Dosen Pengampu:
1. Liska Berlian M.Si.
2. Annisa Novianti Taufik, M. Pd.
Disusun oleh:
Kelompok 3
Kelompok 2
Segala puji bagi Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Berkat
limpahan karunia dan nikmat – Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ”Plasmolisis dan imbibisi pada tumbuhan ” dengan lancar. Penyusunan
makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Umum.
Dalam proses penyusunan tak lepas dari bantuan dan arahan dan
masukan dari berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terimakasih atas
segala partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian kami menyadari banyak sekali kekurangan dan kekeliruan
di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata Bahasa maupun isi.
Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif
pembaca.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat umumnya dan untuk kami khususnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Plasmolisis 3
1. Pengertian Plasmolisis 3
2. Jenis-jenis Plasmolisis..........................................................................6
3. Tahapan Plasmolisis Beserta Contoh Rhoe Discolor. 6
B. Imbibisi
1. Pengertian Imbibisi 8
2. Syarat-syarat Terjadinya Imbibisi.........................................................9
3. Faktor Yang Mempengaruhi Imbibisi.................................................10
4. Contoh Peristiwa Imbibisi Pada Biji Kacang Hijau............................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Plasmolisis adalah peristiwa mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya
membran plasma dari dinding sel tumbuhan jika sel dimasukkan ke dalam
larutan hipertonik. Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata
menunjukkan bahwa pada sel, sebagai unit terkecil kehidupan, terjadi
sirkulasi keluar-masuk suatu zat. Adanya sirkulasi ini menjelaskan bahwa sel
dinamis dengan lingkungannya (Meyer,1952) . Jika memerlukan materi dari
luar maka sel harus mengambil materi itu dengan segala cara, misalnya
dengan mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari
luar bisa masuk (Salisbury, 1995).
Suatu fenomena yang menjadi jalan masuknya zat-zat kedalam tubuh
tumbuhan adalah imbibisi. Imbibisi merupakan peristiwa migrasi molekul-
molekul air kesuatu zat lain yang berlubang (berpori) cukup besar dan
kemudian molekul-molekul air itu menetap didalam zat tersebut. Imbibisi
dapat berlangsung bila ada afinitas (daya ikat) yang kuat antara imbiban
(substansi penyerap air) dan airdari lingkungan sekitarnya. Imbibisi
merupakan salah satu gejala fisika yang penting pada tumbuhan. Penyerapan
air oleh imbiban ini mengawali proses perkecambahan. jenis biji yang satu
dengan biji yang lain banyak mengalami perbedaan dalam proses penyerapan
air.
Imbibisi adalah penyerapan air (absorpsi) oleh benda-benda yang padat
(solid) atau agak padat (semi solid) karena benda-benda itu mempunyai zat
penyusun dari bahan yang berupa koloid (Suradinata, 1993).Ada banyak hal
yang merupakan proses penyerapan air yang terjadi pada makhluk hidup,
misalnya penyerapan air dari dalam tanah oleh akar tanaman. Namun,
penyerapan yang dimaksudkan di sini yaitu penyerapan air oleh biji kering.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan plasmolisis?
2. Apa saja jenis-jenis plasmolisis?
3. Bagaimana tahapan plasmolisis pada tumbuhan Rhoe Discolor?
4. Apa yang dimaksud dengan imbibisi?
5. Apa saja syarat-syarat terjadinya imbibisi?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi imbibisi?
7. Bagaimana tahapan peristiwa imbibisi biji kacang hijau?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan plasmolisis.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis plasmolisis.
3. Untuk mengetahui bagaimana tahapan plasmolisis pada tumbuhan Rhoe
Discolor.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan imbibisi.
5. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat terjadinya imbibisi.
6. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi imbibisi.
7. Untuk mengetahui bagaimana tahapan peristiwa imbibisi biji kacang hijau.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Plasmolisis
1. Pengertian Plasmolisis
Sel tumbuhan memiliki ciri fisiologi yang berbeda dengan sel hewan
khususnya dengan keberadaan dinding sel pada sel tumbuhan. Dinding sel
pada tumbuhan tinggi merupakan matriks yang di dalamnya terdapat
rangka, yaitu senyawa selulosa yang berwujud mikrofibril atau benang
halus. Matriks pada dinding sel ini tersusun dari beberapa senyawa yaitu
hemiselulosa, pektin, plastik biologik, protein dan lemak. Dinding sel
selain berfungsi untuk proteksi isi sel juga berperan sebagai jalan keluar
masuknya air, makanan dan garam-garam mineral ke dalam sel. Dinding
sel secara umum dibedakan menjadi dinding sel primer dan dinding sel
sekunder. Perbedaan antara kedua macam dinding ini terletak pada
fleksibilitas, ketebalan, susunan mikrofibril dan pertumbuhannya (Istanti,
1999).
Lingkungan suatu sel meliputi sel-sel sekitarnya dan lingkungan luar
yang meliputi air, tanah dan udara tempat tumbuh hidup tumbuhan
tersebut. Sel-sel yang bersinggungan langsung dengan lingkungan luar
antara lain sel-sel yang ada di akar, batang dan daun yang kemudian
meluas ke seluruh tubuh tumbuhan melalui ruang ruang dalam sel.
(Tjitrosoepomo, 1983). Molekul air atau partikel air, gas dan mineral
masuk kedalam sel tumbuhan melalui prinsip difusi dan osmosis, melalui
difusi dan osmosis, melalui proses-proses tersebut tumbuhan dapat
memperoleh zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhan nya. Proses
difusi berlangsung dari daerah yang memiliki konsentrasi partikel tinggi
ke konsentrasi partikelnya rendah. Difusi memiliki peranan penting dalam
sel-sel tumbuhan yang hidup.
Sel tumbuhan dapat mengalami kehilangan air apabila potensial air di
luar sel lebih rendah daripada potensial air didalam sel. Jika sel kehilangan
3
air cukup besar, maka ada kemungkinan volume isi sel akan menurun
besar sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh
dinding sel. Artinya membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding
sel, peristiwa ini disebut plasmolisis. Sel yang sudah terplasmolisis dapat
di sehatkan kembali dengan memasukkanya ke dalam air murni
(Tjitrosoepomo, 1983).
4
a b
Gambar 2. (a) sebelum plasmolisis, (b) setelah plasmolisis
Plasmolisis adalah proses terlepasnya protoplasma dari dinding sel
yang disebabkan oleh air yang berada dalam vakoula merembes keluar dari
sel, yaitu bila tumbuhan berada pada lingkungan yang kadar airnya rendah,
maka tumbuhan akan sulit menyerap air. Pada kasus tertentu, air di dalam
sel juga akan keluar. Bila terjadi terus-menerus, maka selaput plasma akan
lepas dari dinding sel. Bila plasmolisis berkepanjangan, maka sel tersebut
akan mati dan untuk mengembalikannya diperlukan proses sebaliknya.
Keadaan ini dapat kembali ke keadaan semula apabila sel tersebut
diletakkan di lingkungan dengan kadar air yang lebih tinggi (hipotonis).
Peristiwa kembalinya protoplasma ini disebut dengan deplasmolisis
(Wilkins, 1992).
Kondisi sel yang terplasmolisis tersebut dapat dikembalikan ke
kondisi semula. Proses pengembalian dari kondisi terplasmolisis ke
kondisi semula ini di kenal dengan istilah deplasmolisis (Elsa, 2009).
Prinsip kerja dan deplasmolisis ini hampir sama dengan plasmolisis.
Tetapi, konsentrasi larutan medium di buat lebih hipotonis, sehingga yang
terjadi adalah cairan yang memenuhi ruang antar dinding sel dengan
membran sel bergerak keluar, sedangkan air yang berada di luar bergerak
masuk ke dalam dan dapat menembus membran sel karena membran sel
mengizinkan molekul-molekul air untuk masuk kedalam. Masuknya
molekul-molekul air tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma terisi
kembali dengan cairan sehingga membran sel kembali terdesak ke arah
luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan
5
adhesi yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke
keadaan semula.
2. Jenis-jenis Plasmolisis
Berdasarkan bentuk akhir sitoplasma, plasmolisis akhir dibagi menjadi dua
jenis: cekung plasmolisis dan plasmolisis cembung.
a) Plasmolisi cekung
Plasmolisis cekung biasanya reversibel. Selama plasmolisis cekung,
protoplasma dan membran plasma berkontraksi dan terpisah dari
dinding sel karena kehilangan air. Protoplasma menjadi protoplas
setelah mulai terpisah dari dinding sel.
Proses ini dapat dibalik jika sel ditempatkan dalam larutan hipotonik,
yang akan menyebabkan air kembali ke sel.
b) Plasmolisis cembung
Plasmolisis cembung selalu ireversibel. Ketika sel mengalami
plasmolisis kompleks, membran plasma dan protoplas kehilangan
begitu banyak air sehingga mereka terpisah sepenuhnya dari dinding
sel.
Dinding sel runtuh dalam proses yang disebut citorrisis. Plasmolisis
cembung tidak dapat dibalik dan menyebabkan kerusakan sel. Pada
dasarnya, inilah yang terjadi ketika tanaman layu dan mati karena
kekurangan air.
6
menjauhi dinding sel, sehingga dapat terjadi cytorhysis – contohnya
dinding sel. (Buana dkk, 2011).
Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah
kehilangan air secara berlebihan juga mendapatkan air secara berlebihan,
tetapi plamolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik
(Buana dkk, 2011).
Plasmolisis biasanya terjadi pada kondisi yang ekstrim, dan jarang
terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan
meletakkan sel pada larutan bersalnitas tinggi ataupun larutan gula untuk
menyebabkan eksosmosis (Buana dkk, 2011).
Terdapat banyak teori mengenai membrane plasma yang
dikemukakkan oleh para ahli tetapi pada dasarnya ada dua kelompok teori
tentan susunan suatu membrane plasma yaitu :
Leafleat theory yang menyatakan bahwa membrane plasma tersusun
atas lapisan – lapisan.
Teori globular yang menyatakan bahwa membrane plasma tersusun
sebab bola – bola yang terderet. (Juwono & Zulfa, 2000).
Membran plasma adalah selaput pembungkus dan pembatas suatu sel
dengan organel lainnya. Membran plasma memiliki sifat selektif
permeabel dan dinamis, antara lain adanya pertumbuhan membran plasma,
fragmentasi, diferensiasi, perbaikan dari perusakan dan perubahan struktur
tiga dimensinya. Pada organisme multisel, sel – sel tersusun sedemikian
rupa menjadi rakitan yang bekerja sama yang disebut jaringan sel – sel
dalam suatu jaringan umumnya berhubungan satu sama lain melalui
jalinan yang rumit terdapat pengaturan sel dalam membrane plasma
(Aditya,2007).
Jadi, Proses lengkap Plasmolisis berlangsung dalam tiga tahap berbeda:
1. Plasmolisis baru jadi, pada tahap ini air mulai mengalir keluar dari sel;
pada awalnya, sel menyusut dalam volume dan dinding sel menjadi
terdeteksi.
7
2. Plasmolisis jelas, pada tahap ini dinding sel telah mencapai batas
kontraksi dan sitoplasma terlepas dari dinding sel mencapai bentuk
bulat.
3. Plasmolisis akhir, pada tahap ini sitoplasma akan sepenuhnya bebas
dari dinding sel dan tetap berada di tengah sel.
Selama proses Plasmolisis dalam sel tumbuhan, membran sel
memisahkan interior sel dari sekitarnya. Ini memungkinkan pergerakan
molekul air, ion dan partikel selektif lainnya melintasi membran dan
menghentikan yang lain. Molekul air bergerak keluar masuk sel melintasi
membran sel dan aliran air adalah konsekuensi yang diperlukan yang
memungkinkan sel mengambil air.
Proses Plasmolisis dapat dengan mudah ditunjukkan di laboratorium
dengan menempatkan sel hidup dalam larutan garam yang kuat. Ketika
sel-sel tumbuhan ditempatkan dalam larutan garam pekat, karena osmosis,
air dari getah sel bergerak keluar. Oleh karena itu, air mengalir melalui
membran sel ke media tetangga. Akhirnya, protoplasma terpisah dari sel
dan mengambil bentuk bulat.
Biasanya, untuk percobaan ini Tradescantia atau sel tumbuhan Rheo,
tanaman Elodea atau sel epidermis bawang digunakan, karena mereka
memiliki getah berwarna yang dapat dengan mudah diamati dan
diidentifikasi di bawah mikroskop.
B. Imbibisi
1. Pengertian Imbibisi
Imbibisi berasal dari kata latin yaitu “imbibore” yang artinya
menyelundup. Air menyelundup disebut “air imbibisi” dan zat dimaksut
dengan imbibisi adalah peristiwa dimana perpindahan molekul-molekul air
didalam suatu zat lain lewat lubang (pori) yang cukup besar dan molekul
air itu menetap didalam zat tersebut. Imbibisi adalah tahap pertama yang
sangat penting karena menyebabkan peningkatan kandungan air benih
8
yang diperlukan untuk memicu perubahan biokimiawi dalam benih
sehingga benih akan berkecambah. (Widyawanti,2007).
Imbibisi juga dapat diartikan sebagai peristiwa migrasi molekul-
molekul air kesuatu zat lain yang berlubang-lubang (pori) cukup besar
untuk melewatkan molekul-molekul air dan kemudian molekul-molekul
air menetap didalam zat tersebut. Air yang menyelundup disebut air
imbibisi, sedang zat yang kemasukan (keselundupan) air itu disebut
imbiban. Banyak benda-benda kering atau benda setengah padat dapat
menyerap air (absorpsi) karena benda-benda tersebut mengandung materi
koloid yang hidrofil. Hidrofil artinya menarik air.
Contohnya jika kita merendam biji kacang yang kering kedalam air
murni maka selang beberapa lama, biji kacang itu tanpak menggembung
seolah-olah akan pecah. Peristiwa imbibisi pada hakikatnya merupakan
suatu proses difusi. Sebab, sel-sel biji kacang kering tersebut mempunyai
nilai osmosis tinggi dan mempunyai deposit tekanan osmosis yang besar
pula. Jadi molekul air berdifusi dari konsentrasi yang rendah kekonsentrasi
yang tinggi. (Salisbury and Ross.1992).
9
3. Faktor Yang Mempengaruhi Imbibisi
Pada proses imbibisi juga dipegaruhi oleh kadar atau konsentrasi
larutan sama seperti pada proses difusi dan osmosis. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji diantaranya adalah,
konsentrasi air, tekanan hidristatik, daya inter molecular, luas permukaan
biji yang kontak dengan air, suhu, kulit biji, umur, tingkat kemasakan biji,
komposisi kimia dalam biji (Lestari, 2013).
Masuknya air ke dalam biji menimbulkan tekanan hidrostatik karena
meningkatnya volume air pada membran biji. Tekanan hidrostatik
menyebabkan meningkatnya tekanan difusi air. Hal ini menyebabkan
naiknya kecepatan difusi ke luar dan menurunnya kecepatan penyerapan
air oleh biji. Kecepatan penyerapan air adalah berbanding terbalik dengan
jumlah air yang diserap terlebih dahulu oleh biji. Jadi kecepatan
penyerapan pada permulaan tinggi dan kemudian semakin lambat sejalan
dengan naiknya tekanan hidrostatik sampai tercapai keseimbangan
(Melkasari,2009).
Kecepatan penyerapan air oleh biji berbanding lurus dengan luas
permukaan. Pada keadaan tertentu, bagian khusus pada biji dapat
menyerap air lebih cepat. Oleh karena itu jumlah air yang diserap biji
dipengaruhi oleh luas permukaan biji yang kontak langsung dengan air
(Lestari, 2013).
Biji yang mengandung protein tinggi menyerap air lebih cepat sampai
tingkat tertentu daripada biji dengan kadar karbohidrat tinggi. Biji dengan
kadar minyak tinggi tetapi kadar proteinnya rendah, kecepatan serapnya
sama dengan biji berkadar karbohidrat tinggi (Handoko, 2014).
Apabila air dipanaskan makan energi dipakai. Sebagian energi ini
dipakai untuk meningkatkan difusi air. Oleh sebab itu, apabila suhu
ditingkatkan maka kecepatan penyerapan juga naik sampai batas tertentu,
di mana tiap 100C suhu dinaikkan kecepatan penyerapan kira-kira dua kali
lipat pada waktu permulaan (Wahab, 2013).
10
4. Contoh Peristiwa Imbibisi Pada Biji Kacang Hijau
Perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan air kedalam sel-
sel. Proses ini merupakan proses fisika. Masuknya air pada biji
menyebabkan enzim aktif bekerja. Bekerjanya enzim merupakan proses
kimia. Enzim amilase bekerja memecah tepung menjadi maltose,
selanjutnya maltose dihidrolisis oleh maltase menjadi glukosa. Protein
juga dipecah menjadi asam-asam amino. Senyawa glukosa masuk ke
proses metabolisme dan dipecah menjadi energi atau diubah menjadi yang
senyawa karbohidrat yang menyusun struktur tubuh. Asam- asam amino
dirangkaikan menjadi protein yang berfungsi untuk menyusun struktur sel
dan menyusun enzim-enzim baru. Asam-asam lemak terutama dipakai
untuk menyusun membran sel.
Proses penyerapan cairan pada biji (imbibisi) terjadi melalui mikropil.
Air yang masuk kedalam kotiledn menyebabkan volumenya bertambah,
akibatnya kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut pada akhirnya
menyebabkan pecahnya testa. Salah satu contoh dari imbibisi itu sendiri
ialah perendaman biji kacang hijau, perendaman biji kacang hijau ini
sangat mempengaruhi cepat lambatnya pertumbuhan kecambah pada
kacang hijau, sebab air dapat mempengaruhi lapisan kulit dari biji kacang
hijau yang menyebabkan pertumbuhan akar menjadi lebih cepat
dibandingkan dengan kacang hijau yang tidak direndam sebelumnya.
Kacang hijau yang direndam dalam waktu yang lebih lama
menghasilkan kecambah yang lebih cepat dibandingkan dengan kacang
hijau yang direndam dalam waktu yang lebih singkat. Hal ini disebabkan
oleh karena permulaan fase perkecambahan ini ditandai dengan
penghisapan air (imbibisi) kemudian terjadi pelunakan kulit biji sehingga
terjadi hidratasi protoplasma. Jadi jika memperoleh banyak air maka air
diserap untuk pelunakan kulit biji sehingga dapat menunjang proses
pertumbuhan kecambah yang lebih cepat.
11
Gambar 3. Perendaman Biji Kacang Hijau
Pada saat biji akan ditanam sebelumnya pasti biji sudah direndam
terlebih dahulu. Ketika biji direndam terjadi proses imbibisi yaitu proses
penyerapan air kedalam rongga jaringan melalui pori-pori secara pasif,
terutama karena daya serap senyawa polisakarida, seperti hemiselulosa,
pati dan selulosa. Proses imbibisi terjadi melalui akar yang berkerja
menyerap air didalam tanah. Namun, pada biji belum mempunyai akar
sehingga biji perlu direndam agar sel-sel yang ada dalam biji dapat aktif
tumbuh.
Fungsi air pada perkecambahan benih :
1. Air yang diserap oleh benih berguna untuk melunakan kulit benih dan
menyebabkan pengembangan embrio dan endosperm, sehingga
menyebabkan kuliy benih menjadi pecah.
2. Air pecim fasilitas untuk masuknya oksigen kedalam benih. Dinding
sel yang berimbibisi bersifat permeabel sehingga gas dapat masuk ke
dalam sel secara difusi. Pasokan oksigen meningkat apabila kulit
benih menyerap air sehingga mengaktifkan pernafasan.
3. Air berguna untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat
mengaktifkan fungsinya. Bila protoplasma mengandung air maka sel-
sel hidup akan melaksanakan proses-proses kehidupan termaksuk
pencernaan, asimilasi dan tumbuh.
4. Air berguna sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm
atau kotiledon ke titik tumbuh pada proses embrio untuk membentuk
protoplasma baru.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
Plasmolisis merupakan dampak dari peritiwa osmosis. Jika sel
tumbuhan diletakkan pada larutan hipertonik. Sel tumbuhan akan
kehilangan air dan tekanan turgor, yang menyebabkan sel tumbuhan
lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti ini disebut layu. Kehilangan
air lebih banyak lagi menyebabkan terjadinya plasmolisis, dimana tekanan
harus berkurang sampai di suatu titik dimana sitoplasma mengerut dan
menjauhi dinding sel, sehingga dapat terjadi cytorhysis – contohnya
dinding sel.
Imbibisi apat diartikan sebagai peristiwa migrasi molekul-molekul
air kesuatu zat lain yang berlubang-lubang (pori) cukup besar untuk
melewatkan molekul-molekul air dan kemudian molekul-molekul air
menetap didalam zat tersebut. Air yang menyelundup disebut air imbibisi,
sedang zat yang kemasukan (keselundupan) air itu disebut imbiban.
Contohnya jika kita merendam biji kacang yang kering kedalam air murni
maka selang beberapa lama, biji kacang itu tanpak menggembung seolah-
olah akan pecah. Peristiwa imbibisi pada hakikatnya merupakan suatu
proses difusi. Sebab, sel-sel biji kacang kering tersebut mempunyai nilai
osmosis tinggi dan mempunyai deposit tekanan osmosis yang besar pula.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu
penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang
penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
14
Buana, dkk. 2011. Struktur Dan Inti Sel Rhoe Discolor Saat Normal Dan
Plasmolisis. Bogor: Regina.
Campbell, N. A., Reece, J. B., dan Mitchell, L. G.. 2003. Biologi Jilid 2 Edisi
Kelima. Jakarta: Erlangga.
Elsa. 2009. Anatomi Tumbuhan. Jakarta: Esis.
Handoko, M. 2014. Jurnal Imbibisi. Padang: Fakultas Pertanian, Universitas
Andalas.
Istanti, Annie. 1999. Biologi Sel. Malang: Jurusan Biologi FMIPA UM.
Juwono dan Zulfa, Achmad. 2000. Biologi Sel. Jakarta: EGC.
Lee, P Kyun. 2017. Spatially And Genetically Distinct Control Of Seed
Germination By Phytochromes A and B. proc natl acad sci. 107 : 19108-
19113.
Lestari, R.i., 2013. Imbibisi Biji. Surabaya: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya.
Melkasari, S,. 2009. Imbibisi biji. Padang: Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara.
Meyer, B.S and Anderson, D.B. 1952. Plant Physiology. D Van Nostrand
Company Inc., New York.
Salisbury,Frank B & Cleon W Ross.1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB
Bandung.
Salisbury, Frank B. et al. 1995. Plant Physiology 2nd Edition. Mc Graw Hill
Company. New
York.
Suradinata, Tatang. 1993. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tjitrosoepomo, S. S.. 1983. Botani Umum 3. Bandung: Angkasa Raya
Wilkins, M. B. 1992. Fisiologi Tanaman. Jakarta: Bumi Angkasa.
Wahab, H. 2013. Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Bogor: Institut Pertanian
Bogor).
15
16