Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN KMB I

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN SEHUBUNGAN DENGAN
INFEKSI COPD

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

NAMA : DETA HELISANOVA


FIFI VIANA PUTRI
TINGKAT : II
DOSEN PEMBIMBING : NI KETUT SUJATI, M.kes.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN 2011-2012
A. Pengertian
COPD/ PPOM/PPOK adalah sekresi mukoid bronchial yang bertambah secara
menetap disertai dengan kecenderungan terjadinya infeksi yang berulang dan
penyempitan saluran nafas , batuk produktif selama 3 bulan, dalam jangka waktu 2 tahun
berturut-turut (Ovedoff, 2002).
COPD adalah suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-
paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan obstruksi aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya. (Price & Wilson , 2005).
COPD/PPOM/PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat
aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.

B. Etiologi

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD (Mansjoer, 1999) adalah :
· Kebiasaan merokok
· Polusi udara
· Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja.
· Riwayat infeksi saluran nafas.
· Bersifat genetik yaitu defisiensi -1 antitripsin.

C. Klasifikasi
COPD/PPOM/PPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis
kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002)
Menurut Alsagaff & Mukty (2006), COPD dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
· Asma Bronkhial: dikarakteristikan oleh konstruksi yang dapat pulih dari otot halus
bronkhial, hipersekresi mukoid, dan inflamasi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia
dan infeksi.
· Bronkitis kronis: ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran
dahak sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan paling sedikit
selama 2 tahun. Gejala ini perlu dibedakan dari tuberkulosis paru, bronkiektasis,
tumor paru, dan asma bronkial.
· Emfisema: suatu perubahan anatomis paru-paru yang ditandai dengan
melebarnya secara abnormal saluran udara sebelah distal bronkus terminal,
disertai kerusakan dinding alveolus.
D. Anatomi fisiologi
1. Anatomi

A. Sistem pernapasan atas


· Hidung udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan, humidifikasi,
dan penghangatan di hidung
· Faring merupakan saluran yang terbagi 2, untuk udara dan makanan. Faring terdiri
atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi
menangkap dan menghancurkan kuman yang masuk bersama udara.
· Laring sering disebut jakun, berperan dalam menghasilkan suara dan berfungsi
mempertahankan kepatenan jalan napas dan melindungi jalan napas bawah dari air
dan makanan yang masuk.

B. Sistem pernapasan bawah


· Trakea merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilgo yang
menghubungkan laring dengan bronkus utama kiri dan kanan. Keseluruhan jalan
napas membentuk pohon bonkus.
· Lung terletak di sebelah kiri dan kanan yang masing-masing terdiri dari beberapa lobus
(paru kanan tiga lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu bronkus. Jaringan
paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan napas yang bercabang-cabang, yaitu
alveolus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastis.

2. Fisiologi Sistem Pernapasan

· Pernapasan eksternal : Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada


keseluruhan proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel
tubuh. Secara umum, proses ini berlangsung dalam tiga langkah yaitu:
a. Ventilasi pulmoner.
b. Pertukaran gas alveolar
c. Transport oksigen dan karbon dioksida.

· Pernapasan internal: Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel


yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakian oksigen dan menghasilkan
karbon dioksida selama proses penyerapan energi molekul nutrient. Pada proses ini,
darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruhan tubuh hingga
mencapai kapiler sistemik. Selanjutkan terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida
antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga
melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradient tekanan parsial.
E. Patofisiologi
Asap -inflamasi dan Release Vasoactive Substance

pembengkakan bronki
iritasi jalan nafas -produksi lendir yang (histamin, bradikinin, anafilatoxin)
berlebihan;
Inflamasi - kehilangan rekoil Konstriksi Otot Polos
elastik jalan napas
fungsi silia menurun - kolaps bronkiolus Permeabilitas Kapiler
redistribusi udara ke
produksi Mucus alveoli Sekresi Mukus

Obstruksi Saluran bronkhospasme

Nafas
Kontraksi Otot Polos
Edema mukosa
- Hipoventilasi Hipersekresi
- Distribusi
ventilasi tak Bersihan jalan Produksi Mukus
merata nafas tak Ketidak
dengan efektif
sirkulasi darah seimbangan
Nutrisi : Kurang
paru dari
- Gangguan Hipoxemia Kerusakan kebutuhan tubuh
difusi gas di Hiperkapnia Pertukaran Gas
alveoli
heperekspansi Perubahan

kronik pada
paru dalam
ventilasi, difusi
O2 dan CO2
ekspirasi
menjadi aktif

kehilangan
Sesak napas,
elastisitas paru
Dada kaku,
iga-iga terfiksaksi

D. Tanda dan gejala


Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005) adalah sebagai berikut :
· Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.
· Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyak.
· Dispnea.
· Nafas pendek dan cepat (Takipnea).c
· Anoreksia.
· Penurunan berat badan dan kelemahan.
· Takikardia, berkeringat.
· Hipoksia, sesak dalam dada

E. Manifestasi Klinik
a. Penampilan Umum
o · Kurus, warna kulit pucat, flattened hemidiafragma
o · Tidak ada tanda CHF kanan dengan edema dependen pada stadium akhir.

b. Usia 65 – 75 tahun.

c. Pengkajian fisik
o · Nafas pendek persisten dengan peningkatan dyspnea
o · Infeksi sistem respirasi
o · Pada auskultasi terdapat penurunan suara nafas meskipun dengan nafas dalam.
o · Wheezing ekspirasi tidak ditemukan dengan jelas.
o · Produksi sputum dan batuk jarang.

d. Pemeriksaan jantung
o · Tidak terjadi pembesaran jantung. Cor Pulmonal timbul pada stadium akhir.
o · Hematokrit < 60%

e. Riwayat merokok

o · Pasien menjadi perokok pasif.

F . Komplikasi
Infeksi yang berulang, pneumotoraks spontan, eritrosit karena keadaan hipoksia
kronik, gagal nafas, dan kor pulmonal.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik :
· Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shapped chest (diameter anteroposterior
dada meningkat).
· Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada.
· Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah,
pekak jantung berkurang.
· Suara nafas berkurang.

2. Pemeriksaan radiologi
Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan garis-

garisyang pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru dan corakan paru yang bertambah.

a. Rontgen dada : hiperinflasi dan pendataran diafragma. Pada emfisema paru, foto
thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan gambaran diafragma yang rendah yang
rendah dan datar, penciutan pembuluh darah pulmonal, dan penambahan corakan kedistal.

b. Pemeriksaan sputum dan darah : eosinofilia (kenaikan kadar eosinofil).


Peningkatan kadar serum Ig E pada asma alergik

c. AGD : hipoksi selama serangan akut

d. Fungsi pulmonari :

Biasanya normal
Serangan akut : Peningkatan TLC dan FRV; FEV dan FVC agak menurun

Bronkografi

Bronkoskopi

CT-Scan : ada/tidaknya dilatasi bronkial

3. Tes fungsi paru :


Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea untuk menentukan penyebab dispnea, untuk
menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstimulasi atau restriksi, untuk memperkirakan
derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, misalnya bronkodilator.

4. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan Laboratorium darah : hitung sel darah putih.

H. Penatalaksanaan
1. Pencegahan: pencegahan kebisaan merokok infeksi dan polusi udara.
2. Terapi Farmakologi COPD

a. Terapi COPD Stabil


2.1.1. Bronkodilator
Pengobatan utama COPD adalah dengan obat bronkodilator. Bronkodilator utama yang
sering dipakai adalah : agonis-b , antikolinergik, methyl-xanthin.

· Pemberian secara inhalasi (metered dose inhaler) lebih menguntungkan daripada


cara oral atau parenteral karena efeknya cepat pada organ paru dan efek sampingnya
minimal.
· Pemberian secara MDI lebih disarankan daripada pemberian cara nebulizer
Bronkodilator kerja cepat (fenoterol, salbutamol, terbutalin) lebih
menguntungkan daripada yang keja lambat (salmeterol, formeterol),
· Efek bronkodilator kerja cepat sudah dimulai dalam beberapa menit dan efek
puncaknya terjadi setelah 15 - 20 menit dan berakhir setelah 4 - 5 jam.
· Sedangkan bronkodilator kerja lambat banyak dipakai secara teratur dan lama, efek
puncaknya setelah 30 - 90 menit, tapi ia mempunyai waktu kerja yang sedikit lebih
lama yaitu 6 - 8 jam.
· Pemakaian teofilin tidak banyak, karena batas antara dosis terapeutik dan
dosis toksiknya terlalu dekat.
· Kombinasi yang terbanyak dipakai untuk PPOK adalah agonis-b kerja cepat
(fenoterol, salbutamol), dan antikolinergik (ipratropium)

2.2. Terapi COPD eksaserbasi akut dilakukan dengan


o Antibiotik
o Terapi oksigen
o Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik.
o Bronkkodilator untuk mengatasi obstruksi jalan nafas termasuk dalamnya golongan
andrenergik B dan antikolnergik.

2.3. Terapi farmakologi pada COPD adalah:


o Bronkodilator kerja cepat : agonis-b
o Steroid : oral atau IV
o Antibiotik : oral atau IV
o Pertimbangkan teofilin oral atau IV (masih kontroversial)
o Pertimbangkan ventilator mekanik invasif. Pada keadaan berat sepertj ancaman gagal napas akut,
kelainan asam basa berat atau perburukan status mental dll, maka pemasangan ventilator mekanik
invasif dapat dipertimbangkan. Dalam hal ini jenis ventilasi yang banyak dipakai adalah assisted
control ventilation, pressure support ventilation, intermittent mandatory ventilation.

2.4. Obat-obat tambahan lainnya


a. a-antitripsin
b. Mukolitik

3. Terapi oksigen pada COPD


Pemberian O2 bertujuan untuk mencegah kerusakan sel-sel atau organ.
Oksigen diberikan terutama pada waktu :
o keadaan eksaserbasi akut
o keadaan waktu beraktivitas

4. Rehabilitasi pada COPD


Terdapat beberapa aktivitas rehabilitasi :
- Latihan Fisik
- Latihan pernapasan
- Rehabilitasi psikososial.

Konsep Asuhan Keperawatan

A. Anamnesa

B. Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada seperti terpukul, dan batuk

C. Riwayat Penyakit sekarang (PQRST)


P: Nyeri dan sesak disertai batuk timbul saat berada di lingkungan yang kadar
oksigennya rendah.
Q: Nyeri tumpul.
R: Terdapat nyeri dan sesak pada dada.
S: Dispnea akut dan nyeri dada konstan.
T: Serangan mendadak dan terbatas

D. Riwayat Penyakit dahulu


Klien mengatakan belum pernah dirawat.

E. Riwayat Penyakit keluarga


Klien mengatakan dalam keluarganya ada yang mengidap penyakit asma.

F. Pola Kebiasaan :
o Pola nutrisi metabolik.
Makanan yang disajikan tidak dihabiskan klien, klien punya masalah nutrisi.
o Pola eliminasi.
Frekuensi BAB 1x sehari dengan kondisi feses padat.

Frekuensi BAK 2x sehari dengan warna urine kuning teh.

o Pola aktivitas dan latihan

Pasien dalam hal makan, minum, toileying, berpakaian, mobilitas dapat

dilakukan sendiri.

o Pola tidur dan istirahat

Pasien sering terbangun malam dan tidak tidur siang karena sesak.

o Pola mekanisme koping.

Respon individu terhadap sakit, meringis saat nyeri dada dan sesak nafas datang.

B. Pemeriksaan Fisik

· Keadaan umum :

- Kesadaran mengalami penurunan jika ditemukan keluhan pusing fatique

- Vital Sign : suhu kadang-kadang ditemukan sub febris/ demam nadi dapat
meningkatkan/ menurunkan , Tekanan darah relative menurun, pernapasan
meningkat.

· Kulit

Teraba panas. Warna kulit Cyanosis. Turgor kulit menurun.

· Kepala

Tidak ada benjolan pada kulit kepala dan wajah bentuk simetris.

· Mata

Mata simestris antara kanan dan kiri, sclera tidak ikterik dan konjungtiva tampak
anemis, respon pupil terhadap cahaya mengecil bila terkena cahaya.

· Telinga

Daun telinga simetris dan tidak ada lesi. Pendengaran tidak menggunakan
alat bantu.

· Hidung dan Sinus

Posisi anatomis hidung bentuk simetris dan terdapat pernafasan cuping hidung.
· Leher

Distensi vena jugularis.

· Pemeriksaan dada/ pernafasan dapat ditemukan : batuk dengan sputum/ dahak


dengan haemapysis nyeri dada dan sesak nafas dispnea, suara nafas
tambahan : rwheezing, sianosis ekspirasi memanjang pada auskultasi
memanjang pada auskultasi trakhea : sianosis.
C. Diagnosa Keperawatan

No Data (Subjek dan Objek) Etiologi Diagnosa

1 Ds: Asap Ketidak efektifan bersihan jalan

Iritasi jalan nafas nafas berhubungan dengan


peningkatan produksi mukus.
Do:
· Pasien tampak kesulitan Inflamasi

berbicara fungsi silia

· Bibir tampak sianosis produksi Mucus

· Adanya kelainan suara


berupa wheezing obstruksi jalan nafas

· Frekuensi pernafasan
18x/menit Bersihan jalan nafas tak efektif

2. Ds : Release Vasoactive Substance Ketidakseimbangan nutrisi


(histamin, bradikinin, anafilatoxin) Kurang dari kebutuhan
Do: tubuh yang berhubungan
Sekresi Mukus
- Penurunan berat badan dengan peningkatan Produksi
- Kehilangan masa otot, tonus otot Produksi Mukus mukus.
jelek .
- Dilaporkan adanya Ketidakseimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan
perubahan sensasi rasa tubuh
- Tidak bernafsu untuk
makan, tidak tertarik
makan.

3. Ds: Asap Kerusakan Pertukaran gas


yang berhubungan dengan :
iritasi jalan nafas - Obstruksi
jalan nafas oleh sekret
Inflamasi Hivopentilasi
Do: fungsi silia menurun

- Confusion, lemah. produksi Mucus

-Tidak mampu Obstruksi Saluran Nafas

mengeluarkan sekret. Hipoventilasi


-Nilai ABGs abnormal Distribusi ventilasi tak merata dengan
(hipoxemia dan sirkulasi darah paru
Gangguan difusi gas di alveoli
hiperkapnia)
Hipoxemia, Hiperkapnia
_ Perubahan tanda vital.
_ Menurunnya toleransi Kerusakan Pertukaran Gas
terhadap aktifitas.
D. NURSING CARE PLAN
No Diagnosa Perencanaan Rasionalisasi
Tujuan Kriteria hasil NIC
1. Ketidakefektifan bersihan - Ventilasi/ - Tidak ada demam - Kaji/pantau frekuensi - Takipnea biasanya ada
jalan nafas berhubungan oksigenisasi -Tidak ada cemas pernapasan, catat rasio beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan
dengan sekresi berlebihan adekuat untuk - RR dalam batas inspirasi/ekspirasi. atau selama stress/adanya
dengan: kebutuhan normal - Kaji pasien untuk posisi proses infeksi akut.
- Peninggian kepala tempat
Ds: individu. - Irama nafas dalam yang nyaman, misalnya tidur mempermudah
- Demam turun batas normal peninggian kepala tempat pernapasan dan
menggunakan gravitasi.
Do: - Kecemasan - Pergerakan tidur, duduk dan sandaran - Memberikan pasien
· Klien tampak berkurang sputum tempat tidur. beberapa cara untuk
mengatasi dan mengontrol
sesak keluar dari jalan - Dorong/bantu latihan dispnea dan menurunkan
· Bibir tampak nafas napas abdomen atau bibir. jebakan udara.
- Hidrasi membantu
cynosis - Bebas dari suara - Tingkatkan masukan menurunkan kekentalan
· Terdengarnya nafas tambahan cairan sampai 3000 ml/hari secret, mempermudah
pengeluaran.
adanya ronchi sesuai toleransi jantung. - Melonggarkan jalan nafas
basah pada paru. - Latihan Batuk efektif. dan untuk melepaskan dan
membantu menggerakkan
- Lakukan pelatihan sekret dan saluran napas
Fisioterapi dada. kecil ke trakea sehingga
dapat bernafas dengan
lega.
2. Ketidakseimbangan nutrisi - terpenuhinya - adanya a. Kaji adanya - Menghindari dehidrasi
kurang dari kebutuhan nutrisi pasien peningkatan berat alergi makanan pada pasien yang kurang
tubuh yang berhubungan sesuai badan sesuai b. Monitoring cairan c. asupan nutrisinya.
dengan peningkatan kebutuhan dengan tujuan Yakinkan diet yang dimakan - Mencegah konstipasi
produksi sputum tubuh - berat badan ideal mengandung tinggi serat. - Pemberian nutrisi sesuai
Ds : sesuai tinggi badan d. Manajemen kebutuhan pasien
Do: - tidak ada tanda- gangguan makan menghindari penurunan
- Penurunan berat badan tanda malnutrisi e. Monitor nutrisi berat badan yang berarti.
- Kehilangan masa otot, - Tidak terjadi dan kandungan - Menentukan jumlah kalori
tonus otot jelek penurunan berat kalori f. Terapi nutrisi dan nutrisi yang
- Dilaporkan adanya badan yang berarti. g. Konseling nutrisi dibutuhkan karyawan.
perubahan sensasi rasa h. Terapi menelan -
- Tidak bernafsu untuk j. Monitoring tanda vital
makan, k. Bantuan untuk
peningkatan BB
l. Manajemen berat badan m.
Kolaborasi dengan tim ahli
gizi.

3 Kerusakan Pertukaran gas -Mempertahan - Tanda –tanda vital - Kaji/awasi secara rutin kulit - Sianosis mungkin perifer
yang berhubungan dengan kan tingkat dalam rentang dan warna membrane (terlihat pada kuku) atau
:
- Obstruksi oksigen yang normal. mukosa. sentral (terlihat sekitar
jalan nafas oleh adekuat untuk - - Tinggikan kepala tempat bibir atau danun telinga).
sekret Hivopentilasi
keperluan mendemonstrasikan tidur, bantu pasien untuk Keabu-abuan dan dianosis
Ds: tubuh. peningkatan memilih posisi yang mudah sentral mengindikasikan
- ventilasi dan untuk bernapas. Dorong beratnya hipoksemia.
oksigenasi yang napas dalam perlahan atau - Pengiriman oksigen dapat
Do:
- Confusion, lemah. adekuat. napas bibir sesuai dengan diperbaiki dengan posisi
- Sianosis. - Memelihara kebutuhan/toleransi individu. duduk tinggi dan laithan
-Tidak mampu
mengeluarkan sekret kebersihan paru dan - Berikan oksigen tambahan napas untuk menurunkan
-Nilai ABGs abnormal bebas dari tanda- yang sesuai dengan indikasi kolaps jalan napas, dispnea
(hipoxemia dan
hiperkapnia) tanda distress hasil GDA dan toleransi dan kerja napas.
_ Perubahan tanda vital. pernafasan. pasien. - Dapat
_ Menurunnya toleransi
- Suara nafas - Awasi tanda-tanda vital dan memperbaiki/mencegah
terhadap aktifitas.
bersih, tidak ada irama jantung. memburuknya hipoksia.
sianosis dan - Auskultasi bunyi napas, Catatan ; emfisema koronis,
dyspneu. catat area penurunan aliran mengatur pernapasan
udara dan/atau bunyi pasien ditentikan oleh kadar
tambahan. CO2 dan mungkin
- Dorong mengeluarkan dikkeluarkan dengan
sputum, pengisapan bila peningkatan PaO2
diindikasikan. berlebihan.
- Takikardi, disiretmia dan
perubahan tekanan darah
dapat menunjuak efek
hipoksemia sistemik pada
fungsi jantung
- Bunyi napas mingkin redup
karena penurrunan aliran
udara atau area konsolidasi.
Adanya mengindikasikan
spasme bronkus/ter-
tahannya sekret. Krekles
basah menyebar
menunjukan cairan pada
interstisial/dekompensasi
jantung.
- Kental tebal dan banyak
sekresi adalah sumber
utama gangguan pertukaran
gas pada jalan napas kecil,
dan pengisapan dibuthkan
bila batuk tak efektif.
LEMBAR KERJA DAN PEDOMAN PRAKTIK

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah 1


Semester : Tiga
Tahun Akademik : 2011-20012
Hari / Tanggal pertemuan :

Judul/ Pokok Bahasan :

Sub / Pokok Bahasan : Pelatihan Fisioterapi Dada

I. Pengertian
Fisioterpi dada adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk melonggarkan jalan nafas
dan untuk melepaskan dan membantu menggerakkan sekret dan saluran napas kecil ke
trakea sehingga dapat bernafas dengan lega;. Adapun rangkaian tindakan keperawatan terdiri
atas perkusi, vibrasi, dan drainase posturat.

a. Perkusi
Perkusi atau clapping adalah pukulan kuat pada kulit dengan tangan dbentuk
seperti mangkuk. Dengan tujuan melepaskan sekret yang melekat pada
dinding bronkus.
b. Vibrasi
Vibrasi adalah getaran kuat secara serialyang dihasilkan oleh tangan yang
diletakkan datar pada dinding dada klien. Dengan tujuan untuk meningkatkan
turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mukus kental serta sering
dilakukan secara bergantian dengan erkusi.
c. Drainase postural
Drainase postural adalah pengaliran sekresi dari berbagai segmen paru
dengan gravitasi.

II. Indikasi
Dilakukan pada :
- Pada pasien COPD/PPOM/PPOK
- Pada pasien TBC
- Pada pasien Bronchi Ekstasis
- Pada pasien Bronchitis
III. Kontra Indikasi
- Perkusi Dada dan Vibrasi:

o Fraktur iga
o Hernia
o Trauma dada
o Perdarahan dan emboli paru
o Mastektomi
o Pneumothoraks
o Osteoporosis
o Trauma abdomen

- Postural Drainase

o Peningkatan tekanan intrakranial


o Klien sehabis makan
o Ketidakmampuan batuk
o Penyakit jantung akut
o Perdarahan

IV. Tujuan
Meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan membersihkan jalan nafas.

V. Diagnosa yang mendasari


- Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi berlebihan
- Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoxemia
PENILAIAN KETERAMPILAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FISIOTERAPI DADA

Nama mahasiswa :
NIM :
Hari dan tanggal praktik :
1. Beri tanda √ pada tindakan yang dilaksanakan mahasiswa.
2. Penilaian berkisar antara 0-100.
3. Skor akhir = jumlah nilai yang dibagi point (√) yang dilakukan.

No Aspek Pengamatan Dikerjakan Tidak Dikerjakan Nilai


1 Fase Pra Interaksi
- Persiapan Alat
1. Sputum pot berisi
cairan desinfektan (Lysol
2%)
2. Kertas tissue
3. Piala ginjal.
4. Handuk
5. Peniti
6. Bantal
7. Papan pengatur posisi
8. Segelas air
2 Fase Oreintasi
1. Mengetuk pintu, ucapkan
salam, berhenti sejenak
sebelum memasuki
ruangan.
2. Perkenalkan diri, periksa
identitas pasien.
3. Memberitahu dan
menjelaskan kepada klien
dan keluarga mengenai
prosedur yang akan
dilaksanakan.
4. Meminta keluarga
menunggu di luar,
informasikan dimana
bisa menunggu.
5. Memasang tabir di sekeliling
tempat tidur.
3 Fase Kerja
1. Clapping
a. Perawat mencuci
tangan.
b. Membantu pasien
dalam posisi
duduk /tidur miring
kiri/kanan
c. Tutup area yang
akan dilakukan
clapping dengan
handuk atau pakaian
untuk mengurangi
ketidak nyamanan
pasien.
d. Anjurkan klien untuk tarik
nafas dalam dan lambat
untuk meningkatkan
relaksasi.
e. Jari dan ibu
jari behimpitan dan
fleksi membentuk
mangkok.
f.Secara bergantian
lakukan fleksi dan
ekstensi pergelangan
tangan secara tepat
untuk menepuk
punggung.Sampai ada
rangsangan batuk,
pasien dianjurkan untuk
membatikkan dan
mengeluarkan lendir
lalu kemudian
ditampung dalam
sputum pot.

2. Vibrasi
a. Perawat
mencuci tangan.
b. Melakukan
clapping.
c. Melakukan vibrasi
dengan cara Letakkan
tangan menghadap ke
bawah di area dada
yang akan di drainase,
satu tangan dia atas
tangan yang lain dengan
jari menempel bersama.
Anjurkan pasien untuk
menarik nafas dalam.
Selama ekspirasi,
tegangkan seluruh otot
tangan dan lengan serta
gunkan semua tumit
tangan, lalu getarkan
(kejutkan) tangan,
gerakan ke bawah.
Hentikan saat pasien
inspirasi.
d. Setiap kali vibrasi
anjurkan klien batuk dan
menegluarkan sekret ke
dalam sputum pot.
e. Prosedur ini dilakukan
selama 5 kali ekspirasi
pada segmen paru yang
terserang. Sampai
semua sekret bersih
dan pasien merasa
lega.

3. Drainase postural
a. Perawat mencuci
tangan.
b. Pilih daerah tersumbat
yang akan di
drainaseberdasrkan
pada pengkajian
semua bidang paru,
data klinis, dan
gambaran foto dada.
c. Baringkan klien dalam
posisi untuk
mendrainase area yng
tersumbat. Bantu klien
memilih posisi sesuai
kebutuhan. Ajarkan
klien memosisikan
fostur lenagan seta kaki
yang tepat. Letakkan
bantal sebagi
penyangga dan
kenyamanan.
d. Minta klien
mempertahankan posisi
selama 10-15 menit.
Selam 10-15 menit
drainase pada posisi ini,
lakukan perkusi dan
vibrasi dada di atas
area di drainase.
e. Setalah drainase
pertama, minta klien
untuk duduk dan batuk.
Tampung sekresi yang
dikeluarkan dalam
sputum pot, jika klien
tidak batuk maka harus
dilakukan penghisapan.
f. Minta klien beristirahat
sebentar. Minta klien
untuk minum sedikit air.
g. Ulangi semua tindakan
tidak lebih adri 30-60
menit.
h. Ulangi pengkajian dada
pada semua bidang
paru.
4 Fase terminasi
a. Lakukan pemeriksaan
keselamatan pasien dan
lingkungan.
b. Membuka tirai.
c. Bereskan alat-alat.
d. Mencuci tangan.
e. Beritahu keluarganya,
bahwa mereka sudah
boleh masuk kembali.
f. Dokumentasikan semua
hasil/temuan.

NILAI :
BATURAJA, NOVEMBER 2011

(OBSERVER)

Anda mungkin juga menyukai