Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 2, No.

1, April 2018 eISSN 2581-253X

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE POST SOLUTION POSING


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 01
BENGKULU TENGAH
1
Hayatri Wulandari, 2Agus Susanta, 3M. Fachruddin S
1,3
Program Studi S-1 Pendidikan Matematika JPMIPA FKIP Universitas Bengkulu
2
Program Studi S-2 Pendidikan Dasar FKIP Universitas Bengkulu
email: hayatriwulandari@gmail.com, 2agusunib@yahoo.com, 3mfachruddin.s@gmail.com
1

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
cara menerapkan pendekatan problem posing tipe post solution posing untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Tahap-tahap yang digunakan dalam PTK yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIi SMP Negeri 01 Bengkulu Tengah yang
berjumlah 30 siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa dan ketuntasan
belajar klasikal dari siklus I hingga siklus III, yaitu 61.58; 72.98; 77.41 dan 56,67%; 73,33%; 83,33%.
Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara : siswa berlatih membuat soal yang lebih mudah
dipahami dan sesuai kemampuan siswa sendiri dengan mengubah angka, informasi yang diketahui,
informasi yang ditanya, mengubah nama gambar, mengubah bentuk gambar, dan mengubah cerita soal
berdasarkan soal semula.
Kata Kunci: Model Problem Posing, hasil belajar siswa

ABTRACK
This research is a Classroom Action Research (CAR). This research is a mean to find out how to apply the
problem posing approach of post-solution posing type in increasing the ability of students’mathematical
concept understanding. The stages used in this CAR are planning, implementation, observation, and
reflection. Subjects in this study were students of class VIIIi SMP Negeri 1 Central Bengkulu totally 30
students. Improvement of students’ learning outcomes can bee seen from the improvement in the average
value of students and the completeness percentage of classical learning from cycle I to cycle III in
respectively: 61.58; 72.98; 77.41 dan 56,67%; 73,33%; 83,33%. Student learning outcomes can be
improved by: students practice making problems more easily understood and according to the students’
own abilities by changing numbers, known and questioned information, image names, image form, and
story problems based on the original problem.
Keywords: Problem Posing Model, students learning outcomes

matematika hanya ada dalam pemikiran manusia


PENDAHULUAN sehingga matematika hanyalah suatu hasil karya
Matematika adalah suatu alat untuk dari kerja otak manusia.
mengembangkan cara berfikir (Hudojo, 2005: Matematika merupakan hal yang sangat
35). Hudojo (2005: 36) berpendapat bahwa penting dan utama jika dikaitkan dengan
matematika berkenaan dengan gagasan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berstruktur yang hubungan-hubungannya diatur karena banyak hal yang dapat digunakan untuk
secara logis sehingga matematika bersifat sangat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
abstrak, yang berkenaan dengan konsep-konsep Matematika merupakan salah satu mata
abstrak dan penalarannya deduktif. Artinya, pelajaran yang diajarkan disemua jenjang
1
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 2, No. 1, April 2018 eISSN 2581-253X

pendidikan yang memiliki peran yang sangat bahwa siswa lebih aktif mengikuti proses belajar
penting. Dalam proses belajar dan mengajar dan menjadikan proses belajar lebih bermakna
matematika diperlukan interaksi yang baik antara untuk dirinya (Bruner, 1999: 48). Namun
guru dan siswa agar tercapainya tujuan kenyataannya berdasarkan observasi, siswa
pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran hanya mengikuti apa yang disampaikan oleh
dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh guru dan akhirnya siswa hanya belajar dengan
siswa setelah siswa selesai. cara menghapal, mengingat materi, rumus-
Hasil belajar merupakan salah satu tujuan rumus, dan definisi dalam materi matematika
dari proses pembelajaran. Menurut Oemar yang diberikan oleh guru tanpa mengetahui
Hamalik (2008: 155), hasil belajar tampak maknanya.
sebagai perubahan tingkah laku pada diri siswa Dengan demikian guru harus mampu
yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk memilih model pembelajaran yang tepat,
perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. sehingga siswa lebih mudah memahami konsep
Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam dalam belajar matematika. Salah satu model
memahami konsep sangat penting dalam proses pembelajaran yang digunakan untuk alternative
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tindakan meningkatkan hasil belajar siswa yaitu
siswa. Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Post
Pada umumnya guru menyadari bahwa Solution Posing.
matematika merupakan mata pelajaran yang Model pembelajaran Problem Posing Tipe
kurang diminati, ditakuti dan membosankan oleh Post Solution Posing merupakan model
sebagian besar siswa. Hal ini dapat dilihat dari pembelajaran yang membiasakan siswa untuk
hasil belajar siswa yang kurang memuaskan terlibat aktif dalam mengembangkan ide
sehingga nilai hasil belajar siswa tidak matematikanya dimana siswa membuat/
memenuhi KKM. memodifikasi pertanyaan yang diberikan oleh
Berdasarkan observasi dan wawancara yang guru menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih
dilakukan peneliti oleh guru matematika kelas sederhana sesuai kemampuan siswa (Saroh,
VIII di SMP Negeri 1 Bengkulu Tengah 2012: 7). Hal ini sesuai dengan pendapat
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih Shoimin (2014: 133) menyatakan bahwa problem
rendah. Siswa menyelesaikan soal latihan dengan posing merupakan model pembelajaran yang
diberikan soal yang sedikit berbeda dari contoh mengharuskan siswa menyusun pertanyaannya
yang diberikan guru dan siswa merasa kesulitan sendiri atau merumuskan soal menjadi
dalam menyelesaikannya sehingga 70% dari pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana.
jumlah siswa tidak mencapai nilai KKM ≥65. Silver dan Cai dalam Thobroni (2016: 288)
Penyebab rendahnya hasil belajar siswa menjelaskan bahwa pengajuan soal yang
dalam pembelajaran matematika dipengaruhi diajukan dapat diaplikasikan dalam tiga bentuk
oleh kegiatan pembelajaran yang belum aktivitas kognitif matematika, yakni sebagai
membuat siswa membangun konsep sendiri dan berikut: a) Pre-solution Posing; b) Within
aktif dalam proses belajar, yakni kurangnya Solution Posing; dan c) Post-solution Posing
keterampilan siswa dalam bertanya dan Pre-solution Posing, yaitu jika sesorang
kesempatan siswa mengungkapkan ide dengan siswa membuat soal dari situasi yang diadakan.
bahasanya sendiri. Kebanyakan siswa masih sulit Jadi, guru diharapkan mampu membuat
untuk bertanya saat proses pembelajaran pertanyaan yang berkaitan dengan pertanyaan
berlangsung. yang dibuat sebelumnya. Within Solution Posing,
Padahal dalam proses pembelajaran yaitu jika seseorang siswa mampu merumuskan
matematika, keterampilan bertanya sangat ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub
penting. Dengan banyak bertanya menunjukkan pertanyaan baru yang urutan penyelesaiannya
2
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 2, No. 1, April 2018 eISSN 2581-253X

seperti yang telah diselesaikan sebelumnya. Aqib (2009 : 13) menyatakan bahwa
Sedangkan Post-solution Posing, yaitu jika penelitian tindakan kelas merupakan penelitian
seseorang siswa memodifikasi tujuan atau yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri
kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk melalui refleksi diri dengan tujuan untuk
membuat soal yang baru yang sejenis. memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar
Pada penelitian ini aktivitas kognitif siswa meningkat.
matematika yang dipilih adalah problem posing Adapun subjek penelitian adalah seluruh
tipe post solution posing. Menurut Silver dan Cai siswa kelas VIIIi sebanyak 30 siswa dari 17
(dalam Ali mahmudi, 2008:6) ada beberapa siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan dengan
teknik yang dapat digunakan untuk membuat kemampuan yang heterogen.
soal dengan model pembelajaran problem posing Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri
tipe post solution posing, yaitu (1) mengubah atas rangkaian empat tahapan kegiatan yang
informasi atau data pada soal semula; (2) harus dilakukan dalam setiap siklusnya. Empat
menambah informasi atau data pada soal semula; tahapan kegiatan utama yang ada pada setiap
(3) mengubah nilai data yang diberikan, tetapi siklus tersebut adalah: (a) tahap perencanaan, (b)
tetap mempertahankan kondisi atau situasi soal tahap tindakan, (c) tahap pengamatan, dan (d)
semula; (4) mengubah situasi atau kondisi soal tahap refleksi. Penelitian tindakan kelas ini
semula, tetapi tetap mempertahankan data atau terdiri dari 3 siklus.
informasi yang ada pada soal semula. 1. Siklus I
Model pembelajaran problem posing tipe a. Tahap perencanaan
post solution posing merupakan model Kegiatan-kegiatan pada tahap
pembelajaran yang menekankan pada pembuatan perencanaan ini adalah: 1) menelaah silabus
soal dengan cara mengubah atau memodifikasi pokok bahsan atau materi yang diajarkan; 2)
soal semula yang diberikan guru dan diselesaikan menyusun RPP yang sesui dengan model
siswa. Dengan demikian, model pembelajaran ini pembelajaran problem posing tipe post
dapat membuat siswa berperan aktif dalam solution posing; 3) menyapkan lembar kerja
pembelajaran matematika dimana siswa akan siswa (LKS) yang digunakan sebagai
terlatih untuk membangun keterampilannya panduan untuk siswa memahami konsep
dalam bertanya. Hal ini dikarenakan siswa materi dan mengerjakan soal; 4) menyusun
diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dan menyiapkan lembar observasi; 5)
membangun pengetahuannya sendiri melalui menyusun soal tes.
pengajuan soal yang dibuat sisiwa sendiri.
Pembuatan soal oleh siswa ini dilakukan setelah b. Tahap pelaksanaan tindakan
guru memberikan contoh soal atau setelah siswa 1) Pendahuluan
mengerjakan soal yang diberikan guru. Guru membuka pelajaran, mengecek
kehadiran siswa, menyampaikan tujuan
METODE PENELITIAN pembelajaran, menjelaskan prosedur model
Penelitian ini merupakan penelitian pembelajaran problem posing tipe post
Tindakan Kelas (PTK). Arikunto (2016: 1) solution posing dan memotivasi siswa.
menyatakan bahwa penelitian yang memaparkan 2) Kegiatan inti
terjadinya sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus Guru membentuk kelompok,
memamparkan apa saja yang terjadi ketika menyampaikan materi, siswa mengerjakan
perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh LKS, siswa membuat soal modifikasi
proses sejak awal pemberian perlakuan sampai bersama kelompok, guru membimbing
dengan dampak dari perlakuan tersebut. siswa, siswa mempresentasikan hasil diskusi
dan menyimpulkan hasil diskusi.
3
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 2, No. 1, April 2018 eISSN 2581-253X

3) Penutup b. Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Siswa


Guru dan siswa menyimpulkan materi 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟
𝑝= × 100%
yang dipelajari dan guru menutup 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
pembelajaran.
(Aqib, dkk., 2014:41)
c. Tahap pengamatan
Pengamatan dilakukan selama Keterangan:
pelaksanaan tindakan sebagai upaya untuk p = persentase ketuntasan belajar.
mengetahui proses pembelajaran dan
aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Kriteria keberhasilan tindakan dalam
matematika menggunakan model penelitian ini ditetapkan berdasarkan ketuntasan
pembelajaran problem posing tipe post belajar yang ditetapkan oleh SMP Negeri 1
solution posing. Bengkulu Tengah dan berdasarkan pertimbangan
peneliti. Penelitian ini dikatakan berhasil jika
d. Tahap refleksi memenuhi indikator keberhasilan tindakan yaitu
Tahap refleksi dilakukan dengan rata-rata hasil belajar siswa mencapai ≥65 dan
menganalisis kekurangan dari tindakan yang ketuntasan belajar klasikal siswa tercapai jika
telah diberikan sesuai data yang minimal 75% dari jumlah siswa memperoleh
dikumpulkan. Tahap ini digunakan untuk
nilai ≥ 65.
menyempurkan tahap siklus berikutnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I
Siklus II merupakan langkah untuk
sampai siklus II hasil belajar siswa kelas VIII I di
melakukan perbaikan dan penyempurnaan
SMPN 1 Bengkulu Tengah dengan materi
atau tindakan sesuai dengan kenyataan yang
lingkaran dapat meningkat. Nilai hasil belajar
terjadi dilapangan. Demikian juga pada
siswa pada siklus I dan II yang dapat dilihat pada
siklus III merupakan langkah untuk
tabel dan grafik berikut:
melakukan perbaikan dan penyempurnaan
dari siklus II. Teknik pengumpulan data Tabel 1. Nilai tes Hasil belajar Siswa dan
dalam penelitian ini adalah observasi dan tes ketuntasan klasikal siklus I, II, dan III
hasil belajar. Nilai Ketunta-
Tes hasil belajar yang diperoleh dari Nilai Nilai Rata san
Siklus
Terendah Tertinggi - klasikal
setiap siklus dianalisis secara deskriptif Rata (%)
untuk mengetahui rata-rata nilai hasil belajar
siswa dan persentase ketuntasan belajar I 41.82 81.82 61.58 56.67
klasikal siswa.
a. Rata-rata Nilai Hasil Belajar Siswa
Rata-rata nilai hasil belajar siswa dapat II 51.06 95.74 72.98 73.33
ditentukan dengan menggunakan rumus:
𝑋
𝑥= III 62.22 96.67 77.41 83.33
𝑁
(Aqib, dkk., 2014:40)
Keterangan:
𝑥 = rata-rata nilai siswa Berdasarkan tabel 1 diatas, nilai hasil belajar
𝑋 = jumlah nilai semua siswa siswa dan ketuntasan klasikal pada siklus I
N = banyaknya siswa hingga siklus III disajikan dalam grafik 1.

4
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 2, No. 1, April 2018 eISSN 2581-253X

Nilai Terendah Hasil Tes Siklus I, II, III Nilai tertinggi siswa dari siklus I ke siklus
III mengalami peningkatan. Peningkatan nilai
70 tertinggi dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar
60 13.92 poin sedangkan pada siklus II ke siklus III
sebesar 0.93 poin.
50
Nilai Rata-Rata Hasil Tes Siklus I, II, III
40
80
nilai

30
60

Nilai
20 40
10 20
0 0
1 2 3 1 2 3
Nilai Nilai Rata-
41,82 51,06 62,22 61,58 72,98 77,41
Terendah Rata

Grafik 1. Nilai Terendah Hasil Tes Siklus I, II,


dan III
Grafik 3. Nilai Rata-Rata Hasil Tes Siklus I, II,
Berdasarkan grafik 1 diatas diperoleh bahwa dan III
nilai terendah hasil tes setiap siklusnya selalu Rata-rata hasil tes setiap siklusnya
mengalami peningkatan. Pada siklus I ke siklus mengalami peningkatan. Dari ketiga siklus pada
II meningkat sebesar 9.24 poin dan pada siklus siklus II dan III yang mencapai KKM dimana
II ke siklus III meningkat sebesar 11.16 poin. ketuntasan nilai rata-rata mencapai ≥65.00. jika
Nilai Tertinggi Hasil Tes Siklus I, II, III dilihat dari setiap siklus mengalami peningkatan
sebesar 11.4 poin dari siklus I ke siklus II dan
100
meningkat sebesar 4.43 poin dari siklus II ke
siklus III.
95
Ketuntasan klasikal (%)
90
100
85
80
Nilai

Presentase

80 60

75 40

20
70
1 2 3 0
Nilai 1 2 3
81,82 95,74 96,67
Tertinggi Ketuntasan
56,67 73,33 83,33
klasikal (%)

Grafik 2. Nilai Tertinggi Hasil Tes Siklus I, II,


dan III Grafik 4. Ketuntasan Klasikal Siklus I, II, dan III
5
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 2, No. 1, April 2018 eISSN 2581-253X

Grafik diatas menunjukkan bahwa pada B. Saran


setiap siklusnya ketuntasan klasikal selalu Berdasarkan hasil penelitian yang telah
meningkat dimana pada siklus I terdapat 17 dilakukan, terdapat 4 hal menjadi saran yang
siswa yang tuntas, ada 22 siswa yang tuntas dipertimbangkan dalam penerapan pembelajaran
pada siklus II dan siklus III terdapat 25 siswa problem posing tipe post solution posing untuk
yang tuntas. Peningkatan ketuntasan klasikal meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu:
siklus I ke siklus II sebesar 11.4% dan 1. Hendaknya guru mampu mengelola kelas
meningkat sebesar 4.43% dari siklus II ke siklus dengan baik dan menjadi fasilitator yang
III. Pada grafik tersebut juga menunjukkan baik pada saat siswa melakukan percobaan
bahwa pada siklus III presentase ketuntasan pada tahap pemfokusan sehingga kegiatan
klasikal belajar siswa mencapai indikator pembelajaran berlangsung kondusif sesuai
keberhasilan tindakan. Sehingga pada siklus III yang telah direncanakan.
penelitian dihentikan. 2. Disarankan kepada guru atau peneliti untuk
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat melakukan penelitian lanjutan pada
menunjukkan bahwa penerapan model pokok bahasan yang berbeda.
pembelajaran problem posing tipe post solution 3. Membiasakan siswa terlibat aktif setiap
posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa proses kegiatan pembelajaran sehingga dapat
kelas VIII I di SMP Negeri 1 Bengkulu Tengah meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri
siswa dalam belajar seperti memberikan
kesempatan siswa untuk bertanya,
menanggapi dan memaparkan kedepan hasil
SIMPULAN DAN SARAN soal yang dibuat oleh siswa.
4. Mengurangi jumlah siswa dalam satu
A. Simpulan kelompok menjadi 2-3 siswa agar diskusi
Berdasarkan hasil penelitian dan lebih bisa terkontrol oleh guru.
pembahasan maka diperoleh kesimpulan bahwa
penerapan model pembelajaran problem posing DAFTAR PUSTAKA
tipe post solution posing dapat meningkatkan Aqib, Z., Jaiyaroh, S., Diniati, E., & Khotimah,
hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata pada K. (2014). Penelitian Tindakan Kelas Guru
siklus I sebesar 61.58, siklus II sebesar 72.98 SD, SLB, TK. Bandung : CV. Yrama
dan pada siklus III sebesar 77.41. Adapun hal-hal Widya.
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa Aqib, Z. (2009). Penelitian Tindakan Kelas Guru
adalah sebagai berikut: SD, SLB, TK. Bandung : CV. Yrama
1. memberikan LKS (lembar kerja siswa) untu Widya.
siswa berlatih membuat soal yang lebih Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2016).
mudah dipahami dan sesuai kemampuan Penelitian Tindakan Kelas Edisi Revisi.
siswa sendiri dengan cara mengubah angka, Jakarta: Bumi Aksara.
informasi yang diketahui dan informasi yang Dameyani, E. (2014). Upaya meningkatkan hasl
ditanya, mengubah nama gambar, mengubah belajar siswa kelas VII SMPN 05 Kota
bentuk gambar, dan mengubah cerita soal Bengkulu melalui model pemebelajaran
berdasarkan soal semula. problrm posing tipe post solution posing .
2. Siswa mengerjakan soal-soal yang dibuat Bengkulu: Skripsi. tidak diterbitkan.
sendiri dengan membiasakan siswa Hamalik, O. (2009). Dasar-dasar Pengembangan
menuliskan jawaban sesuai langkah atau Kurikulum. Bandung: PT Remaja
prosedur dan mengingatkan siswa untuk Rosdakarya.
teliti dalam menghitung dan menulis jawaban.
6
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 2, No. 1, April 2018 eISSN 2581-253X

Hudojo, H. (2005). Pengembangan Kurikulum Saroh, M. (2012, Juli). Optimalisasi Model


dan Pembelajaran Matematika. Malang: Pembelajaran Problem Posing Tipe Post
UM Press. Solution Posing untuk Meningkatkan
Mahmudi, A. (2008). Pembelajaran Problem Kemampuan Komunikasi Matematika
Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VII SMP N Colomadu pada
Pemecahan Masalah Matematika. Makalah Pokok Bahasan Segiempat. p. 15.
Disajikan Pada Seminar Nasional Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran
Matematika FMIPA UNPAD bekerjasama Inovatif dalam Kurikulum 2013.
dengan Departemen Matematika UI: Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Universitas Yogyakarta, 13 Desember Silver, E. A., & Cai, J. (1996). An Analysis Of
2008. Aritmatic Problem Posing by Middle
School Student. Journal For Researc in
Mathematis Education , V.2,
N.5.November 1996, P.521-539.

Anda mungkin juga menyukai