Anda di halaman 1dari 16

Karya Arsitektur Gereja Blendug

1. Profil
Gereja Blendug (Gereja Blendug atau mBlendhug) yang bernama asli Gereja
Immanuel adalah Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah. Nama Blendug adalah julukan dari
masyarakat setempat yang berarti kubah. Gereja ini dibangun oleh masyarakat Belanda
yang tinggal di kota itu pada tahun 1753, dengan bentuk heksagonal (persegi delapan) dan
ruang induk di tengah (di bawah kubah). Lokasi Gereja Blendug ada di jalan Letjend.
Suprapto 32, Kota Lama Semarang. Gereja blendug yang memiliki gaya neo-klasik pada
eksteriornya ini juga memiliki gaya Art Nouveau pada interiornya dengan orgel barok
peninggalan jaman Belanda yang sudah tidak dapat berfungsi lagi saat ini.

Gambar 1. Eksterior dan Interior Gereja Blendug


Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/GPIB_Immanuel_Semarang dan
https://www.kompasiana.com/christiesuharto/gereja-blenduk-semarang-salah-satu-gereja-tertua-di-jawa-
tengah_5653f15344afbdf10458d4ac

2. Karakter Arsitektur/Bentuk
Gereja Blendug memiliki 3 bentuk dasar, yaitu tabung, balok, dan prisma segidelapan
dengan atap berbentuk kubah. Gereja yang menghadap ke Selatan ini merupakan
bangunan setangkup dengan fasad tunggal yang secara vertikal terbagi atas tiga bagian. 3
bagian itu adalah atap kubah, bangunan lantai 2 yang berbentuk lingkaran, dan bangunan
lantai 1 berbentuk segidepalan di bawahnya. Walaupun gereja ini terbagi menjadi 3 secara
fasad vertikal, namun jumlah lantainya hanya 2 lantai. Jika dilihat dari fasad secara
horizontal, bangunan gereja blendug terdiri dari 2 bagian, bagian muka depan dengan 2
menara yang menghadap ke Selatan, dan bagian belakang yang merupakan inti bangunan.
Gambar 2. Bentuk Bangunan Gereja Blendug
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/GPIB_Immanuel_Semarang

3. Sejarah/Kurun Waktu
Mula-mula Gereja di bangun pada tahun 1753, berbentuk rumah panggung Jawa,
dengan atap berarsitektur model Jawa. Pada tahun 1787 rumah panggung ini dirombak
total. Tujuh tahun berikutnya diadakan kembali perubahan. Pada tahun 1894, gedung ini
dibangun kembali oleh H.P.A. de Wilde dan W.Westmas. Gereja ini dibangun pada abad ke-
17 dan telah mengalami 3 kali renovasi, yaitu pada tahun 1787, 1894 dan terakhir tahun
2003.

Gambar 3. Gereja Blendug tempo dulu


Sumber: https://metafamtoursemarang.wordpress.com/2014/01/18/jejak-jejak-semarang-tempo-dulu-1-gereja-
belenduk-semarang/ dan http://seputarsemarang.com/wallpaper-foto-semarang-tempo-dulu/

4. Elemen
1. Tangga putar menuju balkon orgel
Pada tangga putar menuju balkon dimana organ berada, terdapat ornamen
melengkung-lengkung seperti pada gambar di bawah ini. Ornamen melengkung-
lengkung yang terdapat pada tangga putar ini menjadi salah satu dari penerapan gaya
Art Nouveau pada elemen bangunan Gereja Blendug. Ornamen melengkung juga
muncul pada tiang tangga atau induk tangga putar.
Gambar 4. Tangga Putar Gereja Blendug
Sumber: http://lastrisulas.blogspot.co.id/2015/10/wisata-religi-gereja-blenduk-kota.html dan
https://www.kompasiana.com/christiesuharto/gereja-blenduk-semarang-salah-satu-gereja-tertua-di-
jawa-tengah_5653f15344afbdf10458d4ac

2. Orgel/Organ
Organ tua peninggalan Belanda yang ada di Gereja Blendug biasanya
digunakan sebagai musik pengiring saat ibadah berlangsung, namun saat ini, organ
tua ini sudah tidak dapat berfungsi lagi. Ornamen-ornamen yang ada di organ tua
tersebut memiliki gaya Art Nouveau dengan garis-garis lengkungnya. Selain itu juga
terdapat patung malaikat yang bermain harpa menghiasi organ tua tersebut. Pada
detail elemen organ terdapat ukiran-ukiran bunga dan daun, dimana unsur tumbuhan
merupakan ciri dari gaya Art Nouveau.

Gambar 5. Organ tua Gereja Blendug


Sumber: http://www.flickriver.com/photos/tags/blenduk/interesting/ dan
https://www.kompasiana.com/christiesuharto/gereja-blenduk-semarang-salah-satu-gereja-tertua-di-jawa-
tengah_5653f15344afbdf10458d4ac

3. Lampu
Lampu gantung yang berada di tengah ruangan ibadah merupakan lampu
dengan gaya Art Nouveau. Pada bagian tengah dari lampu gantung tersebut terdapat
hiasan-hiasan yang melengkung sama seperti hiasan pada tangga putar.
Gambar 6. Lampu Gantung Gereja Blendug
Sumber: https://www.kompasiana.com/christiesuharto/gereja-blenduk-semarang-salah-satu-gereja-
tertua-di-jawa-tengah_5653f15344afbdf10458d4ac

5. Struktur Kontruksi
1. Atap
Gereja Blendug memiliki berbagai bentuk atap, mulai dari plana, datar, dan yang
paling mencolok, atap kubah. Atap bangunan Gereja Blendug yang berbentuk kubah
mengatapi ruangan inti dari gereja yang digunakan sebagai tempat beribadah. Kubah
ini dilapisi oleh lapisan perunggu. Sedangkan untuk atap lainnya, yaitu atap plana,
menggunakan penutup atap berupa seng. Bagian atap dak digunakan untuk area
lantai 1 yang tidak teratapi oleh atap kubah.

Gambar 7. Atap Gereja Blendug


Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/GPIB_Immanuel_Semarang

2. Kolom
Gereja Blendug menggunakan kolom helicoidal. Bentuk kolom lingkaran dengan
ukiran di bagian atas kolom yang membesar menjadi ciri kolom helicoidal yang
terdapat pada Gereja Blendug. Ukiran melengkung pada kolom bangunan ini juga
merupakan ciri dari Art Nouveau.
Gambar 8. Kolom Gereja Blendug
Sumber: https://www.kompasiana.com/christiesuharto/gereja-blenduk-semarang-salah-satu-gereja-
tertua-di-jawa-tengah_5653f15344afbdf10458d4ac

6. Konteks
Konteks dibangunnya Gereja Blendug di masa lampau adalah untuk peribadatan, dan
hal itu masih menjadi fungsi dari Gereja Blendug hingga saat ini. Namun, selain sebagai
tempat ibadat, saat ini gereja blendug juga digunakan sebagai tempat foto pre-wedding.

Analisis/Pembahasan

Pada pembahasan Gereja Blendug, elemen Gereja Blendug akan dibandingkan


dengan elemen bangunan Casa Batllo. Bangunan Casa Batllo adalah bangunan modern Art
Nouveau yang terletak di Passeig de Gràcia, Barcelona, Spanyol.

Gambar 9. Gereja Blendug Gambar 10. Casa Batllo


Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/GPIB_Immanuel_Semarang dan https://www.casabatllo.es/en/

1. Tangga
Tangga Gereja Blendug dan tangga pada bangunan Casa Batllo memiliki bentuk
dasar yang sama, yaitu tangga putar yang melengkung. Namun untuk ornament,
tangga Gereja Blendug memliki banyak ornamen berupa ukiran melengkung,
sedangkan pada tangga Casa Batllo tidak ada satupu ornamen. Ornamen ukiran
tangga Gereja Blendug dapat dicirikan sebagai ornamen Art Nouveau yang sudah
bercampur dengan ornamen budaya setempat.

Gambar 11. Tangga Gereja Blendug Gambar 12. Tangga Casa Batllo
Sumber: http://lastrisulas.blogspot.co.id/2015/10/wisata-religi-gereja-blenduk-kota.html dan
http://crucitagutierrezsegovia.blogspot.co.id/2015/06/arte-en-la-historia-gaudi-y-la-casa_28.html

2. Lampu
Gereja Blendug dan Casa Batllo memiliki lampu gantung yang bercirikan Art
Nouveau. Perbedaan dari 2 lampu tersebut adalah unsur melengkung dan unsur garis
lurus yang terdapat pada lampu. Lampu gantung pada Gereja Blendug memiliki unsur
garis lurus yang dominan dan beberapa garis melengkung, sedangkan pada lampu
gantung Casa Batllo, unsur garis melengkung lebih dominan daripada garis lurus.

Gambar 13. Lampu Gereja Blendug Gambar 14. Lampu Casa Batllo
Sumber: https://www.kompasiana.com/christiesuharto/gereja-blenduk-semarang-salah-satu-gereja-tertua-di-
jawa-tengah_5653f15344afbdf10458d4ac dan https://www.casabatllo.es/en/

3. Kolom
Kolom pada Gereja Blendug dan Casa Batllo memiliki tipe yang sama, yaitu
helicoidal. Namun pada kolom Gereja Blendug terdapat ukiran melengkung pada
bagian atas kolom.
Gambar 15. Kolom Gereja Blendug Gambar 16. Kolom Casa Batllo
Sumber: https://www.kompasiana.com/christiesuharto/gereja-blenduk-semarang-salah-satu-gereja-tertua-di-
jawa-tengah_5653f15344afbdf10458d4ac dan https://www.casabatllo.es/en/

Simpulan
Gereja Blendug bukan bangunan modern Art Nouveau secara keseluruhan. Bangunan ini
bergaya neo-klasik dengan interior bertema Art Nouveau. Art Nouveau ditunjukan pada
elemen tangga, lampu, kolom, dan organ tua peninggalan Belanda.

Karya Arsitektur Gereja Blendug

1. Profil
Masjid Raya Medan atau Masjid Raya Al Mashun merupakan sebuah masjid yang terletak
di Medan, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909.
Pada awal pendiriannya, masjid ini menyatu dengan kompleks istana. Gaya arsitekturnya
khas Timur Tengah, India dan Spanyol. Masjid ini berbentuk segi delapan dan memiliki
sayap di bagian selatan, timur, utara dan barat. Masjid Raya Medan ini merupakan saksi
sejarah kehebatan Suku Melayu sang pemilik dari Kesultanan Deli (Kota Medan). Pada
awalnya Masjid Raya Al Mashun dirancang oleh arsitek Belanda Van Erp yang juga
merancang istana Maimun, namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van
Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung
dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah. 
Gambar 1. Eksterior dan Interior Masjid Raya Medan
Sumber: https://arsitektour.wordpress.com/2016/10/24/masjid-raya-al-mashun-medan-mengenal-bangunan-
peninggalan-sultan-maimun/ dan https://gpswisataindonesia.wordpress.com/2015/03/09/masjid-raya-al-mashun-
medan-sumatera-utara/

2. Karakteristik Arsitektur
Masjid Raya Medan hanya memiliki satu bentuk dasar yaitu berupa segi delapan yang
tidak sama sisi dengan atap berbentuk kubah yang berjumlah lima. Atap kubah tersebut
disusun dengan pola massa terpusat dengan kubah yang bermassa besar sebagai pusat
dan empat kubah yang berukuran lebih kecil mengelilinginya

Gambar 2. Bentuk Bangunan Masjid Raya Medan


Sumber: http://tengbot.com/masjid-raya-al-mashun-medan.html

Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak
seperti masjid-masjid kebanyakan. Empat penjuru masjid masing-masing diberi beranda
dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan
utama masjid. Masing-masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung
antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di
sisi mihrab.

Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk
dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi
berhadapan lebih kecil, terdapat ‘beranda’ serambi kecil yang menempel dan menjorok
keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca
patri yang sangat berharga, sisa peninggalan Art Nouveau periode 1890-1914, yang dipadu
dengan kesenian Islam. Seluruh ornamentasi di dalam masjid baik di dinding, plafon, tiang-
tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan.
di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada
bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang
sholat utama.[1]

Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tidak berdaun yang berbentuk


lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda maupun jendela-jendela
lengkung itu mengingatkan desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad
Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-
patah bersegi delapan. Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing
beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Masjid
Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60
m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun
mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. 

3. Sejarah/Kurun Waktu
Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan Deli memulai
pembangunan Masjid Raya Al Mashun pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H).
Keseluruhan pembangunan rampung pada tanggal 10 September 1909 (25 Sya‘ban 1329
H) sekaligus digunakan yang ditandai dengan pelaksanaan sholat Jum’at pertama di masjid
ini. Keseluruhan pembangunannya menghabiskan dana sebesar satu juta Gulden. Sultan
memang sengaja membangun masjid kerajaan ini dengan megah, karena menurut
prinsipnya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan istananya sendiri, Istana Maimun.
Pendanaan pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan, namun konon Tjong A
Fie, tokoh kota Medan dari etnis Tionghoa yang sezaman dengan Sultan Ma’mun Al Rasyid
turut berkontribusi mendanai pembangunan masjid ini.

Gambar 3. Masjid Raya Medan


Sumber: http://www.wisatamedan.net/?p=1085

4. Elemen
1. Pintu
Pintu masuk Masjid Raya Medan memiliki gaya Art Nouveau. Dilihat dari tralis
pintu gerbang masjid yang melengkung seperti sulur tumbuhan.
Gambar 4. Pintu Masuk Masjid Raya Medan
Sumber: http://www.fotografimedan.com/2015/06/masjid-raya-al-mahsun-medan.html
2. Jendela
Jendela pada Masjid Raya Medan menggunakan kaca patri yang memiliki ornamen
yang bermotif tumbuhan sebagai ciri dari Art Nouveau.

Gambar 4. Jendela Masjid Raya Medan


Sumber: http://www.fotografimedan.com/2015/06/masjid-raya-al-mahsun-medan.html

4. Lampu
Lampu gantung yang berada di Masjid Raya Medan merupakan lampu dengan
gaya Art Nouveau. Pada bagian atas lampu terdapat hiasan-hiasan yang melengkung
seperti sulur tumbuhan.

Gambar 6. Lampu Gantung Masjid Raya Medan


Sumber: https://www.kompasiana.com/christiesuharto/gereja-blenduk-semarang-salah-satu-gereja-
tertua-di-jawa-tengah_5653f15344afbdf10458d4ac
5. Struktur Kontruksi
1. Atap
Masjid Raya Medan memiliki satu jenis bentuk atap, yaitu berupa atap kubah
yang berwarna hitam. Atap bangunan Masjid Raya Medan yang berbentuk kubah
mengatapi ruangan inti dari masjid yang digunakan sebagai tempat beribadah.

Gambar 7. Atap Masjid Raya Medan


Sumber: http://tengbot.com/masjid-raya-al-mashun-medan.html

3. Kolom
Masjid Raya Medan menggunakan kolom helicoidal. Bentuknya yang berupa
lingkaran dan seperti tulang, makin ke atas bentuknya makin membesar begitu pula
makin ke bawah bentuknya makin membesar pula. Kolom helicoidal merupakan salah
satu ciri bangunan Art Nouveau.

Gambar 8. Kolom Masjid Raya Medan


Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Raya_Medan

2. Konteks
Konteks dibangunnya Masjid Raya Medan di masa lampau adalah untuk beribadah,
Saat ini, selain menjadi pusat ibadah muslim di kota Medan, Masjid al Mashun juga
menjadi daerah tujuan wisata yang dikunjungi para turis domestik dan mancanegara.
Salah satu kelebihan masjid ini adalah, masih dalam bentuknya yang asli, belum
mengalami perubahan yang spesifik. 

Analisis/Pembahasan

Pada pembahasan Masjid Raya Medan, elemen M akan dibandingkan dengan elemen
bangunan Casa Batllo. Bangunan Casa Batllo adalah bangunan modern Art Nouveau yang
terletak di Passeig de Gràcia, Barcelona, Spanyol.

Gambar 9. Masjid Raya Medan Gambar 10. Casa Batllo


Sumber: http://tengbot.com/masjid-raya-al-mashun-medan.html
dan https://www.casabatllo.es/en/
1. Pintu
Masjid Raya Medan dan Casa Batllo memiliki pintu masuk yang bercirikan Art
Nouveau. Perbedaan dari dua pintu tersebut terletak pada tralis. Pada pintu Masjid Raya
Medan, ciri Art Nouveau terletak pada tralisnya. Sedangkan pada Casa Battlo, ciri Art
Nouveau terletak pada ornamen di atas pintu.
Gambar 1. Pintu masuk Masjid Raya Medan Gambar 2. Pintu di ruang noble

Sumber: http://www.fotografimedan.com/2015/06/masjid-raya-al-mahsun-medan.html
dan https://www.linkedin.com/company/casa-batll-o

2. Jendela
Jendela pada Masjid Raya Medan mempunyai kesamaan dengan jendela pada Casa
Battlo, yaitu bagian atas jendela yang melengkung. Selain itu, kedua jendela ini memiliki
bentuk yang mirip. Perbedaan terletak pada ornamennya. Pada jendela Masjid Raya
Medan menggunakan kaca patri yang disertai dengan ornamen sebagai ciri dari Art
Nouveau. Sedangkan pada Casa Battlo tidak menggunakan kaca patri.
Gambar 3. Jendela Masjid Raya Medan Gambar 4. Jendela pada interior (void) di tengah bangunan
Sumber: http://www.fotografimedan.com/2015/06/masjid-raya-al-mahsun-medan.html
dan https://www.casabatllo.es/en/news/contests/the photocontest-of-may-is-protagonized-by-the
colouadient-of-the-building-well/

3. Lampu
Masjid Raya Medan dan Casa Batllo memiliki lampu gantung yang bercirikan Art
Nouveau. Lampu gantung pada Masjid Raya Medan memiliki kesamaan pada lampu
gantung Casa Batllo, yaitu sulur sulur yang mengelilingi lampu melengkung ke atas.
Yang membedakan yaitu lampunya.
Gambar 13. Lampu Masjid Raya Medan Gambar 14. Lampu Casa Batllo
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Raya_Medan dan https://www.casabatllo.es/en/

4. Kolom
Kolom pada Masjid Raya Medan dan Casa Batllo memiliki tipe yang sama, yaitu
helicoidal. Yang membedakan yaitu motif atau ukiran yang terdapat pada kolom. Jika
kolom masjid memiliki banyak ukiran sehingga menjadi bertekstur, sedangkan kolom
pada Casa Battlo bertekstur halus.
Gambar 15. Kolom Masjid Raya Medan Gambar 16. Kolom Casa Batllo
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Raya_Medan dan https://www.casabatllo.es/en/

Simpulan
Masjid Raya Medan bukan bangunan modern Art Nouveau sepenuhnya. Bangunan ini
memiliki gaya arsitektur campuran Timur Tengah yang dipadukan dengan gaya Art
Nouveau. Art Nouveau ditunjukan pada elemen pintu, jendela, lampu, dan kolom.
Daftar Pustaka
http://seputarsemarang.com/gereja-blenduk-kota-lama-1265/
https://id.wikipedia.org/wiki/GPIB_Immanuel_Semarang
http://betulcerita.blogspot.co.id/2015/02/sejarah-gereja-blenduk-semarang.html
https://www.kompasiana.com/christiesuharto/gereja-blenduk-semarang-salah-satu-gereja-
tertua-di-jawa-tengah_5653f15344afbdf10458d4ac
https://metafamtoursemarang.wordpress.com/2014/01/18/jejak-jejak-semarang-tempo-dulu-
1-gereja-belenduk-semarang/
https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Raya_Medan
http://magisterseniusu.weebly.com/uploads/1/8/0/0/1800340/tesis-achy-askwana.pdf
http://harian.analisadaily.com/arsitektur/news/masjid-raya-medan-keagungan-kejayaan-
deli/331740/2017/03/05
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/37971315/jurnal_kajian_elemen_fisik_
pembentuk_karakter_visual.pdf?
AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1514249758&Signature=bXIjtdV
HPg%2BjP3jNtPlb02gK2wQ%3D&response-content-disposition=inline%3B%20filename
%3Dkajian_elemen_fisik_pembentuk_karakter_v.pdf

Anda mungkin juga menyukai