Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Terbentuknya Kompilasi Hukum Indonesia

Perlu diketahui bahwa sebelum terbentuknya Kompilasi Hukum Indonesia terjadi perubahan
penting dan mendasar yang telah terjadi dalam linkungan Pengadilan Agama dengan
disyahkannya RUU-PA menjadi UU No 7 Tahun 1989, 1[1] yang diajukan oleh menteri
Agama Munawir Sjadzali ke sidang DPR.di antara isinya sebagai berikut :
1.Peradilan Agama telah menjadi peradilan mandiri,kedudukanya benar-benar telah sejajar
dan sederajat dengan peradilan umum,peradilam militer,dan peradilan tata usaha negara.
2.Nama,susunan,wewenang (kekuasaan) dan hukum acaranya telah sama dan seragam di
seluruh Indonesia.Terciptanya unifikasi hukum acara peradilan agama akan memudahkan
terwujudnya ketertiban dan kepastian hukum yang berintikan keadilan dalam lingkungan
peradilan agama.
3.Perlindungan kepada wanita telah ditingkatkan dengan jalan antara lain,memberikan hak
yang sama kepada istri dalam proses dan membela kepentingannya di muka peradilan agama.
4.lebih memantapkan upaya penggalian berrbagai asas dan kaidah hukum Islam sebagai salah
satu bahan baku dalam penyusunan dan pembinaan hukum nasional melalui yurispondensi.
5.Terlaksananya ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Pokok Kekuasaan Kehakiman
(1970).
6.Terselengaranya pembangunan hukum nasional berwawasan nusantara yang sekaligus
berwawasan Bhineka Tunggal Ika dalam bentuk Undang-undang Peradilam Agama.2[2]
Namun keberhasilan umat Islam Indonesia (menteri Agama,ulama) dalam
menggolkan RUU PA menjadi Undang-undang Peradilan Agama No.7 Tahun 1989,tidaklah
berarti persoalan yang berkaitan dengan implementasi hukum Islam di Indonesia menjadi
selesai.Ternyata muncul persoalam krusial yang berkenaan dengan tidak adanya keseragaman
para hakim dalam menetapkan keputusan hukum terhadap persoalan-persoalan yang mereka
hadapi.
Hal ini disebabkan tidak tersedianya kitab materi hukum Islam yang sama.Secara
material memang telah ditetapkan 13 kitab yang dijadikan rujukan dalam memutuskan
perkara yang kesemuanya bermazhab Syafi’i. 3[3]Akan tetapi tetap saja menimbulkan
persoalan yaitu tidak adanya keseragaman keputusan hakim.
Berangkat dari realitas ini keinginan untuk meyusun “kitab hukum islam” dalam
membentuk kompilasi dirasakan semakin mendesak.Penyusunan Kompilasi ini bukan saja
didasarkan pada kebutuhan adanya keseragaman referensi keputusan hukum PA di
Indonesia,tetapi juga disadarkan pada keharusan terpenuhinya perangkat-perangkat sebuah
Peradilan yaitu kitab materi hukum Islam yang digunakan di lembaga Peradilan tersebut.4[4]

1[1]Abdullah Aziz Thaba,op.cit,h.285.

2[2]Muhammad Daud Ali,”Hukum Islam:Peradilan Agama dan Masalahnya” dalam,”Hukum


Islam di Indonesia:Pemikiran dan Praktik,Tjun Suryaman (ed),(Bandung:
Rosadakarya,1991),h.84.

3[3]Adapunkiab-kitabtersebutadalah,al-Bajuri,fath al-Mu’in,Syarqawialatahrir,Qalyubi,Fath
al-Wahabi,Tuhfah,Tadrib al-Mustagrfirin,QawaninSyar’iyyah li
SayyidYahya,QawaninSyar’iyyah Li SayydSadaqahDahlan,Syamsuri fi al-
Faraid,BugyatulMusytarsidin,al-FiqhalaMazahib al-Arba’ahdanMughni al-
Muhtaj.Lihat,KompilasiHukum Islam di Indonesia,DirektoratPembinaanBadanPeradilan
Agama,1993/1994,h.129-130.
BustanulArifinadalahseorangtokoh yang
tampildengangagasanperlunyamembuatKompilasiHukumIndonesia.Gagasan-
gagasaninididadasaripadapertimbangan-pertimbanganberikut :
1.Untukberlakunyahukum Islam di Indonesia,harusadaantara lain hukum yang
jelasdandapatdilaksanakanolehaparatpenegakhukummaupunolehmasyarakat.
2.Persepsi yagtidakseragamtentangsyari’ahakandansudahmenyebabkanhal-hal : 1.Ketidak
seragamandalammenentukanapa-apa yang disebuthukum Islam itu (maaanzalallahu),2.Tidak
mendapatkejelasanbagaimanamenjalankansyari’atitu (Tanfiziyah) dan 3.Akibat
kepanjangannyaadalahtidakmampumenggunakanjalan-jalandanalat-alat yang
tersediadalamUndang-UndangDasar 1945 danperundanganlainya.
3.Di dalamsejarahIslam,pernahadatiga Negara dimanahukum Islam diberlakukan
(1).Sebagaiperundang-undangan yang terkenaldalamfatwa Alamfiri,(2).Di
kerajaanTurkiUstmani yang terkenaldengannamaMajallah al-Ahkam Al-Adliyahdan
(3).Hukum Islam padatahun 1983 dikodifikasikan di Subang.5[5]
GagasanBustanulArifindisepakatidandibentuklah Tim
pelaksanaProyekdeganSuratKeputusanBersama (SKB) ketuaMahkamahAgung RI
danMenteri Agama RI No.07/KMA/1985.Dalam Tim
tersebutBushtanuldipercayamenjadiPemimpinUmumdengananggota Tim yang
meliputiparapejabatMahkamahAgungdanDepartemenAgama.Dengankerjakerasanggota Tim
danulama-ulama,cendikiawan yang terlibat di dalamnyamakaterumuslah
KHI6[6]yamgditindaklanjutidengakelurnyaintruksipresiden No.1 Tahun 1991 kepadamenteri
Agama untukmenyebarluaskanKompilasiHukum Islam yang terdiridaribuku I
tentangPerkawinan,Buku II tentangKewarisan,Buku III tentangPerwakafan. 7
[7]Inprestersebutditindaklanjutidengan SK Menteri Agama No.154 Tahun 1991 tanggal 22
Juli 1991.
WalaupunKompilasiHukum Islam tidakdiundangkanlewatundang-
undangsebagaimana yang terjadipada UU No.1 Tahun 1974 tentangHukumPerkawinan di
Indonesia.HalinimenurutNur Ahmad

4[4]MunawirSjadzalipernahmenyatakanbahwaadakeanehan di Indonesia
berkenaandenganimplementasihukumIslam.Peradilan Agama sudahberusiasangat lama
namunhakimnyatidakmemiliki standard yang dapatdijadikanrujukan yang samasepertihalnya
KHUP.Ini berakibatjika hakim agama menghadapikasus yang
harusdiadilimakarujukannyaadalaberbagaikitabfikihtanpasuatustandarisasiataukeseragaman.
Akibatnya,secarapraktis,kasus yang samadapatmelahirkankeputusanyagberbedajikaditangan
hakim yang berbeda.Lihat ,MunawirSjadzali,”Peradilan Agama danKompilasiHukum
Islam”,dalam,Peradilan Agama danKompilasiHukum Islam Dalam Tata
HukumIndonesia,DadanMuttaqinet.al (ed),(Yogjakarta : UII Press,1999),h.2.

5[5]Amrullah Ahmad dkk,DimensiHukum Islam dalamSistemHukumNasional : Mengenang


65 TahunProf.Dr.H.BushtanulArifin,SH,i(Jakarta : GemaInsani Pers,1996),h.11-12.

6[6] KHI itusendiridirumuskansetelahpanitia melakukan,1) Penelitiankitab-


kitabfikihklasikdariberbagaimazhabhukum yang berkembang di dunia Islam.2)
Melakukanwawancaradenganulama-ulama yang ada di berbagai daerah.3) Penelitian
Yurisprudensi,4).StudiPerbandingankeberbagai Negara.Lihat,Kompilasi,op.cit.141-145.

7[7]Ibid.
FadilLubismerupakanpersoalanyamgsangatsensitifuntukdilakukan di Negara Indonesia yang
sangat plural darisisi agama danteologi.8[8]
DengankeluarnyaInpresdan SK tersebutmenurut Abdul Gani Abdullah sekurang-
kurangnyaadatigahal yang perludicatat :
1.Perintahmenyebarluaskan KHI tidak lain adalahkewajibanmasyarakat Islam
untukmengfungsikaneksplanasiajaranIslam sepanjangmengenainormatifesebagaihukum yang
harushidupdalammasyrakat.
2.Rumusan hukum Islam dalam KHI
berupayamengakhiripersepsigandadarikeberlakuanhukum Islam yang ditunjukolehPasal 2
ayat 1 UU No.1 Tahun 1974 tentangPerkawinandan UU Tahun 1989 tentangsegi-
segiHukumFormalnya.
3.Menunjuksecarategaswilayahkeberlakuan KHI
dengansebutanInstansiPemerintahdanmasyarakat yang
memerlukannya,dalamkedudukansebagaipedomanpenyelesaianmasalah di
tigabidanghukumdalam KHI.
Kemunculan KHI di Indonesia dapat dicatat sebagai sebuah perstasi besar yang
dicapai umat Islam.Menurut Yahya Harahap.KHI diharapkan dapat,Pertama,Melengkapi
Pilar Peradilan Agama.Kedua,Menyamakan persepsi penerapan Hukum.Ketiga,mempercepat
proses taqrib bainal ummah.Keempat,Menyingkirkan paham private Affair.9[9]
Setidaknya dengan adanya KHI itu,maka saat ini di Indonesia tidak akan ditemukan
lagi pluralisme Keputusan Peradilan agama,karena kitab yang dijadikan rujukan hakim
Peradilan Agama adalah sama.Selain itu fikih yang selama ini tidak positif,telah
ditransformasikan menjadi hukum positif yang berlaku dan mengikat seluruh umat Islam
Indinesia.Lebih penting dari itu,KHI diharapkan akan lebih mudah diterima oleh masyarakat
Islam Indonesia karena ia digali dari tradisi-tradisi bangsa indonesia.Jadi tidak akan muncul
hambatan Psikologis di kalangan umat Islam yang ingin melaksanakan Hukum Islam.
Berdasarkan uraian di atas,maka dapat disimpulkan bahwa dilihat dari tinjauan
sejarahnya UU Perkawinan yang sekarang berlaku di Indonesia telah sesuai dengan KHI,hal
ini didasarkan pada RUU perkawinan yang pada awalnya memperoleh pertentangan keras
dari pihak Islam,yang kemudian hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan ajaran-ajaran
Islam disesuaikan dan dirubah agar tidak bertentangan.Sedangkan pada KHI sendiri yang
merupakan rumusan dari berbagai kitab fikih mazhab Syafi’i.

Diposting oleh el-ghozali di 21.47

8[8]Nur Ahmad FadilLubis.Islamic Justice in Transition,a Socio-Legal Study of the Agama


Court Judges in Indonesia,DissertasionPh.D,(Los Angeles University of
California,1994),h.103.

9[9] Yahya Harahap,”Informasi Materi Kompilasi Hukum Islam : Memotifikasikan Abstarksi


Hukum Islam”,dalam,Mimbar Hukum.No,4 Tahun II,1991,(Jakarta : Yayasan al-Hikmah dan
Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Departemen Agama,1991),h.27-29.

Anda mungkin juga menyukai