Anda di halaman 1dari 11

Ericka C., dkk.

 : Pengaruh Pemakaian Pasta Gigi Kunyit, Madu                                     ISSN 2086‐0218 
 

Pengaruh Pemakaian Pasta Gigi Kunyit, Madu, serta Campuran kunyit dan Madu
terhadap Jumlah Leukosit Saliva dan Gingivitis pada Anak

Ericka Christyana*, Al Supartinah**, dan Siti Bale Sri Rantinah**.


*Program Studi Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis,
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
**Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

ABSTRAK
Gingivitis merupakan peradangan gingiva karena infeksi bakteri plak.
Perawatannya dengan menyikat gigi menggunakan pasta yang mengandung bahan
antibakteri. Madu dan kunyit merupakan bahan alam yang mengandung antibakteri,
antiinflamasi, dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemakaian pasta gigi kunyit, pasta gigi madu, serta pasta gigi campuran kunyit dan madu
terhadap jumlah leukosit dalam saliva dan gingivitis pada anak.
Subyek penelitian terdiri dari 30 anak penderita gingivitis sedang yang dibagi
menjadi 3 kelompok, masing-masing terdiri dari 10 anak. Kelompok pertama diberi pasta
gigi madu, kedua pasta gigi ekstrak kunyit, dan ketiga pasta gigi campuran madu dan
ekstrak kunyit. Data yang diperoleh yaitu jumlah leukosit saliva dan indeks gingiva hari
ke-1, ke-3, dan ke-7.
Hasil repeated two-way anova menunjukkan terdapat perbedaan signifikan
jumlah leukosit saliva dan indeks gingiva (p<0,05) berdasarkan kelompok perlakuan dan
hari pengamatan. Hasil uji LSD0,05 menunjukkan terdapat perbedaan yang siginifikan
jumlah leukosit saliva kelompok pasta gigi madu terhadap kelompok pasta gigi kunyit
(hari ketiga p=0.000, hari ketujuh p=0.000) serta kelompok pasta gigi campuran madu
dan kunyit terhadap kelompok pasta gigi kunyit (hari ketiga p=0.000, hari ketujuh
p=0.000) . Terdapat perbedaan siginifikan indeks gingiva kelompok pasta gigi madu
terhadap kelompok pasta gigi kunyit (hari ketiga p=0.000, hari ketujuh p=0.000) serta
kelompok pasta gigi campuran madu dan kunyit terhadap kelompok pasta gigi kunyit (hari
ketiga p=0.000, hari ketujuh p=0.000). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemakaian
pasta gigi madu serta pasta gigi campuran madu dan kunyit lebih baik untuk menurunkan
jumlah leukosit saliva dan indeks gingiva pada gingivitis anak dibandingkan pasta gigi
kunyit.

Kata kunci : gingivitis, pasta gigi madu, pasta gigi kunyit, pasta gigi campuran madu dan
kunyit, jumlah leukosit saliva, indeks gingiva.

ABSTRACT
Gingivitis is an inflammation of the gingival caused by bacterial plaque infection.
Its management is by brushing teeth using a paste containing antibacterial ingredients.
Honey and turmeric is a natural ingredient that contains antibacterial, anti-inflammatory,
and antioxidant. This study aimed to determine effect of using turmeric toothpaste, honey
toothpaste and mix turmeric and honey toothpaste due to number of leukocyte in saliva
and gingivitis in children.
Subjects consisted of 30 children with moderate gingivitis that divided into nd 3
groups, each consisting of 10 children.
rd
The first group was given honey toothpaste, 2
turmeric extract toothpaste, and 3 mixture of honeyst and turmeric extract toothpaste. The
number of leukocytes saliva and gingival index on 1 , 3rd, and 7th day was assessed.
Results of repeated two-way ANOVA showed significant differences leukocyte
saliva and gingival index (p <0.05) by treatment group and day of observation. LSD test
results showed there were significant differences number of leukocytes saliva between
honey toothpaste group and turmeric toothpaste group (3rd day p = 0.000, 7th day p =
0.000) and between mixture honey and turmeric toothpaste group and turmeric
toothpaste group (3rd day p = 0.000, 7th day p = 0.000). There were significant differences
in gingival index between honey toothpaste group and turmeric toothpaste group (3rd day

74 
 
J Ked Gi, Vol. 5, No. 2, April 2014 ISSN 2086-0218 
 

p = 0.000, 7th day p = 0.000) and between mixture honey and turmeric toothpaste group
and turmeric toothpaste group (3rd day p = 0.000, 7th day p = 0.000). The conclusion of
this study is the use of honey toothpaste and mixture honey and turmeric toothpaste are
better than turmeric toothpaste to reduce the number of leukocytes saliva and gingival
index in children gingivitis.

Keywords: gingivitis, honey tooth paste, turmeric toothpaste, mixture honey and turmeric
toothpaste, number of leukocytes saliva, gingival index.

PENDAHULUAN kandungan minyak atsiri dan curcumin 5.


Madu merupakan bahan alami yang
Gingivitis sering dijumpai pada
mengandung zat-zat yang menghambat
anak. Hasil penelitian di Indonesia yang
6
pertumbuhan bakteri . Aktivitas
dilakukan oleh Departemen Kesehatan
antibakteri madu disebabkan karena
menunjukkan persentase gingivitis pada
efek osmotik, kandungan hidrogen
anak yang cukup tinggi, yaitu kelompok
peroksida, dan beberapa senyawa
usia 8 tahun mencapai 57,79 sampai
fitokimia. Senyawa fitokimia dalam
62,79%, kelompok usia 14 tahun
madu juga bersifat antioksidan dan
mencapai 62,19 -68,90% 1.
7
antiinflamasi . Penggunaan kunyit
Gingivitis bisa terjadi karena
seringkali digabungkan dengan madu,
ada ketidakseimbangan antara iritan
misalnya pada pengobatan penyakit-
dan sistem imunitas gingiva, iritan
penyakit amandel dan demam 4.
utama penyebab gingivitis adalah
Kurkumin dan minyak atsiri
bakteri plak2. Perawatan gingivitis yang
dalam kunyit serta senyawa fitokimia
utama yaitu dengan metode kontrol
dalam madu merupakan suatu
plak. Kontrol plak dapat dilakukan
persenyawaan fenol yang apabila
secara mekanis dengan menggunakan
digabungkan memiliki kemampuan
sikat gigi, serta dibantu kontrol plak
antibakteri lebih tinggi bila dibandingkan
secara kimiawi dengan menggunakan
8
senyawa fenol tunggal . Antioksidan
pasta gigi dan obat kumur 3.
yang terdapat dalam kunyit merupakan
Beberapa jenis bahan alam
antioksidan yang bersifat fenolik yaitu
memiliki kemampuan menghambat
kurkumin, sedangkan di dalam madu
pertumbuhan mikroba, sehingga dapat
selain terdapat antioksidan fenolik, juga
ditambahkan sebagai bahan aktif dalam
terdapat antioksidan yang bersifat non
pasta gigi 3. Bahan alami yang sering
fenolik, seperti vitamin E dan vitamin C.
digunakan masyarakat untuk penyakit
Percobaan campuran antioksidan
rongga mulut antara lain adalah kunyit
fenolik dengan antioksidan non fenolik,
dan madu4.
seperti vitamin C, menunjukkan bahwa
Kunyit dapat digunakan
antioksidan yang lebih efisien akan
sebagai antibakteri, antiinflamasi, dan
mendominasi yang lain melalui
antioksidan dikarenakan adanya

75 
 
Ericka C., dkk. : Pengaruh Pemakaian Pasta Gigi Kunyit, Madu                                     ISSN 2086‐0218 
 

mekanisme transfer ion hidrogen 9. dijumpai kelainan jaringan lunak rongga


Keberhasilan perawatan mulut kecuali gingivitis, d). Tidak sedang
gingivitis dapat dinilai dengan melihat memakai alat orthodontik, e). Tidak
status gingivitis pasien, antara lain mengkonsumsi obat-obatan secara
dengan menghitung jumlah leukosit rutin, f). Orang tua anak bersedia
yang ada di dalam saliva dan secara menandatangani informed consent.
klinis menggunakan indeks gingiva. Subyek dibagi menjadi 3
Indeks gingiva yang biasa digunakan kelompok (masing-masing 10 anak)
salah satunya menurut Loe dan Silness yaitu kelompok pengguna pasta gigi
(1963). Saliva memegang peranan kunyit, kelompok pengguna pasta gigi
penting dalam respon imunitas rongga madu, serta kelompok pengguna pasta
mulut karena mengandung sel-sel gigi campuran kunyit dan madu.
leukosit yang berfungsi sebagai
pertahanan ketika terjadi infeksi. Sel-sel Penelitian dilaksanakan dengan
leukosit bermigrasi dari sulkus gingiva cara sebagai berikut :
ke dalam saliva. Jumlah sel leukosit a. Pengambilan sampel saliva untuk
dalam saliva bervariasi tiap orang dan penghitungan jumlah sel leukosit
tiap waktu, serta meningkat pada berdasarkan metode dari Klinkhamer
10
kondisi gingivitis . Tujuan dari dan Skougaard (1969):
penelitian ini adalah untuk mengetahui i. Untuk masing-masing subyek
pengaruh pemakaian pasta gigi kunyit, disediakan 12 tabung reaksi,
pasta gigi madu, serta pasta gigi masing-masing diisi larutan
campuran kunyit dan madu terhadap NaCl 1,2% sebanyak 5 ml.
jumlah leukosit saliva dan gingivitis pada ii. Subyek diminta untuk
anak. memasukkan isi tabung pertama
ke dalam mulut, berkumur
METODE PENELITIAN selama 30 detik, kemudian
Jenis penelitian adalah dikeluarkan dan ditampung
eksperimen semu (Quasi Experimental) dalam tabung reaksi. Prosedur
dengan rancangan penelitian time series ini diulang sampai tabung kedua
design. Subyek penelitian adalah siswa- belas.
siswi SD Muhammadiyah Wirobrajan II iii. Selanjutnya tabung reaksi
dengan kriteria inklusi sebagai berikut keenam, kesembilan, dan kedua
a). Anak-anak berusia 8 – 11 tahun belas dibawa ke laboratorium
(syarat anak perempuan : belum untuk perhitungan jumlah
mengalami menstruasi), b). Tidak leukosit dalam saliva.
memiliki penyakit sistemik, c). Tidak

76 
 
J Ked Gi, Vol. 5, No. 2, April 2014 ISSN 2086-0218 
 

b. Pemeriksaan indeks gingiva menurut dari skor Indeks Gingiva dengan


Loe dan Silness (1963) pada area kriteria:
gigi yang mengalami gingivitis : 0,1 – 1,0 = inflamasi gingiva
i. Sisi gingiva yang diperiksa ringan
antara lain papilla distal, tepi 1,1 – 2,0 = inflamasi gingiva
gingiva buccal, papilla mesial, sedang
dan tepi gingiva lingual atau 2,1 – 3,0 = inflamasi gingiva
palatal. Pemeriksaan dilakukan parah
dengan menggunakan probe. c. Anak diinstruksikan untuk
Kriteria untuk penentuan menggosok gigi dua kali sehari (pagi
skornya adalah sebagai berikut : dan malam) menggunakan pasta
0= gingiva normal gigi yang telah disediakan sesuai
1= inflamasi ringan, ditandai dengan kelompok perlakuannya,
sedikit perubahan warna, sedikit selama 1 minggu.
edema, dan tidak ada d. Pada hari ke – 3 dan ke – 7
perdarahan saat probing. dilakukan kembali pengambilan
2= inflamasi sedang, ditandai saliva untuk menghitung jumlah
gingiva kemerahan, edema, leukosit dan pemeriksaan indeks
mengkilap, ada perdarahan saat gingiva
probing.
Pemeriksaan di Labolatorium
3= inflamasi berat, ditandai
gingiva merah, edema, 1. Penghitungan jumlah leukosit
ulserasi, ada perdarahan dalam saliva dilakukan dengan
spontan. cara :
ii. Skor untuk setiap gigi diperoleh a. Volume tabung keenam,
dengan menjumlahkan skor dari kesembilan, dan kedua belas
keempat sisi gingiva yang ditambah sampai dengan 8 ml
diperiksa, lalu dibagi dengan dengan larutan NaCl 1,2%.
empat (jumlah sisi yang b. Selanjutnya masing-masing
diperiksa). Skor indeks gingiva tabung ditutup kemudian
(GI) untuk individu diperoleh dikocok dengan shaker
dengan membagi jumlah skor perlahan-lahan selama 5 menit
dari semua gigi yang diperiksa kemudian digetarkan di atas
dengan jumlah gigi yang vibrator selama 60 detik.
diperiksa. Prosedur ini diulang tiga kali.
iii. Keparahan inflamasi gingiva c. Spesimen diambil
secara klinis dapat ditentukan menggunakan pipet leukosit,

77 
 
Ericka C., dkk. : Pengaruh Pemakaian Pasta Gigi Kunyit, Madu                                     ISSN 2086‐0218 
 

digetarkan selama 3 menit.


d. Tetesan pertama dan kedua
HASIL PENELITIAN
dibuang, tetesan berikutnya
Data penelitian yang
diletakkan pada gelas obyek
didapatkan yaitu jumlah sel leukosit
penghitung Neubeur Chamber
saliva dan indeks gingiva pada hari
Improved, ditutup dengan kaca
pengamatan ke-1, ke-3, dan ke-7. Data
penutup, dan dibiarkan selama
jumlah sel leukosit saliva dan indeks
3 menit agar leukosit
gingiva dapat dilihat pada Tabel 1 dan
mengendap dalam bilik hitung,
Tabel 5 berikut.
dilakukan pewarnaan dengan
reagen Turk.
Tabel 1.Rerata dan standar deviasi
e. Penghitungan jumlah leukosit jumlah sel leukosit dalam saliva
dilakukan dengan bantuan berdasarkan hari pengamatan dan
kelompok perlakuan
mikroskop cahaya dengan
pembesaran 10 kali, kemudian
dicari empat kotak besar pada
sudut bilik hitung, yang mana
setiap kotak besar terbagi atas
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa
16 kotak kecil. Setelah leukosit
rerata jumlah sel leukosit dalam saliva
tampak pada kotak-kotak
pada hari pengamatan ke-1, 3, dan 7
Neubeur Chamber Improved,
pada semua kelompok mengalami
dilakukan penghitungan.
penurunan. Kecenderungan penurunan
Leukosit tampak berwarna
jumlah sel leukosit dalam saliva yang
ungu, berbentuk bulat, dengan
terbesar pada hari pengamatan ke-3
inti sel tidak teratur. Hasil jumlah
dan ke-7 terdapat pada kelompok
leukosit yang diperoleh dari
pengguna pasta gigi madu, sedangkan
tabung keenam, kesembilan,
yang terkecil terdapat pada pengguna
dan kedua belas kemudian
pasta gigi kunyit.
dirata-rata.

Tabel 2. Hasil uji repeated two-way


Data jumlah leukosit dalam saliva anova jumlah sel leukosit dalam
dan indeks gingiva pada penelitian ini saliva berdasarkan hari pengamatan
dan kelompok
dikumpulkan dan dianalisis dengan uji
repeated two-way anova dan Sumber variasi F P
Kelompok pasta gigi 8.691 .001
dilanjutkan uji LSD, dengan tingkat
Hari pengamatan 530.267 .000
signifikansi 0,05. Kelompok pasta gigi 23.473 .000
*hari pengamatan

78 
 
J Ked Gi, Vol. 5, No. 2, April 2014 ISSN 2086-0218 
 

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa


terdapat perbedaan yang signifikan, nilai
p=0,001 (p<0.05) jumlah sel leukosit
dalam saliva pada ketiga kelompok
berdasarkan pemakaian pasta gigi.
Jumlah sel leukosit dalam saliva
berdasarkan hari pengamatan
menunjukkan perbedaan yang
signifikan, p=0,000 (p<0.05), demikian
(p<0.05) jumlah sel leukosit dalam
pula interaksi antara hari pengamatan
saliva pada kelompok madu terhadap
dan kelompok pasta gigi juga
kelompok kunyit (p=0,000) pada hari
menunjukkan perbedaan yang
ketiga dan ketujuh serta pada
signifikan, p=0,000 (p<0.05). Hasil uji
kelompok kunyit terhadap kelompok
pairwise comparisons dengan LSD
campuran madu dan kunyit (p=0,000)
dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4 berikut.
pada hari ketiga dan ketujuh. Tidak
terdapat perbedaan yang signifikan,
Tabel 3. Hasil uji pairwise comparisons
dengan LSD jumlah sel leukosit dalam p=0,375 (hari ketiga) dan p=0,295
saliva berdasarkan hari pengamatan. (hari ketujuh) jumlah sel leukosit
dalam saliva pada kelompok madu
terhadap kelompok campuran madu
dan kunyit.

Tabel 5. Rerata dan standar deviasi


indeks gingiva (GI)
berdasarkan hari
pengamatan dan kelompok
jumlah sel leukosit dalam saliva perlakuan.
(p<0.05) pada semua hari
pengamatan. Hal ini berarti terdapat
penurunan jumlah sel leukosit dalam
saliva secara signifikan pada hari Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa
pengamatan ke-3 dan ke-7 pada ketiga rerata indeks gingival (GI) pada hari
kelompok pasta gigi. pertama, ketiga, dan ketujuh pada
semua kelompok mengalami
Tabel 4. Hasil uji pairwise penurunan. Kecenderungan penurunan
comparisons dengan LSD jumlah sel
leukosit dalam saliva berdasarkan GI pada hari pengamatan ke-3 dan ke-7
kelompok perlakuan.

79 
 
Ericka C., dkk. : Pengaruh Pemakaian Pasta Gigi Kunyit, Madu                                     ISSN 2086‐0218 
 

yang terbesar terdapat pada kelompok secara signifikan pada hari pengamatan
pengguna pasta gigi madu dan kunyit, ke-3 maupun ke-7 pada ketiga
sedangkan yang terkecil terdapat pada kelompok pasta gigi.
pengguna pasta gigi kunyit.
Tabel 8. Hasil uji pairwise comparisons
dengan LSD indeks gingival (GI)
Tabel 6. Hasil uji repeated two-way
berdasarkan kelompok perlakuan.
anova indeks gingival (GI) berdasarkan
hari pengamatan dan kelompok.

Tabel 6 menunjukkan bahwa


terdapat perbedaan yang signifikan,
p=0,000 (p<0.05) indeks gingiva (GI)
pada ketiga kelompok berdasarkan
pemakaian pasta gigi. Berdasarkan hari
pengamatan, GI menunjukkan
perbedaan yang signifikan, p=0,000 (p<0.05) indeks gingival (GI) pada
(p<0.05), demikian pula interaksi antara kelompok madu terhadap kelompok
hari pengamatan dan kelompok pasta kunyit (p=0,000) pada hari ketiga
gigi juga menunjukkan perbedaan yang maupun hari ketujuh serta pada
signifikan, p=0,000 (p<0.05). Hasil uji kelompok kunyit terhadap kelompok
pairwise comparisons dengan LSD campuran madu dan kunyit (p=0,000)
dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8 berikut. pada hari ketiga maupun hari ketujuh.
Indeks gingival (GI) pada kelompok
madu terhadap kelompok campuran
Tabel 7. Hasil uji pairwise
comparisons dengan LSD indeks madu dan kunyit tidak berbeda secara
gingiva (GI) berdasarkan hari signifikan (p>0.05), p=0,988 (hari ketiga)
pengamatan.
dan p=0,132 (hari ketujuh). Hal ini
menunjukkan bahwa madu memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
penurunan GI.

Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa PEMBAHASAN

terdapat perbedaan yang signifikan Telah dilakukan penelitian

indeks gingival (GI) (p<0.05) pada tentang pengaruh pemakaian pasta gigi

semua hari pengamatan. Hal ini kunyit, madu, serta campuran madu dan

menunjukkan terdapat penurunan GI kunyit terhadap jumlah leukosit dalam

80 
 
J Ked Gi, Vol. 5, No. 2, April 2014 ISSN 2086-0218 
 

saliva dan indeks gingiva (GI) dalam Polyphenol juga memiliki kemampuan
rongga mulut anak penderita gingivitis. antiinflamasi melalui mekanisme
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghambatan pelepasan fakto-faktor
terjadi penurunan jumlah leukosit dalam proinflamasi, dengan jalan memodulasi
saliva dan indeks gingiva secara sistem imun dan berperan sebagai
16
bermakna pada pemakaian ketiga antioksidan . Kandungan lain dari
kelompok pasta gigi (Tabel 3 dan Tabel madu yang juga bermanfaat yaitu
7). vitamin E dan C yang juga berfungsi
11
Penurunan jumlah leukosit sebagai antioksidan . Kemampuan
dalam saliva pada kelompok pasta gigi antibakteri madu menyebabkan
madu memberikan hasil yang lebih baik berkurangnya juga produk-produk
dibandingkan kelompok pasta gigi kunyit bakteri yang menyebabkan terjadinya
maupun campuran madu dan kunyit inflamasi10. Berkurangnya produk-
(Tabel 4), ini berarti kandungan madu produk bakteri ini disertai dengan
memberikan pengaruh yang lebih baik berkurangnya mediator-mediator pro-
untuk proses penyembuhan gingivitis. inflamasi yang disebabkan oleh efek
Hal ini disebabkan oleh kemampuan antiinflamasi dan antioksidan dari madu,
madu sebagai zat antibakteri, akan terjadi penyembuhan inflamasi
11
antiinflamasi, dan antioksidan . sehingga permeabilitas pembuluh darah
Kemampuan antibakteri madu berkurang. Berkurangnya permeabilitas
disebabkan karena efek osmotik madu, pembuluh darah ini akan berakibat pada
kandungan hidrogen peroksida yang berkurangnya sel-sel inflamasi yang
bersifat bakterisida, serta banyaknya keluar melalui dinding-dinding pembuluh
17
kandungan fitokimia yang terkandung di darah ke lokasi jejas . Hal ini tercermin
12
dalam madu . Kandungan fitokimia pada penurunan jumlah sel-sel inflamasi
terbanyak yang terdapat di dalam madu (leukosit) di dalam CSG pada proses
18
di antaranya polyphenol dan flavonoid penyembuhan gingivitis . Penurunan
13
. jumlah leukosit di dalam cairan sulkus
Polyphenol dan flavonoid gingiva akan mengakibatkan penurunan
memiliki kemampuan sebagai jumlah leukosit yang bermigrasi di
antioksidan yang berfungsi menetralkan dalam saliva.
radikal bebas yang terjadi pada proses Pasta gigi kunyit juga
14
inflamasi . menyebabkan penurunan jumlah
Polyphenol juga memiliki leukosit dalam saliva, namun lebih kecil
kemampuan sebagai zat antibakteri bila dibandingkan penurunan yang
dengan cara mempengaruhi terjadi pada pasta gigi madu (Tabel 3
15
permeabilitas membran sel bakteri . dan Tabel 4). Hal ini disebabkan oleh

81 
 
Ericka C., dkk. : Pengaruh Pemakaian Pasta Gigi Kunyit, Madu                                     ISSN 2086‐0218 
 

komponen-komponen yang bermanfaat sehingga lebih banyak pembuluh darah


pada gingivitis tidak sebanyak yang dalam jaringan yang mengalami
21
terdapat pada madu. Komponen- inflamasi . Pembengkakan gingiva
komponen pada kunyit yang bermanfaat terjadi karena pembuluh darah
untuk gingivitis yaitu minyak atsiri dan mengalami dilatasi dan mengandung
kurkumin. Mekanisme antibakteri eksudat inflamasi. Kemampuan
minyak atsiri yaitu merusak membran antibakteri, antiinflamasi, dan
sel bakteri sehingga menyebabkan lisis antioksidan yang dimiliki oleh
atau menghambat pertumbuhan selnya komponen-komponen madu dan kunyit
19
. Kurkumin bekerja seperti Cox-2 menyebabkan terjadinya proses
inhibitor dan menghambat sintase nitrat penyembuhan pada kondisi inflamasi.
oksida sehingga bisa meredakan nyeri Pembuluh darah yang tadinya
4
dan inflamasi . Kurkumin juga memiliki mengalami dilatasi dan
sifat antibakteri dan antioksidan karena permeabilitasnya meningkat karena
8
merupakan sejenis senyawa fenol . proses inflamasi kembali menjadi
17
Mekanisme antibakteri, antiinflamasi, normal . Kondisi ini tercermin pula
dan antioksidan terhadap penurunan dalam perubahan klinis yaitu dengan
jumlah sel leukosit dalam saliva berubahnya warna gingiva dari merah
menyerupai mekanisme pada pasta gigi menjadi merah muda, berkurangnya
madu. pembengkakan gingiva karena eksudat
Berdasarkan Tabel 8 terlihat inflamasi juga berkurang, dan tidak ada
bahwa penurunan indeks gingiva (GI) lagi perdarahan pada saat dilakukan
yang terjadi pada kelompok pasta gigi probing 22
campuran madu dan kunyit lebih baik Mekanisme yang sama juga
dibandingkan pasta gigi madu maupun dialami kelompok pasta gigi kunyit.
pasta gigi kunyit. Indeks gingiva dinilai Namun dikarenakan komponen-
dengan memeriksa tanda-tanda komponen antibakteri, antiinflamasi, dan
inflamasi gingiva yang dapat diamati antioksi dan yang kurang dominan
secara klinis yaitu perubahan warna, dibandingkan madu, penyembuhan
bentuk, ukuran, konsistensi, tekstur gingivitis yang terjadi yang ditandai
20
permukaan, dan perdarahan . Warna dengan penurunan indeks gingiva tidak
gingiva berubah seiring dengan sebaik kelompok pasta gigi madu
meningkatnya inflamasi dari warna maupun pasta gigi campuran madu dan
merah muda ke merah tua sampai ungu. kunyit (Tabel 9).
Perubahan ini terjadi karena dilatasi Penurunan jumlah leukosit
pembuluh darah, pertambahan saliva dan indeks gingiva pada
pembuluh darah (sistem kolateral) kelompok pasta gigi campuran madu

82 
 
J Ked Gi, Vol. 5, No. 2, April 2014 ISSN 2086-0218 
 

dan kunyit tidak berbeda secara KESIMPULAN


bermakna bila dibandingkan kelompok 1. Pemakaian pasta gigi madu serta
pasta gigi madu (Tabel 5 dan Tabel 9). pasta gigi campuran kunyit dan
Hal ini berarti bahwa penambahan madu lebih menurunkan jumlah sel
ekstrak kunyit ke dalam pasta gigi madu leukosit dalam saliva dibandingkan
tidak berpengaruh secara bermakna pasta gigi kunyit pada anak
dalam penyembuhan gingivitis. Hal ini penderita gingivitis.
terjadi mungkin dikarenakan adanya 2. Pemakaian pasta gigi madu serta
interaksi antara komponen antioksidan pasta gigi campuran kunyit dan
fenolik pada kunyit, dalam hal ini madu lebih menurunkan gingivitis
kurkumin, terhadap komponen non pada anak dibandingkan dengan
fenolik yang terdapat di dalam madu, pasta gigi kunyit.
yaitu vitamin C dan vitamin E. Sebagai
antioksidan, penggabungan antara DAFTAR PUSTAKA
persenyawaan fenol dengan senyawa
1. Salmiah, S., 2009, Gingivitis Pada
non fenolik menunjukkan bahwa Anak, Ilmu Kedokteran Gigi Anak
Fakultas Kedokteran Gigi
senyawa yang lebih tinggi daya
Universitas Sumatera Utara, Medan.
antioksidannya akan mengorbankan 2. Stephen, J.M., 2010, Gingivitis,
http://emedicine.medscape.com/arti
senyawa dengan daya antioksidan lebih
cle/763801-overview.
rendah yaitu dengan memberikan ion 3. Petersen, F.C., dan Scheie, A.A.,
Chemical Plaque Control : a
hidrogen agar bisa beregenerasi.
Comparison of Oral Health Care
Senyawa antioksidan fenolik Products dalam Busscher, H.J., dan
Evans, L.V., 1998, Oral Biofilms and
beregenerasi menjadi senyawa
Plaque Control, Harwood Academic
antioksidan yang aktif kembali setelah Publishers, Australia.
4. Ide, P., 2011, Health Secret of
memberikan ion hidrogennya kepada
Turmeric ( Kunyit ), Elex Media,
9
senyawa antioksidan nonfenolik . Jakarta.
5. Supriadi, Winarti, C., dan Hernani,
Antioksidan berperan penting pada
1999, Potensi Daya Antibakteri
proses inflamasi, untuk menetralkan Beberapa Tanaman Rempah dan
Obat terbadap Isolat Ralstonia
radikal bebas yang terjadi akibat lisisnya
solanacearum Asal Jahe, Hayati,
neutrofil yang berinfiltrasi ke jaringan. Vol. 6, No. 2, hal. 43-46.
6. Saqa Al’Id, M., 2010, Pengobatan
Radikal bebas ini memberi efek racun
dengan Madu (terj.), Pustaka Al-
pada residu asam lemak membran sel Kautsar, Jakarta.
7. Molan, P.C., 2001, Honey As a
sehingga menyebabkan peningkatan
Topical Antibacterial Agent For
produksi spesies oksigen reaktif dan Treatment of Infected Wounds,
http://www.worldwidewounds.com/
terganggunya mekanisme fungsi
2001/november/Molan/honey-as-
23
antioksidan . topical-agent.html.
8. Suwanto, A., 1983, Mempelajari
Aktivitas Antimikroba Bubuk

83 
 
Ericka C., dkk. : Pengaruh Pemakaian Pasta Gigi Kunyit, Madu                                     ISSN 2086‐0218 
 

Rimpang Kunyit (Curcuma hal. 28-31.


domestica Val.), Makalah Khusus 18. Christyana, E., 2012, Peran
Fateta, IPB, Bogor. Pemakaian Pasta Gigi Kunyit,
9. Aoun, M., dan Makris, D. P., 2012, Madu, Serta Campuran Madu dan
Binary Mixtures of Natural Kunyit Untuk Menurunkan Volume
Polyphenolic Cairan Sulkus Gingiva dan Jumlah
Antioxidants with Ascorbic acid: Sel Inflamasi Cairan Sulkus
Impact of Interactions on The Gingiva Pada Gingivitis Anak, FKG
Antiradical Activity, International UGM, Yogyakarta.
Food Research Journal, Vol. 19(2): 19. Supriadi, Winarti, C., dan Hernani,
603-606. 1999, Potensi Daya Antibakteri
10. Newman, M.G., Takei, H.H., Beberapa Tanaman Rempab dan
Klokkevold, P.R., dan Carranza, Obat terbadap Isolat Ralstonia
F.A., 2006, Carranza’s Clinical solanacearum Asal Jahe, Hayati, 6
Periodontology, 10thed., Saunders (2):. 43-46.
Elsevier, California, hal. 636-641. 20. Grant, D.A., Stern, I.B., dan
11. Rostinawati, T., 2009, Aktivitas Everett, F.G., 1972, Orban’s
Antibakteri Madu Amber dan Madu Periodontics a Concept of Theory
Putih terhadap Staphylococcus and Practice, Mosby Company,
aureus Resisten Metisilin dan Saint Louis, hal. 99-105.
Pseudomonas aeruginosa 21. Houwink, B., 1993, Prevalensi
Multiresisten, Fakultas Farmasi Penyakit Gigi dan Mulut dalam
Unpad, Jatinangor. Ilmu
12. Jeffrey, A.E., Echazarreta, C.M., Kedokteran Gigi Pencegahan
1996, Medical uses of honey, Rev (terj.), Gadjah Mada University
Biomed (7): 43-49. Press, Yogyakarta, hal. 12-23.
13. Mboto, C.I., Eja, M.E., Adegoke, 22. Manson, J.D., dan Elley, B.M., 1993
A.A., Iwatt, G.D., Asikong, B.E., Buku Ajar Periodonti (terj.), 2nd ed.,
Takon, I., Udo, S.M., dan Akeh, M., Hipokrates, Jakarta, hal. 9 – 11.
2009, Phytochemical properties and 23. Nim-Han Sung dan Meydani, S.N.,
antimicrobial activities of combined Antioxidants, Cytokines, and
effect of extracts of the leaves of Influenza Infection in Aged Mice and
Garcinia kola, Vernonia amygdalina Elderly Humans, JID, Vol. 182, S74-
and honey on some medically S80.
important microorganisms, African
Journal of Microbiology Research
Vol. 3(9), 557-559.
14. Nadler, B., 2007, Inflammation, Free
Radicals, Oxidative stress and
Antioxidants,
http://www.beverlynadler.com/html/i
nflammation.html.
15. Jing-Xin Sun dan Wen-Juan Wang,
2010, Antimicrobial Action
Mechanism of tea Polyphenols on
Pseudomonad,
http://en.cnki.com.cn/Article_en/CJF
DTOTAL-RLGY201001016.htm.
16. En-Qin Xia, Gui-Fang Deng, Ya-Jun
Guo, dan Hua-Bin Li, 2010,
Biological Activities of Polyphenols
from Grapes, Int. J. Mol. Sci., Vol.
11, 622-646.
17. Robbins, S.L., dan Kumar, V., 1995,
Buku Ajar Patologi I, EGC, Jakarta,

84 
 

Anda mungkin juga menyukai