Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN FRAKTIKUM

EKOLOGI TANAMAN PERKEBUNAN

Acara V: Pengaruh Kekeringan dan Genangan Air Terhadap Pertumbuhan


Tanaman

Nama : Septian Fajar Aswanur

NIM/Kelas : 17.05.071/A

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D-IV

POLITEKNIK LPP

YOGYAKARTA

2018
Pengaruh Kekeringan dan Genangan Air Terhadap Pertumbuhan Tanaman

I. Tujuan

Untuk mengetahui respon tanaman terhadap kekeringan dan genangan air dan untuk
mengetahui pertumbuhan tanaman

II. Tinjauan Pustaka

Cekaman kekeringan merupakan salah satu bentuk cekaman biologis yang berarti
segala perubahan kondisi lingkungan yang mungkin akan menurunkan atau merugikan
pertumbuhan atau perkembangan tumbuhan (fungsi normalnya). kekeringan adalah
kandungan air dari sel lebih rendah dibanding saat sel terhidrat penuh, di bawah kadar air
relatif 100%, disebabkan terutama oleh penurunan kandungan air tanah. Cekaman kekeringan
dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu kekurangan suplai air di daerah perakaran atau laju
kehilangan air (evapotranspirasi) lebih besar dari absorbsi air meskipun kadar air tanahnya
cukup.

Ketersediaan air di tanah merupakan faktor pembatas dan sangat penting bagi
kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Kebutuhan air tanaman berbeda-beda tergantung pada
jenis tanamannya. Apabila jumlah air yang tersedia di tanah tidak mencukupi kebutuhan
tanaman, maka tanaman akan mengalami gangguan morfologi dan fisiologis sehingga
pertumbuhan dan produktifitasnya akan terhambat. Hal ini menyebabkan tanaman mengalami
cekaman kekeringan.

Tersedianya hijauan pakan baik kuantitas, kualitas dan kontinuitas merupakan salah
satu kunci keberhasilan usaha peternakan ruminansia. Kesulitan penyediaan hijauan pakan
dalam jumlah besar terutama yang mudah dibudidayakan, daya adaptasi baik dan produksi
biomas tinggi merupakan suatu masalah yang sering terjadi di daerah tropis terutama dalam
musim kemarau panjang. Kesulitan ini dapat berpengaruh terhadap peningkatan dan
produktivitas ternak ruminansia. Upaya penyediaan hijauan pakan secara berkesinambungan
terutama pada saat musim kemarau dimana ketersediaan air tanah terbatas, perlu dilakukan
pencarian spesies tumbuhan pakan lokal yang mampu bertahan dalam kondisi kekeringan dan
penerapan bioteknologi dalam budidaya tumbuhan pakan.

Cekaman kekeringan menyebabkan gangguan pertumbuhan tanaman dan produksi


biomasa, penurunan ekspansi sel dan produksi fotosintesis menjadi berkurang. Respon
fisiologis tanaman terhadap cekaman kekeringan adalah penutupan stomata dan mengurangi
laju transpirasi, penurunan potensial air jaringan tanaman, penurunan 2 fotosintesis dan
menghambat pertumbuhan, akumulasi asam absisik (ABA), prolin, mannitol, sorbitol,
pembentukan senyawa biokimia (askorbat, glutathion, tocopherol, dan lain-lain), dan sintesis
protein baru dan mRNAs. Respon tanaman terhadap kekeringan terbagi dua, yaitu

1. Drought avoiders, tanaman yang menghindari kekeringan dan


2. Drought tolerators, tanaman yang mentoleransi kekeringan.

Penghindaran dan toleransi (ketahanan) terhadap suatu faktor pencekam tertentu. Pada
penghindaran, organisme memberi tanggapan dengan memperlemah akibat faktor pencekam.
Sebagai contoh, tumbuhan di gurun mungkin menghindari tanah kering dengan
memanjangkan akarnya tumbuh ke dalam sampai mencapai air tanah. Sebaliknya, jika
tumbuhan mengembangkan toleransi, tumbuhan tersebut memang toleran atau tahan terhadap
lingkungan yang tidak menguntungkan. Tanaman merespon cekaman kekeringan terlihat
pada morfologi, metabolik dan tingkat selular dengan modifikasi yang membiarkan tanaman
menghindari cekaman atau untuk meningkatkan tolerannya (Bray 1997).

mekanisme vesicular-arbuscular mycorrhiza (VAM) dapat meningkatkan ketahanan


terhadap cekaman kekeringan pada tanaman kemungkinan karena beberapa faktor :

1. Meningkatkan hara tanah di rhizosfer

2. Memperluas area akar tanaman sehingga meningkatkan efisiensi penyerapan air

3. Meningkatkan penyerapan unsur hara P dan unsur hara lainnya

4. Mengaktifkan sistem pertahanan tanaman secara cepat

5. Melindungi tanaman dari kerusakan oksidatif karena kekeringan

6. Mempengaruhi ekspresi gen bahan.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka akan dicobakan untuk mengembangkan


teknik seleksi cepat pada tanaman pakan berdasarkan respon morfologi dan fisiologisnya,
sehingga dapat dihasilkan tanaman pakan yang toleran terhadap cekaman kekeringan serta
melihat pengaruh dari aplikasi mikoriza dalam mengatasi kekeringan. Air dalam fisiologi
tanaman merupakan faktor utama yang sangat penting karena membentuk 80-90% bobot
segar jaringan yang sedang tumbuh aktif.
fungsi air bagi tanaman yaitu sebagai senyawa utama pembentuk protoplasma,
senyawa pelarut bagi masuknya mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan sebagai
pelarut mineral nutrisi yang akan diangkut dari satu bagian sel ke bagian sel lain, media
terjadinya reaksi-reaksi metabolik, reaktan pada sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus
asam trikarboksilat, penghasil hidrogen pada proses fotosintesis, penjaga turgiditas sel dan
berperan sebagai tenaga mekanik dalam pembesaran sel, pengatur mekanisme gerakan
tanaman seperti membuka dan menutupnya stomata, membuka dan menutupnya bunga serta
melipatnya daun-daun tanaman tertentu, berperan dalam perpanjangan sel, bahan
metabolisme dan produk akhir respirasi, serta di gunakan dalam proses respirasi.

Kebutuhan air pada tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis dan
umur tanaman, kadar air tanah dan kondisi cuaca. Air sebagai komponen essensial tumbuhan
memiliki peranan antara lain:

1. Sebagai pelarut, di dalamnya terdapat gas, garam dan zat terlarut lainnya yang
bergerak keluar masuk sel,
2. Sebagai pereaksi dalam fotosintesis dan pada berbagai proses hidrolisis, dan
3. Air essensial untuk menjaga turgiditas di antaranya dalam pembesaran sel dan
pembukaan stomata.

Ketersediaan air dalam tanaman diperoleh melalui proses fisiologis dan hilangnya air
dari permukaan bagian tanaman melalui proses evaporasi dan transpirasi. Peran air yang
sangat penting tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau tidak langsung
kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi semua proses metaboliknya sehingga
dapat menurunkan pertumbuhan tanaman (Sinaga, 2008). Efek kelebihan air atau banjir yang
umum adalah kekurangan oksigen, sedangkan kekurangan air atau kekeringan akan
mengakibatkan dehidrasi pada tanaman yang berpengaruh terhadap zona sel turgor yang
selanjutnya dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Fallah, 2006). Kebutuhan air bagi
tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis tanaman dalam hubungannya
dengan tipe dan perkembangannya, kadar air tanah dan kondisi cuaca.

Dampak genangan air adalah menurunkan pertukaran gas antara tanah dan udara yang
mengakibatkan menurunnya ketersediaan O2 bagi akar, menghambat pasokan O2 bagi akar
dan mikroorganisme (mendorong udara keluar dari pori tanah maupun menghambat laju
difusi). Genangan berpengaruh terhadap proses fisiologis dan biokimiawi antara lain
respirasi, permeabilitas akar, penyerapan air dan hara. Genangan menyebabkan kematian akar
di kedalaman tertentu dan hal ini akan memacu pembentukan akar adventif pada bagian di
dekat permukaan tanah pada tanaman yang tahan genangan. Kematian akar menjadi
penyebab kekahatan N dan cekaman kekeringan fisiologis (Staff Lab Ilmu Tanaman, 2008).

Pada kondisi alami tanaman sering tergenang air baik sementara maupun permanen.
Genangan air secara drastis mempengaruhi fisiko-kimia tanah, terutama potensial redoks, pH
dan O2 tanah. Dengan demikian, kondisi hipoksia atau anoksia sering dialami oleh sistem
perakaran tanaman. Kondisi O2 yang terbatas ini sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan maupun kelangsungan hidup tanaman.

Salah satu respons terbaik tanaman terhadap genangan air tanah adalah beralih dari
metabolisme respirasi aerobik kepada respirasi fermentasi anaerob. Kenyataannya,
kebanyakan protein yang terbentuk selama kondisi hipoksia adalah enzim-enzim yang terlibat
dalam pembentukan jalur fermentasi ini. Karena sel tanaman perlu menjaga pasokan ATP
secara terus menerus, maka penggunaan akseptor elektron alternatif dan/atau jalur alternatif
merupakan elemen kunci untuk bertahan hidup dalam kondisi tergenang air tanah. Respons
tanaman dapat juga berupa menurunnya konduktansi stomata dan fotosintesis, serta
konduktivitas hidrolik akar.
III. Metodologi

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan pada saat praktikum yaitu:

1. Polibag
2. Catok
3. Gembor
4. Ember

Bahan yang di gunakan pada saat praktikum yaitu:

1. Tanah
2. Kompos
3. Air
4. Benih tanaman

3.2 Cara Kerja

Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan. Kemudian membuat media tanam dengan
perbandingan 1:1 (pasir+kompos). Kemudian di campurkan dan di aduk sampai homogen.
Kemudian masukan ke dalam polibag lalu menyiram media dengan air. Setelah itu masukan
benih kedelai ke dalam polibag, setiap polibag dimasuakan empat benih kedelai. Setelah satu
minggu melakukan penjarangan, sisakan 3 tanaman yang di anggap sehat dan bagus
pertumbuhan nya. Setelah minggu ke dua melakukan pengasingan polibag, letak kan polibag
di tempat yang kering dan yang tergenang air.
IV. Pembahasan

Respon Tanaman terhadap Cekaman Kekeringan

Cekaman kekeringan terjadi ketika ketersediaan air tanah menurun dan kondisi
atmosfir menyebabkan kehilangan air terus menerus melalui transpirasi atau evaporasi. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa cekaman kekeringan ditandai dengan rendahnya kadar air,
penyusutan potensial air daun dan tekanan turgor, penutupan stomata dan berkurangnya
pembesaran dan pertumbuhan sel. Reaksi tanaman terhadap cekaman kekeringan berbeda
secara signifikan pada berbagai tingkatan tergantung pada intensitas dan durasi dari cekaman
itu sendiri, dan juga species tanaman dan tingkatan pertumbuhannya.

Cekaman kekeringan merupakan pengaruh faktor lingkungan yang menyebabkan air


tidak tersedia bagi tanaman, yang dapat disebabkan antara lain oleh tidak tersedianya air di
daerah perakaran tanaman dan permintaan air yang besar di daerah daun dimana laju
evaporasi melebihi laju absorbs air oleh akar. Pengaruh cekaman kekeringan bergantung pada
genetik tanaman, di mana perbedaan morfologi, anatomi dan metabolisme akan menghasilkan
respon yang berbeda terhadap cekaman kekeringan. Ketika jumlah absorbsi air mulai
terbatas, maka tanaman memiliki mekanisme untuk mencegah kehilangan air dengan
melakukan penutupan stomata. Perubahan pada ketahanan mekanisme stomata sangat
diperlukan untuk mengatur kehilangan air oleh tanaman dan untuk mengatur pengambilan
karbondioksida (CO2) yang penting untuk ketersediaan fiksasi CO2 Cekaman kekeringan
dapat terjadi karena beberapa hal yaitu: tinggi nya kecepatan evaporasi yang melebihi
persediaan air dari tanah ke akar yang akan mengakibatkan penurunan potensial air, adanya
senyawa yang bersifat osmotik yang dapat menurunkan pengambilan air sehingga terjadi
penurunan potensial osmosis dan tidak cukupnya pengambilan air oleh tanaman yang diserap
dari tanah.

Stress kekeringan dikarakterisasi dengan penurunan kandungan air, turgor, potensial


air total, pelayuan, penutupan stomata dan pengurangan perluasan dan pertumbuhan sel.
Cekaman kekeringan yang parah dapat menyebabkan fotosintesis terhenti, selama proses
fotosintesis. Menghambat metabolisme dan akhirnya mati. Kekeringan selain menurunkan
laju fotosintesis, juga menyebabkan penurunan laju pertumbuhan akibat rendahnya potensial
air dan turgor tumbuha. Ada dua mekanisme utama yang mungkin terjadi pada tanaman saat
cekaman kekeringan, yaitu: tumbuhan berusaha menghindari cekaman, baik dengan cara
melakukan perubahan struktur morfologi dan anatomi, maupun dengan meningkatkan
efisiensi penggunaan air dengan cara mengatur laju transpirasi, dan meningkatkan toleransi
terhadap cekaman kekeringan melalui perubahan kimia. Menyebutkan ada dua pendekatan
utama yang sering digunakan untuk melihat kemampuan tanaman dalam menghadapi
cekaman kekeringan. Pendekatan pertama adalah dengan melihat kemampuan pengambilan
air secara maksimal dengan perluasan dan ke dalam sistem perakaran. Pendekatan kedua
dengan melihat kemampuan tumbuhan mempertahankan turgor melalui penurunan potensial
osmotic.

Ciri-Ciri Khusus Pada Tumbuhan yang Tahan Kekeringan Dengan Contohnya

Tumbuhan memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan tumbuhan lain. Ciri-
ciri ini berhubungan dengan kemampuannya menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Dengan
penyesuaian diri, tumbuhan bisa bertahan hidup. Beberapa tumbuhan yang memiliki ciri
khusus adalah sebagai berikut.

1. Kaktus

Tanaman kaktus biasanya ditanam di pot dengan tanah yang kering. Kaktus biasa
tumbuh di daerah yang panas dan kering seperti di padang pasir. Untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya ini, kaktus memiliki ciri khusus. Permukaan tubuh kaktus dipenuhi
dengan duri-duri.

Duri-duri ini adalah daun kaktus yang bentuknya sangat kecil. Hal ini berfungsi untuk
mengurangi penguapan. Dengan demikian, air tidak banyak hilang dari tubuhnya. Kaktus
melindungi diri dari hewan pemangsa dengan daunnya.

Selain bentuk daun, kaktus juga memiliki ciri khusus pada akarnya. Akar kaktus dapat
tumbuh sangat panjang dan memiliki banyak akar-akar samping. Hal ini memudahkan akar
kaktus menembus tanah. Batang pada kaktus mengandung klorofil untuk berfotosintesis
sehingga mampu memproduksi makanan sendiri. Selain itu batang kaktus tebal dan berdaging
yang berfungsi untuk menyimpan air yang diisap oleh akar.
V. Kesimpulan

Hasil penelitian perlakuan cekaman kekeringan terhadap tanaman black locust


menunjukkan bahwa : 1. Semakin rendah volume penyiraman maka laju fotosintesis, laju
transpirasi, konduktansi stomata, serta pertumbuhan (tinggi, diameter, berat kering tajuk, dan
akar) akan semakin rendah, sementara untuk WUE, kandungan klorofil maupun rasio tajuk
akar semakin tinggi. 2. Semakin lama interval penyiraman maka laju fotosintesis, laju
transpirasi, konduktansi stomata, serta pertumbuhan (tinggi, diameter, berat kering tajuk,
akar, rasio tajuk akar) akan semakin rendah, sementara WUE dan kandungan klorofil
semakin tinggi. 3. Peningkatan WUE dan kandungan klorofil pada kondisi cekaman
kekeringan menegaskan bahwa jenis ini mampu beradaptasi pada kondisi cekaman
kekeringan.
VI .Daftar Pustaka

 Anjum SA, Xie X., Wang L, Saleem MF, Man C, & Lei W. 2011a.
Morphological, physiological and biochemical responses of plants to drought
stress. African Journal of Agricultural Research 6(9), 2026-2032.
 Anjum SA, Wang LC, Farooq M, Hussain M, Xue LL, & Zou CM. 2011b.
Brassinolide application improves the drought tolerance in maize through
modulation of enzymatic antioxidants and leaf gas exchange. J. Agronomy &
Crop Science 197, 177-185.
 Chaves M M, Pereira JS, Maroco J, Rodriggues ML, Ricardo CPP, Osorio
ML, Calvarho I, Faria T, & Pinheiro C. 2002. How plants cope with water
stress in the field? Photosynthesis and growth. Annals of Botany 89(7), 907-
916.
 Dreiss LM & Volin JC. 2013. Influence of leaf phenology and site nitrogen on
invasive species establishment in temperate deciduous forest understories.
Forests Ecology and Management 296, 1-8.

Anda mungkin juga menyukai