Anda di halaman 1dari 3

Belasan tahun hidup sebagai piatu, Cinta bahkan tidak tahu wajah ibunya.

Papa dengan sempurna


melenyapkan setiap jejak perempuan terkasih itu. Saat Papa menikah dengan Mama Alia, dan membawa
dua saudara tiri, Cinta makin tersisih.

Selama belasan tahun Cinta hanya tahu bahwa ibunya meninggal saat dia masih kecil. Dan cinta
sempurna tidak ingat sama sekali kenangan bersama ibunya, bahkan di rumah, foto ibunya pun tidak
ada. Ketika cinta bertanya pada Papanya seperti apa ibunya, Papanya menganggap itu hanya masa lalu
yang tidak perlu diungkit-ungkit lagi. Cinta ingin berbakti pada ibunya. Tapi dengan cara apa Cinta
berbakti pada orang tua yang sudah meninggal?

Di sekolah (SMA), cinta mempunyai beberapa teman akrab. Neta yang hanya tinggal berdua dengan
ibunya. Aisyah, anak Rohis yang mempunyai adik banyak. Ada Iwan, anak Rohis yang sering memberikan
khutbah tanpa diminta. Kemudian Peter si anak mami.

Suatu hari, Cinta bertanya pada Iwan di kantin sekolah tentang apa yang bisa dilakukan seorang anak
terhadap ibu yang sudah meninggal.

Dengan sikap mendadak formal ketika berbicara masalah agama, Iwan menjawab, “ada tiga perkara,
yang akan menolong orang yang sudah meinggal. Pertama, amal Jariyah. Kedua, ilmu yang bermanfaat.
Dan ketiga, ananda Cinta yang baik….” Iwan menatap dengan pandangan kebapakan, “ketiga adalah anak
yang sholih dan sholihah”

“Tanya, pak Ustadz”, Cinta mengacungkan telunjuk

“Ya, silakan anakku”

“Kalau begitu masih nyambung, ya, antara orang tua yang sudah meninggal dengan anaknya yang masih
di dunia?”

“ya, itu benar sekali. Jadi, meski orang tua sudah meninggal, masih ada kesempatan bagi anak-anaknya
untuk berbakti dan membalas kebaikan orang tua” (hal 111)
Duh, ibu! Bakti seperti apa yang bisa Ananda persembahkan? Cukupkah dengan doa dan shalat.

Seorang Lelaki membawa pelangi dalam kehidupan Cinta. Namanya Makky Matahari Muhammad. Lelaki
unik, menyukai fotografi, tak pernah lepas dari topi baseballnya, dan rumput di bibirnya.

Cinta membuat keputusan besar di usianya yang ke 17 tahun. Dia mantap berhijab. Bagaimana reaksi
keluarga, teman-temannya, dan…..Makky? di usia itu pula, Cinta mengetahui rahasia besar tentang
ibunya dari mbok Nah, pembantunya. Dengan tekad yang besar, Cinta mencari ibunya yang belasan
tahun dia ketahui sudah meninggal. Cinta yang tinggal di Bogor, sendirian ke Jakarta, menuju alamat
yang diberikan mbok Nah. Di kereta, dia bertemu dengan Adji, lelaki berhitung betet yang membantunya
mencari ibunya. Di Jakarta, Cinta mengetahui bahwa Ayuningsih, ibunya, telah pindah ke Bandung.
Mantap Cinta menuju alamat yang di Bandung, berpisah dengan Adji di Jakarta. Di Bandung Cinta masih
belum menemukan ibunya, dan diberi alamat oleh seseorang tentang keberadaan ibunya yang ternyata
pindah ke Yogyakarta. Sementara itu, Papa, teman-teman Cinta, dan Makky sangat kuatir karena Cinta
tidak bisa dihubungi. Baru ketika di Yoga Cinta mengabari Neta. Otomatis, Neta dan Aisyah menyusul
Cinta ke Yogyakarta, dan juga Makky. Adji secara mengejutkan juga menyusul ke Yogya. Semuanya ingin
membantu Cinta menemukan Ibunya. Walalupun baru kenal sebentar dengan Cinta, ada sesuatu yang
membuat Adji tertarik dengan perempuan bermata peri tersebut.

Cerita ini menggunakan alur maju mundur. Dibuka dengan interview seseorang pada Cinta. kemudian
Cinta menceritakan masa lalunya, kembali ke 10 tahun silam. So, masa sekarang, saat Cinta sudah
menikah, mempunyai panti asuhan. Masa saat dia SMA, tahun lampau, berarti belum ada dong
facebook, twitter, WA. Aku membayangkan masa SMA Cinta paling komunikasinya ya via sms, telpon
atau email doang. Secara, facebook, twitter, kan baru, apalagi WA. Terus masalah musik, jaman Cinta
SMA uda ada One Direction. Grup music ini kan masih baru, aku searching di internet, tahun 2010.
Karena ini cerita flashback, di bayanganku zaman cinta SMA seperti zaman AADC, tapi mungkin tahunnya
agak majuan di cerita ini. Makanya, aku merasa aneh ketika ada obrolan tentang WA, one direction.

Tema cerita ini bukan hal yang baru, tapi tetap ada yang beda kalau mbak Asma penulisnya, dan gak bikin
bikin boring. Aku malah menyelesaikan novel ini gak nyampek sehari, baca bab demi bab, dan bikin
penasaran terus. Pokoknya enjoy banget baca novel ini. Di rumahnya, Cinta suka dijahati sama saudara
tirinya, Anggun dan Cantik. Mama Alia walaupun tidak pernah memukul, tapi sikapnya nyebelin banget.
Ini bukan cerita ratapan anak tiri. Menghadapi sikap kedua saurara tirinya, bentuk perlawanan cinta
adalah dengan sikapnya yang cuek, gak meladeni, hanya saja, kalau mereka sudah menyinggung-
nyinggung soal ibu Cinta, Cinta tak segan-segan melawan. Aku juga suka karakter teman-teman Cinta
yang unik-unik dan konflik yang yang bikin penasaran tapi memuaskan pembaca di akhir.

Dan di ending, bikin deg-degan saat Cinta di Yogya, memastikan ibunya benar-benar masih hidup apa
sudah meninggal. Dan yang bikin gregetan, and kepo habis, mbak Asma bikin penasaran, Cinta nikah
sama siapa sih??? Makki apa Adji? Karakter kedua cowok ini aku suka. Di bayanganku Makky lebih cool
kalau Adji lebih humoris. Keduanya sama-sama baik, care. Tapi aku lebih mendukung Makky. Secara,
dengan Adji kan baru kenal. Tapi deg-degan tetap. Gimana kalau penulisnya mau ngasih kejutan?
walaupun di sampul belakang yang dibahas adalah Makky, tapi Adji yang nikah sama Cinta.

Ternyata cinta menikah dengan orang yang menjauhi hal-hal yang dilarang Allah karena nasehat
almarhum ayahnya, “seburuk apa pun yang kamu lakukan, Nak…ingatlah kamu menyandang nama
Muhammad!”

Yeeaaayyy…… akhirnya, bersama Makky Matahari Muhammad. Sabar ya, Dji.

Anda mungkin juga menyukai