ASUHAN KEPERAWATAN
PADA GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN SEHUBUNGAN DENGAN
INFEKSI COPD
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
B. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD (Mansjoer, 1999) adalah :
· Kebiasaan merokok
· Polusi udara
· Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja.
· Riwayat infeksi saluran nafas.
· Bersifat genetik yaitu defisiensi -1 antitripsin.
C. Klasifikasi
COPD/PPOM/PPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis
kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002)
Menurut Alsagaff & Mukty (2006), COPD dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
· Asma Bronkhial: dikarakteristikan oleh konstruksi yang dapat pulih dari otot halus
bronkhial, hipersekresi mukoid, dan inflamasi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia
dan infeksi.
· Bronkitis kronis: ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran
dahak sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan paling sedikit
selama 2 tahun. Gejala ini perlu dibedakan dari tuberkulosis paru, bronkiektasis,
tumor paru, dan asma bronkial.
· Emfisema: suatu perubahan anatomis paru-paru yang ditandai dengan
melebarnya secara abnormal saluran udara sebelah distal bronkus terminal,
disertai kerusakan dinding alveolus.
D. Anatomi fisiologi
1. Anatomi
pembengkakan bronki
iritasi jalan nafas -produksi lendir yang (histamin, bradikinin, anafilatoxin)
berlebihan;
Inflamasi - kehilangan rekoil Konstriksi Otot Polos
elastik jalan napas
fungsi silia menurun - kolaps bronkiolus Permeabilitas Kapiler
redistribusi udara ke
produksi Mucus alveoli Sekresi Mukus
Nafas
Kontraksi Otot Polos
Edema mukosa
- Hipoventilasi Hipersekresi
- Distribusi
ventilasi tak Bersihan jalan Produksi Mukus
merata nafas tak Ketidak
dengan efektif
sirkulasi darah seimbangan
Nutrisi : Kurang
paru dari
- Gangguan Hipoxemia Kerusakan kebutuhan tubuh
difusi gas di Hiperkapnia Pertukaran Gas
alveoli
heperekspansi Perubahan
kronik pada
paru dalam
ventilasi, difusi
O2 dan CO2
ekspirasi
menjadi aktif
kehilangan
Sesak napas,
elastisitas paru
Dada kaku,
iga-iga terfiksaksi
E. Manifestasi Klinik
a. Penampilan Umum
o · Kurus, warna kulit pucat, flattened hemidiafragma
o · Tidak ada tanda CHF kanan dengan edema dependen pada stadium akhir.
b. Usia 65 – 75 tahun.
c. Pengkajian fisik
o · Nafas pendek persisten dengan peningkatan dyspnea
o · Infeksi sistem respirasi
o · Pada auskultasi terdapat penurunan suara nafas meskipun dengan nafas dalam.
o · Wheezing ekspirasi tidak ditemukan dengan jelas.
o · Produksi sputum dan batuk jarang.
d. Pemeriksaan jantung
o · Tidak terjadi pembesaran jantung. Cor Pulmonal timbul pada stadium akhir.
o · Hematokrit < 60%
e. Riwayat merokok
F . Komplikasi
Infeksi yang berulang, pneumotoraks spontan, eritrosit karena keadaan hipoksia
kronik, gagal nafas, dan kor pulmonal.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik :
· Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shapped chest (diameter anteroposterior
dada meningkat).
· Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada.
· Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah,
pekak jantung berkurang.
· Suara nafas berkurang.
2. Pemeriksaan radiologi
Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan garis-
garisyang pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru dan corakan paru yang bertambah.
a. Rontgen dada : hiperinflasi dan pendataran diafragma. Pada emfisema paru, foto
thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan gambaran diafragma yang rendah yang
rendah dan datar, penciutan pembuluh darah pulmonal, dan penambahan corakan kedistal.
d. Fungsi pulmonari :
Biasanya normal
Serangan akut : Peningkatan TLC dan FRV; FEV dan FVC agak menurun
Bronkografi
Bronkoskopi
4. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan Laboratorium darah : hitung sel darah putih.
H. Penatalaksanaan
1. Pencegahan: pencegahan kebisaan merokok infeksi dan polusi udara.
2. Terapi Farmakologi COPD
A. Anamnesa
B. Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada seperti terpukul, dan batuk
F. Pola Kebiasaan :
o Pola nutrisi metabolik.
Makanan yang disajikan tidak dihabiskan klien, klien punya masalah nutrisi.
o Pola eliminasi.
Frekuensi BAB 1x sehari dengan kondisi feses padat.
dilakukan sendiri.
Pasien sering terbangun malam dan tidak tidur siang karena sesak.
Respon individu terhadap sakit, meringis saat nyeri dada dan sesak nafas datang.
B. Pemeriksaan Fisik
· Keadaan umum :
- Vital Sign : suhu kadang-kadang ditemukan sub febris/ demam nadi dapat
meningkatkan/ menurunkan , Tekanan darah relative menurun, pernapasan
meningkat.
· Kulit
· Kepala
Tidak ada benjolan pada kulit kepala dan wajah bentuk simetris.
· Mata
Mata simestris antara kanan dan kiri, sclera tidak ikterik dan konjungtiva tampak
anemis, respon pupil terhadap cahaya mengecil bila terkena cahaya.
· Telinga
Daun telinga simetris dan tidak ada lesi. Pendengaran tidak menggunakan
alat bantu.
Posisi anatomis hidung bentuk simetris dan terdapat pernafasan cuping hidung.
· Leher
· Frekuensi pernafasan
18x/menit Bersihan jalan nafas tak efektif
3 Kerusakan Pertukaran gas -Mempertahan - Tanda –tanda vital - Kaji/awasi secara rutin kulit - Sianosis mungkin perifer
yang berhubungan dengan kan tingkat dalam rentang dan warna membrane (terlihat pada kuku) atau
:
- Obstruksi oksigen yang normal. mukosa. sentral (terlihat sekitar
jalan nafas oleh adekuat untuk - - Tinggikan kepala tempat bibir atau danun telinga).
sekret Hivopentilasi
keperluan mendemonstrasikan tidur, bantu pasien untuk Keabu-abuan dan dianosis
Ds: tubuh. peningkatan memilih posisi yang mudah sentral mengindikasikan
- ventilasi dan untuk bernapas. Dorong beratnya hipoksemia.
oksigenasi yang napas dalam perlahan atau - Pengiriman oksigen dapat
Do:
- Confusion, lemah. adekuat. napas bibir sesuai dengan diperbaiki dengan posisi
- Sianosis. - Memelihara kebutuhan/toleransi individu. duduk tinggi dan laithan
-Tidak mampu
mengeluarkan sekret kebersihan paru dan - Berikan oksigen tambahan napas untuk menurunkan
-Nilai ABGs abnormal bebas dari tanda- yang sesuai dengan indikasi kolaps jalan napas, dispnea
(hipoxemia dan
hiperkapnia) tanda distress hasil GDA dan toleransi dan kerja napas.
_ Perubahan tanda vital. pernafasan. pasien. - Dapat
_ Menurunnya toleransi
- Suara nafas - Awasi tanda-tanda vital dan memperbaiki/mencegah
terhadap aktifitas.
bersih, tidak ada irama jantung. memburuknya hipoksia.
sianosis dan - Auskultasi bunyi napas, Catatan ; emfisema koronis,
dyspneu. catat area penurunan aliran mengatur pernapasan
udara dan/atau bunyi pasien ditentikan oleh kadar
tambahan. CO2 dan mungkin
- Dorong mengeluarkan dikkeluarkan dengan
sputum, pengisapan bila peningkatan PaO2
diindikasikan. berlebihan.
- Takikardi, disiretmia dan
perubahan tekanan darah
dapat menunjuak efek
hipoksemia sistemik pada
fungsi jantung
- Bunyi napas mingkin redup
karena penurrunan aliran
udara atau area konsolidasi.
Adanya mengindikasikan
spasme bronkus/ter-
tahannya sekret. Krekles
basah menyebar
menunjukan cairan pada
interstisial/dekompensasi
jantung.
- Kental tebal dan banyak
sekresi adalah sumber
utama gangguan pertukaran
gas pada jalan napas kecil,
dan pengisapan dibuthkan
bila batuk tak efektif.
LEMBAR KERJA DAN PEDOMAN PRAKTIK
I. Pengertian
Fisioterpi dada adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk melonggarkan jalan nafas
dan untuk melepaskan dan membantu menggerakkan sekret dan saluran napas kecil ke
trakea sehingga dapat bernafas dengan lega;. Adapun rangkaian tindakan keperawatan terdiri
atas perkusi, vibrasi, dan drainase posturat.
a. Perkusi
Perkusi atau clapping adalah pukulan kuat pada kulit dengan tangan dbentuk
seperti mangkuk. Dengan tujuan melepaskan sekret yang melekat pada
dinding bronkus.
b. Vibrasi
Vibrasi adalah getaran kuat secara serialyang dihasilkan oleh tangan yang
diletakkan datar pada dinding dada klien. Dengan tujuan untuk meningkatkan
turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mukus kental serta sering
dilakukan secara bergantian dengan erkusi.
c. Drainase postural
Drainase postural adalah pengaliran sekresi dari berbagai segmen paru
dengan gravitasi.
II. Indikasi
Dilakukan pada :
- Pada pasien COPD/PPOM/PPOK
- Pada pasien TBC
- Pada pasien Bronchi Ekstasis
- Pada pasien Bronchitis
III. Kontra Indikasi
- Perkusi Dada dan Vibrasi:
o Fraktur iga
o Hernia
o Trauma dada
o Perdarahan dan emboli paru
o Mastektomi
o Pneumothoraks
o Osteoporosis
o Trauma abdomen
- Postural Drainase
IV. Tujuan
Meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan membersihkan jalan nafas.
Nama mahasiswa :
NIM :
Hari dan tanggal praktik :
1. Beri tanda √ pada tindakan yang dilaksanakan mahasiswa.
2. Penilaian berkisar antara 0-100.
3. Skor akhir = jumlah nilai yang dibagi point (√) yang dilakukan.
2. Vibrasi
a. Perawat
mencuci tangan.
b. Melakukan
clapping.
c. Melakukan vibrasi
dengan cara Letakkan
tangan menghadap ke
bawah di area dada
yang akan di drainase,
satu tangan dia atas
tangan yang lain dengan
jari menempel bersama.
Anjurkan pasien untuk
menarik nafas dalam.
Selama ekspirasi,
tegangkan seluruh otot
tangan dan lengan serta
gunkan semua tumit
tangan, lalu getarkan
(kejutkan) tangan,
gerakan ke bawah.
Hentikan saat pasien
inspirasi.
d. Setiap kali vibrasi
anjurkan klien batuk dan
menegluarkan sekret ke
dalam sputum pot.
e. Prosedur ini dilakukan
selama 5 kali ekspirasi
pada segmen paru yang
terserang. Sampai
semua sekret bersih
dan pasien merasa
lega.
3. Drainase postural
a. Perawat mencuci
tangan.
b. Pilih daerah tersumbat
yang akan di
drainaseberdasrkan
pada pengkajian
semua bidang paru,
data klinis, dan
gambaran foto dada.
c. Baringkan klien dalam
posisi untuk
mendrainase area yng
tersumbat. Bantu klien
memilih posisi sesuai
kebutuhan. Ajarkan
klien memosisikan
fostur lenagan seta kaki
yang tepat. Letakkan
bantal sebagi
penyangga dan
kenyamanan.
d. Minta klien
mempertahankan posisi
selama 10-15 menit.
Selam 10-15 menit
drainase pada posisi ini,
lakukan perkusi dan
vibrasi dada di atas
area di drainase.
e. Setalah drainase
pertama, minta klien
untuk duduk dan batuk.
Tampung sekresi yang
dikeluarkan dalam
sputum pot, jika klien
tidak batuk maka harus
dilakukan penghisapan.
f. Minta klien beristirahat
sebentar. Minta klien
untuk minum sedikit air.
g. Ulangi semua tindakan
tidak lebih adri 30-60
menit.
h. Ulangi pengkajian dada
pada semua bidang
paru.
4 Fase terminasi
a. Lakukan pemeriksaan
keselamatan pasien dan
lingkungan.
b. Membuka tirai.
c. Bereskan alat-alat.
d. Mencuci tangan.
e. Beritahu keluarganya,
bahwa mereka sudah
boleh masuk kembali.
f. Dokumentasikan semua
hasil/temuan.
NILAI :
BATURAJA, NOVEMBER 2011
(OBSERVER)