu dengan
mengorbankan kepentingan orang lain.
Kompromi (compromising) yaitu menangani konflik dimana setiap pihak mengorbankan sesuatu yang
bernilai.
Kolaborasi (collaborating)  yaitu menangani konflik dengan mencari solusi paling bermanfaat bagi
semua pihak.
3. MENGUBAH KELOMPOK MENJADI TIM YANG EFEKTIF
Perbedaan tim kerja dan kelompok kerja
Tim Kerja Kelompok kerja
·      Peran kepemimpinan dibagi          Satu pemimpin bertanggung jawab penuh
·      Akuntabel bagi individu dan tim          Akuntabel hanya terhadap individu
·      Tim menciptakan tujuan yang spesifik          Tujuannya sama dengan organisasi
·      Pekerjaan diselesaikan secara kolektif          Pekerjaan diselesaikan secara individu
·      Rapat dicirikan dengan pembahasan terbuka dan         Rapat dicirikan dengan efisiensi, tidak ada
pemecahan masalah secara kolaboratif diskusi terbuka atau kolaboratif
·      Kinerja diukur langsung dengan mengevaluasi         Kinerja diukur secara tidak langsung menurut
output kerja kolektif pengaruh individu terhadap anggota lain
·      Pekerjaan diputuskan dan diselesaikan bersama          Pekerjaan diputuskan oleh pemimpin
kelompok dan didelegasikan kepada anggota
kelompok masing-masing
Sumber. J. R. Katzenbach dan D. K. Smith, “The Wisdom Of Teams,” Harvard Business Review,
Juli-Agustus, hal. 161.

APAKAH TIM KERJA ITU?

Tim kerja merupakan kelompok dimana para anggotany bekerja secara intensif unutk mencapai suatu
tujuan bersama yang spesifik, dengan menggunakan sinergi positif, akuntabilitas individu dan kelompok,
serta keterampilan pelengkap.

JENIS-JENIS TIM KERJA

Ketika tim kerja mulai terkenal, kebanyakan dari tim tersebut berupa tim pemecah masalah, dimana tim
dari departemen atau bidang fungsional yang sama terlibat dalam upaya memperbaiki kegiatan kerja atau
memecahkan suatu masalah spesifik tertentu. Meskipun tim pemecah masalah sangat membantu, tim ini
tidak melibatkan karyawan dalam pembuatan keputusan dan proses yang terkait dengan pekerjaan. Hal ini
menyebabkan dibentuknya jenis tim lain, tim kerja swakelola, yaitu suatu kelompok karyawan formal
yang beoperasi tanpa manajer dan bertaanggung jawab menyelsaikan pekerjaan dan mengelola dirinya
sendiri. Jenis tim yag ketiga
adalah tim lintas fungsional, merupakan tim yang terdiri dari individu dari berbagai bidang keahlian.
Jeni stim yang terakhir adalah tim maya, yaitu tim yng menggunakan teknologi unutk berhubungan
dengan berbagai anggota tim yang terpisah jauh dalam rangka mencapai tujuan bersama. Tim maya Jenis
tim kerja yang menggunakan teknologi untuk menghubungkantenologi untuk saling menghubungkan para
anggotanya yang terpisah jauh dalam rangka mencapai tujuan bersama
MENCIPTAKAN TIM KERJA YANG EFEKTIF

1. Tujuan yang jelas. Tim bekinerja tinggi mmiliki pemahaman yang jelas mengenai tujuan yang akan
dicapai. Para anggota berkomitmen terhadap tujuan tim, mengetahui apa yang mereka harapkan unutk
dikrjakan, dan memahami bagaimana mereka akan bekerjasama untuk meraih tujuan ini.

2.Keahlian yang relevan. Tim yang efektif terdiri dari individu-individu kompeten yang memiliki
kemampuan teknis dan interpersonal yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan sembari
bekerja sama.

3. Rasa saling percaya. Tim yang efektif dicirikn oleh tingginya kepercyaan di antara para anggotanya.
Dengan kata lain, para anggoa percay kan kemampua, karakter, dan integritas anggota lain.

4. Komitmen bersama. Komitmen bersama memiliki karakteristik seperti adany dedikasi terhadap tujuan
tim dan kesediaan untuk mencurahkan energy yang besar demi meraihnya.

5. Komunikasi yang baik.Tim yang efktif pasti memiliki karakteristik seperti komunikasi yang baik.
Para anggota menyampaikan pesan, secara verbal maupun nonverbal, satu sama lain agar mereka saling
memahami.

6. Kemampuan bernegosiasi. Tim yang efektif selalu melakukan penyesuaian terhadap siapapun yang
melakukannya. Fleksibilitas ini menuntut para anggota tim untuk memiliki kemampuan bernegosiasi.

7. Kepemimpinan yang sesuai. Pemimpin yang efektif bisa memotiasi satu tim unutk mengikutinya
dalam situasi tersulit sekalipun. Dengan mengklarifikasi situasi tujuan , menunjukkan bahwa perubahan
bisa memungkinkan dengan mengatasi intarsia, menambah rasa percaya diri anggota tim, dan membantu
para anggota untuk menyadari potensi maksimal mereka.

8. Dukungan interal dan eksternal. Secara internal tim harus memiliki infrastruktur yang mapan, yang
berartii pelaatihan yang layak, system yang jelas dan masuk akal yang bisa digunakan anggota tim unutk
mengevaluasi kinerja secara keseluruhan, sebuah program insentif yang mengakui dana memberikan
imbalan aktivits tim, serta system sdm yang suportif

TANTANGAN MASA KINI DALAM MENGELOLA TIM

Hanya sedikit re yang mempengaruhi bagaimana suatu pekerjaan dilakukan dalam organisasi dengan tim
kerja. Pergesern paradigm dari bekerja sendiri ke bekerja dalam tim menuntut para karyawan bekerja
sama dengan orang lain, berbagai informasi, menghadpi perbedaan, dan mengorbankan kepentingan
pribadi demi kepentingan tim.

MENGELOLA TIM GLOBAL

Dua karakteristik yang jelas dari organisasi dewasa ini adalah: bersifat global, dan pekerjaannya semakin
banyak dilakukan oleh tim. Ini berarti manajer mana pun harus mampu mengelola tim global.
Sumber Daya Anggota Kelompok Dalam Tim Global

Dalam organisasi global, memahami hubungan antara kinerja kelompok dan sumber daya anggota
kelompok sangatlah menantang karena adanya keunikan karakter budya yang dibawa oleh masing-masing
anggota tim global. Selain mengenali pengetahuan, kemampuan , keahlian, dan kepribadian para anggota
tim, manajer juga harus mengakrabi dan memahami jelas karakter budaya dari kelompok serta anggota
kelompok yang mereka kelola.

Stuktur kelompok

Sebagian bidang struktural di mana kita melihat perbedaan dalam mengelola tim global antara lain
kesesuaian, status, kemalasan sosial, dan kesatuan. Kesatuan merupakan unsur struktural kelompok di
mana manajer bisa menghadapi suatu masalah yang khas. Dalam kelompok yang kohesif, para
anggotanya bersatu dan “bertindak atas nama kelompok.” Hubungan pertemanan dalam kelompok
tersebut begitu akrab dan identitas kelompoknya sangat tinggi. Akan tetapi, dalam tim global, kesatuan
kelompok sering kali sulit dicapai karena tingginya tingkat “ketidakpercayaan, miskomunikasi, dan
stres.”
Proses Kelompok
Proses yang digunakan tim global untuk melaksanakan pekerjaannya bisa amat menantang bagi manajer.
Satu hal, masalah komunikasi sering kali muncul karena tidak semua anggota tim mengerti bahasa tim.
Hal ini bisa menyebabkan ketidaktepatan, salah paham, dan inefisiensi. Namun, riset juga telah
membuktikan bahwa tim global yang multikultural lebih mampu memanfaatkan peluang dari
keberagaman ide apabila banyak informasi yang digunakan.
Peran Manajer
Terlepas dari tantangan yang terkait dengan pengelolaan tim global, ada banyak hal yag dilakukakan
manajer untuk menyediakan kelompok suatu lingkungan yang sarat dengan efesiensi dan efektivitas.
Pertama, karena kemampuan komunikasi yang penting, manajer harus fokus pada pengembangan
kemampuan tersebut

MEMAHAMI JARINGAN SOSIAL


Manajer harus memahami jaringan sosial dan hubungan sosial dari kelompok kerja. Mengapa? Karena
hubungan sosial informal kelompok dapat membantu atau menghambat efektivitasnya. Sebagai contoh,
riset tentang jaringan sosial menunjukkan bahwa ketika orang-orang membutuhkan bantuan untuk
menyelesaikan pekerjaan, mereka memilih rekan kerja yang lebih ramah ketimbang orang yang mungkin
lebih mampu. Tinjauan lainnya yang dilakukan baru-baru ini atas studi tim menunjukkan bahwa tim
dengan tingkat interkonektivitas interpersonal yang tinggi mencapai tujuannya dengan lebih baik dan
lebih berkomitmen untuk tetap bersatu.

Anda mungkin juga menyukai