Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
“Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa pada Ny S dengan Masalah Isolasi Sosial:
Menarik Diri di Ruang Melati”.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini penulis menyadari masih jauh
dari kesempurnaan dan banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan
maupun isi materinya, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis
mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun demi perbaikan asuhan
keperawatan ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ns. ENGLA RATIH PRATAMA S.Kep, M.Kep selaku Pembimbing
akademik di keperawatan jiwa STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi yang telah
memberikan dukungan dan bimbingan selama mengikuti praktek klinik di RSJ
Prof. HB Saanin Padang.
2. WISNATUL IZZATI, STT, M.Kes selaku pembimbing akademik di
keperawatan jiwa STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi yang telah memberikan
dukungan dan bimbingan selama mengikuti praktek klinik di RSJ Prof. HB
Saanin Padang.
3. Ns. MELYANTI S.Kep selaku pembimbing klinik keperawatan jiwa yang
telah memberikan dukungan dan bimbingan selama mengikuti praktek klinik
keperawatn jiwa di RSJ Prof. HB Saanin Padang.
4. Staf RSJ Prof. HB Saanin Padang yang telah memberi kesempatan untuk
mengikuti praktek keperawatan jiwa hingga selesai.
5. Rekan-rekan serta semua pihak yang telah memberikan masukan yang sangat
berharga dalam menyelesaikan asuhan keperawatan ini.
Semoga amal baiknya mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah
SWT. Dengan segala kerendahan hati yang ada, semoga asuahan keperawatan ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Padang, 26 Desember 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................ 4


2.1 Definisi ........................................................................................................ 4
2.2 Tanda dan Gejala ........................................................................................ 5
2.3 Faktor Predisposisi ...................................................................................... 8
2.4 Faktor Presipitasi ........................................................................................ 9
2.5 Mekanisme Koping ..................................................................................... 9
2.6 Masalah Keperawatan dan data Fokus Pengkajian ..................................... 10
2.7 Analisa data ................................................................................................. 14
2.8 Pohon masalah ............................................................................................ 16
2.9 Diagnosa Keperawatan ............................................................................... 16
2.10Rencana Tindakan keprawatan ................................................................... 18
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS .................................................... 20
3.1 Pengkajian .................................................................................................... 20
3.2 Analisa Data .................................................................................................29
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan ...................................................................32
3.4 Catatan Perkembangan ..................................................................................36

BAB IV PENUTUP .................................................................................................54


DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tujuan Pembangunan Nasional sebagaimana tercantum dalam


pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai
tujuan tersebut diselenggarakan program pembangunan nasional secara
berkelanjutan, terencana dan terarah.Pembangunan kesehatan merupakan
bagian integral dan terpenting dalam pembangunan nasional.Tujuan
diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini sesuai
dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap
orang yang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak
gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karekteristik yang bersifat
positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan professional
didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia
sepanjang siklus kehidupan dengan respon psiko-sosial yang maladaptive
yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri
sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi
modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses
keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan
memulihkan masalah kesehatan jiwa klien, individu, keluarga, kelompok dan
komunitas.
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa
tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari
lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak
mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif
dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk
melindungi diri, klien menjadi pasif dan kepribadiannya semakin kaku
(rigid).Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru.Ia
berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan
dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia
mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari
penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.
Konflik antara kesuksesan dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu
sendiri terus berjalan dan penarikan diri dari realitas diikuti penarikan diri dari
keterlibatan secara emosional dengan lingkungannya yang menimbulkan
kesulitan. Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul
dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Menarik diri juga
disebabkan oleh perceraian, putus hubungan, peran keluarga yang tidak jelas,
orang tua pecandu alkohol dan penganiayaan anak. Resiko menarik diri adalah
terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi).
Dari semua itu perawat dituntut untuk memiliki kemampuan dan
pengetahuan tentang bagaimana keperawatan jiwa yang sebenarnya agar dalam
pelaksanaan keperawatan tidak dapat kesulitan yang besar dalam
melaksanakan tugasnya dan perawat juga harus memahami asuhan keerawatan
kepada klien, dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk untuk membuat
makalah dengan judul Asuhan Keperawatan jiwa pada klien Ny S dengan
Isolasi sosial: Menarik Diri di Ruang Melati RSJ Prof. HB Saanin Padang.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan umum
Setelah melakukan praktek di RSJ Prof. Hb Saanin Padang diharapkan
mahasiswa Program D III Keperawatan STIKes Yarsi Sumbar
Bukittinggi mampu memahami dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada Ny S dengan isolasi social: menarik diri, di Ruang
Melati RSJ Prof. HB Saanin Padang.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Memahami konsep dasar teori isolasi social: menarik diri
b. Mampu melaksanakan pengkajian pada klien dengan menarik diri
c. Mampu merumuskan dignosa keperawatan pada klien dengan
menarik diri.
d. Mampu menyusun tujuan dan tindakan keperawatan pada klien
dengan menarik diri.
e. Mampu menyusun tujuan dan tindakan keperawatan yang telah
disusun pada klien dengan menarik diri
f. Mampu mengevaluasi hasil pelaksanaan tindakan keperawatan
pada klien dengan menarik diri
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. DEFINISI
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami
atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan
dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito,
1998).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam
(Towsend,1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan
tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi
atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan
dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri,
tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang
lain (DepKes, 1998).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).
Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidak
mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan
lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku menarik
diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan
diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga ia jadi
pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan
pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin
sering pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan yang dialami dalam
mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan orang lain (Stuart
dan Sundeen, 1998).
IsolasiSosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh
individu dan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan
sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam. Dengan karakteristik :
tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi,
menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau ketidakmatangan
minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia. Preokupasi
dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna.
Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh
orang lain. Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa
tidak aman ditengah orang banyak. (Mary C. Townsend, 1998).

2.2 TANDA DAN GEJALA


Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan (data objektif) :
1. Apatis, ekspresi, afek tumpul.
2. Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri
dari orang lain.
3. Komunikasi kurang atau tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain atau perawat.
4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar/tempat berpisah – klien kurang mobilitasnya.
6. Menolak hubungan dengan orang lain – klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan
rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
8. Posisi janin pada saat tidur.
Data subjektif sukar didapat jika klien menolak berkomunikasi, beberapa
data subjektif adalah menjawab dengan singkat kata-kata “tidak”, “ya”, “tidak
tahu” (Khaidir Muhaj, 2009)
Rentang Respon
Respon Adaptif Respon maladaptif

Solitut Kesepian Manipulasi

Otonomi Menarik diri Impulsif

Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme

Saling ketergantungan

Sumber : Gail W. Stuart, 2006


Menurut Gail W. Stuart (2006) menyatakan bahwa manusia makhluk
sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina
hubungan interpersonal yang positif.Hubungan intrpersonal terjadi jika
hubungan saling merasakan kedekatan sementara identitas pribadi tetap
dipertahankan.Individu juga harus membina saling tergantung yang
merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam
suatu hubungan.Gail W. Stuart (2006) menyatakan tentang respon rentang
sosial individu berada dalam rentang respon maladaptif yaitu:
a. Respon adaptif adalah suatu respon individu dalam menyesuaikan masalah
yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya yang
umum berlaku,respon ini meliputi:
1) Menyendiri (solitude)
Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk menentukan apa
yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2) Kebebasan (Otonom)
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3) Berkerja sama (mutualisme)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
mampu untuk saling member dan menerima
4) Saling tergantung (interdependen)
Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.
b. Respon Antara Adaptif dan Maladaptif
1) Kesepian (Aloness)
Dimana individu mulai merasakan kesepian, terkucilkan dan
tersisihkan dari lingkungan.
2) Manipulasi (Manipulation)
Hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan bukan
pada orang lain.
3) Ketergantungan (Dependence)
Individu mulai tergantung kepada individu yang lain dan mulai tidak
memperhatikan kemampuan yang dimilikinya.
c. Respon Maladaptif
Yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya lingkungannya.
1) Kesepian (Loneliness)
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain atau tanpa bersama orang lain untuk
mencari ketenangan waktu sementara.
2) Pemerasan (Exploitation)
Gangguan yang terjadi dimana seseorang selalu mementingkan
keinginannya tanpa memperhatikan orang lain untuk mencari
ketenangan pribadi.
3) Menarik Diri (Withdrawl)
Gangguan yang terjadi dimana seseorang menentukan kesulitan dalam
membina hubungan saling terbuka dengan orang lain, dimana individu
sengaja menghindari hubungan interpersonal ataupun dengan
lingkungannya.
4) Curiga (Paranoid)
Gangguan yang terjadi apabila seseorang gagal dalam
mengembangkan rasa percaya pada orang lain.

2.3 FAKTOR PREDISPOSISI


Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan
perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan
orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan
dan meresa tertekan (Khaidir Muhaj, 2009).
Sedangkan sumber lain menyebutkan faktor predisposisi terjadi
karena beberapa Faktor :
a. Faktor tumbang
Faktor tugas perkembangan pada fase tumbang tidak terselesaikan
komunikasi dalam keluarga: komunikasi yang tidak jelas (suatu keadaan
dimana seorang anggota keluarga menerimapesan yang saling
bertentangan dalam waktu yang bersamaan), ekpresi emosi yang tinggi
dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan
lingkungan diluar keluarga.
b. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial/ mengasingkan diri dari lingkungan sosial.
Disebabkan norma-norma yang salah dianut keluarga, seperti: anggota
keluarga tidak produktif (lansia, berpenyakit kronis).
c. Faktor biologis
Penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya
gangguan dalam otak, seperti pada skizofrenia terdapat struktur otak
yang abnormal (atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam
limbik dan daerah kortikal) {bee_robby, 2011}.

2.4 FAKTOR PRESIPITASI


Faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya
stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti
berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk
bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien
berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and
Sundeen, 1995).
Sedangkan sumber lain menyebutkan faktor predisposisi terjadi
karena beberapa faktor :
a. Faktor eksternal: Faktor presipitasi stressor social budaya: stres yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya (keluarga).
b. Faktor Internal: stresor psikologik: stres terjadi akibat ansietas
berkepanjangan disertai keterbatasan kemampuan
mengatasinya{bee_robby, 2011}.

2.5 MEKANISME KOPING


Menurut Tim keperawatan Jiwa FIK-UI (2002), klien menarik diri
cenderung menggunakan mekanisme koping: Regresi, represi dan isolasi.
a. Regresi :
Menghindari stress kecemasan dan menampilkan perilaku kembali
setelah kembali pada perkembangan
b. Represi :
Menekan perasaan atau pengalaman yang menyakitkan atau konflik atau
ingatan dari kesadaran yang cenderung memperkuat mekanisme ego
lainnya.
c. Proyeksi :
Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada
orang lain karena kesalahan yang dilakukan sendiri.

2.6 MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA FOKUS PENGKAJIAN


2.6.1 Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan
dari pengkajian adalah sebagai berikut :
 Isolasi sosial : menarik diri
 Gangguan konsep diri : harga diri rendah
 Resiko perubahan sensori persepsi
 Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada
orang lain.
 Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.
 Intoleransi aktifitas.
 Kekerasan resiko tinggi(Khaidir Muhaj, 2009).
2.6.2 Data Fokus Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari
proses keperawatan. Tahapan pengkajian terdiri atas pengumpulan
data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.Data yang
dikumpulkan meliputi, data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual
(Stuart dan Sundeen, 1998).
Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping
dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Budi Ana Keliat, 1999).
Isi pengkajian meliputi :
1. Identitas Klien
Meliputi Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, dan dari penanggung jawab.
2. Keluhan utama dan alasan masuk
Keluhan utama atau alasan masuk ditanyakan pada
keluarga/klien, apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke
rumah sakit. Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari
orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri
dikamar,menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan
sehari – hari, dependen.
3. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua,harapan orang tua
yang tidak realistis,kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari
kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba
tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus
sekolah,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban
perkosaan, dituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang
tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
4. Faktor presipitasi
Faktor internal dan eksternal : trauma dan ketegangan peran.
(transisi peran : perkembangan, situasi, dan sehat sakit).
5. Aspek fisik
Mengukur dan mengobservasi TTV, ukur TB dan BB, aktivitas
sehari-hari, pola tidur, pola istirahat, rekreasi dan kaji fungsi organ
tubuh bila ada keluhan.
6. Aspek psikososial
 Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi.
 Konsep diri :
- Citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh
yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan
tubuh, persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi dengan bagia
tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan,
mengungkapkan ketakutan.
- Identitas diri: Ketidakpastian memandang diri, sukar
menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
- Peran diri : Tugas yang diemban dalam keluarga, Berubah atau
berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua,
putus sekolah, PHK.
- Ideal diri : Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas dll.
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya:
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
- Harga diri : Hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya.
 Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat
 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan
ibadah.
7. Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak
mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan
kurang mampu berhubungan denga orang lain, Adanya perasaan
keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
8. Kebutuhan persiapan pulang
 Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan
membersihkan alat makan
 Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
WC serta membersihkan dan merapikan pakaian
 Mandi klien dan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien
 Istirahat dan tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah
 Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan
setelah minum obat.
9. Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakannya pada orang orang lain (lebih sering menggunakan
koping menarik diri).
10. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
11. Pengetahuan
Dapat didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian
tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
12. Aspek medik
Terapi yang diterima klien bias berupa ECT, terapi lain seperti
terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual,
terapi okupasi, dan terapi lingkungan, TAK, serta rehabilitasi (Khaidir
Muhaj, 2009).
2.7 ANALISA DATA
Data yang diambil adalah data objektif dan data subjektif.
 Data Objektif adalah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapat
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
 Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
 Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri
dari orang lain, misalnya pada saat makan.
 Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain / perawat.
 Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
 Berdiam diri di kamar/tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
 Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
 Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan
kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
 Posisi janin pada saat tidur.
 Data Subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan
keluarga. Klien mengatakan: Sukar didapati jika klien menolak
berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab pertanyaan
dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “, “iya”, “tidak tahu”.
Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat
langsung merumuskan masalah keperawatan dan masalah kolaboratif.
Data objektif dan data subjektif yang mungkin muncul pada klien
penderita Menarik diri adalah:
Data Subjektif Data Objektif
 Pasien mengatakan tidak  Klien tampak tidak mau bercakap-
selevel dengan orang lain cakap/berinteraksi dengan orang
 Pasien mengatakan malas lain
berinteraksi  Klien tampak menyendiri
 Pasien mengatakanorang lain  Klien tampak tidak mau di ganggu
tidak ada yang mau menerima oleh orang lain
dirinya  Klien tampak banyak tidur siang.
 Klien tampak kurang bergairah.
 Klien tampak tidak
memperdulikan lingkungan.
 Berbicara pelan
 Sering menunduk

2.8 POHON MASALAH


Resiko perilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori halusinasi

Isolasi social : menarik diri

Gangguan konsep diri : HDR

Koping individu inefektif

2.9 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul, yaitu :
1. Isolasi sosial : menarik diri.
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
3. Resiko perubahan sensori persepsi.
4. Koping individu inefektif
5. Resiko perilaku Kekerasan.
2.10 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


DIAGNOSA
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
Isolasi Sosial : Pasien mampu : Setelah … kali pertemuan, SP 1
Menarik Diri  Menyebutkan, menyadari pasien mampu :  Tanyakan keuntungan dan kerugian
penyebab isolasi sosial:  Menyebutkan, menyadari  Identifikasi penyebab
menarik diri, penyebab isolasi sosial: - Siapa yang satu rumah dengn
 Membina hubungan saling menarik diri, pasien
percaya keuntungan dan  Membina hubungan saling - Siapa yang paling deat dengan
kerugian berinteraksi dgn percaya keuntungan dan pasien
org lain kerugian berinteraksi dgn - Siapa yang tidak deat dengan
org lain pasien
 Tanyakan keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan orang lain
- Tanyakan pendapat pasien
tentang kebiasaan berinteraksi
dengan orang lain
- Tanyakan apa yang menyebabkan
pasien tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain.
- Diskusiakan keuntungan bila
pasien mempunyai bayak teman
dn bergaul akrab dengan mereka
- Diskusikan kerugian bila pasien
hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan oang lain
- Jelaskan pengaruh isolai social
terhadap kesehatan fisik pasien
 Latih berkenalan
- Jelaskan kepada klien cara
berinteraksi dengan orang lain
- Berikan contoh berkenalan
dengan orang lain.
- Beri kesempatan klien cara
mempraktekkan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan
dihadapan perawat.
- Mulailah bantu pasien
berinteraksi dengan satu orang
perawat
- Bila pasien sudah menunjukkan
kemajuan, tingkatkan jumlah
interaksi 2,3,4 orang dst.
- Beri pujian untuk setiap
kemajuaniteraksi yang telah
dilakukan oleh pasien.
- Siap mendengarkan ekspresi
perasaan pasien setelah
berinteraksi dengan orang lain,
mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilan
Keluarga mampu merawat atau menerus agar pasien tetap
pasien dengan Menarik diri semangatmeningkatkan
di rumah. interaksinya.
 Masukkan jadwal kegiatan pasien.
SP 2
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
 Latih berhubungan social secara
bertahap
 Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
SP 3
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 &
SP 2)
 Latih cara berkenalan dengan dua
orang atau lebih
 Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
Setelah … kali pertemuan, SP 1
keluarga mampu menjelaskan  Identifikasi masalah yang dirasakan
tentang Masalah isolasi sosial dalam merawat pasien
 Masalah isolasi social dan  Jelaskan proses terjadinya isolasi
dampaknya pada paisen sosial : menarik diri
 Penyebab isolasi social  Cara merawat pasien isolasi sosial
 Sikap keluarga untuk  Latih simulasi
membantu pasien  Susun RTL keluarga/jadwal
mengatasi isolasi sosialnya keluarga untuk merawat pasien
 Pengobtan yang SP 2
berkelanjutan dan  Evaluasi kemampuan SP 1
mencegah putus obat.  Latih keluarga langsung ke pasien
 Tempat rujukan dan  Menyusun RTL keluarga/ jadwal
fasilitas kesehatan bagi kegiatan untuk merawat pasien
pasien SP 3
 Evaluasi kemampuan keluarga ((SP1
dan SP 2)
 Latih langsung kepasien
 RTL keluarga
SP 4
 Evaluasi kemampun keluarga
 Evaluasi kemampuan pasien
 Rencana tindak lanjut keluarga
- Follow up
- rujukan

Anda mungkin juga menyukai