1. Latar Balakang
Pemeriksaan diagnostic adalah penilaian klinis tentang respon individu,keluarga,dan
komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan actual maupun
potensial.
Perkembangan Ultrasonografi (USG) sudah dimulai sejak kira-kira tahun 1960,
dirintis oleh Profesor Ian Donald. Sejak itu, sejalan dengan kemajuan teknologi bidang
komputer, maka perkembangan ultrasonografi juga maju dengan sangat pesat, sehingga
saat ini sudah dihasilkan USG 3 Dimensi dan Live 3D (ada yang menyebut sebagai USG
4D).
a. Dalam bidang obstetri, indikasi yang dianut adalah melakukan pemeriksaan USG
dilakukan begitu diketahui hamil, penapisan USG pada trimester pertama (kehamilan
10 – 14 minggu), penapisan USG pada kehamilan trimester kedua (18 – 20 minggu),
dan pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk memantau tumbuh kembang
janin.
b. Dalam bidang ginekologi onkologi pemeriksaannya diindikasikan bila ditemukan
kelainan secara fisik atau dicurigai ada kelainan tetapi pada pemeriksaan fisik tidak
jelas adanya kelainan tersebut.
c. Dalam bidang endokrinologi reproduksi pemeriksaan USG diperlukan untuk mencari
kausa gangguan hormon, pemantauan folikel dan terapi infertilitas, dan pemeriksaan
pada pasien dengan gangguan haid
d. Sedangkan indikasi non obstetrik bila kelainan yang dicurigai berasal dari disiplin ilmu
lain, misalnya dari bagian pediatri, rujukan pasien dengan kecurigaan metastasis dari
organ ginekologi dll.
Teknologi rontgen sudah digunakan lebih dari satu abad yang lalu. Tepatnya sejak
8 November 1890 ketika fisikawan terkemuka berkebangsaan Jerman, Conrad Roentgen,
menemukan sinar yang tidak dikenalinya, yang kemudian diberi label sinar X. Sinar ini
mampu menembus bagian tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
memotret bagian-bagian dalam tubuh. Berkat jasanya bagi dunia kedokteran, banyak
nyawa bisa diselamatkan, hingga ia mendapat penghargaan Nobel di tahun 1901.
Pada prinsipnya sinar yang menembus tubuh ini perlu dipindahkan ke format film
agar bisa dilihat hasilnya. Seiring dengan kemajuan teknologi, kini foto rontgen juga
sudah bisa diproses secara digital tanpa film. Sementara hasilnya bisa disimpan dalam
bentuk CD atau bahkan dikirim ke berbagai belahan dunia menggunakan teknologi e-
mail.
CTG dalam arti khusus adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur DJJ
pada saat kontraksi maupun tidak sedangkan dalam arti umum CTG merupakan suatu
alat untuk mengetahui kesejahteraan janin di dalam rahim, dengan merekam pola denyut
jantung janin dan hubungannya dengan gerakan janin atau kontraksi rahim.
Jadi bila doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada CTG kontraksi ibu juga
terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat kontraksi dan diluar kontraksi.
Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya gawat janin akibat fungsi
plasenta yang sudah tidak baik.
Cara pengukuran CTG hampir sama dengan doppler hanya pada CTG yang
ditempelkan 2 alat yang satu untuk mendeteksi DJJ yang satu untuk mendeteksi
kontraksi, alat ini ditempelkan selama kurang lebih 10-15 menit
2. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar pembaca dapat menjelaskan
tentang CTG
MATERI
1. Pengertian
Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga dan
komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual maupun
potensial. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu
diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu
diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
b. Interpretasi Data
1) Menentukan aspek positif klien
Jika klien memerlukan standar kriteria kesehatan, perawat kemudian
menyimpulkan bahwa klien memiliki aspek positif tersebut dapat digunakan
untuk meningkatkan atau membantu memecahkan masalah klien yang dihadapi.
2) Menentukan masalah klien
Jika klien tidak memenuhi standar kriteria maka klien tersebut mengalami
keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
3) Menentukan masalah klien yang pernah dialami
Perawat dapat menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak mampu untuk
melawan infeksi tersebut.
4) Menentukan keputusan
Penentuan keputusan didasarkan pada jenis masalah yang ditemukan.
Tidak ditemukan masalah kesehatan tetapi perlu peningkatan status dan fungsi
kesehatan Masalah yang akan muncul Mengumpulkan data yang lengkap untuk
lebih mengidentifikasi masalah- masalah yang akan muncul.
5) Masalah kalaboratif
Berkonsuktasi dengan tenaga kesehatan lain professional yang kompeten dan
berkalaborasi untuk penyelesaian masalah tersebut.
c. Validasi Data
Perawat memvalidasi data yang telah diperoleh agar akurat dan dilakukan bersama
klien, keluarga dan masyarakat. Validasi dilakukan dengan mengerjakan pertanyaan
dan pernyataan yang reflektif kepada klien/ keluarga tentang kejelasan interpretasi
data. ( Iyer, taptid dan Bernochi – Losey dalam nursalam, 2004 ; 66 )
Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu
:
1. Pra instrumentasi
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan
dokter. Hal ini karena tanpa kerja sama yang baik akan
mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Yang termasuk
dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
a. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir
Pada tahap ini perlu diperhatikan benar apa yang diperintahkan oleh dokter
dan dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari
pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien
sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir
dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien : nama, alamat/ruangan,
umur, jenis kelamin, data klinis/diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau
diperlukan pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk
menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat membantu intepretasi hasil
terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang.
b. Persiapan penderita
1) Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira2 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma
akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan
susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel darah.
2) Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi
misalnya : asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid
akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan
jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan
mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan
morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis.
Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan
hemostasis.
3) Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari
tertutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin
akan menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila
kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah
dokter. Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu
berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan
segera disebut pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti
jumlah eosinofil dan kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil
yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih
tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-100
ug/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam
hari dan lebih rendah dari tengah malam sampai pagi.
4) Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10%
demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita
adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai
sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya
tidak merasa asing atau menjadi obyek.
a. Persiapan alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan
instruksi dokter sehingga tidak salah persiapan dan berkesan
profesional dalam bekerja.
b. Pengambilan darah
Yang harus dipersiapkan antara lain : - kapas alkohol 70 %, karet
pembendung (torniket) semprit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml,
penampung kering bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti
koagulan atau mengandung anti koagulan tergantung pemeriksaan
yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang diperlukan pula tabung
kapiler polos atau mengandung antikoagulan.
c. Penampungan urin
Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering,
bersih, bertutup rapat dapat steril (untuk biakan) atau tidak steril.
Untuk urin kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan
memakai pengawet urin.
d. Penampung khusus
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan
khusus yang lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap
identitas penderita seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan
sehingga tidak tertukar.
e. Cara pengambilan sampel
Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan
pendekatan dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan
santun, beritahukan apa yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas
pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang akan
diambil bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan
mempersulit pengambilan darah karena vena akan konstriksi.
Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler. Syarat mutlak lokasi
pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit di daerah tersebut,
tidak pucat dan tidak sianosis. Lokasi pengambilan darah vena :
umumnya di daerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau di daerah dekat
pergelangan tangan. Selain itu salah satu yang harus diperhatikan
adalah vena yang dipilih tidak di daerah infus yang terpasang/sepihak
harus kontra lateral. Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri
femoralis) atau daerah pergelangan tangan (arteri radialis). Untuk
kapiler umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari
tengah atau jari manis dan anak daun telinga. Khusus pada bayi dapat
diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki.
2) Darah kapiler
Digunakan pada pemeriksaan glukosa darah atau saat pengambilan vena
gagal.Pada orang dewasa biasanya diambil pada ujung jari tangan/ kaki atau
daun telinga bagian bawah.Pada tetesan pertama dibuang dengan
menggunakan kapas kering, agar tidak bercampur dengan alcohol.Digunakan
dalam pengambilan sampel darah dengan volume yang sedikit, biasanya
untuk screening test.
3) Darah arteri
Dilakukan untuk pemeriksaan AGDA (Analisis Gas Darah Arteri) dan
elektrolit.AGDA dilakukan untuk mengetahui status respirasi atau status asam
basa darah klien.Area yang diambil adalah arteri radialis, brachialis atau
femoralis.Berikan penekanan dan waspadai adanya okulsi pada klien.Tanda
okulsi arteri adalah kesemutan pada tangan, tangan berwarna pucat dan tidak
adanya denyut perifer.
Karena digunakan dalam pemeriksaan AGDA, prosedurnya adalah sebagai
berikut :
Tentukan daerah yang akan diambil darahnya
Lakukan tindakan aseptik dengan povidone iodium 10%, biarkan sampai
mengering, lalu ulangi dengan alkohol 70%.
Siapkan syringe dengan spuit yang telah dilumuri antikoagulan heparin.
Tusukkan jarum tegak lurus, darah akan mengalir ke syringe.
Kemudian, jarum dibengkokkan dan ditusuk dalam lilin.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-7 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:192)
Bilirubin (total, direct, dan indirect)
Pemeriksaan bilirubin dilakukan untuk mendeteksi kadar bilirubin.
Pemeriksaan pada bilirubin direct, dilakukan untuk mendeteksi adanya ikterik
obstruktif oleh karena batu atau neoplasma, hepatitis, dan sirosis.Pada
bilirubin indirect, pemeriksaan dapat mendeteksi adanya anemia, malaria, dan
lain-lain.
Cara :
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal.(Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:192)
Estrogen
Pemeriksaan estrogen dilakukan untuk mendeteksi disfungsi ovarium, gejala
menopause dan pasca menopause, serta stres psikogenik.Peningkatan nilai
estrogen dapat menunjukkan indikasi adanya tumor ovarium, adanya
kehamilan, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:193)
Gas Darah Arteri (GDA)
Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk mendeteksi gangguan
keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh karena gangguan respiratorik
atau gangguan metabolik.
Cara :
1. Ambil darah ± 1-5 ml dari arteri, dengan spuit dan jarum berisikan heparin.
2. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:193)
Gula Darah Puasa
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:193)
Hematokrit
Pemeriksaan hematokrit dilakukan untuk mengukur perbandingan (dalam
persen) konsentrasi eritrosit dalam darah. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi
adanya anemia, kehilangan darah, gagal ginjal kronis, serta defisiensi vitamin B
dan C. Apabila terjadi peningkatan hematokrit dapat diindikasikan adanya
dehidrasi, asidosis, trauma, pembedahan, dan lain-lain.
Cara :
1. Ambil darah ± 7 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:193-194)
Hemoglobin
Hemoglobin merupakan protein yang dikandung sel darah merah yang mampu
mengikat oksigen.Pemeriksaan hemoglobin dilakukan untuk mendeteksi
adanya anemia dan penyakit ginjal.Peningkatan hemoglobin dapat
menunjukkan indikasi adanya dehidrasi, penyakit paru-paru obstruksi
menahun, gagl jantung kongestif, dan lain-lain.
Cara :
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:194)
Trombosit
Trombosit merupakan sel yang membantu penggumpalan darah jika terjadi
pendarahan.Pemeriksaan trombosit dilakukan untuk mendeteksi adanya
trombositopenia yang berhubungan dengan perdarahan, dan trombositosis
yang menyebabkan peningkatan pembekuan.
Cara :
1. Ambil darah ± 5 ml dari vena
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:194)
Masa Tromboplastin parsial (Partial Tromboplastin Time-PPT), masa
tromboplastin parsial teraktivasi (Activation Partial Tromboplastin Time-APTT)
Pemeriksaan PTT/APTT bertujuan untuk mendeteksi variasi trombosit,
memonitor terapi heparin, dan mendeteksi defisiensi faktor pembekuan
kecuali faktor VII dan VIII.
Cara :
1. Ambil darah ± 7-10 ml dari vena.
2. Lakukan Pengambilan 1 jam sebelum pemberian dosis heparin.
3. Masukkan pada tabung atau botol.
4. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:194)
5. Pemeriksaan lain yang menggunakan spesimen darah antara lain
pemeriksaan kadar elektrolit dalam darah, masa protombin, progesteron,
prolaktin, serum keratinin, kortisol, kolesterol, T3, T4, dan lain-lain.
(Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul Hidayat,2008:194)
4. Persiapan alat
Lanset darah atau jarum khusus
Kapas alcohol
Kapas kering
Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam
pemeriksaan
Bengkok
Hand scoon
Perlak dan pengalas
5. Prosedur kerja
Mendekatkan alat
Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur
Memasang perlak dan pengalas
Memakai hand scoon
Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan
Kulit dihapushamakan dengan kapas alcohol
Bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol
Merapikan alat
Melepaskan hand scoon
B. Pemeriksaan Feses
1) Pengertian
Menyiapkan feses untuk pemeriksaan laboratorium dengan cara pengambilan
tertentu
2) Tujuan
Menentukan darah samar karena adanya ulkus, inflamasi dan tumor.
Menggunakan kertas guaiac.
Mengetahui adanya gangguan pada gastrointestinal. Adanya lemak pada feses
akibat kerusakan pada intestinal.
Mendeteksi telur dan parasite.
Mendeteksi adanya virus dan bakteri dengan kultur (pembiakan).
4) Persiapan alat
Hand scoon bersih
Vasseline
Botol bersih dengan penutup
Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
Bengkok
Perlak pengalas
Tissue
Tempat bahan pemeriksaan
Sampiran
Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara :
1. Aspirasi transtracheal
2. Bronchial lavage
3. Lung biopsy
Cara Pemeriksaan
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a) Pervaginam
b) Perabdominan
b. Pemeriksaan Rontgen
Teknologi rontgen sudah digunakan lebih dari satu abad yang lalu. Tepatnya
sejak 8 November 1890 ketika fisikawan terkemuka berkebangsaan Jerman, Conrad
Roentgen, menemukan sinar yang tidak dikenalinya, yang kemudian diberi label sinar
X. Sinar ini mampu menembus bagian tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk memotret bagian-bagian dalam tubuh. Berkat jasanya bagi dunia kedokteran,
banyak nyawa bisa diselamatkan, hingga ia mendapat penghargaan Nobel di tahun
1901.
Pada prinsipnya sinar yang menembus tubuh ini perlu dipindahkan ke format
film agar bisa dilihat hasilnya. Seiring dengan kemajuan teknologi, kini foto rontgen
juga sudah bisa diproses secara digital tanpa film. Sementara hasilnya bisa disimpan
dalam bentuk CD atau bahkan dikirim ke berbagai belahan dunia menggunakan
teknologi e-mail.
Persiapan pemeriksaan
a. Radiografi konvensional tanpa persiapan.
Maksudnya, saat anak datang bisa langsung difoto. Biasanya ini untuk
pemeriksaan tulang atau toraks.
b. adiografi konvensional dengan persiapan.
Pemeriksaan radiografi konvensional yang memerlukan persiapan di antaranya
untuk foto rontgen perut. Sebelum pelaksanaan, anak diminta untuk puasa
beberapa jam atau hanya makan bubur kecap. Dengan begitu ususnya bersih dan
hasil fotonya pun dapat dengan jelas memperlihatkan kelainan yang dideritanya.
c. Pemeriksaan dengan kontras
Sebelum dirontgen, kontras dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara diminum,
atau dimasukkan lewat anus, atau disuntikkan ke pembuluh vena.
RANGKUMAN
Pemeriksaan diagnostic adalah penilaian klinis tentang respon individu,keluarga,dan
komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan actual maupun
potensial.
Perkembangan Ultrasonografi (USG) sudah dimulai sejak kira-kira tahun 1960,
dirintis oleh Profesor Ian Donald. Sejak itu, sejalan dengan kemajuan teknologi bidang
komputer, maka perkembangan ultrasonografi juga maju dengan sangat pesat, sehingga
saat ini sudah dihasilkan USG 3 Dimensi dan Live 3D (ada yang menyebut sebagai USG
4D).
A. Dalam bidang obstetri, indikasi yang dianut adalah melakukan pemeriksaan USG
dilakukan begitu diketahui hamil, penapisan USG pada trimester pertama (kehamilan
10 – 14 minggu), penapisan USG pada kehamilan trimester kedua (18 – 20 minggu),
dan pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk memantau tumbuh kembang
janin.
B. Dalam bidang ginekologi onkologi pemeriksaannya diindikasikan bila ditemukan
kelainan secara fisik atau dicurigai ada kelainan tetapi pada pemeriksaan fisik tidak
jelas adanya kelainan tersebut.
c. Validasi Data
Perawat memvalidasi data yang telah diperoleh agar akurat dan dilakukan bersama
klien, keluarga dan masyarakat. Validasi dilakukan dengan mengerjakan pertanyaan
dan pernyataan yang reflektif kepada klien/ keluarga tentang kejelasan interpretasi
data. ( Iyer, taptid dan Bernochi – Losey dalam nursalam, 2004 ; 66 )
SOAL –SOAL
6. Untuk mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme (seperti, tuberkulosis pulmonal,
pneumonia bakteri, bronkhitis kronis, bronkhietaksis) yang ada dalam tubuh pasien
sehingga diagnosa dapat ditegakkan, merupakan tujuan dari :
a. Pemeriksaan sputum tenggorokan
b. Indikasi tenggorokan
c. Pemeriksaan NGT
d. Salah semua
10. Di bawah ini yang termasuk cara pemeriksaan gula darah adalah :
a. Masukan sarung tangan
b. Berikan label nama atau tanggal
c. Masukkan pada tabung atau botol
d. Salah semua
Pasta : preparat semisolid, lebih kental dan lebih kaku dari pada salep; diabsorbsi
melalui kulit lebih lambat dari pada salep
Pil : bentuk dosis padat berisi satu atau lebih obat, dibentuk kedalam bentuk tetesan,
lonjong, atau bujur; pil yang sesungguhnya jarang digunakan karena telah digantikan
oleh tablet
Larutan : preparat cairan yang dapat digunakan per oral, parenteral, atau secara
eksternal; dapat juga dimasukkan ke dalam organ atau rongga tubuh (mis. Irigasi
kantong kemih); berisi air dan mengandung satu atau lebih senyawa terlarut; harus
steril untuk penggunaan parenteral
Supositoria : bentuk dosis padat yang di campur dengan gelatin dan dibentuk dalam
bentuk peluru untuk dimasukkan ke dalam rongga tubuh (rektum atau vagina); meleleh
saat mencapai suhu tubuh, melepas obat untuk diabsorbsi
Suspense : partikel obat yang dibelah sampai halus dan larut dalam media cair, saat
dibiarkan, partikel berkumpul di bagian bawah wadah; umumnya merupakan obat oral
dan tidakdiberikan perintravena
Sirup : obat yang larut dalam larutan gula pekat, mengandung perasa yang membuat
obat terasa lebih enak
Tablet : bentuk dosis bubuk yang dikomperesi ke dalam cakram atau slinder yang keras;
selain obat utama, mengandung zat pengikat (perakat untuk membuat bubuk
menyatu), zat pemisah ( untuk meningkatkan pelarutan tablet), lubrika (supaya mudah
dibuat di pabrik), dan zat pengisi (supaya ukuran tablet cocok)
Cakram atau lempeng transdermal : obat beradadalam cakram (disks) atau patch
membrane semipermeable yang membuat obat dapat diabsorbsi perlahan-lahan
melalui kulit dalam periode waktu yang lama
Tingtura : alkohol atau larutan obat air-alkohol
Tablet isap (troche, lozenge) : bentuk dosis datar, bundar mengandung obat, citarasa,
gula, dan bahan perekat cair; larut dalam mulut untuk melepas obat
a. STANDAR OBAT
Obat yang di gunakan sebaiknya memenuhi standar persyaratan obat,diantaranya
kemurnian,yaitu suatu keadaan yang dimiliki oleh obat karena unsur
keasliannya,tidak ada percampuran,dan standar potensi yang baik. Selain
kemurnian obat juga harusmemiliki bioavailabilitas berupa keseimbangan
obat,keamanan,dan efektivitas. Standar-standar tersebut harus dimiliki obat agar
menghasilkan efek yang baik akan obat itu sendiri
b. REAKSI OBAT
Sebuah bahan atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh,obat akan bekerja
sesuai dengan proses kimiawi melalui suatu reaksi obat, reaksi obat dapat
dihitung dalam satuan waktu paruh,yakni suatu interval waktu yang diperlukan
dalam tubuh untuk proses eliminasi,sehingga terjadi pengurangan konsentrasi
setengah dari kadar puncak obat dalam tubuh.
1. Absorpsi obat
Absorpsi obat merupakan proses pergerakan obat dari sumber ke dalam tubuh
melalui aliran darah kecuali dari jenis topical. Hal ini dipengaruhi oleh cara dan
jalur pemberian obat,jenis obat,keadaan tempat,makanan dan keadaan pasien.
3. metabolism obat
Setelah melalui sirkulasi,obat akan mengalami proses metabolism. Obat akan
ikut sirkulasi ke dalam jaringan,kemudian berinteraksi dengan sel dan
melakukan sebuah perubahan zat kimia hingga menjadi lebih aktif. Obat yang
tidak bereaksi akan diekresikan.
4. eksresi sisa
Setelah obat mengalami metabolism atau pemecahan,akan terdapat sisa zat
yang tidak dapat
dipakai. Sisa zat ini tidak bereaksi kemudian keluar melalui ginjal dalam bentuk
urin,dari intestinaldalam bentuk veses,dan dari paru-paru dalam bentuk udara.
Obat memiliki dua efek yaitu efek terapeutik dan efek samping. Efek terapeutik obat
memiliki kesesuaian terhadap efek yang di harapkan sesuai kandungan obatnya
seperti paliatif (berefek untuk mengurangi gejala),kuaratif (memiliki efek
pengobatan),suportif (berefek untuk menaikkan fungsi atau nrespons
tubuh),dubtitutif (berefek sebagai pengganti),efek kemoterapi (berefek untuk
mematikan atau menghambat),dan restorative (berefek untuk memulihkan
fungsi tubuh yang sehat). Efek samping merupakan efek yang tidak diharapkan,tidak
bisa diramal,dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya
alergi,toksisitas (keracunan),penyakit iatrogenik,kegagalan dalam pengobatan,dan
lain-lain. (A.Aziz Alimul Hidayat,2009)
(Jan Tambayong,2001)
Perhitungan Kecepatan Infus
Perhitungan obat dengan kecepatan intravena dihitung berdasarkan jumlah tetes
permililoiter larutan. Karena intruksi diberikan berupa volume yang harus diberikan
dalam waktu tertentu (misalnya,500 ml dalam 4 jam),maka diperlukan kemampuan
untuk menghitung konversi dari tetes per menit ke milliliter permenit, dan sebaliknya.
Contoh soal cara perhitungan infus :
Berapa kecepatan aliran diperlukan untuk memasukan 500 ml dekstrosa 5% dalam air
selama 8 jam? Larutan itu memberi 15 tetes/ml.
Jawab :
Langkah 1
Konversi jam ke menit
8 jam = 8 × 60 menit = 480 menit
Langkah 2
Menghitung kecepatan yang dibutuhkan dalam ml per menit. Jika 500 ml harus
diberikan dalam 480 menit,dan X ml akan diberikan dalam 1 menit,maka
Langkah 3
Konversi ketetes per menit. Kecepatan pemberian adalah 1 ml/menit (kurang lebih).
Larutan itu mengandung 15 tetes/ml,maka jumlah tetes per menit menjadi 1 × 15
tetes/menit. (Jan Tambayong,2001)
BENTUK OBAT
1. Bentuk Oral
Pemberian obat oral dilakukan melalui mulut. Dalam pemberian obat oral,ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat,yaitu adanya alergi terhadap
obat yang akan diberikan,kemampuan klien untuk menelan obat,adanya muntah
atau diare yang dapat mengganggu absorpsi obat,efek samping obat,interaksi obat
dan kebutuhan pembelajaran mengenai obat yang diberikan. Bentuk oral ini adalah
tablet,kapsul dan lozenges (obat isap).
a. Tablet
Bentuk,ukuran dan berat tablet itu bervariasi. Tablet itu dapat mengandung obat
murni,atau diencerkan dengan subtansi inert agar mencapai berat sesuai,atau
mengandung dua atau lebih obat dalam kombinasi. Tablet ini dapat berupa tablet
padat biasa,tablet sublingual (di larutkan di bawah lidah),tablet bukal (dilarutkan
antara pipi dan gusi),tablet bersalut-gula (menutupi bau atau rasa tidak
enak),tablet bersalut enteric (untuk mencegahnya larut dalam lambung dan
sampai di usus halus baru pecah),atau tablet lepas berkala (untuk melepaskan
obat selang waktu panjang).
b. Kapsul
Kapsul mengandung obat berupa bubuk,butiran bersalut dengan ketebalan
berbeda agar larut dengan kecepatan berbeda,yaitu kapsul keras,atau cairan
dalam kapsul lunak.
c. Lozenges
Obat padat ini akan larut secara berangsur dalam mulut. Mereka berguna bila
diperlukan kerja setempat di mulut atau tenggorokan.
Tujuan
a. Memberi obat yang memiliki efek lokal atau sistematik melalui saluran cerna.
b. Memberi obat tanpa harus merusak kulit dan jaringan.
c. Memberi obat tanpa menimbulkan nyeri.
BENTUK TOPIKAL
Bentuk ini dipakai untuk permukaan luar dan berfungsi melindungi atau
sebagai vehikel untuk menyampaikan obat. Bentuk penting adalah salep dan krim.
Salep di[akai untuk lesi kering dan bertahan dikulit lebih lama. Krim umumnya dipakai
untuk lesi basah.
BENTUK SUPOSITORIA
Supositoria adalah obat dalam bentuk mirip peluru dan akan mencair pada suhu
badan. Supositoria adalah cara memberi obat melalui rectum untuk lesi setempat atau
agar diserap sistemik.
BENTUK PESARRI
Serupa dengan supositoria namun bentuknya dirancanag khusus untuk vagina.
BENTUK CAIRAN
Bentuk obat cairan terdapat tiga kelompok utama yaitularutan,suspense dan emulsi.
RANGKUMAN
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien, diantaranya :
sub kutan, intra kutan, intra muscular, dan intra vena. Dalam pemberian obat ada hal-hal
yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian obat. Sebab ada jenis-
jensi obat tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah.
3.2 Saran.
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik jika
kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya
bias fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas kita
dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita
sendiri maupun oranglain.
Soal – soal
Petunjuk. Silanglah (X) pada jawaban yang paling benar!
2. Seorang laki-laki menderita diabetes militus tipe 1 sedang menjalani terapi insulin 20
unit setiap harinya. Saat ini perawat akan memberikan obat dengan spuit U-40. Berapa cc
insulin yang akan diberikan perawat ?
a. 0,1 cc
b. 0,3 cc
c. 0,5 cc
d. 0,7 cc
e. 0,9 cc
3. Dokter menginstruksikan pemberian IV Pinicilin 100 mg. Tersedia obat dalam ampul
120mg : 5ml. Berapa ml yang harus diberikan ?
a. 4,2 ml
b. 4,4 ml
c. 4,3 ml
d. 4,5 ml
e. 4,6 ml
4. Dibutuhkan Amoxilin 500 mg. Tersedia Amoxilin 1 g. Pengenceran dengan aquades 10
ml. Berapa ml yang di berikan oleh perawat ?
a. 2 ml
b. 3 ml
c. 4 ml
d. 5 ml
e. 6 ml
5. Perhitungan dosis pada anak biasanya bersarkan dosis dewasa yang dihubungkan
dengan
a. Luas permukaan tubuh anak
b. Usia anak
c. Berat badan anak
d. Tinggi badan anak
8. Dari ukuran gauge jarum d bawah ini manakah yang mempunyai diameter terbeesar?
a. 18
b. 20
c. 22
d. 24
e. 26
9. Pernyataan yang tepat tentang mempersiapkan obat parenteral dari vial bentuk bubuk
Untuk soal no 10 - 13
Seorang laki-laki dirawat di RS. Bina Sehat dengan keluhan pusing dan badan terasa panas.
Sebelumnya pasien diketahui pasien menginjak paku berkarat. Dan terihat kaki pasien
berdarah. Dosen menginstruksikan pemberian antibiotik.
10. Sebelum diberikan antibiotik, perawat melakukan skin tes. Rute yang cocok dengan
skin tes adalah
a. IV
b. SC
c. IM
d. ID
e. IG
13. Berapa waktu maksimal yang digunakan untuk mengetahui hasil dari skin test tersebut
a. 10-20 menit
b. 15-30 menit
c. 20-45 menit
d. 45-60 menit
e. 24 jam
Untuk soal no 14 - 17
14. Seorang laki-laki menderita diabetes militus tipe 1 sedang menjalani terapi insulin.
Rute obat apa yang sesuai dengan terapi tersebut?
a. IV
b. SC
c. IM
d. ID
e. IG
Untuk soal no 18 - 20
18. Dokter mengistruksikan pemberian zat besi 125 mg IM. Tersedia obat dalam ampul
500mg : 5ml. Berapa ml yang di berikan oleh perawat?
a. 1,25 ml
b.1,50 ml
c. 1,75 ml
d.2,00 ml
e. 2,25 ml
KUNCI JAWABAN
1. D 11. A
2. B 12. B
3. C 13. C
4. A 14. B
5. D 15. A
6. C 16. A
7. B 17. D
8. A 18. D
9. A 19. D
10. A 20. D
MATERI
B. Jenis-Jenis Luka
Jenis-jenis luka digolongkan berdasarkan :
1. Berdasarkan sifat kejadian, dibagi menjadi 2, yaitu luka disengaja (luka terkena
radiasi atau bedah) dan luka tidak disengaja (luka terkena trauma). Luka tidak
disengaja dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Luka tertutup : luka dimana jaringan yang ada pada permukaan tidak
rusak (kesleo, terkilir, patah tulang, dsb).
b. Luka terbuka : luka dimana kulit atau selaput jaringan rusak, kerusakan
terjadi karena kesengajaan (operasi) maupun ketidaksengajaan
(kecelakaan).
1. Fase Inflamatory
Faseinflammatory disebut juga fase peradangan, dimulai setelah
pembedahan dan berakhir hari ke 3 – 4 pasca operasi. Dua tahap dalam fase ini
adalah Hemostasis dan Pagositosis. Hemostasis adalah kondisi dimana terjadi
konstriksi pembuluh darah, membawa platelet menghentikan perdarahan.
Bekuan membentuk sebuah matriks fibrin yang mencegah masuknya organisme
infeksius. Sebagai tekanan yang besar, luka menimbulkan sindrom adaptasi lokal.
Sebagai hasil adanya suatu konstriksi pembuluh darah, berakibat terjadinya
pembekuan darah untuk menutupi luka. Diikuti vasodilatasi
menyebabkan peningkatan aliran darah ke daerah luka yang dibatasi oleh sel
darah putih untuk menyerang luka dan menghancurkan bakteri dan debris.
Lebih kurang 24 jam setelah luka sebagian besar sel fagosit (makrofag) masuk ke
daerah luka dan mengeluarkan faktor angiogenesis yang merangsang
pembentukan anak epitel pada akhir pembuluh luka sehingga pembentukan
kembali dapat terjadi.
2. Fase Proliferative
Disebut juga fase fibroplasia, dimulai pada hari ke 3 atau 4 dan berakhir pada hari
ke-21. Pada proses ini akan dihasilkan zat-zat yang akan
mempertautkan tepi luka bersamaan dengan terbentuknya jaringan granulasi yang
akan membuat seluruh permukaan luka tertutup oleh epitel. Mekanisme:
fibroblast secara cepat mensintesis kolagen dan substansi dasar, dua substansi
ini membentuk lapis-lapis perbaikan luka, kemudian sebuah lapisan tipis dari sel
epitel terbentuk melintasi luka dan aliran darah ada di dalamnya, sekarang
pembuluh kapiler melintasi luka (kapilarisasi tumbuh). Jaringan baru ini disebut
granulasi jaringan, adanya pembuluh darah, kemerahan dan mudah berdarah
3. Fase Maturasi
Fase akhir dari penyembuhan, disebut juga fase remodeling, dimulai hari ke-21
dan dapat berlanjut selama 1 – 2 tahun setelah terjadinya luka. Pada fae ini terjadi
proses pematangan, yaitu penyerapan kembali jaringan berlebih dan
pembentukan kembali jaringan yang baru terbentuk. Mekanisme: kollagen yang
ditimbun dalam luka diubah, membuat penyembuhan luka lebih kuat dan lebih
mirip jaringan, kemudian kollagen baru menyatu dan menekan pembuluh darah
dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka menjadi rata, tipis
dan membentuk garis putih
1. Infeksi
Infeksi luka tetap merupakan komplikasi tersering dari tindakan operasi dan sering
mengikuti hematoma luka. Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat
trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering
muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk
adanyapurulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan
bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah
putih. Dua faktor penting yang jelas berperan pada pathogenesis infeksi adalah
dosis konaminasi bakteri dan ketahanan pasien
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan adanya pelepasan jahitan, darah sulit membeku
pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing
(seperti drain). Waspadai terjadinya perdarahan tersembunyi yang akan
mengakibatkan hipovolemia. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika
mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap
8 jam setelah itu. Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan luka
dan perawatan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan
intervensi pembedahan juga mungkin diperlukan
I. Penjahitan Luka
1. Definisi
a. Suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka (menutup luka) dengan
benang, sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis.
b. Teknik yang digunakan untuk hemostasis atau untuk menghubungkan
struktur anatomi yang terpotong.
c. Penjahitan merupakan tindakan menghubungkan jaringan yang terputus atau
terpotong untuk mencegah pendarahan dengan menggunakan benang.
2. Tujuan Penjahitan
a. Penutupan ruang mati
b. Meminimalkan risiko perdarahan dan infeksi
c. Mendekatkan tepi kulit untuk hasil estetika dan fungsional
d. Mendukung dan memperkuat penyembuhan luka sampai meningkatkan
kekuatan tarik mereka
4. Komplikasi Penjahitan
a. Overlapping: terjadi sebagai akibat tidak dilakukan adaptasi
luka sehingga luka menjadi tumpang tindih dan luka mengalami penyembuhan
yang lambat dan apabila sembuh maka hasilnya akan buruk.
b. Nekrosis: jahitan yang terlalu tegang dapat menyebabkan avaskularisasi
sehingga menyebabkan kematian jaringan
c. Infeksi: infeksi dapat terjadi karena tehnik penjahitan yang tidak steril, luka
yang telah terkontaminasi, dan adanya benda asing yang masih tertinggal.
d. Perdarahan: terapi antikoagulan atau pada pasien dengan hipertensi.
e. Hematoma: terjadi pada pasien dengan pembuluh darah arteri terpotong dan
tidak dilakukan ligasi/pengikatan sehingga perdarahan terus
berlangsung dan menyebabkan bengkak.
f. Dead space (ruang/rongga mati): yaitu adanya rongga pada luka
yang erjadi karena penjahitan yang tidak lapis demi lapis.
g. Sinus: bila luka infeksi sembuh dengan meninggalkan saluran sinus,
biasanya ada jahitan multifilament yaitu benang pada dasar sinus yang
bertindak sebagai benda asing.
h. Dehisensi: adalah luka yang membuka sebelum waktunya disebabkan
karena jahitan yang terlalu kuat atau penggunaan bahan benang yang buruk
i. Abses: infeksi hebat yang telah menghasilkan produk pus/nanah.
6. Teknik Penjahitan
Teknik penjahitan yang digunakan dalam menjahit luka disesuaikan dengan
keadaan/ kondisi luka dan tujuan penjahitan. Secara umum, teknik penjahitan
dibedakan menjadi :
Dalam bahasan ini, perawatan luka operasi terdiri atas tindakan ganti
balutan dan angkat jahitan.
A. GANTI BALUTAN
Perawatan luka umumnya diawali dengan tindakan penggantian
balutan. Ganti balutan/ verban merupakan suatu tindakan mengganti
verban untuk melindungi luka dengan drainase minimal terhadap
kontaminasi mikroorganisme.
Ganti balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak
hanya berdasarkan kebiasaan, melainkan disesuaikan terlebih dahulu
dengan: kondisi klinis pasien, sifat operasi, tipe/jenis luka dan tampilan
luka. Penggunaan antiseptic hanya untuk yang memerlukan saja karena
efek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk membersihkan luka hanya
memakai normal saline (NaCl). Citotoxic agent seperti povidine iodine,
asam asetat, sebaiknya tidak sering digunakan untuk
embersihkan luka karena dapat menghambat penyembuhan dan mencegah
reepitelisasi. Luka dengan sedikit debris di permukaannya dapat
dibersihkan dengan kassa yang dibasahi dengan sodium klorida dan tidak
terlalu banyak manipulasi gerakan.
B. ANGKAT JAHITAN
Angkat jahitan adalah suatu tindakan melepas jahitan yang biasanya
dilakukan pada hari ke-7 atau sesuai dengan proses penyembuhan luka.
Tujuan dilakukan angkat jahitan adalah untuk mempercepat proses
penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi. Pertimbangan
dilakukan angkat jahitan adalah tegangan pada tepi luka operasi/luka
jahitan.
Hal-hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan tindakan angkat jahitan
adalah :
1. Tepi luka yang searah dengan garis lipatan kulit tidak akan tegang
2. Luka yang arahnya tegak lurus terhadap garis kulit atau yang dijahit
setelah banyak bagian kulit diambil, akan menyebabkan tegangan tepi
luka yang besar pengambilan jahitan ditunda lebih lama, sampai
dicapai kekuatan jaringan yang cukup, sehingga bekas jahitan tidak
mudah terbuka lagi
3. Jahitan yang dibiarkan terlalu lama, akan memperlambat
penyembuhan luka.
2. Larutan povodine-iodine
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam
yang dikombinasi dengan bahan lain. Walaupun iodine bahan non
metalik iodine berwarna hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau
yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi dapat larut secara
keseluruhan dalam alkohol dan larutan sodium iodide encer. Iodide
tinture dan solution keduanya aktif melawan spora tergantung
konsentrasi dan waktu pelaksanaan. Larutan ini
akan melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau
selaput lendir sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri
gram positif dan negatif, spora, jamur, dan protozoa.
Bahan ini agak iritan dan alergen serta meninggalkan
residu.
Rangkuman
Soal –soal
1. Sebutkan jenis luka berdasarkan sifat kejadian ?
2. Sebutkan dan jelaskan factor – factor yang mempengaruhi penyembuhan luka
3. Sebutkan prinsip penyembuhan luka menurut taylor (1997) ?
4. Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.
Jelaskan !
5. Sebutkan tujuan penjahitan luka ?
MATERI
RESUSITASI
A.PENGERTIAN RESUSITASI
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada
otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
2002)
Resusitasi adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan
buatan.(Kamus Kedokteran, Edisi 2000).
Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali
kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan
paru, yang berorientasi pada otak (Tjokronegoro, 1998).
Sedangkan menurut Rilantono, dkk (1999) resusitasi mengandung arti harfiah
“menghidupkan kembali”, yaitu dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk
mencegah suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi
jantung paru terdiri atas dua komponen utama yakni: bantuan hidup dasar (BHD) dan
bantuan hidup lanjut (BHL). Selanjutnya adalah perawatan pasca resusitasi.
B.TUJUAN RESUSITASI
1. Memberikan ventilasi yang adekuat
2. Membatasi kerusakan serebi
3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada
otak, jantung dan alat – alat vital lainnya
4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri
C.INDIKASI RESUSITASI
D. LANGKAH-LANGKAH RESUSITASI BBL
Sebelum bayi lahir, harus mengetahui informasi :
- Bayi cukup bulan atau tidak?
- Air ketuban bercampur mekonium atau tidak?
Setelah bayi lahir, lakukan penilaian :
- Bernafas atau menangis?
- Tonus otot baik?
Bila hasil penilaian baik, yaitu bayi cukup bulan, air ketuban tidak bercampur mekonium,
bayi menangis, tnus otot baik. Maka lakukan PERAWATAN RUTIN: Beri kehangatan,
Bersihkan jalan nafas, Mengeringkan bayi
Bila hasil penilaian tidak baik, maka lakukan
1. AIRWAY (LANGKAH AWAL)
a. Jaga bayi tetap hangat.
Selimuti bayi dengan kain, pindahkan bayi ke tempat resusitasi.
b. Atur posisi bayi.
Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong. Ganjal bahu agar
kepala sedikit ekstensi. Posisi semi ekstensi yaitu hidung dan mulut dalam satu
garis lurus.
c. Isap lendir.
Gunakan alat pengisap lendir DeLee atau bola karet.
- Pertama, isap lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir di hidung.
- Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat memasukkan).
- Bila menggunakan pengisap lendir DeLee, jangan memasukkan ujung pengisap
terlalu dalam (lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam
hidung) karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau henti
napas bayi.
-
2. BREATHING (VTP)
Bila FJ < 100x/menit /APNUE à VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah udara ke
dalam paru dengan tekanan positip yang memadai untuk membuka alveoli paru agar bayi
bisa bernapas spontan dan teratur.
a. Pasang sungkup, perhatikan lekatan.
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi.
b. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi.
Ventilasi percobaan (2 kali) Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air. Tiupan
awal ini sangat penting untuk membuka alveloli paru agar bayi bisa mulai bernapas
dan sekaligus menguji apakah jalan napas terbuka atau bebas.
Lihat apakah dada bayi mengembang, Bila tidak mengembang
a. Periksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar.
b. Periksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi kebocoran.
Bila dada mengembangàlakukan tahap berikutnya
a. Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air
dalam 30 detik.
b. Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur?
Kecukupan ventilasi dinilai dengan memperhatikan gerakan dinding dada dan
auskultasi bunyi napas.
Bila bayi bernafas, FJ > 100x/menit, kemerahan àPERAWATAN LANJUT
3. CIRCULATION
Apabila setelah dilakukan VTP, FJ < 60x/menit àVTP dan kompresi dada
Kompresi Dada
Kompresi dinding dada dapat dilakukan dengan melingkari dinding dada dengan
kedua tangan dan menggunakan ibu jari untuk menekan sternum atau dengan
menahan punggung bayi dengan satu tangan dan menggunakan ujung dari jari
telunjuk dan jari tengah dari tangan yang lain untuk menekan sternum.
Tehnik penekanan dengan ibu jari lebih banyak dipilih karena kontrol kedalaman
penekanan lebih baik.
Tekanan diberikan di bagian bawah dari sternum dengan kedalaman ± 1,5 cm dan
dengan frekuensi 90x/menit.
Dalam 3x penekanan dinding dada dilakukan 1x ventilasi sehingga didapatkan 30x
ventilasi per menit. Perbandingan kompresi dinding dada dengan ventilasi yang
dianjurkan adalah 3 : 1.
Evaluasi denyut jantung dan warna kulit tiap 30 detik. Bayi yang tidak berespon,
kemungkinan yang terjadi adalah bantuan ventilasinya tidak adekuat, karena itu
adalah penting untuk menilai ventilasi dari bayi secara konstan.
Rangkuman
Resusitasi merupakan upaya yang dilakukan terhadap penderita atau korban yang
berada dalam keadaan gawat atau kritis untuk mencegah terjadinya kematian. Gawat
adalah keadaan yang berkenaan dengan suatu penyakit atau kondisi lainnya yang
mengancam jiwa, sedangkan darurat adalah keadaan yang terjadi tiba-tiba dan tidak
diperkirakan sebelumnya, suatu kecelakaan, kebutuhan yang segera atau mendesak.
Untuk mencapai keberhasilan resusitasi diperlukan kerjasama yang baik dalam satu
tim, mengingat banyaknya langkah yang harus dilaksanakan dalam tindakan tersebut.
Keberhasilan tidak semata-mata dipengaruhi keterampilan dalam tindakan resusitasi,
namun juga dipengaruhi oleh kelancaran komunikasi dan dinamika kelompok.
Resusitasi jantung paru (RJP) terdiri atas Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup
Lanjutan (BHL). Bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan resusitasi tanpa
menggunakan alat atau dengan alat yang terbatas seperti bag-mask ventilation, sedangkan
pada bantuan hidup lanjut menggunakan alat dan obat resusitasi sehingga penanganan
lebih optimal.
Saat jantung berhenti oksigenasi akan berhenti pula dan menyebabkan gangguan
otak yang tidak dapat diperbaiki walaupun terjadi dalam beberapa menit. Kematian dapat
terjadi dalam 8 hingga 10 menit, sehingga waktu merupakan hal yang sangat penting saat
kita menolong korban yang tidak sadar dan tidak bernapas.
Tindakan ini dibedakan berdasarkan usia anak kurang dari satu tahun atau lebih dari
satu tahun, yang merupakan suatu teknik yang dipakai untuk menyelamatkan jiwa yang
sangat berguna pada keadaan emergensi, termasuk henti napas dan henti jantung.
Resusitasi Jantung Paru bertujuan untuk mempertahankan pernapasan dan sirkulasi agar
oksigenasi dan darah dapat mengalir ke jantung, otak, dan organ vital lainnya. Penyebab
terjadinya henti napas dan henti jantung berbeda-beda tergantung usia, pada bayi baru lahir
penyebab terbanyak adalah gagal napas, sedangkan pada masa bayi penyebabnya antara
lain :
Pada anak usia lebih dari 1 tahun penyebab terbanyak adalah cedera seperti kecelakaan
lalulintas, kecelakaan sepeda, terbakar, cedera senjata api dan tenggelam
Soal – soal
1. Tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernafasan korban gawat darurat disebut
dengan :
a. Henti nafas .
b. Henti jantung
c. Henti otak
d. Henti sirkulasi darah
e. Heart Coronary Syndrom
3. Henti sirkulasi ini dapat dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan
oksigen
a. Henti nafas
b. Henti jantung
c. Henti otak
d. Heart Coronary Syndrome e. Anastesi
5. Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik yang
bertujuan ,kecuali :
a. Mencegah berhentinya sirkulasi
b. Mencegah berhentinya respirasi.
c. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi.
d. Ventilasi dari korban yang mengalami henti jantung melalui RJP
e. Memastikan klien sudah meninggal
Modul Konsep Dasar Kebidanan
7. Ke t ik a s aa t b ek er j a di r u ma h sa ki t an da me ne muk a n se or an g k el u arga
pasien, berusia dewasa mendadak tidak sadar. Tidak ada satupun orang lain yg bisa
membantu. Setelah anda menyatakan bahwa tempat yang aman, langkah apa yg
sebaiknya anda lakukan?
a. c e k ke s a da ra n , a pab il a k or ba n ti dak s ada r , se ge ra ak t i va s i
res pon em er ge ns i (m in ta t ol on g)
b. T e l ep on UGD ke mu d ia n tunggu perintah dari petugas UGD
c. bu ka ai rw a y de ng an bu ka d ag u d an b er si hk a n mu l u t d en ga n j
a ri apabila ada sumbatan makanan atau lainnya.
d. L ak u ka n RJ P sel a ma 1 me n i t , k e mud i a n te l ep on UGD
8. Untuk menilai Jalan nafas pada orang tidak sadar antara lain dengan :
a. Bisa bicara dengan baik.
b. Tanpa suara tambahan.
c. Tidak sesak.
d. Lihat, dengar, dan rasa.
9. P ad a RJP , Ra si o p ij a t d ad a d gn N af as b ua t an pa da pas ie n d ew as a :
a. D en ga n sa tu pe no la ng se ba n ya k 30 p ij at da da da n 2 n af as b ua
t an
b. D en ga n du a p en ol an g s eb an ya k 30 p ij a t d ad a d an 2 na fa s bu a
ta n .
c. D en ga n sa tu pe no la ng se ba n ya k 1 5 p ij at da da da n 2 v en t i la s
d. J a w a b a n a d a n b a d a l a h b e n a r
12. Ju ml a h p ij at da da da d a ya n g be na r p ad a p as ie n h en t i j a nt un g o
ra ng d ew as a:
a. 1 00 x pe rm en it u n tuk sa tu d an dua p en ol on g
b. 8 0 x p e r m e n i t u n t u k s a t u p e n o l o n
g
c. 6 0 x p e r m e n i t u n t u k s a t u d a n d u a p e n o l o
ng
d. 5 0 x p e r m e n i t s a t u d a n d u a p e n o l o n g
13. Ju ml a h p ij at da da da d a ya n g be na r p ad a p as ie n h en t i j a nt un g
o ra ng d ew as a :
a. 1 00 x pe rm en it u n tuk sa tu d an dua p en ol on g
b. 8 0 x p e r m e n i t u n t u k s a t u p e n o l o n g
c. 6 0 x p e r m e n i t u n t u k s a t u d a n d u a p e n o l o
ng
d. 5 0 x p e r m e n i t s a t u d a n d u a p e n o l o n g
14. Kedalaman melakukan kompresi dada untuk orang dewasa yg benar berapa?
a. 3-5 cm
b. 4 cm
c. 5cm
d. 8 cm
15. Hal – hal yang perlu dicurigai terhadap cedera servikal adalah bila , kecuali :
a. Cedera kepala disertai penurunan kesadaran.
b. Ada luka dari klavikula keatas.
c. Setiap pasien dengan multi trauma.
d. Biomekanika mendukung .
e. Pasien masih sadar
16. Bantuan pernafasan yang paling tepat dan efektif untuk memberikan udara ke paru –
paru pada korban gawat darurat adalah :
a. Mulut ke mulut
b. Mulut ke hidung
c. Mulut ke stoma
d. Bagging
e. RJP
b. Distensi gaster
c. Kelelahan
d. Pecahnya alveoli paru
e. Pneumothorax.
19. Prinsip kerja yang pertama pada pengkajian awal kegawatdaruratan adalah :
a. Mengidentifikasi kasus.
b. Mengenali keadaan yang mengancam nyawa
c. Kenali situasi tempat kejadian
d. Lakukan primary survei
e. Lakukan secondary survey
20. Survey primer adalah penilaian awal kegawat daruratan dengan menggunakan
prioritas :
a. Airway, Breathing, Circulation
b. Circulation , breathing , airway.
c. Breathing , airway , circulation.
d. Airway , breathing , circulation, disability
e. Airway , breathing , circulation , disability , exposure.
Kunci Jawaban
1. A
2. a
3. B
4. E
5. E
6. A
7. A
8. D
9. D
10. A
11. A
12. A
13. A
14. A
15. E
16. A
17. D
18. A
19. C
20. E
51
Modul Konsep Dasar Kebidanan
DAFTAR PUSTAKA
Saryono & Widianti, Anggriyana Tri. (2011). Catatan Kuliah: Kebutuhan Dasar
Manusia (KDM), Yogyakarta: Nuha Medika
Uliyah, Musrifatul, dkk. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan,
Jakarta: Salemba Medika
Husada, Dian. (2011). Persiapan dan Pengambilan Specimen (21 Maret 2016)
Nurmaulidah, Tina Siti. (2012). Tentang Keperawatan: Spesimen (diakses pada 21
Maret 2016)
Dewi, Ulfi. (2014). Makalah Pengambilan Spesimen Dalam (diakses pada 22 Maret
2016)
52