Drama Batu Menangis
Drama Batu Menangis
Darmi : “Bukankah sudah berulang kali aku bilang bahwa setiap aku bangun ibu harus
sudah menata kamar ini hingga rapi, menyediakan lulur, air hangat, dan
membuatkan minuman sari buah untukku…?” (ekspresi marah)
Ibu : (dengan nada pelan) “kamu itu sudah besar, nak. Kamu bisa mengerjakan semua
itu sendiri.”
Ibu : Darmi . . .Ayo Bantu ibu bekerja di sawah(sambil mengetuk pintu kamar darmi)
Ibu : apa kamu tidak kasihan sama ibu nak ? (dengan nada iba)
Darmi : Upahnya mana ? (sambil mencari-cari uang upah ibunya di pakaian ibunya ,dan
di temukan uangnya di dalam genggaman tangan ibunya)
Darmi : nahh ini dia. .(dengan wajah senang sambil menunjuk uang)
Ibu : ”Jangan, Nak! Uang itu untuk membeli beras,” ujar sang Ibu.
Ibu : Ibu kan sudah tua, jika ibu dipanggil oleh Tuhan maka Ibu tak khawatir lagi
engkau bisa mengurusi dirimu sendiri. Kita itu orang miskin, kita harus tetap
bekerja untuk bisa makan.
Darmi :(sibuk melentik kan kukunya) siapa suruh jadi orang miskin. Lagi pula Aku
tidak pernah minta kamu jadi ibuku. . (ketus sang gadis)
Ibu pun sedih mendengar ucapan yang terlontar dari mulut anaknya sendiri
Ibu : Baiklah, Anakku. Ibu hanya memohon agar kamu tidak mengurung diri di
rumah. Kenalilah lingkunganmu agar ibu tenang jika suatu saat dipanggil Tuhan.
( dengan sabar )
Narator : Hari berganti hari. Akhirnya sang anak mau menuruti kehendak ibunya. Ia
tidak keberatan untuk ke mana pun bersama sang ibu. . Tapi anaknya ini
mengajukan sebuah syarat bahwa ibunya tidak diperbolehkan untuk mengakui
bahwa ia adalah ibunya di depan umum. Sebagai seorang ibu tentulah hatinya
teriris mendengar itu. Namun sang ibupun menyetujuinya.
Hingga, pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk
berbelanja di pasar yang letaknya jauh dari tempat tinggal mereka. Anak gadis
itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar
orang dijalan yang melihatnya akan mengagumi kecantikannya.
Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka.
Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para
pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu.Namun ketika
melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya.
Hal itu membuat orang bertanya-tanya.
Pemuda 1 : eeh eeh , coba liat wanita itu , cantik sekali kan? (sambil mengagumi)
Pemuda 2 : iyaiya benar. wanita itu bagai bidadari surga, elok parasnya, tak sanggup aku
menahan untuk menatap keindahannya.
Pemuda 1 : iya , bahkan wanita itu lebih cantik daripada bunga mawar
Narator : Dilain sisi , para perempuan pun turut membicarakan kehadiran mereka