Anda di halaman 1dari 17

ORGANISASI BISNIS

A. Pengertian Usaha, Pengusaha, dan Perusahaan


Di Indonesia ada beberapa bentuk organisasi bisnis yang sudah dikenal sejak
zaman Hindia-Belanda, seperti Firma, CV (Commanditaire Vennootschap), dan
perseroan, di mana dalam praktik bisnis dewasa ini kerap dipakai istilah perusahaan
saia.
Dalam UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan yang dimaksud
dengan pengertian:
Usaha adalah setiap tindakan. perbuatan, atau kegiatan apa pun dalam bidang
perekonomian yang dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh
keuntungan dan/atau laba. (Bunyi Pasal 1 huruf d)
Pengusaha adalah setiap orang atau persekutuan atau badan hukum yang
menjalankan suatu jenis perusahaan. (Bunyi Pasal 1 huruf)
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha
yang bersifat tetap dan terus-menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan
dalam wilayah negara Republik Indonesia. untuk tujuan memperoleh keuntungan dan!
atau laba. (Bunyi Pasal 1 huruf b)
Mengenai perusahaan ini, dalam naskah memorie van toelichting rencana
pembuatan Undang-Undang Hukum Dagang (WvK) di muka parlemen pemerintah
Belanda, menerangkan (seperti yang dikutip Purwosutiipto, 1983: 14) perusahaan
adalah keseluruhan perbuatan, yang dilakukan secara tidak terputus-putus, dengan
terang-terangan, dalam kedudukan tertentu dan untuk mencari laba (bagi diri sendiri).
Beberapa sarjana memberikan definisi perusahaan sebagai berikut:
Molengraaf, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara
terus-menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan penghasilan, dengan cara
memperniagakan barang-barang, menyerahkan barang-barang, atau mengadakan
perjanjianperjanjian perdagangan.
Polak, baru ada perusahaan bila diperlukan adanya perhitungan-perhitungan
tentang laba rugi yang dapat diperkirakan, dan segala sesuatu itu dicatat dalam
pembukuan.
Sudargo Gautama (2002: 250), seperti telah dikutip dari article 1618 Code
Civil, the maatschap as a contract where by two or more persons agree to contribute
something together, to carry on a business together, in order to share in the profits
accruing from the common effort.
1. Segi Hukum dan Unsur Perusahaan
a. Badan Usaha
Bentuk hukum menunjukkan legalitas perusahaan sebagai badan usaha yang
menjalankan kegiatan ekonomi. Bentuk hukum itu secara formal termuat dalam
akta pendirian, atau surat izin usaha.
b. Kegiatan dalam Bidang Ekonomi
Tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan kepentingan
umum dan kesusilaan, dan tidak dilakukan dengan cara melawan hukum.
c. Terus-menerus
Kegiatan dijalankan untuk jangka waktu yang ditetapkan dalam akta
pendirian atau surat izin usaha.
d. Terang-terangan
Pengakuan dan pembenaran dilakukan oleh pemerintah dengan
mengesahkan anggaran dasar yang termuat dalam akta pendirian, penerbitan
surat izln usaha, dan penerbitan surat tempat lzin usaha.
e. Keuntungan dan/atau Laba
Diperoleh berdasarkan legalitas dan ketentuan undang-undang.
f. Pembukuan
Kebenaran isi pembukuan dan kebenaran alat bukti pendukung.
2. Macam-macam Perusahaan
a. Perusahaan Swasta
Merupakan perusahaan yang modal seluruhnya dimiliki oleh swasta dan
tidak ada campur tangan pemerintah, terdiri dari:
 Perusahaan swasta nasional.
 Perusahaan swasta asing.
 Perusahaan swasta campuran (joint venture).
b. Perusahaan Negara
Merupakan perusahaan yang seluruh atau sebagian modalnya milik negara
Indonesia.
3. Pengertian Perusahaan dan Pekerjaan
Menurut Rachmadi Usman (2000: 26-27), dengan mengacu pada pengertian
perusahaan menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1982 di atas meliputi bentuk
usaha (company) dan sekaligus jenis usaha (business). ladi, perusahaan adalah
badan usaha yang menjalankan kegiatan di bidang perekonomian (keuangan,
industri, dan perdagangan), yang dilakukan secara terus-menerus atau teratur
(regelmatig), terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan memperoleh
keuntungan dan/atau laba (wints oogmerk). Badan usaha ini bisa dijalankan oleh
perorangan, persekutuan atau badan hukum.
Dengan kata lain, perusahaan adalah kegiatan ekonomi yang berupa Membeli
barang dan menlualnya lagi atau menyewakannya dengan tujuan memperoleh
keuntungan dan/atau laba.
Menurut Abdulkadir Muhammad (1995: 18), pekerjaan (beroep) adalah
istilah yang memiliki pengertian lebih luas daripada pengertian perusahaan
(bedrijf). Tidak semua orang yang menjalankan pekerjaan itu menjalankan pula
perusahaan. Sebaliknya setiap orang yang menialankan perusahaan menjalankan
pekerjaan juga.
Jadi, pekerjaan ialah perbuatan atau kegiatan yang dilakukan secara terus-
menerus. terang-terangan, berdasarkan kualitas tertentu, dengan tuiuan memperoleh
keuntungan.
4. Hubungan Kerja
Menurut Abdulkadir Muhammad (1995: 2950) seperti yang telah diuraikan di
atas, bahwasanya seorang pengusaha itu:
 Bisa melakukan perusahaannya sendirian tanpa pembantu.
 Bisa melakukan perusahaannya dengan pembantu.
 Bisa menyuruh orang lain untuk melakukan perusahaannya.
Adapun pembantu pengusaha adalah setiap orang yang melakukan
perbuatan membantu pengusaha dalam menjalankan perusahaan dengan
memperoleh upah. Pemimpin perusahaan tidak termasuk dalam pembantu
pengusaha karena memperoleh kuasa untuk menjalankan perusahaan atas nama
pengusaha.Pembantu pengusaha, antara lain:
 Dalam lingkungan perusahaan, yaitu pemegang prokurasi, pengurus filial,
pelayan toko, pekerja keliling.
 Di luar lingkungan perusahaan, yaitu agen perusahaan, bank, makelar,
komisioner, notaris, dan pengacara.
Dengan demikian, hubungan kerja adalah hubungan hukum yang terjadi
antara pemberi kerja dan penerima kerja. Hubungan keria dapat terjadi karena
menjalankan pekerjaan dan karena menjalankan perusahaan.
a. Perjanjian untuk Melakukan Pekerjaan (Buku III Bab VIIA KUH
Perdata), yaitu:
 Perjanjian pelayanan berkala (Pasal 1601 KUH Perdata);
Pelayanan dilakukan hanya untuk waktu tertentu dan perbuatan
tertentu. Menimbulkan hubungan hukum “koordinasi", artinya
kedudukan hukum yang sama/sejajar antara pihak yang satu dan pihak
yang lain.
 Perjanjian kerja (Pasal 1601a jo. Pasal 1601d, Pasal 1603z KUH
Perdata):
Pekerja (pembantu pengusaha) berkewajiban melaksanakan
pekerjaan yang dibebankan oleh majikan (pengusaha). dan majikan
(pengusaha) berkewajiban membayar upah yang telah disetujui oleh
kedua belah pihak.
Adapun pengertian Perjanjian Kerja menurut Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, adalah sebagai berikut:
“Perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja
yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.”
Menimbulkan hubungan hukum “subordinasi”, artinya kedudukan
hukum yang tidak sama/tidak sejajar antara majikan dan pekerja.
 Perjanjian pemborongan pekerjaan (Pasal 1601b jo. Pasal 1604 s/d 1617
KUH Perdata):
Pemborong mengikatkan diri untuk melaksanakan pekerjaan
borongan, dan pihak yang memborong mengikatkan diri untuk membayar
harga borongan yang telah ditentukan. Menimbulkan hubungan hukum
“koordinasi". artinya kedudukan hukum yang sama/sejajar antara pihak
pemborong dan pihak yang memborongkan.
b. Perjanjian Pemberian Kuasa (Buku m Bab XVI Pasal 1792 s/d Pasal
1819 KUH Perdata)
Adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang memberikan
kekuasaan kepada orang lain, yang menerimanya, untuk atas nama pemberi
kuasa untuk menyelenggarakan suatu urusan yang menimbulkan hubungan
hukum “koordinasi”.
5. Pembukuan
Mengenai pembukuan telah diatur dalam Bab 2 Buku 1, Pasal 6, 7, 8, 9, dan
12 KUH Dagang. Di mana setiap pengusaha diwajibkan oleh undang-undang untuk
membuat dan memelihara pembukuan.
a. Fungsi Pembukuan
 Agar dapat diketahui harta kekayaan (aset) perusahaan setiap saat. Tentu
saja pergerakan aset ini harus diikuti dengan berfungsinya proses
pembukuan yang jujur, terutama untuk pergerakan aset tetap dan tidak
tetap (bergerak) atau aset berwujud dan tidak berwujud, di mana untuk
aset-aset tersebut sekarang ini bisa berpindah kepemilikannya dalam
waktu yang sangat singkat.
 Sebagai alat bukti (Pasal 7 KUH Dagang); Termasuk di sini adalah
pembukuan sebagai alat bukti apabila terjadi perkara di pengadilan
maupun untuk yang berkaitan dengan pajak. Pembukuan yang benar akan
sangat membantu kita dalam proses di pengadilan maupun bila kita
berhadapan dengan masalah-masalah perpajakan, sebab pembukuan
dibuat bukan sebagai alat untuk menghindari pajak.
b. Sifat Pembukuan
Pada prinsipnya setiap pembukuan itu bersifat rahasia, tidak setiap orang
boleh melihatnya, kecuali bagi mereka yang diperbolehkan oleh undang-
undang. Namun demikian, kerahasiaan dapat diterobos sesuai dengan asas:
1) Representasi (Pembukaan oleh Hakim)
Menurut ketentuan Pasal 8 KUH Dagang, kerahasiaan pembukuan
dapat diterobos apabila:
 Terjadi dalam pemeriksaan perkara yang sedang berlangsung dimuka
pengadilan.
 Pembukuan dilakukan atas permohonan pihak yang berkepentingan;
atau oleh hakim karena jabatannya (ex officio) atau penawaran
pembukaan oleh pengusaha yang membuat pembukuan kepada
hakim
2) Komunikasi (Pemberitaan)
Menurut Pasal 12 KUH Dagang, kerahasiaan pembukuan dapat pula
diterobos melalui:
 Pemberitaan dapat terjadi di muka sidang pengadilan maupun di luar
sidang.
 Pihak-pihak yang berwenang untuk menuntut pemberitaan adalah;
Ahli waris pengusaha, sekutu, dan buruh yang berkepentingan
terhadap perusahaan, Sekutu atau persero, Pekerja yang
berkepentingan terhadap perusahaan, dan Orang yang berwenang
mengangkat pengurus, yaitu pengusaha atau pemilik perusahaan.

B. Sumber Pengaturan
Sumber hukum perusahaan di Indonesia diatur dalam Kitab Undang' Undang
Hukum Dagang (KUH Dagang), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH
Perdata), Perundang-undangan RI, Kebiasaan, dan Yurisprudensi. Namun demikian,
sumber utama hukum perusahaan adalah KUH Dagang. Hukum dagang adalah hukum
perikatan yang timbul khusus dari lapangan perusahaan. Hukum dagang diatur dalam
KUH Dagang dan peraturan-peraturan lain di luar kodifikasi. Selain KUH Dagang,
yang iuga menjadi sumber hukum perusahaan adalah KUH Perdata. KUH Perdata
merupakan hukum perdata umum, KUH Dagang merupakan hukum perdata khusus.
Hubungan antara kedua macam hukum ini seperti genus (umum) dan specialis
(khusus). Mengenai hubungan ini berlaku adagium, “Lex specialis derogat
Iexgeneralis” (hukum khusus menghapus hukum umum).
Adagium ini dirumuskan dalam Pasal 1 KUH Dagang yang berbunyi: “Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, seberapa jauh daripadanya dalam kitab ini tidak
khusus diadakan penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang
dibicarakan dalam kitab ini.”(KUH Dagang)

C. Bentuk-Bentuk Organisasi Bisnis


Menurut Abdulkadir Muhammad (1995: 55-56), perusahaan dapat
diklasifikasikan menjadi perusahaan dilihat dari jumlah pemilik, perusahaan dapat
dibagi menjadi perusahaan perseorangan dan perusahaan persekutuan. Dilihat dari
status pemilik, perusahaan bisa dibagi menjadi perusahaan swasta dan perusahaan
negara, sedangkan bila dilihat dari bentuk hukumnya perusahaan dapat dibagi menjadi
perusahaan berbadan hukum dan perusahaan bukan badan hukum.
1. Perusahaan Dagang
Perusahaan dagang adalah salah satu bentuk perusahaan perseorangan yang
dilakukan oleh satu orang pengusaha dengan ciri-ciri lainnya:
a. Modal milik satu orang saja.
b. Didirikan atas kehendak seorang pengusaha.
c. Keahlian, teknologi, dan manajemen dikelola satu orang saja.
d. Bila tampak banyak orang di perusahaan itu merupakan para pembantu
pengusaha.
e. Tentu saja bukan perusahaan badan hukum dan tidak termasuk persekutuan
atau perkumpulan.
f. Risiko dan untung rugi menjadi tanggungan sendiri.
g. Tidak melalui proses pendirian perusahan sebagai mestinya, kecuali surat izin
usaha dari kantor perdagangan setempat.
h. Wajib untuk membuat catatan keuangan termasuk kewajiban terhadap pajak
dan retribusi daerah.
2. Persekutuan Perdata
Persekutuan, maatschap atau vennootschap (dalam bahasa Belanda),
partnership (dalam bahasa Inggris). Persekutuan perdata adalah perserikatan
perdata yang menjalankan perusahaan. Menurut Pasal 1618 KUH Perdata,
perserikatan perdata adalah sebuah perjanjian dengan mana dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud
untuk membagi keuntungan atau manfaat yang diperoleh karenanya.
Clri-clrl persekutuan perdata sebagai berikut:
a. Pendirian
 Berdasarkan perjanjian para pihak (Pasal 1320 KUH Perdata).
 Dapat dilakukan dengan sepakat para sekutu atau bisa pula secara lisan
(Pasal 1624 KUH Perdata).
 Tiap sekutu wajib memasukkan dalam kas persekutuan berupa uang,
benda, atau manajemen. (Pasal 1619 KUH Perdata).
b. Perbedaan Para Sekutu
Biasanya pengelolaan persekutuan dijalankan oleh pengurus yang
ditetapkan persekutuan.
1) Sekutu Statuter (gerant statutaire):
 Tidak dapat diberhentikan, kecuali atas dasar hukum (misalnya: sakit,
tidak cakap)
 Diberhentikan oleh persekutuan perdata
 Telah ditetapkan secara khusus dalam perjanjian persekutuan untuk
menjadi pengurus persekutuan, dan
 Mempunyai wewenang secara penuh untuk melakukan segala
perbuatan yang berhubungan dengan kepengurusan persekutuan.
2) Sekutu mandater (gerant mandataire):
 Kekuasaan dapat dicabut sewaktu-waktu
 Diangkat setelah persekutuan didirikan, dan
 Memiliki wewenang yang terbatas berdasarkan pemberian kuasa dan
dapat ditarik kembali.
c. Pembagian Keuntungan
Biasanya kalau tidak ditetapkan dalam perjanjian, pembagian keuntungau
dilakukan menurut asas “keseimbangan pemasukan”.
d. Kekayaan Persekutuan
1) Pemasukan (inbreng) dari masing-masing sekutu.
2) Penagihan-penagihan ke dalam.
3) Penggantian kerugian kepada persekutuan dari sekutu-sekutu.
4) Penagihan-penagihan keluar kepada pihak ketiga.
e. Berakhirnya Persekutuan
1) Lampaunya waktu.
2) Musnahnya barang atau telah diselesaikannya usaha yang menjadi pokok
persekutuan perdata.
3) Kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu.
4) Salah seorang sekutu meninggal dunia, di bawah pengampuan, atau
dinyatakan pailit (Pasal 1646 KUH Perdata).
5) Berdasarkan suara bulat dari para sekutu.
6) Berlakunya syarat bubar.
3. Persekutuan Firma (Fa)
Firma artinya nama bersama, vennootschap onder eene firma (dalam bahasa
Belanda), yaitu nama orang (sekutu) yang digunakan menjadi nama perusahaan.
Menurut Pasal 16 KUH Dagang, persekutuan firma adalah setiap persekutuan
perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama,
kongsi, kerja sama.
Ciri-ciri firma sebagai berikut;
a. Ciri-ciri Khusus
Dari pengertian di atas persekutuan firma adalah persekutuan perdata
khusus, di mana kekhususan tersebut terletak pada tiga unsur mutlak;
1) Menjalankan perusahaan yang merupakan syarat formal (Pasal 16 KUH
Dagang).
2) Dengan nama bersama atau flrma (Pasal 16 KUH Dagang).
3) Pertanggungiawaban sekutu (jirmant) yang bersifat pribadi untuk
keseluruhan, yang merupakan syarat material, maksudnya
pertanggungjawaban sekutu firma tidak terbatas pada pemasukan yang
dimasukkannya, melainkan juga bertanggung jawab secara pribadi atas
harta kekayaan milik pribadi terhadap persekutuan firmanya (Pasal 18
KUH Dagang).
4) Di samping tiga hal tersebut, lirma bukanlah persekutuan badan hukum
dengan alasan:
 Tidak ada keharusan pengesahan akta pendirian oleh menteri hukum
dan ham, dan
 Tidak ada keharusan pemisahan harta kekayaan antara persekutuan
dan pribadi sekutu-sekutu.
b. Prosedur Pendirian
1) Adanya akta pendirian persekutuan yang dipersyaratkan dengan akta
autentik (anggaran dasar persekutuan firma), yang dibuat oleh atau di
hadapan notaris. Namun demikian, pendirian persekutuan flrma dapat saja
tanpa akta autentik, sebab tidak ada keharusan untuk itu, namun untuk
kepentingan dengan pihak ketiga akta tersebut tetap saja diperlukan (Pasal
22 KUH Dagang).
2) Akta Pendirian tersebut harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri, dalam daerah hukum di mana persekutuan llrma berdomisili (Pasal
23 KUH Dagang).
3) Setelah dilakukan pendaftaran, akta pendirian tersebut diumumkan dalam
Berita Negara RI (Pasal 28 KUH Dagang).
4) Selama pendaftaran dan pengumuman itu belum berlangsung, maka
terhadap pihak ketiga persekutuan firma harus dianggap sebagai:
 Menjalankan segala macam urusan perniagaan
 Didirikan untuk waktu tidak terbatas, dan
 Tidak ada sekutu yang dikecualikan untuk bertindak dan
menandatangani surat bagi persekutuan [irma (Pasal 29 KUH
Dagang).
c. Kewajiban Membuat Pembukuan
Persekutuan firma dalam menjalankan usahanya diwajibkan untuk
membuat pembukuan (Pasal 6 ayat l KUH Dagang). Pembukuan dapat
dilakukan oleh seorang pihak ketiga yang bukan sekutu atau sekutu berhak
untuk melihat, memeriksa, atau mengawasi pembukuan (Pasal 12 KUH
Dagang).
d. Berakhirnya Firma
Karena persekutuan firma adalah sebenarnya persekutuan perdata, maka
mengenai bubarnya persekutuan [irma sama dengan persekutuan perdata,
yang diatur dalam Pasal 1646 s/d 1652 KUH Perdata, yaitu sebagai berikut:
1) Lampaunya waktu di mana persekutuan perdata didirikan.
2) Musnahnya barang atau telah diselesaikannya usaha yang menjadi tugas
pokok persekutuan perdata.
3) Kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu.
4) Salah seorang sekutu meninggal dunia atau di bawah pengampunan atau
dinyatakan paillt.
4. Persekutuan Komanditer (CV)
Persekutuan komanditer atau Commanditaire Vennootschap dalam bahasa
Belanda adalah persekutuan firma yang memiliki satu atau beberapa orang sekutu
komandlter. Sekutu komanditer adalah sekutu Yang hanya menyerahkan uang.
barang, atau tenaga sebagai pemasukan pada persekutuan (sebagai modal), namun
dia tidak ikut campur dalam pengurusan atau Penguasaan persekutuan, dan
tanggung jawabnya terbatas sampai pada sejumlah uang yang dimasukkannya.
Artinya, sekutu komanditer tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap
persekutuan komanditer, sebab hanya sekutu komplementerlah yang diserahi tugas
untuk mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga. (Pasal 19 KUH
Dagang).
Dari pengertian di atas, dalam persekutuan komanditer ada dua macam
sekutu:
1) Sekutu kerja/sekutu komplementer/sekutu aktif, yaitu sekutu yang menjadi
pengurus persekutuan.
2) Sekutu tidak kerja/sekutu komanditer/sekutu pasif, yaitu sekutu yang tidak
kerja. Walaupun diberi kuasa untuk itu (Pasal 20 KUH Dagang), sekutu
komanditer berhak untuk mengawasi pengurusan persekutuan komanditer
secara intern. Apabila larangan tersebut dilanggar, maka para sekutu
bertanggung jawab secara pribadi. (Pasal 21 KUH Dagang).
a. Macam-macam Persekutuan Komanditer
1) Persekutuan komanditer diam-diam, yaitu persekutuan komanditer yang
belum menyatakan dirinya kepada pihak ketiga sebagai persekutuan
komanditer.
2) Persekutuan komanditer terang-terangan, yaitu persekutuan komanditer
yang sudah menyatakan dirinya kepada pihak ketiga sebagai persekutuan
komanditer.
3) Persekutuan komanditer dengan saham, yaitu persekutuan komanditer
terang-terangan yang modalnya terdiri dari saham-saham.
b. Prosedur Pendirian
Dalam KUH Dagang tidak ada aturan tentang pendirian, pendaftaran,
maupun pengumumannya, sehingga persekutuan komanditef dapat diadakan
berdasarkan perjanjian dengan lisan atau sepakat para pihak saia (Pasal 22
KUH Dagang). Dalam praktik di Indonesia untuk mendirikan persekutuan
komanditer dengan dibuatkan akta pendirian/ berdasarkan akta notaris,
didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang berwenang dan
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI, sama dengan prosedur
mendirikan persekutuan firma seperti dijelaskan sebelumnya.
c. Tanggung Jawab Keluar
Sekutu bertanggung jawab keluar adalah aekutu kerja atau sekutu
komplementer (Pasal 19 KUH Dagang).
d. Berakhirnya Persekutuan
Karena persekutuan komanditer pada hakikatnya adalah persekutuan
perdata (Pasal 16 KUH Dagang), maka mengenai berakhirnya persekutuan
komanditer sama dengan berakhirnya persekutuan perdata dan persekutuan
firma seperti yang telah diterangkan di atas (Pasal 1646 SM 1652 KUH
Perdata).
5. Perseroan Terbatas (PT)
a. Pengertian PT
Perseroan terbatas atau naamloze vennootschap (dalam bahasa Belanda),
company limited by shares (dalam bahasa Inggris), menurut Pasal 1 ayat 1 UU
No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang
didirikan berdasarkan peri aniian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan Pelaksanaannya. Adapun
pengertian menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, PT adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perianlian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
b. Dasar Hukum
Setelah pemerintah RI mengeluarkan UU No. 1 Tahun 1995 yang
diundangkan pada 7 Maret 1995 dan mulai berlaku pada 7 Maret 1996 tentang
Perseroan Terbatas, maka Pasal 36 s/d 56 dalam KUH Dagang yang menjadi
dasar hukum NV (naamloze vennootschap) adalah untuk menyebut PT pada
zaman Belanda, tidak lagi menjadi dasar hukum PT (sebenarnya arti NV tak
selalu sama dengan PT). Meskipun demikian, bagi PT yang sudah disahkan
sebelum berlakunya undang-undang ini, sepanjang tidak bertentangan dengan
anggaran dasarnya, dapat tetap berlaku. Sementara itu, perusahaan yang telah
didirikan dan disahkan (KUH Dagang) harus menyesuaikan diri dalam dua
tahun sejak tanggal berlakunya undang-undang ini, selain itu ordonansi MAI
(Maskapai Andil Indonesia) 1939 juga tidak berlaku lagi. Perusahaan tersebut
harus menyesuaikan diri dalam waktu tiga tahun.
c. Persyaratan Pendirian PT
Sebagai badan hukum, maka pendirian perseroan harus memenuhi syarat:
1) Didirikan oleh dua orang atau lebih (kecuali BUMN).
2) Setiap pendiri wajib mengambil bagian saham.
3) Modal dasar paling sedikit Rp 50.000000,yang terdiri atas seluruh nilai
nominal saham.
4) Minimal paling sedikit 25% dari modal dasar telah ditempatkan dan
disetor penuh.
5) Dalam pembuatan akta pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain
berdasarkan surat kuasa.
6) Didirikan dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia, dengan rincian:
 Akta pendirian. Selain memuat anggaran dasar PT, juga memuat:
 Nama, tempat/tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan
kewarganegaraan: pendiri, direksi, dan komisaris, dan
 Nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham,
perincian jumlah saham, dan nominal atau nilai yang
diperjanjikan dari saham yang ditempatkan dan disetor pada saat
pendirian.
 Anggaran dasar PT, antara lain;
 Nama dan tempat kedudukan
 Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha
 Jangka waktu
 Modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor
 Susunan, jumlah, serta nama direksi, dan komisaris
 Tata cara pemilihan, pengangkatan, penggantian, dan
pemberhentian direksi dan komisaris
 Tahun buku dan laporan keuangan
 RUPS dan hak suara
 Penggunaan laba dan pembagian deviden
 Ketentuan lain menurut undang-undang.
d. Prosedur Pendirian PT
1) Pendirian dalam akta autentik (Pasal 7 ayat 1). Di sini pendirian PT tetap
sah, tetapi belum berstatus badan hukum, hanya sebatas terjadinya
hubungan kontraktual. Dengan demikian, akibat hukum PT yang belum
disahkan tetapi sudah melaksanakan aktivitas sebagaimana layaknya PT
2) Pengesahan oleh Menteri Hukum dan HAM (Pasal 7 ayat 6), status PT
badan hukum. Dengan demikian, tanggung jawab pemegang saham
terbatas.
3) Didaftarkan dalam daftar perusahaan paling lama 30 hari (Pasal 21)
4) Diumumkan dalam Tambahan Berita Negara (Pasal 22).
e. Pemakaian Nama PT
Menurut Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1998:
1) Perkataan “Perseroan Terbatas” atau disingkat “PT” hanya bisa di”
gunakan oleh badan usaha yang didirikan sesuai dengan ketentuan UU No.
1 Tahun 1995.
2) Pemakaian nama perseroan diajukan kepada Menteri Hukum dan HAM
dengan suatu permohonan guna mendapat perutuluan.
3) Permohonan persetujuan pemakaian nama kepada menteri ditolak.

f. Harta Kekayaan PT
Perseroan memiliki harta kekayaan yang terpisah dari harta kekaYaan
pribadi organ perseroan. Harta kekayaan PT ini terdiri atas benda bergerak dan
tidak bergerak, berwujud dan tidak berwujud, termasuk dalam harta kekayaan
perseroan adalah modal.
g. Modal PT
1) Modal dasar minimal Rp 50.000.000,(lima puluh juta rupiah).
2) Minimal 25% dari modal dasar harus ditempatkan (Pasal 26 ayat 1)
3) 100% saham yang dikeluarkan harus sudah disetor penuh pada saat
pengesahan (Pasal 26 ayat 3).
4) Setelah PT mendapat pengesahan, setiap pengeluaran saham baru harus
disetor penuh (Pasal 26 ayat 4).
5) Penyetoran saham dalam bentuk lain dapat dilakukan, dengan ketentuan:
 Harus dicantumkan dalam akta pendirian pada saat pendirian PT
 Bila dilakukan sesudah pengesahan PT sebagai badan hukum, maka
harus dengan persetujuan RUPS atau organ lain yang ditunjuk oleh
RUPS
 Harus diperinci nilai atau harga, jenis atau macam, status, tempat
kedudukan, dan lain-lain
 Harus dinilai ahli yang independen, dan
 Diumumkan dalam dua surat kabar.
h. Organ PT
Organ perseroan terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
direksi, dan komisaris, yang memiliki fungsi, tugas, dan wewenang masing-
masing di dalam perseroan.
1) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
2) Direksi Perseroan
3) Komisaris Perseroan
i. Kelebihan dan Kekurangan PT
1) Kelebihan PT;
 Memungkinkan pengumpulan modal besar.
 Memiliki status sebagai badan hukum.
 Tanggung jawab terbatas.
 Pengalihan kepemilikan lebih mudah.
 langka waktu tidak terbatas.
 Manaiemen yang lebih kuat.
 Kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin.
 Biasanya untuk Penanaman Modal Asing (PMA) ada fasilitas bebas
paiak (tax holiday).
2) Kekurangan PT;
 Pengenaan pajak ganda.
 Ketentuan perundangan lebih ketat.
 Rahasia perusahaan relatif kurang terjamin.
 Pendirian perusahaan relatif sulit, lama, dan biaya lebih besar.
 Biasanya untuk PMA, sedikit rentan terhadap situasi dan kondisi
sosial, politik, dan keamanan negara.
j. Pembubaran Perseroan dan Likuidasi
Berdasarkan Pasal 114 s/d 125 UU No. 1 Tahun 1995, maka perseroan
dapat dibubarkan atau berakhir, karena:
1) Keputusan RUPS.
2) langka waktu berdirinya telah berakhir.
3) Adanya penetapan pengadilan, berdasarkan:
 Permohonan kejaksaan berdasarkan alasan kuat PT melanggar
kepentingan umum
 Permohonan satu orang pemegang saham atau lebih yang mewakili
paling sedikit sepersepuluh bagian dari jumlah seluruh saham, dan
 Permohonan kreditur, berdasarkan alasan; PT tidak mampu membayar
utangnya setelah dinyatakan pailit, Harta kekayaan PT tidak cukup
untuk melunasi seluruh utangnya setelah pernyataan pailit dicabut,
atau Permohonan pihak yang berkepentingan karena adanya cacat
hukum dalam akta pendirian.

D. Pendaftaran Perusahaan
Pengertian daftar perusahaan menurut UU No. 3 Tahun 1982 adalah daftar
catatan resmi yang diadakan menurut atau berdasarkan ketentuan undang-undang ini
dan/atau peraturan-peraturan pelaksanaan, dan memuat hal-hal yang waiib didaftarkan
oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh peiabat yang berwenang dari kantor
pendaftaran Perusahaan.
Wajib daftar perusahaan diadakan dengan tujuan:
1. Melindungi perusahaan yang jujur.
2. Melindungi masyarakat atau konsumen.
3. Mengetahui perkembangan dunia usaha.
4. Memudahkan pembinaan, pengarahan, dan pengawasan.
Dengan demikian, setiap perusahaan termasuk perusahaan asing yang
berkedudukan dan menjalankan usahanya di wilayah negara RI dan telah memiliki
izin, waiib didaftarkan dalam daftar perusahaan, Perusahaan tersebut meliputi:
1. PT.
2. Koperasi.
3. Persekutuan komanditer (CV).
4. Firma (fa).
5. Perusahaan perorangan lainnya yang melaksanakan kegiatan usaha dengan tujuan
memperoleh keuntungan dan/atau laba.

E. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)


Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan diwajibkan memiliki
SIUP, kecuali perusahaan yang dibebaskan:
1. Cabang/perwakilan perusahaan.
2. Izin diperoleh dari departemen teknik dan tidak melakukan kegiatan perdagangan.
3. Perusahaan produksi.
4. Perjan dan Perum.
5. Perusahaan kecil perseorangan.

Anda mungkin juga menyukai