Hayatri 2018 Post Solution Posing
Hayatri 2018 Post Solution Posing
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
cara menerapkan pendekatan problem posing tipe post solution posing untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Tahap-tahap yang digunakan dalam PTK yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIi SMP Negeri 01 Bengkulu Tengah yang
berjumlah 30 siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa dan ketuntasan
belajar klasikal dari siklus I hingga siklus III, yaitu 61.58; 72.98; 77.41 dan 56,67%; 73,33%; 83,33%.
Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara : siswa berlatih membuat soal yang lebih mudah
dipahami dan sesuai kemampuan siswa sendiri dengan mengubah angka, informasi yang diketahui,
informasi yang ditanya, mengubah nama gambar, mengubah bentuk gambar, dan mengubah cerita soal
berdasarkan soal semula.
Kata Kunci: Model Problem Posing, hasil belajar siswa
ABTRACK
This research is a Classroom Action Research (CAR). This research is a mean to find out how to apply the
problem posing approach of post-solution posing type in increasing the ability of students’mathematical
concept understanding. The stages used in this CAR are planning, implementation, observation, and
reflection. Subjects in this study were students of class VIIIi SMP Negeri 1 Central Bengkulu totally 30
students. Improvement of students’ learning outcomes can bee seen from the improvement in the average
value of students and the completeness percentage of classical learning from cycle I to cycle III in
respectively: 61.58; 72.98; 77.41 dan 56,67%; 73,33%; 83,33%. Student learning outcomes can be
improved by: students practice making problems more easily understood and according to the students’
own abilities by changing numbers, known and questioned information, image names, image form, and
story problems based on the original problem.
Keywords: Problem Posing Model, students learning outcomes
pendidikan yang memiliki peran yang sangat bahwa siswa lebih aktif mengikuti proses belajar
penting. Dalam proses belajar dan mengajar dan menjadikan proses belajar lebih bermakna
matematika diperlukan interaksi yang baik antara untuk dirinya (Bruner, 1999: 48). Namun
guru dan siswa agar tercapainya tujuan kenyataannya berdasarkan observasi, siswa
pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran hanya mengikuti apa yang disampaikan oleh
dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh guru dan akhirnya siswa hanya belajar dengan
siswa setelah siswa selesai. cara menghapal, mengingat materi, rumus-
Hasil belajar merupakan salah satu tujuan rumus, dan definisi dalam materi matematika
dari proses pembelajaran. Menurut Oemar yang diberikan oleh guru tanpa mengetahui
Hamalik (2008: 155), hasil belajar tampak maknanya.
sebagai perubahan tingkah laku pada diri siswa Dengan demikian guru harus mampu
yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk memilih model pembelajaran yang tepat,
perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. sehingga siswa lebih mudah memahami konsep
Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam dalam belajar matematika. Salah satu model
memahami konsep sangat penting dalam proses pembelajaran yang digunakan untuk alternative
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tindakan meningkatkan hasil belajar siswa yaitu
siswa. Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Post
Pada umumnya guru menyadari bahwa Solution Posing.
matematika merupakan mata pelajaran yang Model pembelajaran Problem Posing Tipe
kurang diminati, ditakuti dan membosankan oleh Post Solution Posing merupakan model
sebagian besar siswa. Hal ini dapat dilihat dari pembelajaran yang membiasakan siswa untuk
hasil belajar siswa yang kurang memuaskan terlibat aktif dalam mengembangkan ide
sehingga nilai hasil belajar siswa tidak matematikanya dimana siswa membuat/
memenuhi KKM. memodifikasi pertanyaan yang diberikan oleh
Berdasarkan observasi dan wawancara yang guru menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih
dilakukan peneliti oleh guru matematika kelas sederhana sesuai kemampuan siswa (Saroh,
VIII di SMP Negeri 1 Bengkulu Tengah 2012: 7). Hal ini sesuai dengan pendapat
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih Shoimin (2014: 133) menyatakan bahwa problem
rendah. Siswa menyelesaikan soal latihan dengan posing merupakan model pembelajaran yang
diberikan soal yang sedikit berbeda dari contoh mengharuskan siswa menyusun pertanyaannya
yang diberikan guru dan siswa merasa kesulitan sendiri atau merumuskan soal menjadi
dalam menyelesaikannya sehingga 70% dari pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana.
jumlah siswa tidak mencapai nilai KKM ≥65. Silver dan Cai dalam Thobroni (2016: 288)
Penyebab rendahnya hasil belajar siswa menjelaskan bahwa pengajuan soal yang
dalam pembelajaran matematika dipengaruhi diajukan dapat diaplikasikan dalam tiga bentuk
oleh kegiatan pembelajaran yang belum aktivitas kognitif matematika, yakni sebagai
membuat siswa membangun konsep sendiri dan berikut: a) Pre-solution Posing; b) Within
aktif dalam proses belajar, yakni kurangnya Solution Posing; dan c) Post-solution Posing
keterampilan siswa dalam bertanya dan Pre-solution Posing, yaitu jika sesorang
kesempatan siswa mengungkapkan ide dengan siswa membuat soal dari situasi yang diadakan.
bahasanya sendiri. Kebanyakan siswa masih sulit Jadi, guru diharapkan mampu membuat
untuk bertanya saat proses pembelajaran pertanyaan yang berkaitan dengan pertanyaan
berlangsung. yang dibuat sebelumnya. Within Solution Posing,
Padahal dalam proses pembelajaran yaitu jika seseorang siswa mampu merumuskan
matematika, keterampilan bertanya sangat ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub
penting. Dengan banyak bertanya menunjukkan pertanyaan baru yang urutan penyelesaiannya
2
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 2, No. 1, April 2018 eISSN 2581-253X
seperti yang telah diselesaikan sebelumnya. Aqib (2009 : 13) menyatakan bahwa
Sedangkan Post-solution Posing, yaitu jika penelitian tindakan kelas merupakan penelitian
seseorang siswa memodifikasi tujuan atau yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri
kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk melalui refleksi diri dengan tujuan untuk
membuat soal yang baru yang sejenis. memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar
Pada penelitian ini aktivitas kognitif siswa meningkat.
matematika yang dipilih adalah problem posing Adapun subjek penelitian adalah seluruh
tipe post solution posing. Menurut Silver dan Cai siswa kelas VIIIi sebanyak 30 siswa dari 17
(dalam Ali mahmudi, 2008:6) ada beberapa siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan dengan
teknik yang dapat digunakan untuk membuat kemampuan yang heterogen.
soal dengan model pembelajaran problem posing Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri
tipe post solution posing, yaitu (1) mengubah atas rangkaian empat tahapan kegiatan yang
informasi atau data pada soal semula; (2) harus dilakukan dalam setiap siklusnya. Empat
menambah informasi atau data pada soal semula; tahapan kegiatan utama yang ada pada setiap
(3) mengubah nilai data yang diberikan, tetapi siklus tersebut adalah: (a) tahap perencanaan, (b)
tetap mempertahankan kondisi atau situasi soal tahap tindakan, (c) tahap pengamatan, dan (d)
semula; (4) mengubah situasi atau kondisi soal tahap refleksi. Penelitian tindakan kelas ini
semula, tetapi tetap mempertahankan data atau terdiri dari 3 siklus.
informasi yang ada pada soal semula. 1. Siklus I
Model pembelajaran problem posing tipe a. Tahap perencanaan
post solution posing merupakan model Kegiatan-kegiatan pada tahap
pembelajaran yang menekankan pada pembuatan perencanaan ini adalah: 1) menelaah silabus
soal dengan cara mengubah atau memodifikasi pokok bahsan atau materi yang diajarkan; 2)
soal semula yang diberikan guru dan diselesaikan menyusun RPP yang sesui dengan model
siswa. Dengan demikian, model pembelajaran ini pembelajaran problem posing tipe post
dapat membuat siswa berperan aktif dalam solution posing; 3) menyapkan lembar kerja
pembelajaran matematika dimana siswa akan siswa (LKS) yang digunakan sebagai
terlatih untuk membangun keterampilannya panduan untuk siswa memahami konsep
dalam bertanya. Hal ini dikarenakan siswa materi dan mengerjakan soal; 4) menyusun
diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dan menyiapkan lembar observasi; 5)
membangun pengetahuannya sendiri melalui menyusun soal tes.
pengajuan soal yang dibuat sisiwa sendiri.
Pembuatan soal oleh siswa ini dilakukan setelah b. Tahap pelaksanaan tindakan
guru memberikan contoh soal atau setelah siswa 1) Pendahuluan
mengerjakan soal yang diberikan guru. Guru membuka pelajaran, mengecek
kehadiran siswa, menyampaikan tujuan
METODE PENELITIAN pembelajaran, menjelaskan prosedur model
Penelitian ini merupakan penelitian pembelajaran problem posing tipe post
Tindakan Kelas (PTK). Arikunto (2016: 1) solution posing dan memotivasi siswa.
menyatakan bahwa penelitian yang memaparkan 2) Kegiatan inti
terjadinya sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus Guru membentuk kelompok,
memamparkan apa saja yang terjadi ketika menyampaikan materi, siswa mengerjakan
perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh LKS, siswa membuat soal modifikasi
proses sejak awal pemberian perlakuan sampai bersama kelompok, guru membimbing
dengan dampak dari perlakuan tersebut. siswa, siswa mempresentasikan hasil diskusi
dan menyimpulkan hasil diskusi.
3
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 2, No. 1, April 2018 eISSN 2581-253X
4
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 2, No. 1, April 2018 eISSN 2581-253X
Nilai Terendah Hasil Tes Siklus I, II, III Nilai tertinggi siswa dari siklus I ke siklus
III mengalami peningkatan. Peningkatan nilai
70 tertinggi dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar
60 13.92 poin sedangkan pada siklus II ke siklus III
sebesar 0.93 poin.
50
Nilai Rata-Rata Hasil Tes Siklus I, II, III
40
80
nilai
30
60
Nilai
20 40
10 20
0 0
1 2 3 1 2 3
Nilai Nilai Rata-
41,82 51,06 62,22 61,58 72,98 77,41
Terendah Rata
Presentase
80 60
75 40
20
70
1 2 3 0
Nilai 1 2 3
81,82 95,74 96,67
Tertinggi Ketuntasan
56,67 73,33 83,33
klasikal (%)